Rumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Profil Situ Bungur Fitoplankton

3

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana keanekaragaman fitoplankton di Situ Bungur? b. Bagaimana kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman fitoplankton Situ Bungur?

1.3. Hipotesis

a. Keanekaragaman fitoplankton di Situ Bungur adalah rendah. b. Kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman fitoplankton Situ Bungur adalah tercemar berat.

1.4. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui keanekaragaman fitoplankton di Situ Bungur. b. Untuk mengetahui kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman fitoplankton Situ Bungur.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat sebagai: 1. Informasi mengenai kondisi kualitas air di Situ Bungur berdasarkan indeks keanekaragaman, keseragaman, dominasi, dan kelimpahan fitoplankton sebagai informasi analisis kualitas air. 2. Informasi bagi PEMDA setempat dalam peruntukkan Situ Bungur. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Situ Bungur

Situ Bungur merupakan salah satu Situ yang berada di Provinsi Banten Kelurahan Pondok Ranji Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang, dengan luas 32.500 m 2 . Situ ini berlokasi di Rw.01 Jalan Menjangan 3 dan dikelilingi oleh 2 Rt yakni Rt.03 dan Rt.04. Menurut keterangan pegawai Kelurahan Pondok Ranji Pemda setempat bahwa air buangan limbah dari rumah tangga ke perairan Situ sebanyak 3 Rw yakni Rw.01, 03, dan 15 dan 4 Rt yakni Rt.03, 04, 01, dan 06 dengan jumlah penduduk masing-masing yaitu ± 250 jiwa Rt.03, ± 200 jiwa Rt.04, ± 200 jiwa Rt.01, ± 200 jiwa Rt.06. Situ ini dikelola oleh Pemerintah Provinsi Banten pada peraturan Pemerintah No.6 tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik Negara atau Daerah. Berikut foto Situ Bungur yang dapat dilihat dibawah ini gambar 1. Gambar 1. Foto Situ Bungur Sumber: Salam 5

2.2. Pencemaran Air

Menurut Achmad 2004, air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri mandi, membersihkan ruangan tempat tinggal dan menyiapkan makanan dan minuman serta aktifitas-aktifitas lainnya. Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekresi. Perairan merupakan suatu potensi sumberdaya air utama yang sangat besar dimiliki Indonesia. Tercatat 13,7 juta ha perairan darat yang kita miliki, meliputi perairan danau, perairan waduk, perairan sungai, perairan lahan basah dan perairan estuaria. Potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan dari perairan darat adalah sebagai sumber air bersih, sumber produksi pangan dan pakan, sumber energi dan sumber kenyamanan. Perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sebagai habitat dari berbagai jenis makhluk hidup, mulai dari ukuran mikro sampai makro. Perairan yang alami mempunyai sifat yang dinamis dan aliran energi yang kontinu selama sistem didalamnya tidak mengalami gangguan atau hambatan seperti pencemaran Lukman dkk, 2006. Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau punahnya populasi organisme perairan seperti benthos, perifiton, dan plankton. Hal ini menyebabkan sistem ekologis perairan dapat terganggu. Sistem ekologis perairan mempunyai kemampuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung 6 lingkungan yang bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkungannya, maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi Nugroho, 2006. Berdasarkan undang-undang no.23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup menyatakan, bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia. Sehingga kualitasnya turun hingga ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Polusi air merupakan penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal bukan dari kemurniannya. Adanya benda-benda asing yang dapat menyebabkan air tersebut tidak dapat digunakan secara normal. Biasanya benda-benda asing tersebut telah melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga tidak dapat digunakan secara normal untuk keperluan Fardiaz, 1992. Penurunan kualitas air perairan akibat limbah-limbah masyarakat sekitar dapat menurunkan kualitas air tanah di sekitarnya melalui infiltrasi dan dispersi. Infiltrasi merupakan masuknya air dan bahan-bahan terlarut ke dalam tanah, sedangkan dispersi adalah percampuran bahan-bahan di dalam air secara fisika dan kimia hingga homogen Astirin dkk, 2002. Indikator bahwa kualitas air lingkungan tercemar atau menurun adalah dengan adanya tanda-tanda yang dapat diamati, yaitu: 1. Perubahan pH air, 2. Perubahan suhu air, 3. Perubahan warna, bau, dan rasa air 7 4. Mikroorganisme dalam perairan Sastrawijaya, 1991.

2.2.1. Perubahan pH Air

Nilai pH didefinisikan sebagai negatif logaritma dari konsentrasi ion hidrogen dan nilai keasaman ditunjukkan dengan nilai 1-7 asam dan 7-14 basa. Kebanyakan perairan umum mempunyai nilai pH antara 6-9. Pada pH sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, kandungan kation dan anion maupun jenis dan tempat hidup organisme Goldman dan Horne, 1983. Menurut Fardiaz 1992, variasi pH dipengaruhi oleh kandungan karbondioksida, karbonat, asam organik, dan hasil pembusukan sisa tanaman perairan. Perairan tawar mempunyai kisaran pH antara 4-10. pH dapat mempengaruhi daya adaptasi biota akuatik dan aktifitas kimiawi di lingkungan perairan. Sebagai salah satu parameter lingkungan perairan, pH tidak selalu stabil karena dipengaruhi oleh keseimbangan antara CO 2 dan HCO 3 - dalam perairan. Reaksi CO 2 di perairan menghasilkan ion hidrogen H + dan ion karbonat HCO 3 - . Konsentrasi ion H + mempengaruhi pH, dengan semakin tinggi konsentrasi ion H + , maka perairan cendrung asam.

