beban orang yang ia jamin tanpa izin orang yang dijamin bebannya, menurut Syafi’í dan Abu Hanifah bahwa membayar utang orang yang dijamin tanpa izin
darinya adalah sunnah, dhamin tidak punya hak untuk minta ganti rugi kepada orang yang ia jamin
madmun ‘anhu, menurut madzhab Maliki bahwa dhamin berhak menagih kembali kepada
madmun ‘anhu. Ibnu hazm berpendapat bahwa dhamin tidak berhak menagih kembali
kepada madmun ‘anhu atas apa yang telah ia bayarkan, baik dengan izin madmun
‘anhu maupun tidak.
15
Apabila madmun ’anhu orang yang ditanggung tidak ada,
kafil dhamin berkewajiban menjamin dan tidak dapat mengelak dari tuntutan, kecuali dengan membayar atau orang yang mengutangkan menyatakan bebas
untuk kafil dari utang makful lah orang yang mengutangkan adalah memfasakhkan akad kafalah, sekalipun
makful ‘anhu dan kafil tidak rela.
3. Akad Qardh
Pengertian
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan. Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.
16
Dasar Hukum
15
Sayyid, Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Dar al-Fiqr, 1977, hlm. 164.
16
Ahmad Asy-Syarbasi, Al- Mu’jam al-Iqtisad al-Islami, Beirut: Dar Alamil kutub, 1987;
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Beirut: Darul Kitab al-Arabi, 1987, cetakan ke-8, vol. III, hlm. 163.
Transaksi qardh diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan Hadits Riwayat Ibnu Majah dan ijma ulama. Sungguhpun demikian, Allah SWT mengajarkan
kepada kita agar mem injamkan sesuatu bagi “agama Allah”.
a. Al-Qur’an
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Hadiid ayat 11:
ْي ْجأ فع يف ح ْ ق ه ْي ْي ْ
ي ح
Artinya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”
Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseru untuk “meminjamkan kepada Allah SWT”, artinya untuk membelanjakan harta di
jalan Allah SWT. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah SWT, kita juga diseru untuk “meminjamkan kepada sesama manusia”, sebagai bagian dari
kehidupan bermasyarakat civil society. b.
Al-Hadits
ْ ْي ْ ْ ق
ْي ع ه ي ص ي أ ْ عْ ْ ع ق
إ ْي ْ ق
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Berkata, “bukanlah seorang Muslim mereka yang meminjamkan muslim lainnya dua kali
kecuali yang satunya adalah senilai sedekah”. HR. Ibnu Majah No. 2421, Kitab Al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi
ق ْ أ ْ ع
: ي ْ أ ْي ْيأ
ْي ع ه ي ص ه ْ ق ي ْ ف شع ي ث ْ ْ ثْ أ ْشع ق
ْ ْ ْ ْي ع ْي
ْع أْ ي ئ أ ق ق ْفأ ْ ْ ْي ْج
ج ح ْ إ ْ ْ ي
ْ ْ ْ
Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah berkata, “Aku melihat pada waktu malam di-
isra’-kan, pada pintu syurga tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qardh delapan belas kali. Aku bertanya, ‘Wahai Jibril, mengapa
qardh lebih utama dari sedekah?’ Ia menjawab, ‘Karena peminta-minta sesuatu dan Ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam
kecuali karena keperluan.”. HR. Ibnu Majah No. 2422, Kitab Al-Ahkam, dan Baihaqi
c. Ijma
Para ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa
pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang memiliki
segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang
sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.
Manfaat Qardh:
a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapat talangan jangka pendek. b.
Al-Qardh al-Hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi sosial, di
samping misi komersial. c.
Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.
Rukun dan Syarat Qardh
Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa rukun qardh itu hanya satu, yaitu ijab pernyataan yang meminjamkan dari pihak yang meminjamkan. Akan tetapi,
menurut Zufar ibn Huzail 728-774 M, pakar fiqh Hanafi, dalam aqad ini diperlukan qabul.
Adapun menurut jumhur ulama ada empat, yaitu: a.
Orang yang meminjamkan haruslah orang yang telah berakal dan cakap
bertindak hukum.
b. Orang yang meminjam peminjam haruslah orang yang telah berakal dan
cakap bertindak hukum.
c. Barang yang dipinjamkan itu bukan jenis barang yang apabila dimanfaatkan
akan habis atau musnah, dan barang yang dipinjamkan itu harus secara langsung dapat dikuasai oleh peminjam. Manfaat barang yang dipinjam itu
termasuk manfaat yang mubah dibolehkan syara’.
d.
lafal peminjam. F.
Pihak-pihak Yang Terkait Dalam Syariah Card
Pihak-pihak yang terkait dalam syariah card, yaitu: 1.
Penerbit kartu issuer bank 2.
Pemegang kartu card holder 3.
Penerima kartu merchant 4.
Acquirer, seperti bank perantara antara bank penerbit kartu issuer card dan pemegang kartu card holder
G. Perkembangan Syariah Card