Ekstradisi Sebagai Sarana Ampuh Untuk Mencegah dan Memberantas Kejahatan.

Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 Negara yang menganut sistem anglo saxon seperti Malaysia, menekankan dengan lebih tegas pada pentingnya melindungi hak – hak azasi manusia supaya individu terhindar dari penindasan dan perlakuan sewenang – wenang. Haruslah diakui bahwa sistem anglo saxon ini lebih menjamin dan menghormati hak – hak azasi manusia, sebab terhadap orang yang diminta benar – benar diperlakukan sesuai hukum di negara tempatnya berada atau ditahan negara – diminta . Bahwa si pelaku tersebut benar – benar mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum equality before the law seperti warga negara lainnya.

D. Ekstradisi Sebagai Sarana Ampuh Untuk Mencegah dan Memberantas Kejahatan.

Sekarang timbul pertanyaan, mengapa negara-negara cenderung untuk memilih bentuk ekstradisi sebagai sarana kerjasama internasional untuk mencegah dan memberantas kejahatan? Bukankah masih banyak lagi jalan yang bisa ditempuh supaya pelaku kejahatan tidak menjadikan wilayah negara lain sebagai tempat pelarian dan mencari perlindungan? Misalnya dengan memperkuat penjagaan keamanan di daerah perbatasan wilayah, melakukan tindakan pengawasan yang lebih ketat terhadap orang-orang yang memasuki atau meninggalkan wilayahnya, ataupun dengan menggunakan upaya-upaya hukum seperti pengusiran dan deportasi yaitu dengan menyuruh ke luar orang-orang yang tidak dikehendaki kehadirannya di wilayah negara yang bersangkutan. Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 Perlu ditegaskan disini, bahwa kehadiran atau masuknya orang asing ke dalam wilayah suatu negara dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu : Kelompok pertama, adalah mereka yang benar-benar tidak mempunyai latar- belakang yang tidak baik di negara asalnya atau di negara tempatnya semula. Kelompok kedua, adalah mereka yang berlatar belakang tidak baik, misalnya telah melakukan kejahatan di negara asalnya atau di negara lain. 36 Sedangkan terhadap kelompok yang kedua, masalahnya adalah berlainan. Kehadirannya di dalam wilayah suatu negara adalah untuk menghindari tuntutan hukum dari negara di mana dia telah melakukan kejahatan. Jadi dalam hal ini tersangkut kepentingan negara lain sebagai negara yang mempunyai yurisdiksi atas orang atau perbuatannya itu. Meskipun kehadiran orang semacam ini Terhadap kelompok yang pertama, apabila dia melakukan tindakan yang tidak menyenangkan negara dimana dia berada, misalnya melanggar hukum atau melanggar keamanan dan ketertiban negara yang bersangkutan sudah tentu terhadapnya dapat dikenakan tindakan hukum misalnya mengadili atau menghukumnya, atau mempersilakan kepadanya untuk meninggalkan wilayah negara itu. Dengan mempersilakan ke luar atau tegasnya, mengusir orang yang demikian itu, maka bagi negara tersebut selesailah persoalannya. Sedangkan bagi orang yang diusir itu, terserah kepadanya sendiri untuk menentukan negara mana yang kan ditujunya. Dalam hal ini jelas tidak ada tersangkut kepentinagn negara lain. 36 I Wayan Parthiana, SH, MH., Ekstradisi dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia, op.cit, hal 6. Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 mungkin juga tidak dikehendaki oleh negara tersebut, misalnya karena kehadirannya itu dapat mempengaruhi hubungan baik antara kedua negara atau adanya kekhawatiran bahwa orang tersebut akan melakukan tindakan serupa, meskipun tindakan pengusiran terhadap orang tersebut juga dapat dilakukan, akan tetapi pengusiran sebagai tindakan sepihak ini mengandung beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahannya antara lain : Pertama, jika si pelaku kejahatan yang akan diusir itu akan mencari negra lain yang mungkin mau menerimanya dan kalau bisa untuk selama mungkin, untuk menghindari tuntutan hukum dari negara dimana dia telah melakukan kejahatan. Dengan demikian dia akan tetap lolos dari tuntutan hukum sehingga rasa keadilan dari korban atau anggota keluarganya ataupun masyarakat negara itu, tetap belum dipulihkan. Hal ini jelas tidak dikehendaki oleh negara itu sendiri. Kedua, tindakan pengusiran ini tidaklah membantu untuk mencegah dan memberantas kejahatan, sebab orang-orang pelarian semacam ini telah lolos dari pengadilan dan hukum negara tempatnya melakukan kejahatan. Bahkan dapat merangsang setiap pelaku kejahatan untuk melarikan diri ke negara lain. Walaupun dia bisa dikenakan tindakan pengusiran, dia akan tetap merasa aman memilih negara lain untuk mencari perlindungan. Ketiga, Bagi si pelaku kejahtan itu