Pengertian dan Ruang Lingkup Ekstradisi

Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG EKSTRADISI

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Ekstradisi

Setiap negara di dunia ini mempunyai tata hukum atau hukum positif untuk memelihara dan mempertahankan keamanan, ketertiban dan ketentraman bagi setiap warga negaranya atau orang yang berada dalam wilayahnya. Pelanggaran atas tata hukumnya dikenakan sanksi sebagai upaya agar hukum dapat ditegakkan. Si pelanggar harus mempertanggungjawabkan perbuatannya atau kejahatan yang telah dilakukannya. Dia akan diajukan ke depan pengadilan dan bila terbukti bersalah akan dijatuhi hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Akan tetapi tidak setiap orang akan rela mempertanggungjawabkan perbuatannya. Segala macam cara akan ditempuhnya, baik legal maupun illegal untuk menghindarkan diri dari tuntutan dan ancaman hukuman tersebut. Salah satu cara yang cukup efektif untuk menyelamatkan diri adalah dengan cara melarikan diri kedalam wilayah negara lain. Cara ini dimaksudkan untuk menghindari tuntutan hukuman di negara tempatnya semula. Tindakan ini melibatkan kepentingan kedua negara. Bahkan seringkali kejahatan yang dilakukan oleh seseorang, tidak saja melibatkan kepentingan dua negara, tetapi sering kali lebih dari dua negara. Hal ini bisa terjadi, Misalnya karena seorang secara berturut-turut telah melakukan kejahatan dalam wilayah beberapa negara. Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 Atau kejahatan yang dilakukan dalam wilayah satu negara atau di luar wilayah suatu negara, menimbulkan akibat-akibat pada wilayah beberapa negara. Seperti dalam kasus ”Kapal Mimi” pada tahun 1975, seorang warga negara Indonesia bernama Gun Supardi yang bekerja sebagai awak kapal tersebut, telah membunuh nahkoda kapalnya yang berkebangsaan Jerman Barat di laut lepas di Samudera Atlantik serta menenggelamkan kapalnya. Sedangkan kapal Mimi itu sendiri berbendera Panama. Oleh kapal yang menolongnya, Gun Supardi bersama awak kapal lainnya dibawa dan diserahkan kepada Amerika Serikat. Dalam kasus ini jelaslah tersangkut kepentingan empat negara yaitu : Indonesia sebagai negara kewarganegaraan si pelaku kejahatan yaitu Gun Supardi, Panama sebagai negara kebangsaan kapan Mimi sebab kapal tersebut berbendera Panama, Jerman Barat sebagai negara kewarganegaraan sang korban nahkoda dan Amerika Serikat sebagai negara tempat Gun Supardi ditahan. Dalam Hubungannya dengan pelaku kejahatan yang melarikan diri atau berada dalam wilayah lain, maka negara yang memiliki yurisdiksi atas si pelaku kejahatannya itu, misalnya negara tempat kejahatan itu dilakukan atau negara- negara yang menderita akibat dari kejahatan itu, tidak boleh melakukan penangkapan dan penahanannya secara langsung di dalam wilayah negara tempat si pelaku kejahatan itu berada. Hal ini seolah-olah menyebabkan pelaku kejahatan yang demikian itu memperoleh kekebalan dari tuntutan hukum. Penangkapan dan penahanan secara langsung kedalam wilayah negara lain tidak diperbolehkan oleh karena suatu negara tidak boleh melakukan tindakan yang bersifat kedaulatan act of soverignity di dalam wilayah lain, kecuali dengan persetujuan negara itu Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 sendiri. Sebab tindakan demikian itu dipandang sebagai intervensi atau campur tangan atas masalah-masalah dalam negeri negara lain, yang dilarang menurut hukum internasional. 16 16 I Wayan Parthiana,S.H,MH., Ekstradisi dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia, op.cit, hal 11 Tetapi jika hal semacam ini dibiarkan, maka akan dapat mendorong setiap pelaku kejahatan, lebih-lebih jika dia secara ekonomis tergolong mampu, untuk melarikan diri ke dalam wilayah negara lain. Bahkan usaha untuk melarikan diri ke dalam wilayah negara lain tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang bermaksud untuk menghindari ancaman hukuman yang lebih dikenal dengan sebutan tersangka atau tertuduh, tetapi juga oleh orang-orang yang telah dijatuhi hukuman yang telah mempunyai kekuatan mengikat yang pasti yang lebih dikenal dengan sebutan terhukum atau terpidana. Sebagai contoh nyata adalah apa yang dialami oleh Indonesia, yaitu larinya dua orang narapidana masing-masing Donal Andrew Ahren warga negara Australia dan David Allan Riffe warga negara Amerika Serikat dari Lembaga Pemasyarakatan Denpasar dan Karangasem, Bali pada tanggal 9 Juli 1977. kedua orang ini berhasil meninggalkan wilayah Indonesia menuju ke Australia. Supaya orang-orang semacam ini tidak terlepas dari tanggung jawab atas kejahatan yang telah dilakukannya, maka diperlukan kerjasama untuk mencegah dan memberantasnya. Sebab pencegahan dan pemberantasan kejahatan yang hanya dilakukan oleh negara-negara secara sendiri-sendiri dalam hal-hal tersebut sudah tidak bisa dipertahankan lagi, lebih-lebih di abad teknologi sekarang ini. Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 Oleh karena negara-negara yang memiliki yurisdiksi terhadap si pelaku kejahatan tidak bisa menangkap secara langsung di wilayah negara tempat si pelaku kejahatan itu berada, maka negara-negara tersebut dapat menempuh cara yang legal untuk dapat mengadili dan menghukum si pelaku kejahatan tersebut. Negara-negara yang memiliki yurisdiksi itu dapat meminta kepada negara tempat si pelaku kejahatan itu berada, supaya menangkap dan menyerahkan orang tersebut. Sedangkan negara tempat si pelaku kejahatan berada, setelah menerima permintaan untuk menyerahkan itu dapat menyerahkan si pelaku tesebut kepada negara atau salah satu dari negara yang mengajukan permintaan penyerahan. Cara atau prosedur semacam ini telah diakui dalam hukum nasional dan hukum internasional yang dikenal dengan nama Ekstradisi. Ditinjau dari asal katanya, istilah ekstradisi extradition, l’extradition berasal dari bahasa latin :”extradere”. Ex berarti keluar, sedangkan tradere berarti menyerahkan. Kata bendanya adalah extraditio artinya penyerahan. Dari uraian diatas dapat diperoleh suatu rumusan yang didalamnya menggambarkan pengertian dan ruang lingkup ekstradisi, tegasnya yang dimaksud dengan ekstradisi adalah : ”Penyerahan yang dilakukan secara formal baik berdasarkan perjanjian ekstradisi yang diadakan sebelumnya atau berdasarkan prinsip timbal- balik, atas seseorang yang dituduh melakukan tindak pidana kejahatan tersangka, tertuduh, terdakwa atau atas seseorang yang telah dijatuhi hukuman atas kejahatan yang dilakukannya terhukum, terpidana, oleh negara tempatnya melarikan diri atau berada atau tersembunyi kepada negara yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili atau menghukumnya, atas permintaan dari negara tersebut dengan tujuan untuk mengadili atau melaksanakan hukumannya. 17 17 I Wayan Parthiana, SH, MH., Hukum Pidana Internasional Dan Ekstradisi, op.cit, hal 148. Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 Selain itu terdapat juga defenisi tentang ekstradisi dari para sarjana-sarjana hukum internasional dan hasil riset Universitas Harvard, yaitu : 1. L. Oppenheim mengatakan : ”Extradition is the delivery of an accused or convicted individual to the state on whose territory he is alleged to have committed, or to have been convicted of, a crime by the state on whose territory the alleged criminal happens for the time to be. 18 2. J.G. Starke, menyatakan : ”The term extradition denotes the process whereby under treaty or upon a basis of reciprocity one state surrenders to another state at its request a person accused or convicted of a criminal offence committed against the laws the requesting state competent to try alleged offender. 19 3. Harvard Research Draft Convention on Extradition : “Extradition is the formal surrender of a person by a state to another state for prosecution punishment”. 20 4. Menurut Dr. Ali Sastroamidjojo, SH menyatakan bahwa : ”Ekstradisi adalah pengambilan orang pelarian, perjanjian ekstradisi itu harus diadakan terlebih dahulu untuk memungkinkan negara menuntut, supaya orang pelarian itu dikembalikan. 21 18 L Oppenheim, International Law, a Treatise, 8 th Edition, Volume One-Peace, 1960, hal 696. 19 J G Starke, An Introduction to International law, 7 th Edition, Butterworths, London, hal 348. 20 I Wayan Parthiana, SH, MH., Ekstradisi Dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia, op.cit, hal 13. 21 Dr, SH, Ali Sastroamidjojo,.Pengantar Hukum Internasional, Bharatara, Jakarta, 1971, hal 147. Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 Dari defenisi diatas dapat disimpulkan unsur dari ekstradisi itu, yakni : 1. Unsur subjek yang terdiri atas : a. Negara atau negara-negara yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili atau menghukumnya. Negara atau negara-negara ini berkedudukan sebagai pihak yang meminta atau dengan singkat disebut ”negara peminta” The Requesting State b. Negara tempat pelaku kejahatan atau si terhukum itu berada atau bersembunyi. Negara ini dimintai oleh negara atau negara-negara yang memiliki yurisdiksi atau negara peminta, supaya menyerahkan orang yang berada di wilayahnya itu, yang dengan singkat disebut ”negara diminta” The Requested State. 2. Unsur Objek, yaitu sipelaku kejahatan itu sendiri yang diminta oleh negara peminta kepada negara diminta supaya diserahkan. Dia inilah yang dengan singkat disebut sebagai ”orang yang diminta”. Dia hanya sebagai objek saja yang menjadi pokok masalah antara kedua pihak. 3. Unsur tata cara atau prosedur, yang meliputi tata cara untuk mengajukan permintaan penyerahan maupun tata cara untuk menyerahkan atau menolak penyerahan itu sendiri serta segala hal yang ada hubungannya dengan itu. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam Bab IV dalam sub bab praktek pelaksanaan ekstradisi. 4. Unsur tujuan, yaitu tujuan apa orang yang bersangkutan dimintakan penyerahan atau diserahkan. Penyerahan itu dimintakan oleh negara peminta kepada negara diminta oleh karena dia telah melakukan kejahatan yang Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 menjadi yurisdiksi Negara peminta. Atau dia melarikan diri kenegara diminta setelah dijatuhi hukuman yang telah mempunyai kekuatan mengikat yang pasti. Untuk dapat mengadili atau menghukum orang yang bersangkutan negara atau negara-negara yang berkepentingan, lalu mengajukan permintaan penyerahan atas diri orang tersebut kepada negara diminta. Jadi permintaan penyerahan atau penyerahan itu sendiri bertujuan untuk mengadili atau menghukum si pelaku kejahatan itu, sebagai realisasi dari kerjasama antara negara-negara tersebut dalam menanggulangi dan memberantas kejahatan.

B. Sejarah dan Perkembangan Ekstradisi