Pengaruh Persepsi tentang Sampah dan Ketersediaan Sarana Prasarana terhadap Perilaku Ibu Membuang Sampah yang Berpotensi Bencana Banjir di Daerah Aliran Sungai Deli Kota Medan

(1)

PENGARUH PERSEPSI TENTANG SAMPAH DAN KETERSEDIAAN

SARANA PRASARANA TERHADAP PERILAKU IBU MEMBUANG

SAMPAH YANG BERPOTENSI BENCANA BANJIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI

KOTA MEDAN

TESIS

Oleh:

BERNITA SILALAHI 097032055/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF PERCEPTION CONCERNING GARBAGE AND INFRASTRUCTURE FACILITY AVAILABILITY ON BEHAVIOR OF MOTHER

THROWING GARBAGE WHICH POTENTIAL TO CAUSE FLOOD IN THE WATERSHED AREA OF DELI RIVER

THE CITY OF MEDAN

THESIS

By

BERNITA SILALAHI 097032055/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH PERSEPSI TENTANG SAMPAH DAN KETERSEDIAAN

SARANA PRASARANA TERHADAP PERILAKU IBU MEMBUANG

SAMPAH YANG BERPOTENSI BENCANA BANJIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI

KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

BERNITA SILALAHI 097032055/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH PERSEPSI TENTANG SAMPAH DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA TERHADAP PERILAKU IBU MEMBUANG SAMPAH YANG BERPOTENSI BENCANA BANJIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Bernita Silalahi Nomor Induk Mahasiswa : 097032055

Program studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Manajemen Kesehatan Bencana

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. dr. Amri Amir, Sp. F (K), SH Ketua

) (

Anggota Ir. Evinaria, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 21 Maret 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Amri Amir, Sp. F (K), S.H Anggota : 1. Ir. Evinaria, M.Kes

2. Prof. Dr. Dra, Ida Yustina, M.Si


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH PERSEPSI TENTANG SAMPAH DAN KETERSEDIAAN

SARANA PRASARANA TERHADAP PERILAKU IBU MEMBUANG

SAMPAH YANG BERPOTENSI BENCANA BANJIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI

KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2012


(7)

ABSTRAK

Bencana banjir yang terjadi di Kota Medan pada tahun 2009 dengan frekuensi dua kali dan terjadi peningkatan pada tahun 2010 menjadi tiga kali. Survey pendahuluan menunjukkan persepsi masyarakat dalam membuang sampah belum baik dan kurangnya ketersediaan sarana prasarana pengelolaan sampah. Hal ini diduga dapat menyebabkan kurang baiknya perilaku ibu dalam membuang sampah di DAS Deli yang bepotensi menyebabkan bencana banjir Kota Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh persepsi ibu tentang manfaat, akibat, pencegahan dan ketersediaan sarana prasarana membuang sampah yang berpotensi menyebabkan banjir di DAS Deli Kota Medan. Jenis penelitian menggunakan survey explanatory. Populasi adalah seluruh ibu rumah tangga yang tinggal di pinggiran daerah aliran sungai Deli Medan sebanyak 14.956 orang dengan menggunakan rumus Slovin jumlah sampel 99 orang.. Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Analisis data dengan uji regresi linier berganda pada taraf signifikan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat dalam menyikapi manfaat, akibat dan pencegahan melalui tindakan pengelolaan sampah serta ketersediaan sarana prasarana berpengaruh terhadap perilaku ibu membuang sampah di DAS Deli yang bepotensi menyebabkan bencana banjir.

Disarankan kepada Dinas Kebersihan dan instansi terkait untuk menerapkan retribusi sampah kepada seluruh masyarakat dan menambah petugas kebersihan, motor pengangkut sampah dan jaring sungai sesuai kebutuhan. Pemerintah Kota Medan merencanakan peraturan tentang alokasi dana untuk pengerukan dasar sungai Deli dan menjadwalkan kegiatannya setiap dua tahun sekali serta memberdayakan komponen masyarakat (puskesmas, desa siaga/ promotor lingkungan, dan LSM) serta masyarakat dalam penanggulangan bencana banjir.


(8)

ABSTRACT

Flood disasters happened in Medan city in 2009 then it increase to three times in 2010. The result of preliminary survey done showed that public perception in throwing garbage away is not yet adequate and facility and infrastructure for garbage management is not adequately available. It is probably able to create a poor behavior of mother in throwing garbage away in the watershed area of Deli river which is potential to inflict flood in the City of Medan.

The purpose of this explanatory study was to analyze the influence of perception of mothers on the benefit, effect, prevention and availability of infrastructure facilities related to throwing away the garbage potential to cause flood in the watershed area of Deli River in the City of Medan. The population of this study were14.956 housewives living along the bank of Deli River in Medan and 99 of them where selected to be the samples for this study using Slovin formula. The data obtain were analyzed through multiple linear regression tests at α = 95%.

The results of this study showed that public perception in responding to the benefits, effect, and prevention through the action of garbage management and tha availability of infrastructure facilities had influence on the bevavior of mothers in throwing away garbage in watersheds area of Deli River which is potentia to inflict flood.

The management of Medan Municipality Hygiene and Sanitarian Service and related agencies are suggested to apply garbage collectors. The Govenrment of Medan City should plan a regulation regarding the allocation of fund to dredge the bed of Deli River, schedule of activity for once in two years and empower the component of community (health centers, standby village/promoter of environment and NGOs) and communities in controlling flood disaster.

Kata kunci : Perception, Garbage, Facility, Infrastructures, Flood


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Persepsi tentang Sampah dan Ketersediaan Sarana Prasarana terhadap Perilaku Ibu Membuang Sampah yang Berpotensi Bencana Banjir di Daerah Aliran Sungai Deli Kota Medan”.

Selama proses penyusunan tesis ini, saya telah banyak menerima bantuan, nasehat dan bimbingan demi kelancaran proses pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan segala kerendahan hati, saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Ketua Penguji yang telah banyak memberikan kritikan dan saran demi perbaikan tesis ini

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Universitas Sumatera Utara.


(10)

5. Prof. dr. Amri Amir, Sp. F(K), S.H selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan sumbangan pikiran, petunjuk, saran dan bimbingan kepada saya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Ir. Evinaria, M.Kes selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan tesis ini. 7. Suherman, S.K.M, M.Si selaku Anggota Tim Penguji yang telah banyak

memberikan kritikan dan saran demi perbaikan tesis ini.

8. dr. Raja Imran Ritonga, M.Sc sebagai Ketua Yayasan dan Sundria Liana Ritonga, S.S, M.Pd, M.NS sebagai Direktris Akper Imelda Medan yang memberikan ijin dalam melaksanakan pendidikan.

9. Kepada orang tua saya yang saya sayangi dan hormati serta kakak dan adek yang selalu mendoakan saya.

10.Suamiku tercinta, Sahala Nainggolan, S.E, terima kasih atas kesabaran, dukungan dan doa untuk saya.

11.Anak-anakku tersayang dan tercinta Joko Wardhana, Windah Octo Rezki, Pangeran Louis motivator terhebat bagi saya.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi refrensi untuk penelitian selanjutnya.

Medan, Maret 2012 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Bernita Silalahi lahir di Sei Lebah pada tanggal delapan belas agustus Sembilan belas enam puluh enam, beragam Kristen dan sudah menikah yang beralamat di jalan Tangguk bahagia 12 No. 125 Griya Martubung Medan.

Penulis menamatkan pendidikan, SD di SD Negeri 010022 Sei Lebah tahun 1979. Tahun 1982 menamatkan SLTP di SMP Negeri 3 Kisaran, dan tahun 1985 menamatkan SLTA di SMA Budi murni 2 Medan, kemudian tahun 1988 menamatkan pendidikan D-III Fakultas non gelar kesehatan di UDA, dan tahun 1977 menamatkan AKTA Mengajar di IKIP Medan, dan tahun 2005 menamatkan S-I di FKIP UNIMED Medan.

Penulis memulai karir sebagai Perawat di RSU Imelda 1989-1993 dan menjadi staf pengajar di AKPER Imelda 1993-sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan ... 9

1.3.Tujuan Penelitian ... 9

1.4.Hipotesis ... 10

1.5.Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Bencana Banjir ... 11

2.1.1. Penyebab Banjir ... 11

2.1.2. Pencegahan Bencana Banjir ... 13

2.2. Sampah ... 14

2.2.1. Definisi Sampah ... 14

2.2.2. Jenis-jenis Sampah Menurut Asalnya ... 14

2.2.3. Sampah Berdasarkan Komposisinya ... 15

2.2.4. Dampak Sampah... 15

2.2.5. Sarana Prasarana ... 16

2.3. Konsep Perilaku ... 23

2.3.1. Perubahan Perilaku ... 24

2.3.2. Perilaku Dalam Bentuk Tindakan ... 25

2.4. Persepsi ... 27

2.5. Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 30

2.6. Landasan Teori ... 31

2.7. Kerangka Konsep ... 34

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 35


(13)

