Kerangka Berfikir Waktu dan Tempat Analisis Data

20

2.6. Kerangka Berfikir

Situ Bungur Pemanfaatan Situ Pembuangan limbah Aktifitas penduduk sekitar Situ Pencemaran air organik anorganik Keanekaragaman fitoplankton Indikator tingkat pencemaran 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2009. Pengambilan sampel dilakukan sesaat atau pada hari yang sama di Situ Bungur, Ciputat, identifikasi fitoplankton dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu PLT Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Gambar 3. Situ Bungur Sumber: Salam 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya, plankton net nomor 25, mikroskop cahaya merk Olympus, ember plastik, Water Quality Checker merk Horiba, kamera digital merk Kodak C813, Secchi disk, termometer air raksa merk Boeco, Sedgwick Rafter, gelas ukur bervolume 10 ml, pipet tetes, counter merk Joyko, pH universal merk Merck, kertas label, botol sampel ukuran 30 ml dan 22 1000 ml, alat tulis, lem solasi kecil, tissue, tabel data worksheet, dan buku identifikasi berdasarkan Fukuyo 2000 dan Jhon dkk 2002. Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini di antaranya sampel air Situ Bungur, Formalin 4 sebanyak 3 ml untuk masing-masing botol sampel 30 ml, dan minyak imersi. 3.3. Cara Kerja 3.3.1. Penentuan Titik Pengambilan Sampel Untuk titik pengambilan sampel air Situ Bungur berjumlah lima 5 titik yang diambil secara random sampling dan komposit dengan metode survey, yaitu air masuk 1 inlet 1, air masuk 2 inlet 2, badan air middlelet, pertambakan ikan dan air keluar outlet. Untuk titik inlet pada Situ Bungur ada 2, karena memang pada air masuk disana terdapat 2 masukan air terbesar yang berasal dari warga sekitar Situ Bungur. Tiap titik dideskripsikan sebagai berikut: 1. Titik 1 yaitu air masuk 1 inlet 1 yang berasal dari limbah pemukiman warga yang telah bercampur dengan air Situ Bungur. Pada titik 1 ini memang berdekatan sekali dengan pemukiman warga setempat dan aktifitas manusia seperti memancing ikan. 2. Titik 2 inlet 2 berada di dekat jalan umum dan pemukiman warga sekaligus dekat dengan genangan sampah yang dibuang oleh warga setempat di perairan Situ Bungur tersebut. 23 3. Titik 3 berada pada bagian badan air atau tengah Situ yang terdalam middlelet. Lokasinya berada di daerah dekat pertambakan ikan atau tidak jauh dari pertambakan ikan tersebut. 4. Titik 4 berada di daerah pertambakan ikan atau Keramba Jaring Apung KJA yang memang dibuat atau dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk memelihara ikan. 5. Dan titik 5 berada di daerah keluar air outlet yang berdekatan dengan rumah penduduk dan jalan umum. Inlet 1 titik 1 Inlet 2 titik 2 Pertambakan ikan titk 4 Outlet titik 5 Midlelet titik 3 Gambar 4. Titik Pengambilan Sampling Air 24

3.3.2. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air untuk identifikasi fitoplankton menggunakan metode survey dan satu hari pengamatan dilakukan secara komposit pada 5 titik sampel APHA, 1995 dalam Fachrul, dkk 2008. Adapun prosedur pengambilan sampel air dilakukan di setiap titik sebagai berikut: a. Sampel air diambil di lapisan permukaan air secara horizontal dengan menggunakan plankton net nomor 25 yang dilemparkan sampai 4 m ke perairan, lalu ditarik talinya sehingga didapatkan air sampel yang telah dipekatkan. b. Sampel air sebanyak 27 ml diambil dan dimasukkan ke dalam botol sampel berukuran 30 ml yang telah terisi 3 ml formalin 4 , lalu diberi label masing-masing titik sampling dan kemudian diawetkan. c. Pengambilan sampel air dilakukan 3 kali atau pengulangan pada masing- masing titik dengan waktu yang sama. d. Jika kedalaman air 0,5 m seperti di pinggiran dekat jalanan dan karena kedalaman perairan yang relatif dangkal, pengambilan sampel airnya dilakukan dengan menggunakan ember plastik berukuran 5 L yang diambil secara vertikal sebanyak 6 kali, lalu dipekatkan ke dalam plankton net menjadi 27 ml dan dimasukkan ke dalam botol yang kemudian diawetkan dengan formalin 4 . e. Setelah semua pengambilan sampel selesai, dibawa ke Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk dilakukannya identifikasi fitoplankton pada masing-masing sampel tersebut. 25

3.3.3. Pengukuran Parameter Perairan Fisika dan Kimia Lingkungan

Pengambilan data fisika dan kimia sangat penting terutama untuk mengetahui keadaan atau kualitas air tersebut yang terjadi pada saat hari itu juga dan sangat mempengaruhi keanekaragaman pada fitoplankton. Parameter fisika di lapangan meliputi pengukuran kecerahan, konduktivitas dan suhu air. Sedangkan untuk parameter kimianya dilakukan melalui pengukuran kadar oksigen terlarut DO, derajat keasaman pH. Pengukuran faktor fisika dan kimia tersebut secara insitu, artinya langsung dari lokasi sampling.

3.3.4. Identifikasi Fitoplankton

Sampel air yang telah didapat sebanyak 30 ml diamati dengan mikroskop cahaya di PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun langkahnya sebagai berikut: a. Air dalam botol sampel digoyang-goyangkan untuk menjaga homogenitas fitoplankton di dalamnya. b. Sampel air dituangkan ke dalam gelas ukur hingga 1 ml. c. Gelas ukur yang berisi sample air dituangkan kembali ke dalam Sedgwick- Rafter cell untuk di cacah dengan menggunakan pipet tetes. d. Pengamatan dilakukan secara mikroskopis menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 10x, 40x dan 100x dengan bantuan minyak imersi agar mudah diamati dan diidentifikasi fitoplanktonnya dengan menggunakan Fukuyo 2000 dan Jhon dkk 2002. 26 e. Pemotretan dilakukan dengan kamera digital di dalam mikroskop cahaya agar gambar yang didapat lebih jelas diamati bahkan dapat diamati di rumah. f. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan counter.

3.4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan ialah secara deskriptif dan ekologi kuantitatif melalui indeks Shannon-Wiener dan Perhitungan Struktur Komunitas Fitoplankton baik keanekaragaman, kelimpahan, keseragaman dan dominasi fitoplankton.

1. Indeks Shannon-Wiener

Hubungan fitoplankton dengan pencemaran air dapat dilihat pada nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dengan tingkat pencemaran pada suatu perairan. Menurut Wilhm 1975 seperti terlihat pada tabel berikut: Klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan indeks Shannon-Wiener Wilhm, 1975. Tabel 3. Nilai indeks Shannon-Wiener dengan kondisi pencemaran: Nilai Indeks Shannon-Wiener Kondisi Perairan 1 Tercemar berat 1,00-3,00 Tercemar sedang 3 Perairan bersih Wilhm, 1975. Keterangan: Nilai indeks Shannon-Wiener berdasarkan perhitungan indeks keanekaragaman. 27

2. Perhitungan Struktur Komunitas Fitoplankton

Indeks Shannon-Wiener 1949 digunakan untuk menghitung indeks keanekaragaman jenis, keseragaman, dan dominansi fitoplankton yang dihitung menurut Odum 1993 dengan rumus sebagai berikut:

a. Indeks Keanekaragaman H’