Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembagunan Manusia Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Sumatera Utara

(1)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS

PEMBAGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS Oleh

ERIKA A. SEMBIRING 0870170123/Akt

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “ Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembagunan Manusia Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Sumatera Utara”.

Adalah benar hasil karya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 17 Januari 2011

Yang Membuat Pernyataan,


(3)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembagunan Manusia Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Sumatera Utara selama tahun 2005-2008.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 25 Kabupaten dan 8 Kota. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 22 Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten dan kota yang dijadikan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.djpk.depkeu.go.id,

www.bpk.go.id, dan Biro Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara. Metode analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan metode analisis data yaitu menggunakan data panel atau pooling least square (PLS). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode data panel yang merupakan penggabungan data cross section dan data time series. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel X1, Dana Alokasi Umum sebagai variabel X2, Dan Dana Alokasi Khusus Sebagai Variabel X3 serta Variabel Dependennya yaitu Indeks Pembagunan Manusia sebagai Variabel Y dengan Total Sampel per tahun sebanyak 15 Kabupaten dan 7 Kota.

Hasil penelitian ini menunjukkan Bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap Indeks Pembagunan Manusia sedangkan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembagunan Manusia.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembagunan Manusia.


(4)

THE EFFECT REGION INCOME, THE GENERAL ALLOCATION FUND AND THE SPACIAL ALLOCATION FUND INDEX DEVELOPMENT

AGAINTS MAN IN DISTRICT AND CITY OF NORTH SUMATRA PROVINCE

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of region income, the General Allocation Fund and the Special Allocation Fund Index Pembagunan Against Man In District And City of Provinsi Sumatera Utara during 2005-2008. The data used is the Budget Realization Report District and the city used as a sample which was published through the website and www.bpk.go.id

www.djpk.depkeu.go.id and The Biro Pusat Statistics (BPS) of Provinsi Sumatera Utara. The method of analysis used in this research is quantitative method, with panel data analysis or pooling least square (PLS). The sampling method used is the method of panel data, which is the result of combining cross section data and time series data. The Variable is local rebenue (PAD) as the variable X1, the General Allocation Fund as a variable (DAU) X2, and X3 the Special Allocation (DAK) Fund as well as dependent variable is a variable index of Human Pembagunan Y with a total of 15 samples per year and 7 City District. Research results show that revenue (PAD) has positive influence on Human Pembagunan Index while the General Allocation Fund (DAU) and Special Allocation Fund (DAK) negative for human Pembagunan Index.

Keywords: Regional Income, General Allocation Fund and the Special Allocation For human Pembagunan Index.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan penyertaannya, sehingga penulisan tesis yang berjudul “ Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembagunan Manusia di Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Utara” dapat berjalan dengan lancar.

Tesis ini juga penulis persembahkan untuk keluargaku, keluarga yang

mendukung sepenuhnya untuk penulis yaitu buat kedua orangtuaku J. Sembiring dan (Alm) Nurensen Br. Ginting. SE beserta Kakak dan Adik

Penulis yaitu Eva Natalia Sembiring dan Ebenezer Sembiring. Terimakasih buat kalian semuanya yang selama ini telah mendukung penulis dan membuat inspirasi serta dukungan bagi penulis untuk berbuat lebih baik lagi di dalam menjalani kehidupan.

Adapun tesis ini berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembagunan Manusia di Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara”, dan disusun bertujuan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sains Pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan


(6)

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat, nasehat dan bantuan selama proses penyusunan tesis ini.

1. Bapak Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), Sp.A (K), Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

5. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.


(7)

6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

7. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini. 8. Bapak dan Ibu para dosen serta seluruh pegawai pada sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Teman-teman penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya, terima kasih buat dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan tesis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehigga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Januari 2010 Penulis,

Erika Apulina Sembiring NIM: 087017123


(8)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Erika Apulina Sembiring 2. Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 08 Nopember 1986

3. Alamat : Jl. Luku I Gg. Mandor No. 13C Pd. Bulan

4. Agama : Kristen Protestan

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Pekerjaan : -

7. Status : Belum Menikah

8. No. Telepon/ HP : 081361904486 9. Pendidikan:

a. Lulus SD Deli Murni 2, Medan Tahun 1998 b. Lulus SMP Santo Thomas 1, Medan Tahun 2001 c. Lulus SMA Methodist 1, Medan Tahun 2004

d. Lulus Sarjana Pendidikan Ekonomi Akuntansi (S1) Universitas Negeri Medan Tahun 2008

10.Riwayat Pekerjaan :

a. Desember ’08 – Agustus ’10 : Bekerja di Pupuk Sriwidjaja (Pusri) sebagai koperasi karyawan.    


(9)

DAFTAR ISI 

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Originalitas Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori... 11

2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 11

2.1.2 Dana Alokasi Umum (DAU) ... 16

2.1.3 Dana Alokasi Khusus (DAK) ... 19

2.1.4 Indeks Pembagunan Manusia ... 20

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21


(10)

3.1 Kerangka Konseptual... 25

3.2 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ... 29

4.1 Jenis Penelitian ... 29

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

4.4 Metode Pengumpulan Data... 32

4.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32

4.6 Metode Analisis Data... 35

4.6.1 Model Analisis Ekonometrika ... 36

4.6.2 Metode Analisis ... 38

4.6.3 Pendekatan Pooled Least Square (PLS)... 39

4.6.4 Pendekatan Fixed Effect Model (FEM) ... 39

4.6.5 Pendekatan Random Effect Model (REM) ... 40

4.7 Pengujian Model ... 42

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 42

5.1 Gambaran Umum Sumatera Utara... 43

5.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis ... 45

5.1.2 Iklim ... 45

5.1.3 Kondisi Demografis ... 45

5.1.4 Potensi Wilayah ... 46

5.2 Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara... 47

5.3 Analisis Hasil Penelitian ... 47


(11)

5.3.3 Random Effect Model (REM) ... 51

5.3.4 Interpretasi Model ... 53

5.3.4.1 Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembagunan Manusia 22 kabupaten dan kota Propinsi Sumatera Utara ... 53

5.3.4.2 Dana Alokasi Umum Terhadap Indeks Pembagunan Manusia 22 kabupaten dan kota Propinsi Sumatera Utara ... 58

5.3.4.3 Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembagunan Manusia 22 kabupaten dan kota Propinsi Sumatera Utara ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

6.1 Kesimpulan ... 72

6.2 Keterbatasan... 73

6.3 Saran ... 73


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 TIMMS Tahun 2003 Bidang Matematika...5

1.2 TIMMS Tahun 2003 Bidang Sains...5

2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ...25

3.1 Populasi dan Sampel ...32

3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...36

4.1 Hasil Estimasi GLS (FEM dan REM) ...55

4.2 Hasil Uji Hausman untuk model FEM dan REM ...56

4.3 Hasil Estimasi Random Effect Model (REM) ...57


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Populasi Penelitian………. 89

2. Sampel Penelitian……….. 90

3. Data Awal Penelitian……… . 91

4.Data dalam Bentuk Rasio………. 94

5. Hasil Regresi Model FEM..………. 96

6. Hasil Regresi Model REM ……… 99


(15)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembagunan Manusia Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Sumatera Utara selama tahun 2005-2008.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 25 Kabupaten dan 8 Kota. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 22 Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten dan kota yang dijadikan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.djpk.depkeu.go.id,

www.bpk.go.id, dan Biro Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara. Metode analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan metode analisis data yaitu menggunakan data panel atau pooling least square (PLS). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode data panel yang merupakan penggabungan data cross section dan data time series. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel X1, Dana Alokasi Umum sebagai variabel X2, Dan Dana Alokasi Khusus Sebagai Variabel X3 serta Variabel Dependennya yaitu Indeks Pembagunan Manusia sebagai Variabel Y dengan Total Sampel per tahun sebanyak 15 Kabupaten dan 7 Kota.

Hasil penelitian ini menunjukkan Bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap Indeks Pembagunan Manusia sedangkan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembagunan Manusia.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembagunan Manusia.