3.3. Populasi dan Sampel ... 35

3.3.1. Populasi ... 35

33.2. Sampel ... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

3.4.1. Data Primer ... 37

3.4.2. Data Sekunder ... 38

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 38

3.5.1. Variabel Independen ... 38

3.5.2. Variabel Dependen ... 39

3.6. Metode Pengukuran ... 39

3.7. Metode Analisis Data ... 43

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

4.2. Hasil Penelitian ... 46

4.2.1. Analisis Univariat ... 46

4.2.1.1. Karakteristik Responden ... 46

4.2.1.2. Distribusi Persepsi Responden tentang Manfaat Mengelola Sampah di DAS Deli Kota Medan ... 47

4.2.1.3. Distribusi Persepsi Responden tentang Akibat Membuang Sampah di DAS Deli Kota Medan ... 49

4.2.1.4. Distribusi Persepsi Responden tentang Pencegahan Risiko Akibat Sampah di DAS Deli Kota Medan ... 51

4.2.1.5. Distribusi Ketersediaan Sarana Prasarana di DAS Deli Kota Medan ... 53

4.2.1.6. Distribusi Perilaku Responden Membuang Sampah di DAS Deli Kota Medan ... 56

4.2.2. Analisis Bivariat... 58

4.2.2.1. Hubungan Persepsi tentang Manfaat Mengelola Sampah dengan Perilaku Membuang Sampah yang Berpotensi Bencana Banjir di DAS Deli Kota Medan .... 59

4.2.2.2. Hubungan Persepsi tentang Akibat dengan Perilaku Membuang Sampah yang Berpotensi Bencana Banjir di DAS Deli Kota Medan ... 60 4.2.2.3. Hubungan Persepsi tentang Pencegahan


(14)

Membuang Sampah yang Berpotensi

Bencana Banjir di DAS Deli Kota Medan ... 61

4.2.2.4. Hubungan Ketersediaan Sarana Prasarana dengan Perilaku Membuang Sampah yang Berpotensi Bencana Banjir di DAS Deli Kota Medan ... 63

4.2.3. Analisis Multivariat ... 63

BAB 5. PEMBAHASAN ... 66

5.1. Pengaruh Persepsi tentang Manfaat Mengelola Sampah terhadap Perilaku Ibu Membuang Sampah Berpotensi Bencana Banjir di DAS Kota Medan ... 66

5.2. Pengaruh Persepsi tentang Akibat Membuang Sampah terhadap Perilaku Ibu Membuang Sampah Berpotensi Bencana Banjir di DAS Deli Kota Medan ... 70

5.3. Pengaruh Persepsi tentang Pencegahan Risiko Akibat Sampah terhadap Perilaku Ibu Membuang Sampah Berpotensi Bencana Banjir di DAS Kota Medan ... 73

5.4. Pengaruh Ketersediaan Sarana Prasarana terhadap Perilaku Ibu Membuang Sampah di DAS Berpotensi Bencana Banjir di Kota Medan ... 75

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

6.1. Kesimpulan ... 81

6.2. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Contoh Wadah dan Penggunaannya ... 16 2.2. Karakteristik Wadah Sampah ... 18 3.1. Jumlah Seluruh Ibu Sebagai Sampel Penelitian di Kecamatan

Medan Marelan pada Kelurahan yang dilewati Sungai Deli Kota

Medan ... 37 3.2. Metode Pengukuran Variabel Penelitian ... 43 4.1. Distribusi Karakteristik Responden ... 46 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Persepsi Responden tentang

Manfaat Mengelola Sampah di DAS Deli Kota Medan ... 48 4.3. Distribusi Kategori Persepsi Responden tentang Manfaat

Mengelola Sampah di DAS Deli Kota Medan ... 49 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Persepsi Responden tentang

Akibat Membuang Sampah di DAS Deli Kota Medan ... 50 4.5. Distribusi Kategori Persepsi Responden tentang Akibat

Membuang Sampah di DAS Deli Kota Medan ... 51 4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Persepsi Responden terhadap

Pencegahan Risiko Akibat Sampah di DAS Deli Kota Medan ... 52 4.7. Distribusi Kategori Persepsi Responden tentang Pencegahan

Risiko Akibat Sampah di DAS Deli Kota Medan ... 53 4.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Ketersediaan

Sarana Prasarana di DAS Deli Kota Medan... 55 4.9. Distribusi Kategori Ketersediaan Sarana Prasarana di DAS Deli

Kota Medan ... 56 4.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Perilaku


(16)

4.11. Distribusi Kategori Perilaku Membuang Sampah Responden

yang Berpotensi Bencana Banjir di DAS Deli Kota Medan ... 58 4.12. Hubungan Persepsi Responden tentang Manfaat Mengelola

Sampah dengan Perilaku Membuang Sampah yang Berpotensi

Bencana Banjir di DAS Deli Kota Medan ... 60 4.13. Hubungan Persepsi Responden tentang Akibat Membuang

Sampah dengan Perilaku Membuang Sampah yang Berpotensi

Menyebabkan Banjir di DAS Deli Kota Medan ... 61 4.14. Hubungan Persepsi Responden tentang Pencegahan Risiko

Akibat Sampah dengan Perilaku Membuang Sampah Berpotensi

Bencana Banjir di DAS Deli Kota Medan ... 62 4.15. Hubungan Ketersediaan Sarana Prasarana dengan Perilaku

Membuang Sampah yang Berpotensi Menyebabkan Banjir di

DAS Deli Kota Medan ... 62 4.16. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Persepsi tentang Sampah dan

Ketersediaan Sarana Prasarana terhadap Perilaku Membuang Sampah yang Berpotensi Bencana Banjir di DAS Deli Kota


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Diagram Laurence Green ... 32 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 34


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 86

2 Surat Telah Selesai Meneliti dari Kecamatan Medan Marelan ... 87

3. Kuesioner Penelitian ... 88

4. Pengolahan Data ... 92

5. Master Data ... 110

6. Peta Wilayah Kecamatan Medan Marelan ... 114

7. Gambar Titik-Titik Sampel Penelitian ... 122

8. Hasil Observasi Perilaku Membuang Sampah Sembarang ... 123


(19)

ABSTRAK

Bencana banjir yang terjadi di Kota Medan pada tahun 2009 dengan frekuensi dua kali dan terjadi peningkatan pada tahun 2010 menjadi tiga kali. Survey pendahuluan menunjukkan persepsi masyarakat dalam membuang sampah belum baik dan kurangnya ketersediaan sarana prasarana pengelolaan sampah. Hal ini diduga dapat menyebabkan kurang baiknya perilaku ibu dalam membuang sampah di DAS Deli yang bepotensi menyebabkan bencana banjir Kota Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh persepsi ibu tentang manfaat, akibat, pencegahan dan ketersediaan sarana prasarana membuang sampah yang berpotensi menyebabkan banjir di DAS Deli Kota Medan. Jenis penelitian menggunakan survey explanatory. Populasi adalah seluruh ibu rumah tangga yang tinggal di pinggiran daerah aliran sungai Deli Medan sebanyak 14.956 orang dengan menggunakan rumus Slovin jumlah sampel 99 orang.. Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Analisis data dengan uji regresi linier berganda pada taraf signifikan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat dalam menyikapi manfaat, akibat dan pencegahan melalui tindakan pengelolaan sampah serta ketersediaan sarana prasarana berpengaruh terhadap perilaku ibu membuang sampah di DAS Deli yang bepotensi menyebabkan bencana banjir.

Disarankan kepada Dinas Kebersihan dan instansi terkait untuk menerapkan retribusi sampah kepada seluruh masyarakat dan menambah petugas kebersihan, motor pengangkut sampah dan jaring sungai sesuai kebutuhan. Pemerintah Kota Medan merencanakan peraturan tentang alokasi dana untuk pengerukan dasar sungai Deli dan menjadwalkan kegiatannya setiap dua tahun sekali serta memberdayakan komponen masyarakat (puskesmas, desa siaga/ promotor lingkungan, dan LSM) serta masyarakat dalam penanggulangan bencana banjir.


(20)

ABSTRACT

Flood disasters happened in Medan city in 2009 then it increase to three times in 2010. The result of preliminary survey done showed that public perception in throwing garbage away is not yet adequate and facility and infrastructure for garbage management is not adequately available. It is probably able to create a poor behavior of mother in throwing garbage away in the watershed area of Deli river which is potential to inflict flood in the City of Medan.

The purpose of this explanatory study was to analyze the influence of perception of mothers on the benefit, effect, prevention and availability of infrastructure facilities related to throwing away the garbage potential to cause flood in the watershed area of Deli River in the City of Medan. The population of this study were14.956 housewives living along the bank of Deli River in Medan and 99 of them where selected to be the samples for this study using Slovin formula. The data obtain were analyzed through multiple linear regression tests at α = 95%.

The results of this study showed that public perception in responding to the benefits, effect, and prevention through the action of garbage management and tha availability of infrastructure facilities had influence on the bevavior of mothers in throwing away garbage in watersheds area of Deli River which is potentia to inflict flood.

The management of Medan Municipality Hygiene and Sanitarian Service and related agencies are suggested to apply garbage collectors. The Govenrment of Medan City should plan a regulation regarding the allocation of fund to dredge the bed of Deli River, schedule of activity for once in two years and empower the component of community (health centers, standby village/promoter of environment and NGOs) and communities in controlling flood disaster.

Kata kunci : Perception, Garbage, Facility, Infrastructures, Flood


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan oleh air di mana peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Bila air hujan turun dan sampai di permukaan tanah, sebagian air itu meresap ke dalam tanah dan membentuk air tanah, sebagian lainnya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan atau sebagai aliran sungai dan sebagian kecil menguap kembali. Pada kondisi dan waktu tertentu, ketika curah hujan sangat tinggi di musim hujan, aliran air permukaan menjadi sangat besar melebihi kapasitas alur sungai dan meluas ke permukaan, maka terjadinya banjir (Wikipedia, 2010).

Strategi pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong partisipasi dan peran berbagai sektor yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang sehat. Lingkungan sehat diarahkan melalui peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat serta pengendalian faktor resiko terjadinya berbagai penyakit, bahkan dapat menyebabkan bencana banjir (Depkes RI, 2006).