sendiri, walaupun pengusiran mungkin dalam batas-batas tertentu lebih menguntungkan dirinya seperti dikemukakan diatas, tetapi jika negara tempatnya melarikan diri juga Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 mempunyai yurisdiksi untuk mengadili kejahatan yang telah dilakukannya itu berdasarkan hukum nasional negara itu, kemudian ternyata mengadili dan menghukumnya. Kemudian setelah dia selesai menjalani hukumannya, dia merasa dirinya aman kembali ke negara asalnya atau ke negara tempat kejahatan tersebut dilakukan dahulu locus delicti. Tetapi ternyata negara locus delicti itu tetap mengadili dan menghukumnya atas kejahatan yang dahulu telah dijatuhi hukuman oleh negara tersebut dahulu, juga berdasarkan hukum pidana nasional dari negara yang bersangkutan. Dengan kata lain negara yang belakangan ini tidak mau mengakui keputusan pengadilan negara terdahulu, atau menolak azas ne bis in idem. Jadi jelaslah bahwa si pelaku kejahatan itu sendiri menderita resiko besar karena kejahatannya itu kemungkinan akan diadili lebih dari satu kali. Dia tidak bisa berlindung dibalik azas ne bis in idem, yang dalam ekstradisi sudah diterima sebagai salah satu azasnya. Dengan menguraikan beberapa kelemahan dari pengusiran sebagai tindakan sepihak, maka sekarang tinggal alternatif yang paling mungkin dipilih yaitu ekstradisi. Ekstradisi ini ternyata dapat meniadakan atau setidak-tidaknya mengurangi kelemahan-kelemahan pengusiran sebagai tindakan sepihak seperti telah diuraikan diatas. Ekstradisi ternyata merupakan sarana untuk dapat mengadili dan menghukum si pelaku kejahatan oleh negara locus delicti atau negara yang memiliki yurisdiksi atas kejahatannya itu. Dengan demikian sekaligus rasa keadilan dari si korban atau anggota masyarakat dapat dipulihkan. Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 Para pelaku kejahatan yang mempunyai niat untuk melarikan diri ke negara lain mungkin akan berpikir dua kali dalam melaksanakan niatnya itu. Sebab dia kan merasa dibayang-bayangi oleh ekstradisi. Adalah akan sia-sia untuk melarikan diri ke negara lain sebab akan besar kemungkinannya dikembalikan ke negara locus delicti atau negara yang memiliki yurisdiksi. Atau, jika tidak diserahkan kepada negara yang meminta penyerahannya, kemungkinan dia akan diadili dan dihukum oleh negara dimana dia berada atau mencari perlindungan, sepanjang negara itu memiliki yurisdiksi atas dirinya dan atau kejahatannya itu. Dengan demikian dia pada akhirnya tidak luput dari hukuman. Pada umumnya orang lebih senang menjalani hukuman di negara asalnya sendiri daripada di negara lain yang sangat asing terhadap dirinya. Sudah tentu terhadap hal ini terdapat beberapa pengecualian. Bagi terhukum pun telah dapat menikmati azas ne bis in idem, sehingga dia tidak akan diadili untuk kedua kalinya atas kejahatan yang sama. Disini dapat pula disimpulkan bahwa dengan ekstradisi ini masyarakat internasional telah bekerja sama dalam mencegah dan memberantas kejahatan. Singkatnya, ekstradisi lebih memberikan jaminan kepastian hukum jika dibandingkan dengan upaya-upaya hukum lain seperti telah diuraikan di atas. Ekstradisi adalah merupakan sebuah pranata hukum yang sangat ideal dalam pencegahan dan pemberantasan kejahatan. Dikatakan sangat ideal, oleh karena ekstradisi ini menentukan pembatasan yang sangat ketat dan berat dalam proses permintaan dan penyerahan si pelaku kejahatan atau yang di dalam ekstradisi lebih populer dengan istilah orang yang diminta. Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 Akan tetapi, dalam kenyataannya tidaklah mudah untuk mengharapkan peranan pranata hukum yang bernama ekstradisi ini. Hal ini disebabkan karena ekstradisi, seperti halnya hukum pidana, ibarat pisau bermata dua. Pada mata yang satu dia berfungsi sebagai pelindung kepentingan umum, karena dengan melalui ekstradisi si pelaku tindak pidana yang berada di wilayah negara lain diharapkan tidak bisa menghindarkan diri dari tuntutan pidana dari negara yang memiliki yurisdiksi. Sedangkan pada mata yang lain, dia berfungsi untuk melindungi hak- hak azasi individu si pelaku tindak pidana. 