(16)

THE EFFECT REGION INCOME, THE GENERAL ALLOCATION FUND AND THE SPACIAL ALLOCATION FUND INDEX DEVELOPMENT

AGAINTS MAN IN DISTRICT AND CITY OF NORTH SUMATRA PROVINCE

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of region income, the General Allocation Fund and the Special Allocation Fund Index Pembagunan Against Man In District And City of Provinsi Sumatera Utara during 2005-2008. The data used is the Budget Realization Report District and the city used as a sample which was published through the website and www.bpk.go.id

www.djpk.depkeu.go.id and The Biro Pusat Statistics (BPS) of Provinsi Sumatera Utara. The method of analysis used in this research is quantitative method, with panel data analysis or pooling least square (PLS). The sampling method used is the method of panel data, which is the result of combining cross section data and time series data. The Variable is local rebenue (PAD) as the variable X1, the General Allocation Fund as a variable (DAU) X2, and X3 the Special Allocation (DAK) Fund as well as dependent variable is a variable index of Human Pembagunan Y with a total of 15 samples per year and 7 City District. Research results show that revenue (PAD) has positive influence on Human Pembagunan Index while the General Allocation Fund (DAU) and Special Allocation Fund (DAK) negative for human Pembagunan Index.

Keywords: Regional Income, General Allocation Fund and the Special Allocation For human Pembagunan Index.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan yang begitu luas bagi daerah. Hal ini di satu sisi merupakan berkat, namun disisi lain sekaligus merupakan beban yang pada saatnya nanti akan menuntut kesiapan daerah untuk dapat melaksanakannya. Dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat, maka beberapa aspek harus dipersiapkan, antara lain sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sarana dan prasarana, serta organisasi dan manajemennya (Darumurti et.al.2003).

Kemampuan daerah dalam mengolah sumber daya yang dimiliki dapat dijadikan sebagai sumber kekayaan bagi daerah. Pengelolaan daerah dapat menciptakan lapangan kerja baru dan dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi, dan dapat menambah pendapatan bagi daerah. Daerah otonom dapat memiliki pendapatan yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangganya secara efektif dan efisien dengan memberikan pelayanan dan pembangunan.

Tujuan pemberian otonomi daerah tidak lain adalah untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan


(18)

berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antardaerah (Sidik et al,2002:54). Visi otonomi dari sudut pandang ekonomi mempunyai tujuan akhir untuk membawa masyarakat ketingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dari waktu ke waktu (Syaukani et.al., 2005).

Realitas menunjukkan tidak semua daerah mampu untuk lepas dari pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka dalam kenyataannya, pemerintah pusat tidak dapat lepas tangan begitu saja terhadap kebijakan otonominya. Hal ini tidak hanya terlihat dalam konteks kerangka hubungan politis dan wewenang daerah, namun juga terlihat dalam hubungan keuangan antara pusat dan daerah (Simanjuntak, 2001). Pada akhirnya pemerintah akan melakukan transfer dana. Transfer dana ini berupa dana perimbangan.

Dana perimbangan adalah pengeluaran alokatif anggaran pemerintah pusat untuk pemerintah daerah yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah (www.ksap.org). Kuncoro (2007) juga menyebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah hanya mampu membiayai belanja pemerintah daerah paling tinggi sebesar 20%. Kemandirian bagi daerah belum sepenuhnya terlaksana, karena mereka masih menggantungkan dengan adanya aliran dana dari pemerintah pusat, khususnya Dana Alokasi Umum.


(19)

Berkaitan dengan hal itu, strategi alokasi belanja daerah memainkan peranan yang tidak kalah penting guna meningkatkan penerimaan daerah. Dalam upaya untuk meningkatkan kontribusi publik terhadap penerimaan daerah, alokasi belanja modal hendaknya lebih ditingkatkan. Semakin banyak pendapatan yang dihasilkan oleh daerah, baik dari Dana Alokasi Umum maupun Pendapatan Asli Daerah sendiri, daerah akan mampu memenuhi dan membiayai semua keperluan yang diharapkan oleh masyarakat.

Kebijakan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal didasarkan pada pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya, sehingga pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memacu peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi. Adanya peningkatan dana desentralisasi yang ditransfer pemerintah pusat setiap tahunnya diharapkan dapat mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh pembangunan manusia. Pada hakekatnya pembangunan adalah pembangunan manusia, sehingga perlu diprioritaskan alokasi belanja untuk keperluan ini dalam penyusunan anggaran (Suyanto, 2009).


(20)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu cara untuk mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk . Kualitas fisik tercermin dari angka harapan hidup; sedangkan kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf; dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat yang tercermin dari nilai purhcashing power parity index (ppp) atau indeks daya beli masyarakat.

Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) terdapat 3 indikator utama, yaitu indikator kesehatan, indikator tingkat pendidikan dan indikator ekonomi. Pengukuran ini menggunakan tiga dimensi dasar, yaitu: lamanya hidup, pengetahuan, dan standar hidup yang layak. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Selain juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada gilirannya ditentukan oleh banyak faktor, terutama pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah.

Sama halnya dengan indeks pembangunan manusia yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara. Jika dilihat dari sisi pendidikan, maka pendidikan di Propinsi Sumatera Utara masih perlu ditingkatkan kualitasnya sesuai perkembangan zaman. Sebab pendidikan itu dinamis sepanjang masa yang berkembang sesuai dengan kemajuan dunia. Walau dunia pendidikan di Sumut masih jauh dari harapan seperti


(21)

hasil riset yang dilakukan oleh UNDIP (Universitas Diponegoro) pada tahun 1995 dan 2002 bahwa pendidikan di Indonesia dinilai masih jauh dari harapan mutu pendidikan Indonesia di bawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina bahkan pernah di bawah Vietnam.

Berdasarkan data lebih rinci dari TIMMS 2003 menerangkan bahwa kemampuan pada bidang Matematika dengan standar nilai rata-rata internasional 467 menunjukkan peringkat pertama. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2 TIMMS Tahun 2003 Bidang Matematika

No. Negara Rata-Rata Standar Pencapaian Internasional

1. Singapura 467 605

2. Rep. Korea 467 589

3. Hongkong 467 586

4. China Taipe 467 585

5. Jepang 467 570

6. Belgia 467 537

7. Belanda 467 536

8. Estoria 467 531

9. Hongaria 467 529

10. Malaysia 467 508

34. Indonesia 467 420


(22)

Tabel 1.2 TIMMS Tahun 2003 Bidang Sains

No. Negara Rata-Rata Standar Pencapaian Negara Internasional

1. Singapura 474 578

2. China 474 557

3. Korea 474 558

4. Hongkong 474 556

5. Estoria 474 552

6. Jepang 474 552

7. Hongaria 474 543

8. Belanda 474 536

9. Amerika Serikat 474 527

10. Australia 474 527

36. Indonesia 474 420

Sumber : TIMMS Tahun 2003

Kemudian salah satu masalah dalam pendidikan nasional termasuk Provinsi Sumatera Utara yang masih hangat dibicarakan adalah masalah kualitas hasil pendidikan. Berdasarkan UNDP PBB diketahui bahwa dari 174 negara di dunia, Indonesia termasuk Sumut pada peringkat 107. Kondisi ini didukung pula oleh hasil penelitian yang dilakukan Political and Economic Risk Consultacy (PERC) di Hongkong yang menyatakan bahwa sistem pendidikan Indonesia (termasuk Sumut) menduduki peringkat terakhir dari 12 negara di ASIA.


(23)

Demikian juga halnya dengan rawa input untuk perguruan tinggi, dari hasil seleksi mahasiswa baru melalui ujian masuk perguruan tinggi negeri (SPMB) dari tahun ke tahun skor rata-rata peserta ujian menurun dan IPM Indonesia berada pada peringkat 111 dari 117 negara. Perbaikan pengalokasian dana untuk belanja modal selain belanja rutin ikut menopang perbaikan kesejahteraan. Menurut UNDP (1996) hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik, artinya apabila terdapat pertumbuhan ekonomi maka akan mempengaruhi pembangunan manusianya.

Penelitian tentang hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan Manusia telah dilakukan sebelumnya oleh Fhino Andrea Christy pada tahun 2009. Penelitian dilakukan di Kabupaten dan Kota se Jawa Tengah pada tahun 2004-2006. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Belanja Modal berpengaruh terhadap IPM.

Hal ini menunjukkan besarnya alokasi belanja modal akan menentukan pengalokasian dana bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari tingkat IPM. Penelitian ini hanya melihat tingkat kesejahteraan dari sisi pendidikan, kesehatan maupun taraf hidup untuk melihat kualitas pembangunan manusia. Penggunaan indikator yang berkaitan dengan kualitas pembangunan manusia dapat


(24)

dilakukan pada peneliti selanjutnya agar diperoleh gambaran yang lebih komprehensif bagaimana pengaruh belanja modal terhadap indeks pembangunan manusia.