Negara-negara yang cenderung memiliki daerah dataran rendah disertai dengan curah hujan tinggi setiap tahunnya dapat berpotensi menyebabkan banjir (Direktorat Pengairan dan Irigasi, 2009). Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (2006), intensitas hujan di atas normal akan mengalami banjir terutama di daerah


(22)

sungai yang mengalami pendangkalan akibat erosi karena perubahan fungsi hutan yang tidak terkendali di hulu sungai.

Tingginya potensi bencana sertaan/susulan khususnya di perkotaan, yang di akibatkan dari beberapa aspek antara lain tingginya kepadatan penduduk, banyaknya pemukiman di sekitar aliran sungai, banyaknya perubahan peruntukan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, serta berkurangnya kapasitas infrastruktur pengendalian banjir. Setiap tahun, banjir dalam skala besar di dataran rendah Asia menyebabkan kerugian ekonomi bagi jutaan manusia.

Dampak yang ditimbulkan bencana banjir diantaranya dapat merusak fasilitas pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan prasarana publik, berbagai penyakit kulit/gatal-gatal, diare dan tipus, bahkan menelan korban jiwa. Banjir besar dunia di akhir tahun 2010 yang melanda Negara Bagian Queensland, Australia timur laut, semakin menjadi setelah permukaan air laut terus naik. Sedikitnya 13 kota terendam, jalur kereta api dan jalan raya terputus dan banyak mengalami kerugian dan merendam rumah sebanyak 30.000 rumah dan tercatat 19 korban tewas serta ribuan orang mengungsi (Anonim, 2010).

Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai rawan bencana banjir setelah India dan Cina yang disebabkan oleh luapan sungai dan laut, sedangkan Indonesia oleh karena luapan sungai, di antaranya 5000 sungai besar dan kecil dan 30% di antaranya melewati kawasan padat penduduk. Banjir yang terjadi selama dasawarsa terakhir ini sering melanda di wilayah Indonesia. Hampir 71 kali banjir dengan jumlah korban 3.168 jiwa (Munaf, 2007).


(23)

Banjir besar Wasior di Papua diakibatkan karena kerusakan hutan dan hujan yang tiada henti pada tanggal 2-3 Oktober 2010 yang menyebabkan Sungai Batang Salai yang berhulu di pegunungan Wondiwoy meluap, yang menyebabkan banyak infrastruktur hancur termasuk lapangan udara, jembatan, rumah sakit dan rumah keluarga, menewaskan 110 orang, 450 orang hilang (Anonim, 2010). Demikian banjir bandang di Kabupaten Pasuruan tanggal 11 Januari 2011, mengakibatkan 6.643 rumah terendam air, sebuah tanggul jebol sepanjang 182 meter di desa Manaruwi kecamatan Bangil, dua jembatan dan 10 rumah mengalami kerusakan berat (Detik com, 2011).

Demikian juga di Medan terjadi banjir pada tanggal 5 Januari 2011 yaitu di Kecamatan Medan Maimun, Medan Labuhan, Medan Deli dan Helvetia, Medan Sunggal, di mana sungai tersebut mengalami penyempitan dan pendangkalan akibat sampah dan limbah industri yang dibuang ke sungai yang mengakibatkan luapan Sungai Deli, sehingga merendam hampir 400 rumah penduduk khusus di daerah pinggiran sungai.

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam, air dan vegetasi. DAS di beberapa tempat di Indonesia memikul beban yang amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumber daya alamnya yang intensif sehingga terdapat beberapa indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi, sedimentasi, banjir dan kekeringan (Dikun, 2003).


(24)

Kota Medan dilintasi oleh 6 (enam) sungai yaitu: Sungai Deli, Sungai Babura, Sungai Denai, Sungai Putih, Sungai Belawan, dan Sungai Sikambing, sedangkan sungai Deli menghubungkan tiga kabupaten yakni Karo, Deli serdang dan Kota Medan. Sungai tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan dipergunakan untuk mandi, cuci dan kakus juga menjadi tempat pembuangan sampah.

Bencana banjir dapat dikatakan sebagai bencana non alam disebabkan oleh karena perilaku manusia di antaranya membuang sampah tidak pada tempatnya/ke sungai. Sampah yang dibuang ke sungai berupa jenis sampah organik mengalami pelapukan sehingga mengakibatkan pendangkalan, sedangkan sampah an-organik berupa plastik atau kaleng-kaleng yang sulit terurai dan dapat mengakibatkan sungai menjadi kotor dan menyumbat aliran sungai (Hakim, 2006).

Sampah merupakan limbah dari kegiatan dan usaha manusia di permukaan bumi. Oleh karena itu, sampah erat sekali kaitannya dengan jumlah manusia, kegiatan dan usaha manusia di suatu tempat. Sumber sampah biasanya adalah dari sisa-sisa makanan dan bahan sisa proses makanan atau sampah basah, sampah kering, abu, atau sampah sisa tumbuhan (Budiman, 2005).

Semakin banyaknya jumlah manusia maka semakin kompleks kegiatan dan usahanya, dan semakin besar pula masalah persampahan yang harus ditanggulangi. Dalam hal ini bisa kita lihat banyaknya jumlah produksi sampah di DKI Jakarta mencapai 6300 ton, di antaranya 300 ton sampah yang berada di sungai, sementara produksi sampah saat banjir menjadi 1500 ton per hari yang menyumbat aliran mikro atau drainase yang menyebabkan banjir (Indonesia Children, 2010)


(25)

Menurut Emha Training Center (2005) dalam Hakim (2006), jenis dan komposisi sampah di perkotaan terdiri atas sampah organik sebanyak 65%, sampah kertas dan plastik masing-masing 10%, kaca dan logam masing-masing 2% dari total sampah yang diproduksi setiap harinya.

Menurut Simanjuntak (2007), jumlah penduduk di kota Medan dan industri baru semakin padat yang memengaruhi produksi sampah kota Medan, jika dihitung secara kasar ada sekitar 2008 ton sampah tiap hari diangkut menggunakan 83 unit truk dan 19 kontainer. Sejumlah tong sampah yang disediakan dijalan terlihat sering tidak mampu menampung sampah, sehingga mengotori badan jalan, di perkirakan 2,5 -3 liter sampah setiap orang dalam sehari. Adanya jumlah penduduk yang relatif besar berbanding lurus dengan produksi sampah kota Medan dari tahun ke tahun.

Membuang sampah di sungai memang sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat, khususnya masyarakat kota Medan. Dengan berbagai peringatan atau imbauan sepertinya sudah tidak dihiraukan lagi oleh orang-orang yang memiliki kebiasaan buruk tersebut. Sejumlah pemandangan tak sedap berupa tebaran sampah menumpuk di 58 titik tumpukan sampah di pinggir maupun dialiran sungai menghiasi sepanjang aliran sungai Deli hingga menuju laut lepas (Satriadi, 2010).

Menurut Bakornas Penanggulangan Bencana (2007), bencana banjir merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam tidak dapat dicegah, akan tetapi banyak yang dapat dilakukan untuk


(26)

meminimalkan dampak kerugiannya. Terkait dengan pemahaman penanganan bencana secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu: 1) sebelum terjadi bencana, 2) saat terjadi bencana, dan 3) sesudah terjadi bencana. Penanggulangan Bencana dapat dilakukan paling tidak ada empat faktor utama yang dapat menimbulkan bencana banjir yang dapat menimbulkan banyak korban dan kerugian besar, yaitu ; (a) kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya (Hazard), (b) sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan sumber daya alam (Vulnerability), (c) kurangnya informasi/peringatan dini (early warning) yang menyebabkan ketidaksiapan, dan (d) ketidakberdayaan/ketidak mampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.

Mengubah kebiasaan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat memang sulit. Buktinya masih banyak warga yang membuang sampah ke sungai. Kriteria sehatnya suatu kota maupun desa tergantung pada sampah. Kalau sampah masih berserakan di mana-mana, pertanda kawasan itu belum sehat. Banyaknya sampah akan mendatangkan berbagai sumber penyakit dan banjir. Oleh sebab itu persepsi tentang manfaat, akibat yang di timbulkan sampah juga ketersediaan sarana prasarana dalam penanganan terhadap sampah harus ditumbuhkan supaya lingkungan tetap sehat dan bersih dari tumpukan sampah. rendahnya pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang lingkungan sehingga mereka kurang respons untuk dapat menerima informasi yang bermanfaat bagi dirinya.

Undang-undang Republik Indonesia No: 4 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup: Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 6 ayat 1 bahwa setiap orang


(27)

mempunyai kewajiban untuk berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup dan mencegah terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan, bahkan setiap daerah juga mengeluarkan peraturan masing-masing yang berhubungan dengan membuang sampah.

Menurut hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kecamatan Medan Labuhan Deli Kelurahan Medan Marelan dan Rengas Pulau dilalui oleh Sungai Deli memiliki kedalaman ± 40 cm, dari 20 orang ibu yang tinggal di daerah aliran Sungai Deli sudah terbiasa membuang sampah di sekitar bantaran sungai dan di aliran sungai Deli (63%). Hal ini dikaitkan dengan pekerjaan ibu di rumah yang menghasilkan sampah dengan berbagai jenis plastik, kertas pembungkus belanja juga sampah dapur selain itu ada juga sampah kayu juga rumput yang menghalangi aliran sungai membuat tidak enak dipandang mata, walaupun terdapat larangan untuk membuang sampah di sepanjang aliran Sungai Deli. Sampah tersebut sebahagian sudah mengalami pembusukan yang mengakibatkan pendangkalan sungai. Di kelurahan tersebut juga tidak terlihat tempat sampah di sepanjang jalan (37%). Sesuai hasil wawancara yang dilakukan dengan pegawai di Kecamatan Medan Marelan mengatakan yang mengangkut sampah dikelola oleh pemerintah bagian Dinas Kebersihan. Pengangkut sampah datang hanya sekali dalam tiga hari dan tidak semua sampah masyarakat yang diangkut, karena tidak membayar retribusi sampah, oleh karena berbagai alasan masyarakat yaitu masih mempunyai lahan yang luas dapat dimanfaatkan untuk membakar sampah di halaman masing-masing.