37 Demikian pula tentang prosedur atau syarat-syarat ekstradisi, yakni harus dilakukan melalui saluran diplomatik, yang tentu saja rentang kendalinya cukup panjang dan menjadi sangat birokratis, karena melibatkan organ-organ pemerintah masing-masing pihak yang terkait. Bahkan negara-negara yang menganut sistem hukum anglo-saxon, seperti Inggris dan Australia, mengharuskan pemeriksaan Dari uraian tentang azas-azas ekstradisi yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, tampaklah betapa ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi oleh negara-peminta dan negara-diminta, dalam melakukan ekstradisi atas orang yang diminta sebagai pelaku kejahatan. Semua persyaratan tersebut harus dipenuhi, dan jika salah satu saja tidak dipenuhi, maka ekstradisi pun menjadi gugur. Orang yang diminta akan bebas dari tanggung jawab pidana atas perbuatannya, kecuali jika negara-diminta juga memiliki yurisdiksi atas kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta penyerahannya dan negara-diminta melaksanakan yurisdiksinya dengan mengadili sendiri orang yang diminta tersebut. 37 I Wayan Parhiana,SH, MH., Hukum Pidana Internasional Dan Ekstradisi, op.cit, hal 143. Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 terhadap permintaan dari negara-peminta oleh badan peradilan nasionalnya, yang sudah tentu menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya yang cukup besar. Sebagai contoh kasus Augusto Pinochet pada tahun 1999 antara Spanyol, Swiss dan Belgia sebagai negara peminta pada satu pihak dan Inggris sebagai negara-diminta. Demikian juga dengan kasus Hendraraharja pada tahun 2003 antara Indonesia sebagai negara-peminta dan Australia sebagai negara-diminta, menunjukkan betapa panjang dan birokratisnya prosedur ekstradisi dari negara- negara dengan sistem hukum Anglo-Saxon. Ketatnya persyaratan dan panjangnya prosedur ekstradisi, disebabkan karena pengaruh dari paham hak azasi manusia. Pranata hukum tentang ekstradisi yang sudah berbentuk hukum kebiasaan internasional yang selanjutnya oleh negara-negara diformulasikan dalam bentuk perjanjian-perjanjian internasional bilateral dan atau multilateral tentang ekstradisi, sedikit demi sedikit dengan pelan tetapi pasti, dimasuki unsur-unsur hak azasi manusia, khususnya penghormatan dan perlindungan hak azasi manusia dari orang yang diminta. 38 Oleh karena itu, ditinjau dari segi hak-hak azasi manusia, pranata hukum yang bernama ekstradisi ini benar-benar merupakan pranata hukum yang sangat ideal, sebab materi muatannya penuh dengan butir-butir hak azasi manusia, baik secara eksplisit maupun implisit. Demikian juga ditinjau dari penghormatan atas kemerdekaan, kedaulatan dan kesamaan derajat negara-negara sebagai salah satu azas penting dari hukum internasional, pranata hukum yang bernama ekstradisi ini benar-benar menjamin penghormatan yang sangat tinggi terhadap azas tersebut. 38 I Wayan Parthiana, SH, MH., op.cit, hal 146. Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 Tidak ada sedikit pun azas tersebut dilanggar oleh pranata hukum yang bernama ekstradisi ini. Ketatnya persyaratan ekstradisi tersebut, menjadikan usaha pencegahan dan pemberantasan kejahatan, khususnya kejahatan yang lintas batas negara, melalui pranata hukum yang bernama ekstradisi ini menjadi tidak efektif. Padahal pada masa kini, dan pada masa-masa yang akan datang, kejahatan-kejahatan yang lintas batas negara justru akan semakin bertambah banyak. Hal ini benar-benar merupakan suatu kontradiksi. Pada satu pihak hak-hak azasi manusia dari si pelaku kejahatan harus tetap dilindungi dan dihormati, sedangkan pada pihak yang lain rasa keadilan masyarakat justru sangat lampat dipulihkan. Sedangkan perkembangan dari berbagai bentuk dan jenis kejahatan justru semakin banyak dan semakain canggih, bahkan dengan korban-korban yang kadang-kadang di luar batas kemanusiaan. Dalam hal ini justru dibutuhkan kecepatan untuk menangkap dan mengadili serta menghukum si pelaku kejahatan, demi terpulihkannya rasa keadilan masyarakat nasional dan internasional. Disinilah ternyata pranata hukum yang bernama ekstradisi tidak mampu menjawabnya. 39 Akibatnya, ekstradisi hanya diterapkan terhadap kejahatan-kejahatan yang sudah menjadi perhatian publik dan telah berhasil membentuk suatu pendapat umum masyarakat luas public opinion yang pada umumnya adalah kejahatan- kejahatan yang pelakunya terdiri dari orang-orang lapisan atas. Sedangkan atas kejahatan-kejahatan yang tergolong biasa dan dilakukan oleh orang-orang dari lapisan menengah dan bawah, seringkali luput dari perhatian publik, sehinnga 39 I Wayan Parthiana, SH, MH., Hukum Pidana Internasional Dan Ekstradisi, op.cit, hal 32. Margaretta S R Silitonga : Lembaga Ekstradisi Sebagai Sarana Pencegahan Dan Pemberantasan Kejahatan Ditinjau Dari Hukum Internasional, 2007. USU Repository © 2009 penyelesaiannya tidak dilakukan melalui ekstradisi, melainkan melalui cara-cara lain yang lebih praktis dan pendek, baik legal maupun illegal.

E. Dampak Ekstradisi Terhadap Hubungan Negara - negara.