2.2.2. Perubahan Suhu pada Air

Menurut Iskandar 2003, menjelaskan bahwa suhu merupakan faktor penting di dalam perairan dan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang jatuh ke permukaan air. Suhu juga merupakan salah satu faktor penunjang 8 produktifitas fitoplankton, karena mempengaruhi laju fotosintesis dan kecepatan pertumbuhan. Selain itu juga berpengaruh terhadap laju dekomposisi dan konversi bahan organik menjadi bahan anorganik. Suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di daerah tropis berkisar antara 20-30 C. Suhu berhubungan erat dengan persediaan makanan. Di dalam air yang hangat, kebutuhan akan bahan makanan relatif lebih banyak dengan air yang lebih dingin Odum, 1993. Suhu di perairan juga menetukan kadar oksigen yang terlarut di dalamnya. Semakin tinggi suhu di suatu perairan, maka semakin kecil kadar oksigen terlarut di perairan tersebut Fardiaz, 1992.

2.2.3. Perubahan Bau, Warna dan Rasa pada Air

Perubahan bau, warna dan rasa pada air yang terkena pencemaran dipengaruhi oleh zat-zat yang terdapat di dalamnya seperti zat organik, mikroorganisme dan hasil metabolismenya serta lumpur hasil buangan industri dan rumah tangga yang terlarut di dalam perairan tersebut Fardiaz, 1992. Selain itu menurut Wardhana 1995, perubahan tersebut juga diakibatkan oleh kegiatan industri maupun rumah tangga yang limbahnya masuk ke dalam perairan. Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi di suatu perairan. Rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, gangguan plankton, tumbuhan air, dan hewan air, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati Nugroho, 2006. 9 Menurut Kristanto 2004, warna air di alam ini sangat bervariasi, misalnya air di rawa-rawa yang berwarna kuning, coklat atau kehijauan, juga air sungai yang biasanya berwarna kuning kecoklatan karena kandungan lumpur yang tercampur di dalamnya dan air limbah yang yang berwarna coklat kemerahan karena kandungan besi dalam jumlah yang tinggi.

2.2.4. Mikroorganisme dalam Perairan

Air merupakan habitat berjenis-jenis mikroba seperti alga, protozoa dan bakteri. Dari sekalian banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau merugikan manusia, ada beberapa jenis mikroba yang sangat tidak dikehendaki kehadirannya karena mikroba tersebut merupakan patogen bagi perairan. Mikroba tersebut dapat berperan sebagai indikator kualitas perairan Nugroho, 2006. Mikroorganisme merupakan makhluk mikroskopis yang pada umumnya di lingkungan perairan dapat memakan, memecahkan dan menguraikan bahan organik Wardhana, 1995. Mikroorganisme berperan sekali dalam proses degradasi bahan buangan organik, misal dari kegiatan industri yang dibuang ke perairan baik sungai, danau maupun laut. Mikroorganisme akan berkembangbiak jika buangan yang harus didegradasi cukup banyak, dan tidak menutup kemungkinan dengan ikut berkembangbiaknya mikroorganisme patogen Achmad, 2004. 10