(28)

Pencemaran lingkungan umumnya disebabkan oleh masyarakat di lingkungan itu sendiri. Hasil penelitian Supadli (2011), menunjukkan bahwa perilaku ibu yang tinggal di Daerah Aliran Sungai Deli buruk ditandai dengan masih banyaknya ibu yang membuang sampah ke sungai yang berpotensi menimbulkan bencana bagi manusia yaitu sakit dan banjir.

Kecenderungan ibu membuang sampah di sungai pada dasarnya merupakan perwujudan dari persepsi yang selama ini dianut oleh masyarakat awam tentang sungai. Sebagian ibu masih memandang sungai sebagai tempat pembuangan sampah, dengan alasan ibu sebahagian besar masih belum mau untuk bersusah payah membuat lubang atau bak sampah dan memanfaatkannya. Membuang sampah di sungai adalah cara paling cepat melenyapkan sampah sebatas pandangan mata tanpa pernah peduli akibatnya bagi masyarakat, dan persepsi masyarakat tentang kejadian banjir oleh karena takdir Tuhan.

Menurut Blum dalam Notoadmojo (2007), perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Green (1980) mengatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi, faktor penguat dan faktor pendorong ketiga faktor penyebab yang memengaruhi kesehatan (determinan) oleh karena itu intervensi juga diarahkan terhadap ketiga faktor tersebut.


(29)

Masih banyaknya kasus pembuangan sampah baik industri maupun rumah tangga ke DAS menunjukkan masih rendahnya partisipasi dan kesadaran masyarakat yang paling berisiko atau rentan terhadap penyakit sebagai dampak bencana banjir seperti penyakit kulit dan diare serta kurang ketersediaannya sarana prasarana dalam mencegah bencara banjir. Oleh Karena itu masih diperlukan upaya nyata dan penyuluhan serta pendidikan kesehatan tentang pentingnya penyelamatan dan pelestarian DAS yang merupakan titik utama terjadinya bencana banjir.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang masih banyaknya tumpukan sampah di tepi sungai dan di aliran sungai Deli yang mengakibatkan pendangkalan sungai akibat dari sampah yang mengalami penguraian dan menghalangi jalannya air juga dibarengi hujan yang sering datang yang akan berdampak banjir. Oleh karena penulis merumuskan permasalah bagaimana pengaruh persepsi tentang sampah (manfaat, akibat, pencegahan) dan sarana prasarana terhadap perilaku ibu membuang sampah yang berpotensi bencana banjir di DAS Deli Kota Medan tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh persepsi tentang sampah (manfaat, akibat, pencegahan) dan sarana prasarana terhadap perilaku ibu membuang sampah yang berpotensi bencana banjir di DAS Deli Kota Medan tahun 2011.


(30)

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh persepsi tentang sampah (manfaat, akibat, pencegahan) dan sarana prasarana terhadap perilaku ibu membuang sampah yang berpotensi bencana banjir di DAS Deli Kota Medan tahun 2011.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan manajemen kesehatan bencana.

2. Secara Praktis

Sebagai masukan bagi seluruh ibu yang tinggal di Medan Marelan agar membuang sampah pada tempatnya yang merupakan tahapan penting dalam meminimalkan korban, kerusakan, dan kerugian akibat bencana banjir.

3. Menjadi masukan terhadap pemerintah kota Medan, dalam membuat kebijakan untuk menyiapkan anggaran penyediaan sarana prasarana kebersihan kota Medan.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bencana Banjir

Bencana adalah sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan berdampak psikologis (UU No.24 Tahun 2007).

Menurut Setyawan (2008) banjir adalah suatu proses alami, banjir terjadi karena debit air sungai yang sangat tinggi hingga melampaui daya tampung saluran sungai lalu meluap kedaerah sekitarnya. Debit air sungai yang tinggi terjadi karena curah hujan yang tinggi, sementara itu juga dapat terjadi karena kesalahan manusia.

Bencana banjir merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan berdampak psikologis (Mistra, 2007).

2.1.1 Penyebab Banjir

Sesuai hasil kajian yang dilakukan Wijaya (2002) diidentifikasi penyebab banjir ada dua yaitu : a. Berdasarkan biofisik mencakup curah hujan tinggi, karakteristik DAS yang responsive terhadap banjir, penyempitan saluran drainase, perubahan penutupan lahan. b. Berdasarkan sosial ekonomi dan budaya : Tidak


(32)

tegasnya penegakan hukum, perilaku masyarakat yang kurang sadar akan lingkungan dan timpangnya pembangunan.

Yulielawati (2008), mengatakan (3) tiga faktor penyebab banjir yaitu : 1. Pengaruh aktivitas manusia yaitu

a. Pemanfaatan daratan banjir yang digunakan untuk pemukiman industri.

b. Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada tanah dan meningkatkan larian tanah permukaan, sehingga terjadi erosi yang meng- akibatkan sedimentasi diterusan sungai yang kemudian mengganggu jalannya air.

c. Pemukiman dan pembangunan di daerah daratan banjir dan pembuatan saluran air yang tidak direncanakan dengan baik yang mengakibatkan tidak lancarnya aliran sungai dan menimbulkan banjir.

d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran air terutama di perumahan.

2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti:

a. Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena badai atau siklon, misalnya beberapa kawasan yang cekung mis: Bandung.

b. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar, berkelok-kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk sebuah pulau

3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis a. Curah hujan yang tinggi


(33)

b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di muara sungai atau pertemuan sungai besar.

c. Penurunan muka tanah atau amblesan yang dikarenakan pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga menimbulkan muka tanah menjadi lebih rendah. d. Pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi.

2.1.2 Pencegahan Bencana Banjir

Pencegahan bencana banjir adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana banjir, baik melalui pengurangan ancaman bencana banjir maupun kerentanan pihak yang terkena bencana (BNPB, 2008). Menurut Hakim (2006) solusi penanganan sampah dalam mencegah banjir yaitu: 1. Pembuatan jaringan sampah, 2. Membersihakan saluran air, 3. Meningkatkan daya serap tanah, 4. Menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah diselokan, drainage ataupun sungai. Sedangkan penanganan banjir menurut Tim Balai Teknologi Pengelolaan (BTP) DAS Surakarta salah satunya adalah meningkatkan upaya penegakan hukum dan peraturan yang berkaitan dengan lingkungan khususnya banjir yaitu pelarangan bangunan di bantaran sungai, peraturan pembuangan sampah di sungai, kewajiban membuat, resapan di perumahan, penerapan tata ruang yang ditetapkan secara lebih ketat dan pembatasan secara ketat perubahan penggunaan lahan.

2.2 Sampah


(34)

Sampah menurut WHO adalah, sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Budiman, 2007). Sedangkan menurut Enjang (2000) menyatakan bahwa sampah adalah semua zat/benda yang sudah tidak dipakai lagi baik berasal dari rumah-rumah maupun sisa-sisa proses industri.

2.2.2 Jenis-jenis Sampah Menurut Asalnya

Menurut Notoatmodjo (2003), adapun jenis-jenis sampah menurut asalnya dibagi atas:

1.Sampah buangan rumah tangga yaitu termasuk sampah sisa bahan makanan, sampah sisa makanan, sisa pembungkus makanan dan pembungkus perabotan - rumah tangga, sampah tumbuhan kebun dan sebagainya.

2. Sampah buangan pasar termasuk sisa makanan, pembungkus makanan dan pembungkus lainnya, sampah sisa bangunan, sampah taman dan sebagainya 3. Sampah industri buangan termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri,

sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya.

4. Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan, sisa tumbuhan taman, sisa pembungkus bahan makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan.

2.2.3 Sampah Berdasarkan Komposisinya


(35)

1. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk termasuk diantaranya sisa bahan makanan serta sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya.

2. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk dan termasuk diantaranya berbagai jenis sisa gelas, logam, plastik dan sebagainya. Menurut Budiman (2007), sampah menurut sifat fisiknya dibagi atas:

1. Sampah kering yaitu sampah yang dapat dimusnahkan dengan dibakar, diantaranya kertas, sisa makanan, sisa tanaman yang dikeringkan.

2. Sampah basah yaitu sampah yang karena sifat fisiknya sukar dikeringkan untuk dibakar.

2.2.4 Dampak Sampah

Sampah dari berbagai sumber dapat mencemari lingkungan, baik lingkungan darat, udara maupun perairan. Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah adalah misalnya ditinjau dari segi kesehatan sebagai tempat sarana dari menyebarnya bibit penyakit seperti penyakit kulit/gatal-gatal, diare dan tipus. Sedangkan ditinjau dari segi keindahan tentu saja menurunnya estetika. Pencemaran udara ditimbulkan pengeluaran bau yang tidak sedap, debu, gas-gas beracun, pembakaran sampah dapat menimbulkan karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen monoksida, gas belerang, amoniak dan asap di udara (Budiman, 2000).