Selain itu, penelitian ini tidak menggunakan alokasi belanja modal secara terperinci yang mempunyai relevansi langsung dengan indikator kualitas pembangunan manusia Penggunaan belanja modal secara terperinci (menurut sektor terkait) dapat dilakukan pada peneliti mendatang agar diperoleh gambaran bagaimana pengaruh langsung masing-masing komponen belanja modal terkait dengan kualitas pembangunan manusia.

Besarnya Belanja Modal pemerintah daerah selama ini sangat ditentukan oleh faktor Dana Alokasi Umum. Hasil ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdullah dan Halim (2003), dan hal ini juga dikemukakan oleh Adi dan Harianto (2007) yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Selain itu Prakoso (2004) juga mengutarakan hal serupa bahwa secara empiris besarnya jumlah Belanja Modal dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum yang diterima pemerintah pusat.

Penelitian ini ditujukan untuk melihat sampai sejauh mana kebijakan pemerintah daerah dalam mengalokasikan PAD, DAU serta DAK yang diterima


(25)

untuk kepentingan Belanja Modal dan bagaimana dampak alokasi belanja ini terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara?”.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis PAD, DAU dan DAK terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang berarti bagi daerah yang menjadi lokasi penelitian, yaitu:

1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam melihat Indeks Pembangunan Manusia dalam hubungannya dengan Pendapatan Asli


(26)

Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sejak diberlakukannya otonomi daerah di Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Utara

2. Bagi pemerintah daerah dalam hal ini Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara yang menjadi lokasi penelitian, untuk dapat menganalisis indeks pembagunan manusia di daerahnya, dilihat dari sisi penyerapan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

3. Bagi akademis diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya terutama pada bidang penelitian yang sama.

1.5 Originalitas Penelitian

Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian seperti ini pernah dilakukan. Penelitian yang peneliti lakukan ini, merupakan pengembangan ide dari penelitian yang dilakukan oleh Fhino Andrea Christy dan Priyo Hari Adi (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Fhino Andrea Christy dan Priyo Hari Adi yaitu:


(27)

1. Independen variabel penelitian terdahulu adalah Dana Alokasi Umum, dan Belanja  Modal sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi independen variabelnya adalah  Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja  Modal dengan Kualitas Pembangunan Manusia sebagai variable dependenya.  2. Populasi penelitian terdahulu merupakan Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah dan 

sedangkan populasi dalam penelitian saat ini adalah seluruh Kabupaten dan Kota di  Propinsi Sumatera Utara. Penelitian terdahulu memiliki tahun amatan antara tahun  2004‐2006, sedangkan dalam penelitian ini memiliki tahun amatan antara tahun  2005‐2008. 

3. Peneliti terdahulu menggunakan alat uji regresi linier berganda dengan software SPSS 16, sedangkan di dalam penelitian ini menggunakan alat uji pooling least square (PLS) dengan software e-views versi 5.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh menguraikan pengertian Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Bastian (2001:49), penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli Daerah adalah : meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil


(29)

yang maksimal. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh Pemerintah Daerah.

Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari:

a. hasil pajak daerah, b. hasil retribusi daerah,

c. hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan,

d. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. a. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk investasi publik.

Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan sebagai badan hukum publik dalam rangka membiayai rumah tangganya.

Adapun yang termasuk jenis pajak daerah yaitu: 1. Jenis pajak daerah Propinsi terdiri dari :


(30)

 Bea balik nama kenderaan bermotor  Pajak bahan bakar kenderaan bermotor 2. Jenis pajak dearah Kabupaten / Kota terdiri dari :

 Pajak hotel dan restoran  Pajak hiburan

 Pajak reklame

 Pajak penerangan jalan

 Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C.  Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

b. Retribusi Daerah

Retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya restribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung maupun tidak langsung oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati


(31)

oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan.

Beberapa ciri-ciri retribusi yaitu : 1. retibusi dipungut oleh negara,

2. dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis, 3. adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk,

4. retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang menggunakan / mengenyam jasa-jasa yang disediakan oleh negara.

Dari uraian diatas dapat kita lihat pengelompokan retribusi yang meliputi :

1. retribusi jasa umum, adalah: retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan,

2. retribusi jasa usaha, adalah: retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta.

Adapun jenis-jenis retribusi terdiri dari:

3. Jenis retribusi daerah untuk Propinsi terdiri dari:  Retribusi Pelayanan Kesehatan


(32)

 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta  Retribusi Pengujian Kapal Perikanan

4. Jenis retribusi daerah untuk Kabupaten / Kota terdiri dari:  Retribusi Pelayanan Kesehatan

 Retribusi Pelayan Persamapahan / Kebersihan  Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP

 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan Sipil  Retribusi Pelayanan Pemakaman

 Retribusi Pelayanan Pengabuan Mayat

 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi jalan Umum  Retribusi Pelayanan Pasar

 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

 Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran  Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

 Retribusi Pengujian Kapal Perikanan  Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

 Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir atau Pertokoan  Retribusi Jasa Usaha Tempat Pelelangan


(33)

 Retribusi Jasa Usaha Tempat Khusus Parkir

 Retribusi Jasa Usaha Tempat Penginapan / Persenggrahan / Villa  Retribusi Jasa Usaha Penyedotan Kakus

 Retribusi Jasa Usaha Rumah Potong Hewan  Retribusi Jasa Usaha Pelayanan Pelabuhan Kapal  Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga  Retribusi Jasa Usaha Penyeberangan di atas Air  Retribusi Jasa Usaha Pengolahan Limbah Cair

 Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah  Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

 Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol  Retribusi Izin Gangguan

 Retribusi Izin Trayek

c. Perusahaan Daerah

Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang sangat penting dan selalu mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah. Perusahaan Daerah adalah


(34)

kesatuan produksi yang bersifat: memberi jasa, menyelenggarakan pemanfaatan umum, dan memupuk pendapatan. Sedangkan tujuan perusahaan daerah adalah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan menggutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lain-lain yang sah, menurut Devas bahwa : kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah Tingkat II mencakup berbagai penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat dan bahan jasa. Penerimaan dari swasta, bunga simpanan giro dan Bank serta penerimaan dari denda kontraktor. Namun walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangat bergantung pada potensi daerah itu sendiri.


(35)

2.1.2 Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan.

Sejak akhir dekade 1950-an, dalam literature ekonomi dan keuangan daerah, hubungan pendapatan dan belanja daerah didiskusikan secara luas, serta berbagai hipotesis tentang hubungan ini diuji secara empiris. Seperti yang dinyatakan oleh Holtz-Eakin et al (1985), yang dikutip oleh Maemunah (2006), bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari Pemerintah Pusat dengan belanja Pemerintah Daerah. Analisisnya menggunakan model maximing under uncertainty of intertemporal utility fuction dengan menggunakann data runtun waktu selama tahun 1934-1991 untuk mengetahui seberapa jauh pengeluaran daerah dapat dirasionalisaikan sebagai model.

Diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri. Dalam menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom, Pemerintah Daerah sangat bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat berupa bagi hasil


(36)

pajak, bagi hasil Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi Umum yang merupakan penyangga utama pembiayaan APBD sebagian besar terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek pembangunan menjadi sangat berkurang.

Kendala utama yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah adalah minimnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Proporsi Pendapatan Asli Daerah yang rendah, di lain pihak, juga menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam mengelola keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran, baik langsung maupun tidak langsung, dibiayai dari dana perimbangan, terutama dana alokasi umum. Alternatif jangka pendek peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah menggali dari Pendapatan Asli Daerah.

Pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka panjang dapat menurunkan kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya Pendapatan Asli Daerah.

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan bagian dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari Pajak dan sumber daya alam. Disamping dana


(37)

perimbangan tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Seharusnya dana transfer dari Pemerintah Pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel.

Namun, pada praktiknya, transfer dari Pemerintah Pusat merupakan sumber pendanaan utama Pemerintah Daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang oleh Pemerintah Daerah “dilaporkan” di perhitungan APBD. Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi (kalau tidak mungkin menghilangkan) kesenjangan fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh negeri.

2.1.3 Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi Khusus merupakan bagian dari dana perimbangan sesuai dengan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dana Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk


(38)

membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Yang dimaskudkan sebagai daerah tertentu adalah daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat khusus. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN berarti bahwa besaran Dana Alokasi Khusus tidak dapat dipastikan setiap tahun.