2.3. Fitoplankton

Fitoplankton adalah makhluk renik yang melayang di permukaan air Yatim, 2003. Menurut Nontji 2006, fitoplankton merupakan tumbuhan yang seringkali ditemukan di seluruh massa air pada zona eufotik, berukuran mikroskopis dan memiliki klorofil sehingga mampu membentuk zat organik dari zat anorganik melalui fotosintesis. Fitoplankton sebagai organisme autotrof menghasilkan oksigen yang akan dimanfaatkan oleh organisme lain, sehingga fitoplankton mempunyai peranan penting dalam menunjang produktifitas perairan. Keberadaan fitoplankton dapat dilihat berdasarkan kelimpahannya di perairan, yang dipengaruhi oleh parameter lingkungan Lukman dkk, 2006. Selain sebagai produsen primer, fitoplankton juga sebagai penghasil oksigen terlarut di perairan bagi organisme lain Kamali, 2004. Menurut Sachlan 1982, fitoplankton termasuk kelompok alga yang terbagi ke dalam 7 divisio, yaitu: 1. Cyanophyta alga biru yang berada di air tawar dan air laut, 2. Chlorophyta alga hijau yang berada banyak di air tawar dan sedikit di air laut, 3. Chrysophyta alga kuning yang berada di air tawar dan air laut, 4. Pyrrophyta plankton yang berada di air tawar dan air laut, 5. Euglenophyta yang berada di air tawar dan air payau, 6. Phaeophyta alga coklat yang hanya hidup sebagai rumput laut, dan 11 7. Rhodophyta alga merah yang yang hanya hidup sebagai rumput laut. Fitoplankton memiliki klorofil yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air yang digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di perairan. Namun Fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan apabila jumlahnya berlebih blooming. Tingginya populasi fitoplankton beracun di dalam suatu perairan dapat menyebabkan berbagai akibat negatif bagi ekosistem perairan, seperti berkurangnya oksigen di dalam air yang dapat menyebabkan kematian berbagai makhluk air lainnya. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa beberapa jenis fitoplankton yang potensial blooming adalah yang bersifat toksik, seperti dari beberapa kelompok Dinoflagellata, yaitu Alexandrium spp, Gymnodinium spp, dan Dinophysis spp. Dari kelompok Diatom tercatat jenis Pseudonitszchia spp termasuk fitoplankton toksik. Ledakan populasi fitoplankton yang diikuti dengan keberadaan jenis fitoplankton beracun akan menimbulkan ledakan populasi alga berbahaya Harmful Algae Blooms – HABs Aunurohim, 2008. Faktor yang dapat memicu ledakan populasi fitoplankton berbahaya antara lain karena adanya eutrofikasi adanya upwelling yang mengangkat massa air kaya unsur-unsur hara, adanya hujan lebat dan masuknya air ke danau dalam jumlah yang besar. Beberapa kejadian fatal yang disebabkan oleh fitoplankton beracun tercatat di perairan Lewotobi dan Lewouran Nusa Tenggara Timur, Pulau Sebatik Kalimantan Timur, perairan Makassar dan Teluk Ambon. Di beberapa negara maju, ledakan fitoplankton juga mendapat prioritas penanganan mengingat 12 dampak kerugiannya yang tinggi. Beberapa penyakit akut yang disebabkan oleh racun dari kelompok fitoplankton berbahaya adalah Paralytic Shellfish Poisoning PSP, Amnesic Shellfish Poisoning ASP, dan Diarrhetic Shellfish Poisoning DSP. Racun-racun tersebut sangat berbahaya karena dapat menyerang sistem saraf manusia, pernapasan, dan pencernaan Aunurohim, 2008. Fitoplankton dapat ditemukan di seluruh massa air mulai dari permukaan sampai pada kedalaman dimana intensitas cahaya matahari masih memungkinkan untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fitoplankton ini merupakan komponen flora yang paling besar peranannya sebagai produsen primer di suatu perairan Odum, 1993. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Fitoplankton juga merupakan penyumbang oksigen terbesar di dalam suatu perairan. Pentingnya peranan fitoplankton sebagai pengikat awal energi matahari menjadikan fitoplankton berperan penting bagi kehidupan perairan Fachrul, 2006. Selaku organisme air, fitoplankton mempunyai banyak kelebihan sebagai tolak ukur biologis yaitu mampu menunjukkan tingkat ketidakstabilan ekologi dan mengevaluasi berbagai bentuk pencemaran. Setiap jenis fitoplankton berbeda reaksi fisiologis dan tingkah lakunya terhadap perubahan kualitas lingkungan Astirin dkk, 2002. Pencemaran merupakan perusakan kualitas air akibat akumulasi buangan yang dilakukan oleh manusia, baik buangan yang berguna maupun buangan yang tak berguna Fachrul, 2005. 13 Keberadaan fitoplankton di suatu perairan juga dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi perairan di daerah tersebut Odum, 1993. Perkembangan fitoplankton sangat ditentukan oleh intensitas sinar matahari, temperatur dan unsur hara. Pertumbuhan fitoplankton yang tinggi tidak hanya selalu menguntungkan bagi kondisi perairan, tetapi juga dapat menyebabkan ledakan populasi blooming, sehingga dapat menghasilkan zat racun yang membahayakan Goldman dan Horne, 1983. Struktur komunitas fitoplankton adalah suatu kumpulan populasi yang hidup pada suatu daerah atau habitat tertentu yang saling berhubungan dan berinteraksi atau mempunyai hubungan timbal balik dari zona tertentu Odum, 1993, meliputi indeks keanekaragaman, indeks dominasi, indeks keseragaman dan indeks kekayaan spesies Kamali, 2004. Indeks keanekaragaman diversitas index spesies Shannon-Wiener yaitu suatu perhitungan secara matematik yang menggambarkan analisis informasi mengenai jumlah individu dalam setiap spesies, sejumlah spesies dan total individu dalam suatu komunitas Masson, 1981. Indeks keseragaman Ekuitabilitas merupakan gambaran keseragaman sebaran individu dari jenis fitoplankton dalam suatu komunitas Odum, 1993. Indeks dominasi Simpson menggambarkan ada tidaknya suatu spesies yang mendominasi pada suatu komunitas. Hilangnya spesies dominan menimbulkan perubahan pada komunitas biotik dan lingkungan fisiknya Odum, 1993. Indeks kekayaan richness index digunakan untuk mengetahui banyak sedikitnya taksa serta konsentrasi biota dalam suatu komunitas Margalef, 1951 dalam Romimohtarto, 2001. 14

2.4. Hubungan Fitoplankton Dengan Pencemaran Air