Macam pencemaran perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya perubahan warna dan bau pada air sungai. Penyebaran bahan kimia dan


(36)

mikroorganisme yang dibawa air hujan dan meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan sumber air. Bahan-bahan pencemaran yang masuk kedalam air tanah dapat muncul ke permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan mata air. Juga bisa mengakibatkan bencana banjir (Depkes RI, 2006).

2.2.5 Sarana Prasarana

2.2.5.1 Pengadaan Wadah Sampah Pengadaan wadah sampah adalah

1. Wadah untuk sampah individual oleh pribadi atau instansi atau pengelolaan 2. Wadah sampah komunal/instansi pengelolaan

Tabel 2.1 Contoh Wadah dan Penggunaannya No Wadah Kapasitas Pelayanan Umur

Wadah Ket 1 2 3 4 5 6 7 Kantong Plastik Tong Tong Tong Kontainer Kontainer Tong 10-40 L 40 L 120 L 140 L 1000 L 500 L 30-40 L 1 KK 1 KK 2-3 KK 4-6 KK 80 KK 40 KK Pejalan Kaki/Taman 2-3 Hari 2-3 Thn 2-3 Thn 2-3 Tun 2-3 Thn 2-3 Thn 2-3 Thn Individual Maksimal

Pengambilan 1x/3 H Toko

Komunal Komunal Komunal Sumber: Direktorat Jenderal cipta Korp, Direktorat PLP

Teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya (SNI 19-2454-2002).


(37)

2.2.5.2. Tahap Pewadahan Sampah 1. Pola pewadahan

Pewadahan sampah mulai dari sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, dan sebagainya), pewadahan sampah dilakukan sesuai dengan jenis sampah yang telah terpilah yaitu, untuk sampah organik seperti daun sisa sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan ditempatkan pada wadah yang berwarna gelap. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya berwarna terang, sedangkan untuk sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga jenis sampah B3 dengan wadah berwarna merah dengan diberi lambang khusus sesuai ketentuan yang berlaku.

2.. Kriteria lokasi dan penempatan pewadahan

Lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut:

a. Wadah individual ditempatkan di halaman muka dan halaman belakang b. Wadah komunal ditempatkan :

Sedekat mungkin dengan sumber sampah, tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya lainnya, diluar jalur lalu lintas, diujung gang kecil, disekitar taman dan pusat keramaian, untuk pejalan kaki minimal 100 m jarak dari wadah sampah.

3. Persyaratan bahan Wadah

Syarat wadah sampah yang dipersyaratkan sesuai dengan standar Nasional Indonesia adalah tidak mudah rusak dan kedap air, ekonomis, mudah diperoleh


(38)

dan dibuat oleh masyarakat, serta mudah dikosongkan. Persyaratan untuk untuk bahan dengan pola individual dan komunal dapat dilihat seperti pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Karakteristik Wadah Sampah

No. Pola Pewadahan Individual Komunal Karakteristik

1. Bentuk Kotak, silinder, Bin (tong), Kotak, silinder, Bin (tong) Kontainer, semua tertutup semua tertutup

Dan kantong plastik

2. Sifat Ringan, mudah dipindahkan, Ringan, mudah dipindah Mudah dikosongkan. Kan, mudah dikosongkan 3. Jenis Logam, plastik, fiberglas, Logam plastik, fiberglas,

GRP, kayu bambu, rotan. GRP, kayu, rotan 4. Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi pengelola Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Direktorat PLP

4. Penentuan ukuran wadah

Penentuan ukuran volume ditentukan berdasarkan atas jumlah penghuni tiap rumah, Timbunan sampah, Frekuensi pengambilan sampah, Cara pemindahan sampah, serta sistem pelayanan (individual/komunal).

2.2.5.3. Tahap Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah adalah aktifitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah dari wadah individual atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya ketempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung (SNI 19-2454-2002).

Pelaksana pengumpulan sampah dilakukan oleh institusi kebersihan kota, lembaga swadaya masyarakat, swasta, masyarakat (RT/RW). Pelaksanaan pengumpulan sampah jenis sampah yang bernilai ekonomi dapat dikumpulkan oleh


(39)

pihak yang berwenang pada waktu yang disepakati bersama antara petugas pengumpul dan masyarakat penghasil sampah.

2.2.5.4. Tahap Pemindahan Sampah

Pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Pengumpulan dimulai dengan cara membersihkan masing-masing bak/tong sampah di rumah-rumah dan kemudian menyimpannya di tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) atau dipo. Sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang di gunakan untuk menampung sampah rumah tangga.

2.2.5.5. Tahap Pengangkutan Sampah

Tahap pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi atau langsung dari sumber sampah menuju tempat pembuangan akhir (SNI 19-2454-2002). 1. Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan individual langsung (door to

door)

Pada pola ini truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber sampah pertama untuk mengambil sampah, kemudian mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya sampai truk penuh sesuai kapasitasnya. Selanjutnya diangkut ke TPA sampah. Setelah pengosongan di TPA, truk menuju ke lokasi sumber sampah berikutnya sampai terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan.


(40)

2.2.5.6 Tahap Pembuangan Akhir/Pengolahan

Tahap pembuangan akhir adalah tahap di mana sampah di buang pada suatu tempat penampungan akhir untuk di musnahkan atau di olah di mana tempat tersebut adalah TPA. Tempat pembuangan akhir atau TPA sendiri adalah: suatu areal yang menampung sampah dari hasil pengangkutan dari TPS maupun langsung dari sumbernya (bak/tong sampah) dengan tujuan akan mengurangi permasalahan kapasitas/timbunan sampah yang ada di masyarakat umumnya. Permasalahan akan timbul jika proses yang ada di TPA ini di anggap sudah selesai sampai di situ hanya dengan cara open dumping (di letakkan di arel terbuka dan di biarkan berproses sendiri) tanpa ada proses lebih lanjut ( Suyono dan Budiman, 2011 ).

Beberapa sistem pengolahan sampah diantaranya sebagai berikut : 1. Sanitary Landfill

Menurut Budiman (2011), Sanitary Landfill adalah suatu sistem pengolahan sampah dengan mengandalkan areal tanah yang terbuka dan luas dengan membuat lubang sampah dan sampah di masukkan ke lubang tersebut kemudian di timbun, di padatkan, di atas timbunan sampah di tempatkan sampah lagi kemudian di timbun kembali sampai beberapa lapisan yang terakhir ditutup tanah setebal 60 cm atau lebih.

2. Incinerator

Menurut Suyono (2011), Incenerator adalah proses pembakaran di mana sampah di bakar sampai habis sehingga sampah menjadi bentuk lain yang tidak menimbulkan masalah dan volume sampah juga menjadi berkurang karena telah


(41)

menjadi abu (ashes), proses menggunakan suatu unit pengolahan yang di namakan incenerator.

3. Composting

Pengomposan merupakan upaya pengolahan sampah sekaligus untuk mendapatkan bahan kompos yang dapat menyuburkan tanah. Proses ini merupakan proses penguraian bahan-bahan organik secara terkontrol dengan cara pemanfaatan proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk, agar pertumbuhan mikroorganisme optimal di perlukan beberapa kondisi ideal, yang antara lain meliputi: adanya suhu yang sesuai kelembaban udara yang sesuai, dan kandungan oksigen yang mencukupi.

4. Dumping in water

Sampah di buang ke dalam air sungai atau laut. Sampah-sampah tersebut di buang langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu akibatnya bisa terjadi pencemaran pada air pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir. Contohnya kapal-kapal yang membuang sampahnya ke laut, masyarakat membuang sampah rumah tangga ke sungai, begitu juga pabrik-pabrik industri.

5. Dumping

Sistem ini di mana sampah di buang atau di letakkan begitu saja di tanah lapang, jurang atau tempat sampah. Sampah tersebut tidak diolah, berpotensi tempat perindukan vektor-vektor penyakit seperti, lalat, nyamuk, tikus. Selain itu juga sampah yang dibuang begitu saja akan mengganggu estetika, juga menimbulkan bau.


(42)

6. Individual incinerator

Pembakaran sampah secara perorangan, masyarakat sebagian besar masih mengolah sampahnya dengan sistim pembakaran, sampah rumah tangga sehari-hari di kumpulkan kemudian di bakar, terutama penduduk pedesaan yang masih mempunyai lahan tanah yang luas sering menggunakan sistem ini. Proses ini sering di lakukan karena adakalanya pengumpulan sampah yang terlalu lama di lakukan oleh petugas pengumpul sampah (dinas kebersihan), sehingga penduduk memilih alternatif ini untuk mengurangi penumpukan sampah di rumah tangga. 7. Recycling

Pengolahan kembali bahan-bahan dari sampah yang masih dapat di pakai atau di daur ulang, sehingga sampah masih mempunyai nilai ekonomis, volume sampah yang akan di buang juga menjadi berkurang. Kegiatan ini biasa dilakukan oleh pemulung, mereka megumpulkan sisa sampah yang masih bisa dipakai kembali untuk dijual sehingga mengasilkan uang.

8. Reduction

Metode ini di terapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbag) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian di olah untuk menghasilkan lemak.

2.3 Konsep Perilaku

Menurut Skinner (1938), perilaku merupakan hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons). Sedangkan menurut Notoatmodjo


(43)

(2005), perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, dimana terdapat bermacam-macam bentuk yang pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu: bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata (konkrit). Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan mahluk hidup. Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi suatu organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru berwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan.

Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Robert, 1974). Perilaku tidak sama dengan sikap, sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar dimana salah satu unsur-unsur dalam perilaku kesehatan adalah perilaku terhadap lingkungan kesehatan merupakan upaya seseorang merespon lingkungan sebagai determinan agar tidak memengaruhi kesehatannya, misalnya: dalam mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah masyarakat, rumah sehat dan pembersihan sarang vektor (Maulana, 2009).

Adapun fungsi perilaku menurut Kar (1986) dalam Maulana, (2009) adalah : 1. Minat-minat seseorang sehubungan dengan kepentingan pribadinya.

2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitar 3. Ada tidaknya informasi tentang kesehatan


(44)

4. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak. 2.3.1. Perubahan Perilaku

Perubahan-perubahan perilaku dalam seseorang yang dapat diketahui melalui persepsi. Menurut Notoatmojo (2007) setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjurtnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui disikapinya yang disebut dengan perilaku kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini sangat berkaitan dengan persepsi.

Secara lebih rinci, perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Untuk dapat membantu individu atau masyarakat merubah perilakunya, perlu di pahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut dengan kata lain perlu diketahui mengapa individu atau masyarakat berperilaku tersebut ada tiga faktor hal ini di kemukakan oleh Lawrence Green dalam (Mubarak dkk, 2007). yaitu: a. Faktor predisposisi (disposing factors), yang terwujud dalam dalam pengetahuan,

sikap, persepsi, tradisi dan kepercayaan masyarakat, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya: Puskesmas.


(45)

c. Faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Faktor ini juga meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga). Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk perilaku sehat masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positip serta dukungan fasilitas saja. melainkan diperlukan contoh atau acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat.

2.3.2 Perilaku Dalam Bentuk Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior) untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain misalnya orang tua, mertua, suami atau istri. (Notoatmodjo, 2003), tingkat-tingkat praktek: (1) Persepsi (Perseption), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama, (2) Respon terpimpin (Guded Response), yaitu dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat II, dan (3) Adaptasi (Adaptionan), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah berkembang dengan baik dan


(46)

tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya seorang ibu yang tinggal dekat dengan sungai tidak membuang sampah nya lagi kesungai tapi sudah menyiapkan tempat sampah dengan menggali tanah di pekarangan sebagai tempat pembuangan sampahnya.

Perilaku kesehatan terhadap lingkungan kesehatan adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia yaitu:

a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi higiene pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.

c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair, termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.

d. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor) (Notoatmodjo, 2003).

2.4 Persepsi

Pengertian persepsi adalah akal manusia yang sadar meliputi proses fisik, fisiologis dan psikologis yang mengolah bermacam-macam input sebagai penggambaran lingkungan. Persepsi merupakan perlakuan melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca


(47)

sehingga persepsi memengaruhi tingkah laku, percakapan, serta perasaan seseorang. (Koentjaraningrat, 1981).

Menurut Sarwono (1992), persepsi merupakan makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek yang mendefenisikan pengenalan objek melalui penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam saraf yang lebih tinggi.

Toha (1999), mengemukakan bahwa proses pembentukan persepsi antar satu individu dengan individu lain berbeda-beda. Pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang memengaruhinya, baik faktor internal seperti : pengalaman, keinginan, proses belajar, pengalaman, motivasi, pendidikan, maupun faktor eksternal, seperti lingkungan : lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya lingkungan fisik dan hayati dimana seseorang itu bertempat tinggal.

Winardi (2001) mengemukakan persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai filter dan metode untuk mengorganisasikan stimulus, yang memungkinkan kita menghadapi lingkungan kita. Proses persepsi menyediakan mekanisme melalui stimuli yang diseleksi dan dikelompokkan dalam wujud yang berarti, yang hampir bersifat otomotik dan bekerja dengan cara yang sama pada masing-masing individu sehingga secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda.


(48)

1)Menurut David Krech (1962), persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataan.

2)Menurut Ducan (1981), persepsi dapat dirumuskan dengan berbagai cara, tetapi dalam ilmu perilaku khususnya psikologi, istilah ini dipergunakan untuk mengartikan perbuatan yang lebih dari sekedar mendengarkan, melihat atau merasakan sesuatu. Persepsi yang signifikan adalah jika diperluas di luar jangkauan lima indera dan merupakan suatu unsur yang penting di dalam penyesuaian perilaku manusia.

3)Menurut Luthans (1981), persepsi lebih kompleks dan luas dibandingkan dengan penginderaan. Proses persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Dengan kata lain proses persepsi dapat menambah, dan mengurangi kejadian senyatanya yang diinderakan oleh seseorang.

Menurut Sudjana (1995), reaksi dari persepsi terhadap suatu stimulus/rangsangan dapat terjadi dalam bentuk:

1)Receiving/attending yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dalam masalah,

situasi, gejala. Tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala/rangsangan.

2)Responding/jawaban yaitu reaksi yang diberikan terhadap seseorang stimulus yang datang dari luar, hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasaan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya.


(49)

3)Valuing/penilaian yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.

4)Organisasi yaitu perkembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan, prioritas nilai yang dimiliki termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.

5)Karakteristik nilai/internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimilki seseorang yang memengaruhi nilai dan karakteristiknya.

Widopo (1993), mengutip pendapat Young menyatakan bahwa perbedaan persepsi terhadap sesuatu hal tergantung atau dipengaruhi oleh proses pembentukan faktor pengetahuan dan pengalaman merupakan faktor yang dapat memengaruhi persepsi.

2.5 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menampung, menyimpan, menghasilkan curah hujan yang jatuh diatasnya kesungai utama yang bermuara kedanau atau laut (Ritonga, 2001).

Menurut Suardji (2007), DAS adalah komponen pada permukaan bumi yang dibatasi oleh punggung perbukitan atau pegunungan di hulu sungai kearah lembah di hilir, oleh karenanya DAS merupakan satu kesatuan sumber daya darat tempat manusia beraktifitas untuk mendapatkan manfaat darinya. Agar manfaat DAS dapat


(50)

di peroleh secara optimal dan berkelanjutan maka pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

DAS ialah istilah geografi mengenai sebatang sungai, anak sungai dan area tanah yang dipengaruhinya, batas wilayah DAS diukur dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi diantara wilayah aliran sungai yang satu dengan yang lainnya (Slamet, 2009)

Batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit) dan curah hujan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi lindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit (Slamet, 2009).

Menurut Slamet (2009) masalah-masalah DAS di Indonesia yaitu: banjir, prodiktifitas tanah yang menurun, pengendapan pada waduk, saluran irigasi, proyek tenaga air, dan penggunaan tanah tidak tepat (perladangan berpindah, pertanian lahan kering dan konservasi yang tidak tepat).

Menurut Rustamadji (1994) sungai merupakan aliran dari mata air di hulu mencari jalan kearah yang lebih rendah (hilir) untuk akhirnya bermuara ke laut dimana fungsi sungai antara lain : (1) Sebagai sumber air; (2) pengendali air: (3) sarana transportasi/ pengangkutan; (4) sebagai daerah belakang artinya pemukiman


(51)

penduduk bantaran sungai yang membelakangi sungai dan (5) daerah merupakan depan, artinya sungai common property (milik bersama yang dapat dinikmati oleh siapa saja secara positif yang berpotensi meningkatkan citra kota pariwisata.

2.6 Landasan Teori

Landasan teori yang di ambil adalah model perilaku menurut teori Laurence -green, menganalisis perilaku yang menyatakan bahwa perilaku ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor yakni: (1) faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, persepsi dan sebagainya. (2) faktor penguat yaitu keluarga, teman sebaya, petugas lain, dan orang lain. (3) faktor pendorong yaitu ketersediaan sarana prasarana dapat memengaruhi dari perilaku seseorang dalam mempertahankan kesehatannya.

Terkait dengan perilaku ibu yang tinggal di daerah aliran sungai Deli dalam membuang sampah yang berpotensi banjir. Maka faktor yang memengaruhi perilaku masyarakat yaitu persepsi tentang manfaat sampah, DAS sungai dan akibat ataupun dampak dari sampah juga persepsi tentang pencegahan dari bencana banjir. Oleh karena, teori persepsi green mengatakan akan memengaruhi perilaku kesehatan lingkungan. Dalam hal ini digambarkan teori Laurence Green dalam (Notoadmojo, 2003).