Dana Alokasi Khusus digunakan khusus untuk membiayai investasi pengadaan dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang. Dalam keadaan tertentu Dana Alokasi Khusus dapat membantu biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 (tiga) tahun.

2.1.4 Indeks Pembangunan Manusia

Hakekat pembangunan pada dasarnya adalah pembangunan manusia (Suyanto,2009). Pembangunan harus memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas hidup manusia secara menyeluruh, baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun non fisik. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut juga dengan Human Development Index (HDI/IPM ) adalah indeks komposit untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup secara lebih berkualitas, baik dari aspek kesehatan, pendidikan, maupun aspek ekonomi. IPM juga digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju,


(39)

negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup (UNDP, 1996).

IPM mulai digunakan oleh UNDP sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara. IPM merupakan indikator komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah (UNDP, 2004). Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. IPM merupakan gabungan dari tiga unsur utama pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) yang diukur oleh tingkat melek orang dewasa (dengan timbangan dua pertiga) serta rata-rata tahun bersekolah (timbangan : satu pertiga), standar hidup layak (standard of living) yang diukur oleh PDB per kapita setelah disesuaikan dengan paritas daya beli (purchasing power parity /PPP) (www.cifor.cgiar.org).

Pembangunan manusia yang dimaksudkan dalam IPM tidak sama dengan pengembang sumber daya manusia yang biasanya dimaksudkan dalam teori ekonomi. Sumber daya manusia menunjuk pada manusia sebagai salah satu faktor produksi, yaitu sebagai tenaga kerja yang produktivitasnya harus ditingkatkan. Dalam hal ini manusia hanya sebagai alat (input) untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan output


(40)

barang dan jasa. Sedangkan manusia di dalam IPM lebih diartikan sebagai tujuan pembangunan yang berorientasi akhirnya pada peningkatan kesejahteraan manusia (Gevisioner, 2004).

Salah satu ukuran IPM adalah besarnya pendapatan nasional yang digunakan untuk belanja pendidikan (Kuncoro, 2004). Untuk meningkatkan IPM khususnya dalam bidang pendidikan, caranya dengan memberantas buta aksara. Hal ini akan menjadikan masyarakat menjadi melek aksara. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia terdapat empat hal pokok yang perlu diperhatikan, yaitu produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan (UNDP, 1995:12).

1.1Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Christy dan Priyo Hadi Adi (2009)

Penelitian yang dilakukan oleh Fhino Andrea Christy dan Priyo Hadi Adi ini bertujuan untuk melihat pengaruh Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal terhadap Kualitas Pembangunan Manusia dengan populasi penelitian di 35 Kabupaten dan Kota yang terdapat di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2004-2006.

Pengujian tentang pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Belanja Modal (BM) konsisten dengan penelitian sebelumnya. Besarnya Belanja Modal pemerintah daerah selama ini sangat ditentukan oleh faktor Dana Alokasi Umum. Hasil ini


(41)

dan hal ini juga dikemukakan oleh Adi dan Harianto (2007) yang menyatakan bahwa DAU berpengaruh signifikan terhadap IPM. Selain itu Prakoso (2004) juga mengutarakan hal serupa bahwa secara empiris besarnya jumlah IPM dipengaruhi oleh DAU yang diterima pemerintah pusat.

Dana alokasi umum berpengaruh terhadap IPM atau Human Development Index (HDI). Hal ini menunjukkan besarnya alokasi belanja modal akan menentukan pengalokasian dana bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari tingkat IPM. Penelitian ini hanya melihat tingkat kesejahteraan dari sisi pendidikan, kesehatan, maupun taraf hidup untuk melihat kualitas pembangunan manusia. Penggunaan indikator yang berkaitan dengan kualitas pembangunan manusia dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya agar diperoleh gambaran yang lebih komprehensif bagaimana pengaruh belanja modal terhadap kualitas pembangunan manusia.

Selain itu, penelitian ini tidak menggunakan alokasi belanja modal secara terperinci yang mempunyai relevansi langsung dengan indikator kualitas pembangunan manusia. Penggunaan belanja modal secara terperinci (menurut sektor terkait) dapat dilakukan pada penelitian mendatang agar diperoleh gambaran bagaimana pengaruh langsung masingmasing komponen belanja modal terkait dengan kualitas pembangunan manusia.


(42)

2. Abdullah, Syukri, dan Abdul Halim (2007)

Kualitas pembangunan manusia merupakan suatu indikator pembangunan yang sangat berharga sebagai upaya penggabungan faktor ekonomi dan non ekonomi dari proses pembangunan.Tingkat kesejahteraan penduduk di propinsi Riau lebih baik dibanding dengan penduduk propinsi lainnya di Pulau Sumatera, dan memperlihatkan kecenderungan yang semakin membaik dari tahun ke tahun. Kemiskinan tetap menjadi agenda dan tantangan utama dalam pembangunan daerah ini.

Oleh karena itu, pengurangan kemiskinan dan peningkatan kualitas SDM harus dapat diinterpretasikan di setiap agenda pembangunan yang senantiasa diarahkan untuk dapat memberikan dampak positif yang konkrit terhadap peningkatan pendapatan dan penghapusan hambatan-hambatan sosial lainnya yang dihadapi oleh penduduk miskin. Oleh karena itu, konsep keterkaitan secara multi dimensional antara pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi, sistem ketahanan pangan dan gizi perlu dikembangkan, tidak saja dalam tatanan strategis kebijakan makro tetapi juga pada kebijakan mikro operasional pada masa mendatang di Riau. 3. Adi dan Harianto (2004)

Penelitian yang dilakukan oleh Syukri Abdullah dan Abdul HalimVariabel independen adalah DAU, PAD sedangkan variabel dependen adalah Belanja Pemerintah Daerah. Besaran Belanja Pemerintah Daerah sangat ditentukan oleh Dana Alokasi Umum. Populasi dalam penelitian ini dilakukan pada Kabupaten dan Kota di Jawa dan Bali.


(43)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian Christy dan Priyo Hadi

Adi (2009)

Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan Manusia.

Variabel

independen adalah DAU dan Belanja Modal, sedangkan variabel dependen adalah Kualitas Pembangunan Manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Belanja Modal berpengaruh terhadap Kualitas Pembangunan Manusia, sedangkan variabel Dana Alokasi

Umum juga merupakan faktor yang sangat menentukan besaran

Belanja Modal. Abdullah, Syukri, dan

Abdul Halim (2007)

Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja Pemerintah Daerah (Studi Kasus

Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali.)

Variabel independen adalah DAU,PAD, sedangkan variabel dependen adalah Belanja Pemerintah Derah. Besaran Belanja Pemerintah Daerah sangat ditentukan oleh Dana Alokasi Umum.

Adi dan Harianto (2004) Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota se-Jawa-Bali). Variabel independen adalah Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Pembangunan, sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah.

Dana Alokasi Umum berpengaruh

signifikan terhadap Belanja Modal.


(44)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting (Sumarni, 2006:27).

Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi ada 3 variabel independen adalah Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2) dan Dana Alokasi Khusus (X3) sedangkan variabel dependennya adalah Indeks Pembangunan Manusia (Y). Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Indeks Pembagunan

Manusia (Y) Pendapatan Asli Daerah

(X1)

Dana Alokasi Khusus (X3)

Dana Alokasi Umum (X2)


(45)

Kebijakan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal didasarkan pada pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya, sehingga pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memacu peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi. Adanya peningkatan dana desentralisasi yang ditransfer pemerintah pusat setiap tahunnya diharapkan dapat mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh pembangunan manusia. Pada sehingga perlu diprioritaskan alokasi belanja untuk keperluan ini dalam penyusunan anggaran.

Perbaikan prioritas ini akan meningkatkan pula tingkat kesejahteraan masyarakat. Apabila indeks pembangunan manusianya rendah maka akan menentukan tingkat kesejahteraan individu yang pada akhirnya juga menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu cara untuk mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk . Kualitas fisik tercermin dari angka harapan hidup; sedangkan kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf; dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat yang tercermin dari nilai purchashing power parity index (ppp).


(46)

Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) terdapat 3 indikator utama, yaitu indikator kesehatan, tingkat pendidikan dan indikator ekonomi. Pengukuran ini menggunakan tiga dimensi dasar, yaitu: lamanya hidup, pengetahuan, dan standar hidup yang layak. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Selain juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada gilirannya ditentukan oleh banyak faktor, terutama pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah.

