Akad Ijarah Pengertian dan Jenis-jenis Akad Muamalah Dalam Sistem Financial

ATM bank penerbit kartu. Atas pemberian kafalah, penerbit kartu dapat menerima fee ujrah. Qardh Penerbit kartu issuer card adalah pemberi jaminan muqridh kepada pemegang kartu muqtaridh melalui penarikan tunai dari bankteller atau ATM bank penerbit kartu.

1. Akad Ijarah

Pengertian Ijarah Ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya ialah al- ‘iwadl yang arti dalam bahasa Indonesianya ialah ganti dan upah. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan membership milkiyyah atas barang itu sendiri. 5 Sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda-beda mendefinisikan ijarah, a. Menurut Hanafiyah bahwa ijarah ialah: ع جْأ ْ ْ ْيع ْ ْ ْ ْ ْع عفْ ْي ْ ْيفي ْع “Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan.” 6 5 Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lughat al-Fuqaha Beirut: Darun Nafs, 1985; Ahmad asy-Syarbasyi, Al- Mu’jam al-Iqtisad al-Islami, Beirut: Dar Alamil Kutub, 1987; dan Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Beirut: Darul Kitab al-Arabi, 1987, cet. ke-8, vol. III, hlm. 183. 6 Lihat, Fiqih ‘ala Madzahib al-Arba’ah, hlm. 94. b. Menurut Malikiyah bahwa ijarah ialah: ْ ْ ْ ْع ْي أْ عفْ ْي ع ق ع ي ْ “Nama bagi akad-akad untuk kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang dapat dipindahkan .” 7 c. Menurut Syaikh Syihab al-Din dan Syaikh Umairah bahwa yang dimaksud dengan ijarah ialah: عْ عْ ع ح إْ ْ ْ ق ْ ْ ْ ْع عفْ ْي ع ْع “Akad atas manfaat yang diketahui dan disengaja untuk memberi dan membolehkan dengan imbalan yang diketahui ketika itu.” d. Menurut Muhammad al-Syarbini al-Khatib bahwa yang dimaksud dengan ijarah ialah: ْ ش ع عفْ ْي ْ “Pemilikan manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat.” e. Menurut Sayyid Sabiq bahwa ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. f. Menurut Hasbi ash-Shiddiqie bahwa ijarah ialah: ي ف ع ْي ْ ْيأ ْ ْح ءْيش عفْ ْي ع عْ ْ ْ ْعْ عف ْ عْي 7 Ibid., hlm. 97. “Akad yang obyeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat.” 8 g. Menurut Idris Ahmad bahwa upah artinya mengambil manfaat tenaga orang lain dengan jalan memberi ganti menurut syarat-syarat tertentu. Berdasarkan definisi-definisi di atas, kiranya dapat dipahami bahwa ijarah adalah menukar sesuatu dengan ada imbalannya, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti sewa-menyewa dan upah-mengupah. Sewa-menyewa adalah: عف ْ عْي “Menjual manfaat” Dan upah-mengupah adalah: ْ عْي “Menjual tenaga atau kekuatan” Dasar Hukum Ijarah a. Al-Qur’an Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 233: 8 Lihat, Peng. Fiqh Muamalah, hlm. 85-86. ْ ْي ء ْ ْ إ ْ ْي ع ج ف ْ ْ أ ْ ع ْ ْ ْ أ ْ ْ أ ْ إ ْي ْ ْع ه أ ْ ْع ه ْ فْ ْع ْ . Artinya: “Dan, jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila bagimu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” Firman Allah SWT dalam QS. Al-Thalaq ayat 6: ْ جأ ْ ْأف ْ ْع ْ أ ْ إف Artinya: “Jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berilah upah mereka.” b. Al-Hadits ْجأ ح ْ ْع ْ ْح . ي Diriwayatkan dari ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” HR. Bukhari dan Muslim ق ْي ع ه ي ص ه ْ أ ع ْ ع : ْ أ ْق ْيجأْ ْ طْعأ ق ع ّ ي . ج Dari ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatn ya kering.” HR. Ibnu Majah c. Ijma Semua umat bersepakat, tak ada seorang ulama pun yang membatah kesepakatan ijma ini, sekalipun ada beberapa orang di antara mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi hal itu tidak dianggap penting. 9 Rukun dan Syarat Ijarah Menurut ulama Hanafiyah, rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab ungkapan menyewakan dan qabul persetujuan terhadap sewa-menyewa. Akan tetapi, Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun ijarah itu ada 4, yaitu: a. Mu’jir dan Musta’jir, yaitu orang-orang yang melakukan akad sewa-menyewa disyaratkan baligh, berakal, cakap melakukan tasharruf mengendalikan harta, dan saling meridhai. Mu’jir adalah orang yang memberikan upah dan yang menyewakan, musta’jir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu dan orang yang menyewa sesuatu. 9 Lihat, Fiqh al-Sunnah, hlm. 18. b. Shighat Ijab Qabul antara mu’jir dan musta’jir. c. Ujrah imbalan, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak. d. Barang yang disewakan hendaklah dapat dimanfaatkan kegunaannya. Prinsip Ijarah Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi, pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tetapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa. Menyewakan jasa Bank Nasabah Bayar cicilan Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah. Karena itu, pada perbankan syariah dikenal IMBT Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik, yaitu sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah a. Terjadinya cacat pada barang sewaan yang kejadian itu terjadi pada tangan penyewa. b. Rusaknya barang yang disewakan. c. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, berakhirnya masa yang telah ditentukan. d. Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak, seperti yang menyewa toko untuk dagang, kemudian dagangannya ada yang mencuri, maka ia dibolehkan memfasakhkan sewaan itu. Pembayaran Sewa Jika menyewa barang, maka uang sewaan dibayar ketika akad sewa, kecuali bila dalam akad ditentukan lain, manfaat barang yang diijarahkan mengalir selama penyewaan berlangsung. Pengembalian Sewaan Jika ijarah telah berakhir, penyewa berkewajiban mengembalikan barang sewaan, jika barang itu dapat dipindahkan, ia wajib menyerahkannya kepada pemiliknya, dan jika bentuk barang sewaan adalah benda tetap ’iqar, ia wajib menyerahkan kembali dalam keadaan kosong, jika barang sewaan itu tanah, ia wajib menyerahkan kepada pemiliknya dalam keadaan kosong dari tanaman, kecuali bila ada kesulitan untuk menghilangkannya. Madzhab Hanbali berpendapat bahwa ketika ijarah telah berakhir, penyewa harus melepaskan barang sewaan dan tidak ada kemestian mengembalikan untuk menyerahterimakan, seperti barang titipan.

2. Akad Kafalah