(52)

6 7 1 13 11 12

2 14 4 3 8 10 15

5 9

Gambar 2.1 Diagram Laurence Green Keterangan :

1. Faktor yang pertama yang mempengaruhi perilaku 2. Faktor yang kedua yang mempengaruhi perilaku 3. Faktor yang ketiga yang mempengaruhi perilaku 4. Perilaku mempengaruhi faktor penguat

5. Faktor penguat mempengaruhi faktor pendorong 6. Faktor pendorong mempengaruhi faktor predisposisi

7. Faktor penguat secara tidak langsung mempengaruhi faktor predisposisi Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Nilai 5 Persepsi

Faktor Penguat sikap dan perilaku dari :

1. Keluarga 2. Teman sebaya

3. Petugas lain

4 Orang lain Faktor Pendorong :

1. Ketersediaan sarana dan prasarana

2. Rujukan

3. Peraturan-peraturan 4 K t il

Perilaku Keturunan

Lingkungan

Status Kesehatan


(53)

8. Perilaku mempengaruhi lingkungan

9. Lingkungan mempengaruhi faktor perilaku 10.Lingkungan mempengaruhi faktor penguat 11.Keturunan mempengaruhi perilaku

12.Perilaku mempengaruhi keturunan

13.Keturunan mempengaruhi status kesehatan 14.Perilaku mempengaruhi status kesehatan 15.Lingkungan mempengaruhi status kesehatan


(54)

2.7 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini maka dapat di gambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisposisi

Persepsi ibu Tentang: 1. Manfaat sampah 2. Akibat sampah 3. Pencegahan banjir

Perilaku membuang sampah yang

mengakibatkan potensi bencana banjir

Faktor Pendorong : Sarana prasarana


(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey, dengan pendekatan explanatory research untuk menjelaskan hubungan antara faktor-faktor atau variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah aliran sungai Deli kota Medan kecamatan Medan Marelan. Adapun alasan pemilihan tempat dengan pertimbangan keterbatasan waktu dan biaya, banyaknya sampah berserakan di sekitar sungai dan pinggiran Sungai Deli Medan dan berpotensi mengalami bencana banjir,

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011, dimulai dengan penelusuran kepustakaan, konsultasi judul, penyusunan proposal penelitian, seminar proposal dilanjutkan dengan penelitian, penyusunan hasil dan seminar hasil.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian adalah seluruh ibu rumah tangga yang tinggal di pinggiran daerah aliran sungai Deli Medan, adapun alasan peneliti memilih ibu rumah


(56)

tangga sebagai objek penelitian adalah, karena ibu rumah tangga tersebut terlihat membuang sampah plastik dan kertas belanja, sisa-sisa makanan. Jumlah seluruh populasi ibu di Kecamatan Medan Marelan adalah 14.956 jiwa.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random, di mana responden berdasarkan atas kriteria yaitu: tinggal 0 - 50 meter dari batas tepian sungai. Besar jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin, (1960) dalam Sudjarwo (2002) sebagai berikut;

n = N 1 + Ne²

Dimana : n = Besar Sampel N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau 1%

n = 14.956

1 + 14.956.0,011 = 99 orang.

Berdasarkan rumus perhitungan besar sampel di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 99 orang.


(57)

Tabel 3.1 Jumlah Seluruh Ibu Sebagai Sampel Penelitian di Kecamatan Medan Marelan pada Kelurahan yang dilewati Sungai Deli Kota Medan

No Kelurahan Populasi Jumlah Sampel

1. Labuhan Deli 3.203 21

2. Rengas Pulau 11.753 78

Jumlah 14.956 99

Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 99 orang yang berdominisili 0-50 meter dari batas tepian sungai Deli dengan cara simple ramdom dengan melakukan undian.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi daerah penelitian dan wawancara langsung kepada responden dengan dipandu kuesioner yang didalamnya memuat identitas diri responden serta atribut-atribut mengenai persepsi dan tindakan responden dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga yang bisa mengakibatkan bencana banjir di DAS Deli Kota Medan.

Sebelum dilakukan pengumpulan data primer terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner yang akan digunakan, agar layak digunakan sebagai alat pengumpul data primer, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur terhadap kuesioner yang mewakili variabel terikat dan variabel bebas pada suatu penelitian. Kelayakan menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Uji dilakukan kepada 30 responden di Kecamatan Medan Maimun, dengan pertimbangan Kecamatan Medan Marelan mempunyai karakteristik


(58)

yang sama. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi Pearson prodct moment - Correlation cooficient (r), dengan ketentuan nilai koefisien korelasi > 0,3 (valid) dan nilai alpha cronbach > 0,6 (reliabel) (Situmorang, 2010).

Hasil perhitungan diperoleh nilai corrected item-total correlation (rhitung) dari variabel persepsi tentang manfaat, dampak dan pencegahan terdiri dari butir 1 sampai 24 dan ketersediaan sarana prasarana pada butir 1 sampai 10 serta perilaku ibu membuang sampah pada butir 1 sampai 6 mempunyai rhitung > dari nilai r tabel=0,361, dengan demikian dinyatakan valid. Sedangkan nilai cronbach alpha dari masing-masing instrumen lebih besar dari rtabel

3.4.2. Data Sekunder

yaitu 0,6 sehingga dapat dikatakan instrumen dari semua butir pernyataan reliabel dan diikutkan dalam pengumpulan data. (Lampiran 4).

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari kecamatan Medan Marelan tentang data wilayah, demogafi, jumlah penduduk dan data dari berbagai literatur berupa buku, internet.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Independen

Persepsi adalah pandangan subyektif ibu tentang perilaku membuang sampah sembarangan yang mengakibatan bencana banjir yang terdiri dari:


(59)

1) Persepsi tentang:

a. Manfaat adalah persepsi ibu terhadap manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari pengolahan sampah.

b. Akibat adalah persepsi ibu yang tidak mengelola sampah sehingga mengalami gangguan kesehatan.

c. Pencegahan adalah persepsi ibu dalam menanggulangi risiko akibat sampah yang dibuang sembarangan.

2) Ketersediaan sarana prasaana adalah semua sarana dan prasarana yang ada di setiap kelurahan yang digunakan dalam proses pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan di sumber sampai ke tempat pembuangan akhir.

3.5.2 Variabel Dependen

Perilaku ibu dalam penelitian ini adalah perilaku ibu yang terlibat secara aktif dalam melakukan hal-hal yang menunjang dalam pencegahan bencana banjir, menghindari hal-hal yang menghambat pencegahan bencana banjir, pemanfaatan sarana-sarana kesehatan serta mampu menjaga keselamatan diri.

3.6. Metode Pengukuran

Pengukuran terhadap variabel independen yang meliputi: persepsi tentang manfaat sampah, akibat dan pencegahan serta ketersediaan sarana prasarana dan variabel dependen yaitu perilaku membuang sampah yang menyebabkan potensi bencana banjir dengan menggunakan kuesioner.


(60)

3.6.1. Pengukuran Variabel Independen

1. Pengukuran persepsi tentang manfaat, akibat dan pencegahan resiko akibat sampah didasarkan pada skala ordinal dengan jumlah pertanyaan 24 (dua puluh empat) pertanyaan. Masing pengukuran persepsi tentang manfaat, akibat dan pencegahan diuraikan di bawah ini.

a. Pengukuran persepsi tentang manfaat sampah didasarkan pada skala ordinal dari 8 (delapan) pertanyaan, pada pertanyaan positif alternatif jawaban sangat setuju (diberi skor 3), setuju (diberi skor 2) dan tidak setuju (diberi skor 1), dan pertanyaan negatif soal nomor 1, menjawab sangat setuju (diberi skor 1), setuju (diberi skor 2) dan tidak setuju (diberi skor 3), maka total skor adalah 8x3=24, kemudian dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori:

a. Baik, jika responden menjawab dengan skor 19-24dari total skor.(>75%) b. Sedang, jika responden menjawab dengan skor 15-18 dari total skor

(60-75%)

c. Buruk, jika responden menjawab dengan skor 8-14 dari total skor (< 60%).

b. Pengukuran persepsi tentang akibat pembuang sampah didasarkan pada skala ordinal dari 8 (delapan) pertanyaan, pada pertanyaan positif alternatif jawaban sangat setuju (diberi skor 3), setuju (diberi skor 2) dan tidak setuju (diberi skor 1), dan pertanyaan negatif soal nomor 3, menjawab sangat setuju (diberi skor


(61)

1), setuju (diberi skor 2) dan tidak setuju (diberi skor 3), maka total skor adalah 8x3=24, kemudian dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori:

1) Baik, jika responden menjawab dengan skor 19-24 atau >75% dari total skor

2) Sedang, jika responden menjawab dengan skor 15-18 atau 60-75% dari total skor

3) Buruk, jika responden menjawab dengan skor 8-14 atau < 60% dari total skor

c. Pengukuran persepsi tentang pencegahan resiko akibat sampah didasarkan pada skala ordinal dari 8 (delapan) pertanyaan, pada pertanyaan positif alternatif jawaban sangat setuju (diberi skor 3), setuju (diberi skor 2) dan tidak setuju (diberi skor 1), maka total skor adalah 8x3=24, kemudian dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori:

1) Baik, jika responden menjawab dengan skor 19-24 atau (>75% dari total skor

2) Sedang, jika responden menjawab dengan skor 15-18 atau 60-75% dari total skor

3) Buruk, jika responden menjawab dengan skor 8-14 atau < 60% dari total skor

2. Pengukuran ketersediaan sarana prasarana didasarkan pada skala ordinal dari 7 (tujuh) pertanyaan, dengan alternatif jawaban ya (diberi skor 1) dan tidak


(62)

(diberi skor 0), maka total skor adalah 7x1=7, kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori:

a. Baik, jika responden menjawab dengan skor di atas atau sama dengan median.(>7,5).

b. Tidak baik, jika responden menjawab dengan skor di bawah atau sama dengan median.(≤7,5).

3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran perilaku membuang sampah sembarang menyebabkan potensi bencana banjir didasarkan pada skala ordinal dari 6 (enam) pertanyaan, dengan alternatif jawaban ya (diberi skor 3), kadang-kadang (diberi skor 2), dan tidak (diberi skor 1), maka skor total 6x3 = 18, kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori:

a. Baik, jika responden menjawab dengan skor 14-18 atau >75% dari total skor b. Sedang, jika responden menjawab dengan skor 10-13 atau 55-75% dari total

skor

c. Buruk, jika responden menjawab dengan skor 6-9 atau < 55% dari total skor Metode pengukuran yang berpedoman kepada: variabel, cara ukur, kategori pengukuran dan hasil ukur yang didapatkan di lokasi penelitian, seperti pada Tabel 3.2.