Perbaikan pengalokasian dana untuk dana alokasi umum selain belanja rutin ikut menopang perbaikan kesejahteraan. Menurut UNDP (1996) hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik, artinya apabila terdapat pertumbuhan ekonomi maka akan mempengaruhi pembangunan manusianya.

     Berdasarkan uraian sebelumnya, maka Indeks Pembangunan Manusia diperkirakan  baik  secara  langsung  maupun  tidak  langsung  dipengaruhi  oleh  beberapa  variabel  independen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi  Khusus (DAU) dengan uraian sebagai berikut: 

a. Semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka semakin tinggi Indeks Pembangunan  Manusia di Pemerintahan Daerah. 


(47)

b. Semakin tinggi Dana Alokasi Umum (DAU)  maka semakin tinggi  Indeks  Pembangunan  Manusia di Pemerintahan Daerah. 

c. Semakin tinggi Dana Alokasi Khusus (DAK) maka semakin tinggi Indeks Pembangunan Manusia  di Pemerintahan Daerah. 

3.2 Hipotesis Penelitian

Menurut Indriantoro (2002:73), “hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis dikembangkan dari telah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris (Sugiyono, 2007:51).

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.


(48)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal (causal) yaitu untuk melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, Umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen, dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung.

Peneliti menggunakan desain penelitian ini untuk memberikan bukti empiris secara langsung dan menganalisis pengaruh PAD, DAU, dan DAK sebagai variabel independen terhadap Indeks Pembangunan Manusia sebagai variabel dependen di Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yaitu pada laporan keuangan Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu antara tahun 2005-2008. Sedangkan rencana waktu penelitian yakni selama 16 minggu (Mei - Agustus).

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2007:72) menyatakan bahwa “populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan


(49)

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluurh Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang berjumlah 25 Kabupaten dan 8 Kota. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 22 Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007:73). Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah tersedianya data penelitian di Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara dan yang rutin menerbitkan laporan keuangan dari Tahun 2005-2008. Sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 22 Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Data yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dan data cross-section. Data time-series adalah Data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu dan data cross section yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik tertentu (Kuncoro, 2003:125) yang disebut dengan pooling data atau combined model.


(50)

Tabel 4.1 Populasi dan Sampel

Kriteria No. Nama Kabupaten/Kota

1 2

Jumlah

1 Kabupaten Asahan √ √ Sampel 1

2 Kabupaten Batu Bara X X -

3 Kabupaten Dairi √ √ Sampel 2

4 Kabupaten Deli Serdang √ √ Sampel 3 5 Kabupaten Humbang Hasundutan √ √ Sampel 4

6 Kabupaten Karo √ √ Sampel 5

7 Kabupaten Labuhanbatu Sampel 6 8 Kabupaten Labuhanbatu Selatan X X - 9 Kabupaten Labuhanbatu Utara X X -

10 Kabupaten Langkat √ √ Sampel 7

11 Kabupaten Mandailing Natal √ √ Sampel 8

12 Kabupaten Nias √ X -

13 Kabupaten Nias Barat X X -

14 Kabupaten Nias Selatan √ X -

15 Kabupaten Nias Utara X X -

16 Kabupaten Padang Lawas X X -

17 Kabupaten Padang Lawas Utara X X -

18 Kabupaten Pakpak Bharat √ √ Sampel 9

19 Kabupaten Samosir √ X -

20 Kabupaten Serdang Bedagai √ √ Sampel 10 21 Kabupaten Simalungun √ √ Sampel 11 22 Kabupaten Tapanuli Selatan √ √ Sampel 12 23 Kabupaten Tapanuli Tengah √ √ Sampel 13 24 Kabupaten Tapanuli Utara √ √ Sampel 14 25 Kabupaten Toba Samosir √ √ Sampel 15

26 Kota Binjai √ √ Sampel 16

27 Kota Gunung Sitoli X X -

28 Kota Medan √ √ Sampel 17


(51)

4.4 Metode Pengumpulan Data

30 Kota Pematang Siantar √ √ Sampel 19

31 Kota Sibolga √ √ Sampel 20

32 Kota Tanjung Balai √ √ Sampel 21

33 Kota Tebing Tinggi √ √ Sampel 22

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah diolah secara statistik.

Pada penelitian ini, prosedur pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua tahapan. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yakni jurnal akuntansi dan buku- buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada tahap yang kedua, pengumpulan data dilakukan dengan cara melengkapi data dari data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara.

4.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Pendapatan Asli Daerah (X1)

Pendapatan Daerah adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari: 1. Pajak Daerah


(52)

3. Laba Badan Usaha Milik Daerah 4. Pendapatan lain-lain yang sah.

2. Dana Alokasi Umum (X2)

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom, Pemerintah Daerah sangat bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat berupa bagi hasil pajak, bagi hasil SDA, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi Umum yang merupakan penyangga utama pembiayaan APBD sebagian besar terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek pembangunan menjadi sangat berkurang.


(53)

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi Khusus merupakan bagian dari dana perimbangan sesuai dengan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dana Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Yang dimadsudkan sebagai daerah tertentu adalah daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat khusus. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN berarti bahwa besaran Dana Alokasi Khusus tidak dapat dipastikan setiap tahun.

3. Indeks Pembangunan Manusia (Y)

Hakekat pembangunan pada dasarnya adalah pembangunan manusia (Suyanto,2009). Pembangunan harus memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas hidup manusia secara menyeluruh, baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun non fisik. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut juga dengan Human Development Index (HDI/IPM ) adalah indeks komposit untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup secara lebih berkualitas, baik dari aspek kesehatan, pendidikan, maupun aspek ekonomi. IPM juga digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju,


(54)

negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Tabel 4.2 Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Variabel Penelitian

Defenisi Operasional Indikator Variabel Skala Pengukuran

Pendapatan Asli Daerah (X1)

Seluruh pendapatan yang bersumber dari daerah masing-masing. Terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, laba hasil BUMD, dan lain-lain pendapatan yang sah.

PAD=PAD(t1)-PAD(t0)/ PAD(t0)

Rasio

Dana Alokasi Umum (X2)

Dana perimbangan dari pusat ke daerah, yang diberikan demi tujuan umum.

DAU=DAU(t1)-DAU(t0)/ DAU(t0)

Rasio

Dana Alokasi Khusus (X3)

Dana perimbangan dari pusat ke daerah,yang diberikan demi tujuan tertentu. DAK=DAK(t1)-DAK(t0)/ DAK(t0) Rasio Indeks Pembangunan Manusia (Y)

Tingkatan sumber daya manusia yang digambarkan dalam angka.

Rasio Indeks Pembangunan

Manusia (IPM)

Rasio

4.6 Metode Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrika yaitu model yang menyatakan antara deret waktu ( time series ) dan data kerat lintang ( cross section ) menghasilkan data yang disebut panel data (pooled data). Sehingga dalam data panel mempunyai deret waktu T > 1 dan kerat lintang


(55)

N>1. Menurut Kuncoro ( 2003 ) data panel merupakan data kombinasi antara data deret / runtut waktu, yang memiliki observasi – observasi pada suatu unit analisis pada suatu titik waktu tertentu. Ciri khusus data deret waktu adalah berupa urutan numerik dimana interval antar observasi atas sejumlah variabel bersifat konstan dan tetap. Sedangkan data silang tempat adalah suatu unit analisis pada suatu titik waktu tertentu dengan observasi atas sejumlah variabel.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data panel yaitu dengan menggunakan data antarwaktu dan data antardaerah yang disebut data panel. Menggunakan data panel memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

a. Dapat mengontrol heterogenitas individu;

b. Memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, derajat kebebasan yang lebih efisien, serta menghindarkan kolinieritas antar variabel;

c. Data panel lebih baik dalam hal untuk studi mengenai dynamics of adjustment, yang memungkinkan estimasi masing-masing karakteristik individu maupun karakteristik antar waktu secara terpisah;

d. Mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur pengaruh yang biasa tidak dapat dideteksi oleh data cross section ataupun time series saja.


