7 4. Mikroorganisme dalam perairan Sastrawijaya, 1991.
2.2.1. Perubahan pH Air
Nilai pH didefinisikan sebagai negatif logaritma dari konsentrasi ion hidrogen dan nilai keasaman ditunjukkan dengan nilai 1-7 asam dan 7-14 basa.
Kebanyakan perairan umum mempunyai nilai pH antara 6-9. Pada pH sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, kandungan
kation dan anion maupun jenis dan tempat hidup organisme Goldman dan Horne, 1983.
Menurut Fardiaz 1992, variasi pH dipengaruhi oleh kandungan karbondioksida, karbonat, asam organik, dan hasil pembusukan sisa tanaman
perairan. Perairan tawar mempunyai kisaran pH antara 4-10. pH dapat mempengaruhi daya adaptasi biota akuatik dan aktifitas kimiawi di lingkungan
perairan. Sebagai salah satu parameter lingkungan perairan, pH tidak selalu stabil karena dipengaruhi oleh keseimbangan antara CO
2
dan HCO
3 -
dalam perairan. Reaksi CO
2
di perairan menghasilkan ion hidrogen H
+
dan ion karbonat HCO
3 -
. Konsentrasi ion H
+
mempengaruhi pH, dengan semakin tinggi konsentrasi ion H
+
, maka perairan cendrung asam.
2.2.2. Perubahan Suhu pada Air
Menurut Iskandar 2003, menjelaskan bahwa suhu merupakan faktor penting di dalam perairan dan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang
jatuh ke permukaan air. Suhu juga merupakan salah satu faktor penunjang
8 produktifitas fitoplankton, karena mempengaruhi laju fotosintesis dan kecepatan
pertumbuhan. Selain itu juga berpengaruh terhadap laju dekomposisi dan konversi bahan organik menjadi bahan anorganik. Suhu yang optimum bagi pertumbuhan
fitoplankton di daerah tropis berkisar antara 20-30 C.
Suhu berhubungan erat dengan persediaan makanan. Di dalam air yang hangat, kebutuhan akan bahan makanan relatif lebih banyak dengan air yang lebih
dingin Odum, 1993. Suhu di perairan juga menetukan kadar oksigen yang terlarut di dalamnya. Semakin tinggi suhu di suatu perairan, maka semakin kecil
kadar oksigen terlarut di perairan tersebut Fardiaz, 1992.
2.2.3. Perubahan Bau, Warna dan Rasa pada Air