(63)

Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Penelitian

3.7. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data dan selanjutnya dianalisis secara statistik. Adapun langkah-langkah analisis yaitu :

1. Analisis Univariat No Variabel Jumlah

Pertanyaan Jawaban

Kategori Seluruh Variabel Pengukuran Kategori Skala Ukur Variabel Independen Faktor Predisposisi 1. Persepsi

tentang Sampah

a. Manfaat

8 3. Sangat setuju 2. Setuju 1. Tidak setuju 3. Baik 2. Sedang 1. Buruk > 75% 60-75% < 60% Ordinal b. Dampak c. Pencegahan 8 8 Faktor Pendorong

2 Ketersediaan sarana Prasarana

7 1. Ya 0. Tidak

2. Baik 1. Tidak

Baik

> 7,5

≤ 7,5 Ordinal

Variabel Dependen 1. Perilaku

membuang sampah

6 3. Ya 2. Kadang-kadang 1. Tidak 3. Baik 2. Sedang 1. Buruk > 75% 55-75% < 55% Ordinal


(64)

Digunakan untuk mendeskripsikan atau membuat gambaran data secara sistematis pada variabel persepsi dan ketersediaan sarana prasarana terhadap variabel perilaku masyarakat membuang sampah yang berpotensi menyebabkan bencana banjir di DAS Deli Kota Medan.

2. Analisis Bivariat

Dilakukan untuk menganalisis hubungan antara setiap variabel independen : persepsi dan ketersediaan sarana prasarana terhadap variabel :perilaku ibu membuang sampah yang berpotensi bencana banjir di DAS Deli Kota Medan. Apakah hubungan yang terjadi memang bermakna secara statistik dengan menggunakan uji ststistik Chi–Square pada tingkat kepercayaan 95%.

3. Analisis Multivariat yaitu analisis lanjutan dari analisis bivariat di- maksudkan untuk menganalisis faktor paling berpengaruh dari variabel independen : persepsi dan ketersediaan sarana prasarana terhadap variabel : perilaku ibu membuang sampah yang berpotensi bencana banjir di DAS Deli Kota Medan dengan menggunakan uji regresi berganda pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).


(65)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Medan merupakan Ibu Kota Sumatera Utara yang terletak antara 30,27’ sampai dengan 30

Salah satu Kecamatan yang dilalui sungai Deli adalah Kecamatan Medan Marelan memiliki 5 Kelurahan dengan luas 23,82 Km

,47’ pada ketinggian 2,5 sampai 37,5 di atas permukaan laut. curah hujan per tahun 2009 adalah 208 hari dengan curah hujan 2184 mm. Sebagian besar Kota Medan merupakan dataran rendah dilalui 6 (enam) sungai yaitu: Sungai Deli, Sungai Babura, Sungai Denai, Sungai Putih, Sungai Belawan, dan Sungai Sikambing. sedangkan sungai Deli menghubungkan tiga kabupaten yakni Karo, Deli Serdang dan Kota Medan. Sungai tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan dipergunakan untuk mandi, cuci dan kakus juga menjadi tempat pembuangan sampah.

2 .

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Belawan.

Jumlah penduduk 133.098 jiwa terdiri dari 30.048 Kepala Keluarga memiliki batas wilayah adalah :

- Sebelah Timur : Kecamatan Medan Labuhan - Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Deli.


(66)

Kelurahan yang dilalui oleh Sungai Deli di Kecamatan Medan Marelen adalah Kelurahan Labuhan Deli dan Rengas Pulau. Jumlah penduduk Kelurahan Labuhan Deli 15.880 jiwa terdiri dari 3.203 Kepala Keluarga dan Kelurahan Rengas Pulau 55.703 jiwa dengan 1175 Kepala Keluarga. Mayoritas penduduknya bersuku melayu, selebihnya Batak, dan Jawa. Mata pencaharian penduduk sebagian besar nelayan, pegawai negeri, wiraswasta dan buruh.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik umur, pendidikan, dan pekerjaan, seperti tertuang pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden dibagi menjadi 2 kategori yaitu dewasa dini (umur 18-40 tahun) dan dewasa madya (umur >40 – 60 tahun) (Hurlock, 1980). Dilihat dari kategori umur lebih banyak kelompok umur dewasa madya sebanyak 55 orang (55,6%) dan selebihnya adalah dewasa madya dengan umur 18-40 tahun yaitu 44 orang (44,4%). Latar belakang pendidikan ibu lebih banyak berpendidikan menengah (SMA) yaitu 75 orang (75,8%). Status pekerjaan ibu lebih banyak bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu 58 orang (58,6%). Penghasilan keluarga dihitung berdasarkan Upah Minimum Provinsi sebesar Rp 1.050.000, lebih banyak di bawah UMP 58 orang (58,6%) dan selebihnya di atas UPM 41 orang (41,4%).

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden

No Karakteristik Responden n %

Umur


(1)

Value df

Asymp, Sig, (2-sided)

Pearson Chi-Square 16,087(a) 4 ,003

Likelihood Ratio 14,302 4 ,006

Linear-by-Linear

Association 13,995 1 ,000

N of Valid Cases

99

a 4 cells (44,4%) have expected count less than 5, The minimum expected count is 1,54,

Persepsi tentang pencegahan * Perilaku membuang sampah

Crosstab

Perilaku membuang sampah Total

Baik Sedang Buruk

Persepsi tentang pencegahan

Baik Count 4 3 8 15

% within Persepsi

tentang pencegahan 26,7% 20,0% 53,3% 100,0%

% of Total 4,0% 3,0% 8,1% 15,2%

Sedang Count 2 13 24 39

% within Persepsi

tentang pencegahan 5,1% 33,3% 61,5% 100,0%

% of Total 2,0% 13,1% 24,2% 39,4%

Buruk Count 2 3 40 45

% within Persepsi

tentang pencegahan 4,4% 6,7% 88,9% 100,0%

% of Total 2,0% 3,0% 40,4% 45,5%

Total Count 8 19 72 99

% within Persepsi

tentang pencegahan 8,1% 19,2% 72,7% 100,0%

% of Total 8,1% 19,2% 72,7% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp, Sig, (2-sided)

Pearson Chi-Square 18,380(a) 4 ,001

Likelihood Ratio 16,671 4 ,002

Linear-by-Linear

Association 10,632 1 ,001

N of Valid Cases

99


(2)

Ketersediaan sarana prasarana * Perilaku membuang sampah

Crosstab

Perilaku membuang sampah Total

Baik Sedang Buruk

Ketersediaan sarana prasarana

Baik Count 6 4 18 28

% within Ketersediaan

sarana prasarana 21,4% 14,3% 64,3% 100,0%

% of Total 6,1% 4,0% 18,2% 28,3%

Tidak Baik Count 2 15 54 71

% within Ketersediaan

sarana prasarana 2,8% 21,1% 76,1% 100,0%

% of Total 2,0% 15,2% 54,5% 71,7%

Total Count 8 19 72 99

% within Ketersediaan

sarana prasarana 8,1% 19,2% 72,7% 100,0%

% of Total 8,1% 19,2% 72,7% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp, Sig, (2-sided)

Pearson Chi-Square 9,480(a) 2 ,009

Likelihood Ratio 8,399 2 ,015

Linear-by-Linear

Association 4,703 1 ,030

N of Valid Cases

99


(3)

Regression

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1

Ketersediaa n sarana prasarana, Persepsi tentang manfaat, Persepsi tentang pencegahan , Persepsi tentang akibat(a)

, Enter

a All requested variables entered,

b Dependent Variable: Perilaku membuang sampah

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std, Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,672(a) ,452 ,393 2,394 1,505

a Predictors: (Constant), Ketersediaan sarana prasarana, Persepsi tentang manfaat, Persepsi tentang pencegahan, Persepsi tentang akibat

b Dependent Variable: Perilaku membuang sampah

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig,


(4)

b Dependent Variable: Perilaku membuang sampah

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig,

B Std, Error Beta

1 (Constant) ,972 ,094 2,478 ,018

Persepsi tentang manfaat ,169 ,073 ,200 2,314 ,023

Persepsi tentang akibat ,187 ,068 ,263 2,767 ,007

Persepsi tentang

pencegahan ,187 ,068 ,261 2,748 ,007

Ketersediaan sarana

prasarana ,514 ,182 ,243 2,822 ,006

a Dependent Variable: Perilaku membuang sampah

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std, Deviation N

Predicted Value 5,84 12,76 8,72 1,615 99

Std, Predicted Value -1,780 2,506 ,000 1,000 99

Standard Error of

Predicted Value ,266 ,903 ,516 ,152 99

Adjusted Predicted Value 5,83 13,41 8,72 1,627 99

Residual -6,460 6,308 ,000 2,344 99

Std, Residual -2,699 2,635 ,000 ,979 99

Stud, Residual -2,890 2,745 ,000 1,013 99

Deleted Residual -7,407 6,842 ,001 2,511 99

Stud, Deleted Residual -3,011 2,846 ,002 1,029 99

Mahal, Distance ,219 12,972 3,960 2,915 99

Cook's Distance ,000 ,245 ,015 ,034 99

Centered Leverage Value ,002 ,132 ,040 ,030 99


(5)

Charts

Regression Standardized Residual

3 2 1 0 -1 -2 -3

F

re

q

u

e

n

c

y

20

15

10

5

0 Histogram Dependent Variable: Perilaku membuang sampah Mean =-4.15E-16฀Std. Dev. =0.979฀


(6)

Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E x p e c te d C u m P r o b 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Regression Standardized Predicted Value

3 2 1 0 -1 -2 R e g re s s io n S ta n d a rd iz e d R e s id u a l 3 2 1 0 -1 -2 -3 Scatterplot