(56)

4.6.1 Model Analisis Ekonometrika

Dengan menggunakan model Ekonometrika maka model ini dapat difungsikan sebagai berikut:

Fungsi persamaan Y= f(PAD, DAU, DAK) ditransformasikan ke dalam model ekonometrika sebagai berikut :

Yit = α+β1PADit + β2DAUit + β3DAK3it + eit

Dalam menganalisis data pada tesis ini, penulis menggunakan metode analisis data panel. Dimana data panel merupakan data campuran cross section dan time series. Penggunaan data panel didasarkan pada kenyataan bahwa data yang tersedia, seriesnya tidak mencukupi untuk dilakukan analisis.

Dimana : t = Tahun

i = Kabupaten/kota

Y = Indeks Pembangunan Manusia

 = Intercept/konstanta 3

2 1, ,

 = Koefisien regresi PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum DAK = Dana Alokasi Khusus


(57)

Secara matematis bentuk hipotesisnya adalah: 0

1 X

Y

, artinya pendapatan asli daerah di kabupaten / kota di Sumatera Utara

mengalami kenaikan, maka IPM ( Y ) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

0

2

X

Y

, artinya dana alokasi umum di kabupaten / kota di Sumatera Utara

mengalami kenaikan, maka IPM ( Y ) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

0 3  X

Y

, artinya dana alokasi khusus mengalami kenaikan, maka IPM ( Y )

akan mengalami kenaikan, ceteris paribus. 4.6.2 Metode Analisis

Menurut Gujarati (2003), yang menemukan bahwa mengestimasi jenis data panel dengan metode OLS tidak konsisten dan efisien (inefisiensi), sehingga disarankan untuk menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Dimana dalam metode ini dapat dianalisis dengan dua model pendekatan, yaitu fixed effects model (FEM) dan random effects model (REM). Kemudian dari kedua model tersebut


(58)

dapat ditentukan model yang terbaik untuk digunakan dalam model persamaan ekonometrika.

Dengan data panel, jumlah pengamatan menjadi banyak. Dengan analisis data regresi panel, dapat menangkap dinamika yang lebih baik dari hubungan antara indeks pembangunan manusia dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam random effect diasumsikan bahwa komponen error individual tidak berkorelasi satu sama lain dan tidak ada otokorelasi baik cross section maupun time series. Kedua variabel random tersebut yaitu variabel cross section dan variabel time series diasumsikan berdistribusi normal dengan derajat bebas yang tidak berkurang. Model random effect dapat diestimasi sebagai regresi Generalized Least-Square ( GLS ) yang akan menghasilkan penduga yang memenuhi sifat Best Linier Unbiased Estimation (BLUE). Dengan demikian adanya gangguan asumsi klasik dalam model ini telah terdistribusi secara normal, sehingga tidak diperlukan lagi treatment terhadap model bagi pelanggaran asumsi klasik, yaitu asumsi adanya autokorelasi, multikolinearitas dan heterokedastik.

Untuk menentukan model mana yang terbaik dalam metode GLS tersebut maka dapat dilakukan dengan Uji Hausman, 1978 (Gujarati, 2003).


(59)

4.6.3. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

Pada metode ini, penggunaan data panel dilakukan dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series dan selanjutnya dilakukanlah pendugaan. Pada metode ini, model mengasumsikan bahwa nilai intersep dari masing – masing variabel adalah sama dan slope koefisien dari variabel – variabel yang digunakan adalah identik untuk semua unit cross section. Persamaan yang digunakan adalah :

Y

1it

it = α+β1PADit + β2DAUit + β3DAK3it + eit  

4.6.4.Pendekatan Fixed Effect Model ( FEM ) 

Model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan atau terdapat perbedaan pada setiap individu (data cross section). Sementara itu, slope koefisien dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu.

Y it = α+β21X 2W2t 3W3t +…+ N WNt+ 2+ Z12+ 3+….+ T ZIt+ it

Dimana :

Yit = variable terikat untuk individu ke –i dan waktu ke-t Xit = Variabel bebas untuk individu ke-I dan waktu ke-t Wit dan Zit variabel dummy yang didefenisikan sebagai berikut: Wit = 1; untuk individu i; i=1,2,…,N= 0; lainnya


(60)

Zit = 1; untuk periode t; t= 1,2,…,N =0 ; lainnya

Persamaan Fixed Effect Model atau pendekatan efek tetap adalah :

), maka akan memperoleh estimasi

. Dengan demikian, persamaan r

+ β3DAKit +Eit ; Eit = ui +vt+wit Yit = α+β1PADit + β2DAUit + β3DAK3it +µi + eit

Dari model di atas terlihat bahwa sesungguhnya pendekatan efek tetap adalah sama dengan regresi yang menggunakan Dummy Variabel sehingga dapat diestimasi dengan Ordinary Least Square (OLS

yang tidak bias dan konsisten (Nachrowi, 2006). 4.6.5. Pendekatan Random Effect Model (REM)

Pada model ini, perbedaan karakteristik individu dan waktu yang diakomodasikan pada error dari model. Ada dua komponen yang mempunyai kontribusi pada pembentukan error yaitu individu dan waktu, maka random error pada pendekatan random effect model juga perlu diurai menjadi error untuk komponen individu, error komponen waktu dan error gabungan

andom effect model diformulasikan sebagai berikut: Yit = α+β1PADit + β2DAUit

ui = komponen error cross section vt = komponen error time series wit = komponen error gabungan


(61)

error. Nilai R2 dip ole

u mengasumsikan bahwa komponen error tidak berkorelasi dengan var el

gunakan dalam data panel. Adapun

ingkan jumlah Ada beberapa hasil terkait output estimasi REM, yaitu :

Penjumlahan dari nilai random effect adalah 0, karena komponen error (Eit) merupakan penjumlahan dari time series error dan cross section

er h dari transformasi regresi Generalized Least Square (GLS).

Oleh karena ada dua metode yang sesuai untuk data panel, maka kita harus memilih salah satu dari keduanya untuk mencari model yang paling tepat. Masing-masing model memiliki kelebihan. Metode random effect model (REM) mempunyai parameter yang lebih sedikit, sehingga model yang dibentuk akan memiliki derajat kebebasan (degree of freedom) yang lebih banyak dibandingkan model dengan metode fixed effect model (FEM). Sementara itu, metode FEM juga mempunyai keunggulan yaitu metode ini dapat membedakan efek individual dan efek waktu dan FEM tidak perl

iab bebas.

Beberapa pakar ekonometrika membuat pembuktian untuk menentukan metode apa yang paling sesuai untuk di

kesimpulan dari pembuktian tersebut adalah:

a. Jika pada data panel, jumlah runtun waktu lebih besar diband individu, maka disarankan untuk menggunakan metode FEM.


(62)

nel, jumlah runtun waktu lebih sedikit dibandingkan jumlah nkan untuk menggunakan metode REM.

4.7. Pe

listis mengingat dimungkinkan saja setiap unit cross ng berbeda. Untuk mengetahuinya diigunakan restricted

Ho : model PLS (restricted)

1 model fixed effect (unrestricted), dimana

F =

b. Jika pada data pa individu, maka disara ngujian Model 4.7.1. Uji F atau Uji Chow

Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi dapat dilakukan dengan uji F atau uji Chow. PLS merupakan restricted model dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu. Terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak rea

section memiliki perilaku ya F test untuk menguji hipotesis:

H :

Dimana Rr2 didapat dari persamaan model PLS dan Rur2 didapat dari persamaan model FEM, merupakan jumlah restricted dan df for numerator . H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel. Sebagai alternatif dapat pula menggunakan uji Chow. Dasar


(63)

penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F - statistik seperti perumusan Chow sebagai berikut :

CHOW =

a : Diman

SS Square yang diperoleh dari estimasi data panel

model.

ic (F - stat) hasil pengujian > F - table , maka cukup bukti ntuk melakukan penolakan H0, sehingga model yang digunakan adalah FEM, dan egitu pula sebaliknya.

RRSS = Restricted Residual Sum Square yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least square.

UR = Unrestricted Residual Sum

dengan metode fixed effect N = jumlah data cross section T = jumlah data time series K = jumlah variabel penjelas.

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistic yaitu FN-1,NT-N-K Jika nilai CHOW statist

u b


(64)

uji Hausman dapat digunakan untuk melihat kelayakan

Persamaan Hausman test adalah : 4.7.2. Uji Hausman

Uji Hausman dilakukan untuk menentukan penggunaan FEM ataukah REM. Ide dasar Hausman test adalah adanya hubungan yang berbanding terbalik antara model yang bias dan model yang effisien. Pada FEM, hasil estimasi tidak bias dan tidak efisien, sebaliknya pada REM hasil estimasi bias dan efisien. Nachrowi (2006) menyatakan bahwa karena metode efek tetap diduga dengan menggunakan OLS, maka dalam data panel,

penggunaan model panel.

 

 

 

 

1

 

bˆ

2 ˆ var var ˆ

 

K b b

W

W adalah nilai tes Chi-square hitung.

1 = ti

tatistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya maka model ang tepat adalah REM.

Hipotesis :

H0 = ada gangguan antar individu (random effect) H dak ada gangguan antar individu (fixed effect)

Jika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritisnya atau hasil dari Hausman test signifikan, maka H0 ditolak,berarti model yang tepat adalah FEM, sebaliknya apabila nilai s


(65)

PEMBAHASAN a

5.1

da jalur perdagangan internasional yang Malaysia dan Singapura.

Ba

oe Aceh Darusalam.

berbatasan dengan dengan Provinsi Riau dan BAB V

ANALISA DAN 5.1. Gambaran Umum Sumatera Utar

.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat Indonesia, terletak pada garis lintang 10 – 40 Lintang Utara dan 980 – 1000 Bujur Timur, dengan luas. Letak provinsi ini sangat strategis karena berada pa

berdekatan dengan tas – batasnya:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggr b. Sebelah Timur dengan Malaysia di Selat Malaka. c. Sebelah Selatan

Sumatera Barat.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Wilayah Propinsi Sumatera Utara mencakup areal seluas 71.680 kilometer persegi. Pada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Propinsi Sumatera Utara meliputi areal hutan seluas 26.737 kilometer persegi atau 37,3 persen, areal semak belukar seluas 10.107 kilometer persegi atau 14,1 persen, areal padang rumput


(66)

seluas 6.308 kilometer persegi atau 8,8 persen, areal ladang seluas 3.942 kilometer persegi atau 5,5 persen, areal dataran tinggi seluas 5.233 kilometer persegi atau 7,3 persen, areal sawah seluas 4.659 kilometer persegi atau 6,5 persen, areal perkebunan seluas 11.684 kilometer persegi atau 16,5 persen, areal perairan darat seluas 1.362 kilometer persegi atau 1,9 persen, areal permukiman seluas 1.479 kilometer persegi atau 1,7 persen, areal tandus dan lain

ihnya beragama Kristen (33,5 u (1,4 persen), serta lainnya (2,9 persen).

5.1

nya seluas 143 kilometer persegi atau 0,2 persen dari seluruh luas wilayah. Propinsi Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, tradisi, kesenian, dan bahasa. Masyarakat Sumatera Utara terdiri atas berbagai suku, antara lain Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan (Sipirok, Angkola, Padang Bolak, Mandailing), dan para pendatang yang telah lama menetap, seperti Jawa dan Minang, yang masing-masing memiliki kebudayaan dan adat istiadatnya sendiri. Penduduk propinsi ini sebagian besar beragama Islam (62,2 persen), dan seleb

persen), Hind .2. Iklim

Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter dia atas


(67)

n lagi berada pada da

dengan bulan Maret, diantara kedua musim ini oba.

5.1

permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,200C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagia

erah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 13,400C.

Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai

diselingi oleh musim pancar .3. Kondisi Demografi

Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar dalam jumlah penduduknya di Indonesia setelah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Dihuni oleh berbagai suku seperti Batak, Melayu, Aceh, Minangkabau dan Jawa serta menganut berbagai agama seperti Kristen, Islam, Hindu dan Budha. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11.506 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak 57,36 % tinggal di daerah pedesaan dan sisanya 42,64 % tinggal di daerah mencapai 12.643 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 176 km2. dari jumlah tersebut sebanyak 55,89 % berada di wilayah pedesaan dengan pertumbuhan sekitar 1,20 % per – tahun sejak tahun 1990. jumlah tersebuut bertambah menjadi sekitar 11,9 juta jiwa pada tahun 2003


(68)

ba sebesar 25,65 % dan Mandailing Natal sebesar 11,02 %. 5.1

, serta minyak dan gas bumi juga banyak terkandung di wil

berdasarkan hasil semantara pendaftaran pemilih dan peendaftaran penduduk ( P4 ). Dari jumlah tersebut paling banyak bertempat tinggal di kabupaten Deli Serdang ( 2,05 juta jiwa ) dan kota Medan (1,98 juta jiwa). Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 etnis terbesar yang mendiami Sumatera Utara adalah suku yang berasal dari Jawa ( Betawi, Banten, Sunda, Jawa dan Madura ) sebanyak 33,40 % kemudian suku Batak To

.4. Potensi Wilayah

Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas dan subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Sebagian besar dari wilayah ini merupakan areal pertanian yang merupakan sektor andalan dari Sumatera Utara. Di samping itu, Sumatera Utara juga memiliki wilayah perairan yang cukup luas seperti sungai, laut dan danau yang secara ekonomi memiliki potensi untuk dikembangkan. Wilayah perairan tersebut dapat digunakan sebagai sarana perhubungan dan perikanan. Sementara itu, keindahan alamnya merupakan potensi untuk sektor lainnya seperti industri, perdagangan, jasa dan lain – lain. Bahan – bahan galian dan tambang seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, kaolin, diatone, emas, batu bara


(69)

atera Utara adalah industri pengolahan yang menun

lainnya serta komunikasi seperti giro telah cukup berkembang dan ma

nomian Kegiatan perekonomian yang terpenting di Sumatera Utara adalah di sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan komoditi ekspor seperti dari perkebunan, tanaman panngan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Sum

jang sektor pertanian, industri yang memproduksi barang – barang dalam kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

Posisi strategis wilayah Sumatera Utara yang terletak dalam jalur perdagangan internasional membawa keuntungan tersendiri dalam menyokong perekonomian daerah. Hal ini juga ditunjang oleh adanya berbagai pelabuhan udara seperti pelabuhan udara Polonia, Pinang Sori, Binaka, Aek Godang, dan pelabuhan laut Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Bitung, Kuala Tanjung, dan Labuhan Bilik. Di samping fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa berkaitan denga fasilitas perbankan dan jasa – jasa perdagangan

perhubungan darat, telepon, teleks, faksmili, pos, dan mpu mencapai sebagian besar kecamatan. 5.2 Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara

Mulai pulihnya perekonomian Indonesia mulai berdampak pada perekonomian Sumatera Utara. Salah satu indikator membaiknya pereko


(70)

Sumate

a konstan secara berkala. Pertumbuhan yang p

konomi Sumatera Utara h

yang tumbuh sebesar 12,43 % disu

enaikan ekspor terutama didorong oleh meningkatnya permintaan ra Utara adalah dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi. perekonomian Sumatera Utara dari tahun ke tahun yang semakin meningkat.

Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun disajikan perubahan PDRB atas dasar harg

ositif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan.

Meredanya tekanan inflasi sepanjang tahun 2007 memberi dukungan bagi peningkatan kinerja perekonomian. Pada tahun 2007 kinerja perekonomian Sumatera Utara mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2003 pertumbuhan e

anya mencapai 4,81 persen, tahun 2005 meningkat menjadi 5,48 persen dan terus mengalami peningkatan sebesar 6,90 persen pada tahun 2007.

Pencapaian peningkatan kinerja perekonomian Sumatera Utara sepanjang tahun 2007 didukung oleh meningkatnya seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada sektor bank dan lembaga keuangan

sul oleh sektor angkutan dan komunikasi sebesar 9,90 % dan sektor pertambangan dan pengggalian tumbuh sebesar 9,78 %.

Pertumbuhan ekspor wilayah Sumatera selama tahun 2007 juga meningkatkan peningkatan. K


(71)

komod

lah dibuka sejak penjaja

tri. Pening

pengolahan barang lainnya. Pada tahun 2007, sektor industri menyumbang sebesar itas seperti crude palm oil ( CPO ) dan produk turunannya, serta karet dan produk karet.

Sektor pertanian masih memberikan peranan yang cukup dominan dalam perekonomian Sumatera Utara, walaupun beberapa tahun terakhir peranannya sudah mulai digeser oleh sektor industri. Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia. Perkebunan di Sumatera Utara te

han Belanda. Komoditi hasil perkebunan yang paling vital di Sumatera Utara saat ini antara lain kelapa sawit, karet, kopi, coklat dan tembakau.

Di sektor perdagangan, membaiknya pertumbuhan itu tidak terlepas dari membaiknya konsumsi dan pertumbuhan sektor – sektor yang berhubungan dengan sektor perdagangan, di antaranya adalah sektor bangunan dan sektor indus

katan pertumbuhan di sektor bangunan, antara lain, didorong oleh program sektor rekonstruksi pascabencana tsunami dan perluasan lahan perkebunan sawit.

Sektor industri merupakan penyumbang terbesar tehadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Jika dilihat peranan industri menurut besar kecilnya perusahaan, kelompok industri besar menghasilkan nilai tambah terbesar. Sedangkan jika dilihat menurut kelompok, industri makanan , minuman dan tembakau menempati urutan pertama. Pada urutan terakhir ditempati oleh kelompok industri


(72)

elah menggantikan posisi sektor pertani

udara ( penum

memberikan r riil untuk mengembangkan usahanya.

5.3.1. A

25,04 % terhadap perekonomian Sumatera Utara. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan industri telah berkembang dan t

an yang sebelumnya menjadi sektor primer.

Pada sektor perhubungan, rasio jumlah kendaraan terhadap panjang jalan lebih tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa bertambahnya jumlah kendaraan lebih cepat dari perkembangan jalan. Lalu lintas angkatan laut ( penumpang dan barang) antarnegara mengalami peningkatan. Sama halnya dengan angkutan laut antarpulau di pelabuhan yang diusahakan juga menunjukkan perkembangan. Angkutan

pang dan barang ) internasional dan domestik mengalami peningkatan.

Sektor perbankan menunjukkan kinerja yang menggembirakan yang tercermin dari meningkatnya dana yang dihimpun dan juga kredit yang disalurkan oleh bank pemerintah maupun bank swasta nasional. Membaiknya sektor ini

peluang dan harapan pada secto 5.3 Analisis Hasil Penelitian

nalisis Hasil Estimasi dengan Generalized Least Square

Oleh karena hasil indeks pembangunan manusia di 22 kabupaten / kota di Sumatera Utara untuk data panel dengan menggunakan metode OLS terbukti tidak konsisten dan efisien, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis dan


(73)

me es

el (REM), sehingga dapat diketahui model ana yang terbaik. Berikut ini dapat dilihat hasil estimasi dari kedua model tersebut dengan metode G

s pemban

R F

DAK -0.019287 -0.018279

ng timasi dengan metode Generalized Least Squares (GLS) seperti yang disarankan oleh Gujarati (2003).

Gujarati (2003) mengatakan bahwa untuk data panel, metode Generalized Least Squares (GLS) ini adalah lebih baik dan konsisten dibandingkan dengan metode OLS. Hal ini dikarenakan metode GLS dapat dianalisis dengan fixed effects model (FEM) dan random effects mod

m

LS seperti berikut ini.

Tabel 5.3.1 Hasil Estimasi GLS (FEM dan REM)

Variabel Terikat : Indek gunan manusia Untuk Periode 2005-2008

Variabel Bebas andom Effect ixed Effect

Konstanta

PAD 0.025107 0.025603

DAU -0.003633 -0.001746

2

R 0.317887 0.785842

Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil estimasi dengan metode GLS di atas, fixed effect model ( FEM ) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan random effect model ( REM ). Hal ini bisa dilihat dari nilai koefisien regresi dari masing –masing variabel bebasnya dan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia 22 kabupaten / kota di Sumatera Utara. D

Durbin-Watson 0.888091 1.037185


(1)

Lampiran 5

HASIL REGRESI MODEL GLS FIXED EFFECT MODEL ( FEM )

Dependent Variable: IPM Method: Pooled Least Squares Date: 08/01/10 Time: 21:49 Sample: 2006 2008

Included observations: 3 Cross-sections included: 22

Total pool (unbalanced) observations: 66

Cross sections without valid observations dropped

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.475110 0.081523 -5.827959 0.0000 PAD? 0.001746 0.004298 -0.406185 0.6852 DAU? -0.025603 0.005108 5.012831 0.0000 DAK? -0.018279 0.005715 3.198191 0.0017 Fixed Effects (Cross)

_ASAHAN--C 0.041866 _DAIRI--C 0.028666 _DELI--C 0.027073 _KARO--C 0.001560 _LABUHANBATU--C 0.017084 _LANGKAT--C 0.070937 _MADINA--C 0.023426 _NIAS--C 0.026097 _SAMOSIR--C 0.032682 _SERDANG--C 0.003695 _SIMALUNGUN--C 0.020943 _TAPSEL--C 0.013207 _TAPTENG--C 0.059128 _TAPUT--C 0.079494 _TOBASA--C 0.042085


(2)

_TEBING--C 0.001415

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.785842 Mean dependent var 0.053505 Adjusted R-squared 0.738421 S.D. dependent var 0.062766 S.E. of regression 0.032101 Akaike info criterion -3.873597 Sum squared resid 0.462299 Schwarz criterion -3.288017 Log likelihood 365.1294 F-statistic 16.57170 Durbin-Watson stat 1.037185 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Lampiran 6

HASIL REGRESI MODEL GLS RANDOM EFFECT MODEL ( REM )

Dependent Variable: IPM?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 08/01/10 Time: 21:50

Sample: 2006 2008 Included observations: 3 Cross-sections included: 22

Total pool (unbalanced) observations: 66

Swamy and Arora estimator of component variances Cross sections without valid observations dropped

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.452065 0.072213 -6.260119 0.0000 PAD? 0.02510 0.003689 -0.984883 0.3261 DAU? -0.0036337 0.004806 5.224181 0.0000 DAK? -0.019287 0.005581 3.455664 0.0007 Random Effects (Cross) _ASAHAN--C 0.038343 _DAIRI—C 0.026109 _DELI--C 0.023118 _KARO--C 0.030634 _LABUHANBATU--C 0.024405 _LANGKAT--C 0.001435 _MADINA--C 0.015416 _NIAS--C 0.065300 _SAMOSIR--C 0.022695 _SERDANG—C 0.024364 _SIMALUNGUN--C 0.019368 _TAPSEL--C 0.011708 _TAPTENG--C 0.054469 _TAPUT--C 0.072670


(4)

_SIBOLGA--C 0.009374 _TANJUNGBALAI--C 0.003002 _TEBING--C 0.000789

Effects Specification

Cross-section random S.D. / Rho 0.043760 0.6501 Idiosyncratic random S.D. / Rho 0.032101 0.3499

Weighted Statistics

R-squared 0.317887 Mean dependent var 0.014845 Adjusted R-squared 0.305707 S.D. dependent var 0.038012 S.E. of regression 0.031673 Sum squared resid 0.168534 F-statistic 26.09788 Durbin-Watson stat 0.888091 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.309308 Mean dependent var 0.053505 Sum squared resid 0.465291 Durbin-Watson stat 0.330155


(5)

Lampiran 7

HASIL UJI HAUSMAN

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: POOL2

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 0.777857 3 0.8548

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

PAD? -0.001746 -0.003633 0.000005 0.3919 DAU? 0.025603 0.025107 0.000003 0.7741 DAK? 0.018279 0.019287 0.000002 0.4125

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: IPM?

Method: Panel Least Squares Date: 08/01/10 Time: 21:52 Sample: 2006 2008

Included observations: 3 Cross-sections included: 22

Total pool (unbalanced) observations: 66

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.475110 0.081523 -5.827959 0.0000 PAD? -0.001746 0.004298 -0.406185 0.6852 DAU? 0.025603 0.005108 5.012831 0.0000


(6)

   

 

R-squared 0.785842 Mean dependent var 0.053505 Adjusted R-squared 0.738421 S.D. dependent var 0.062766 S.E. of regression 0.032101 Akaike info criterion -3.873597 Sum squared resid 0.144269 Schwarz criterion -3.288017 Log likelihood 365.1294 F-statistic 16.57170 Durbin-Watson stat 1.015563 Prob(F-statistic) 0.000000


Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh

5 75 107

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dengan Belanja K

0 4 16

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH , DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Studi kasus pada Kabupaten Kota di Jawa

0 3 14

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Studi kasus pada Kabupaten Kota

0 2 17

PENGARUH BELANJA DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP Pengaruh Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia(Studi Empiris Pada Pemerint

2 6 19

PENGARUH BELANJA DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP Pengaruh Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia(Studi Empiris Pada Pemerint

0 2 19

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Belanja P

1 6 15

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Belanja P

0 7 18