Review Studi Terdahulu PENDAHULUAN

6. Tekhnik Penyajian Data dan Analisa Data a. Library Riset Studi Kepustakaan Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari bahan-bahan tertulis seperti buku, majalah, surat kabar, serta artikel yang terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan. b. Field Riset Studi Lapangan Yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung dengan melakukan wawancara kepada seorang informan atau seorang authoritas seorang yang ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah. 5 Pertanyaan- pertanyaan yang diajukan biasanya disiapkan terlebih dahulu yang diarahkan kepada informasi-informasi yang dibutuhkan untuk topik yang akan dibahas. 7. Tekhnik Penulisan Tekhnik penulisan ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007.

E. Review Studi Terdahulu

1. Irmah Yanti. “Perjanjian pemberian Kartu Kredit Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif.” Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003. Dalam skripsi ini membahas 5 Keraf, Gorys. Komposisi. Semarang: Bina Putera, 2001.cet. Ke-12. h. 161. mengenai sistem perjanjian dalam pemberianpenerbitan kartu kredit ditinjau dari perspektif Islam dan hukum positifnya. Metodologi penelitian yang digunakan dengan cara penelitian kepustakaan library research dapat disebut juga penelitian hukum normatif di mana sumber yang digunakan adalah bahan- bahan pustaka. Hasil dari penelitian tersebut, pertama, masyarakat dapat menjadi pemegang kartu kredit, mereka tinggal mengajukan permohonan untuk mendapatkan fasilitas kartu kredit, namun yang dapat memilikinya harus memiliki persyaratan, yakni apabila nasabah seorang warga negara Indonesia WNI harus melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku, apabila warga negara asing WNA harus melampirkan fotokopi Akte Pendirian PerusahaanBadan Usaha tersebut. Nasabah harus melampirkan fotokopi rekening koran pribadi untuk 3 bulan terakhir, menyerahkan foto dan referensi dari bank. Kedua, dasar hukum yang berlaku di Indonesia tidak terlepas dari UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Pasal 6 huruf i dan SK Menkeu No. 125KM.0131998 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan lembaga Pembiayaan. Ketiga, penyelesaian masalah yang terjadi dalam kartu kredit belum ada peraturan yang tegas dalam KUHP. Tetapi, dalam segala kejahatan tentang kartu kredit tetap mendapatkan sanksi KUHP. Dalam Islam, apabila timbul kemudharatan segera diselesaikan dengan hukum yang berlaku dalam Islam, namun mengutamakan cara musyawarah kekeluargaan. 2. Siti Hamidah. “Syariah Charge Card dan Implementasinya di BII Syariah Platinum Access .” Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. Dalam skripsi ini, permasalahan yang dibahas antara lain: apa yang dimaksud Syariah Charge Card, akad apa yang dipergunakan Syariah Charge Card, dan bagaimana implementasinya di BII Syariah Platinum Access. Hasil dari penelitian tersebut, pertama, Syariah Charge Card adalah fasilitas kartu talang digunakan oleh pemegang kartu hamil al-bithaqah sebagai alat pembayaranpengambilan uang tunai pada tempat-tempat tertentu yang harus dibayar lunas kepada pihak yang memberikan talangan mshdir al- bithaqah pada waktu yang telah disepakati. Persamaan Syariah Charge Card dengan credit card adalah dapat melakukan transaksi pembayaran berbagai transaksi, seperti di pusat perbelanjaan. Perbedaannya, pada pengguna Syariah Charge Card pembayaran tagihannya harus dibayar secara lunas tidak dapat dicicil sesuai dengan transaksi yang dilakukan ketika jatuh tempo dan juga transaksi yang dilakukan dengan menggunakan kartu tersebut harus dengan syariat Islam. Sedangkan pembayaran credit card, pembayaran tagihan dapat dibayar dengan tunai atau mencicil ketika jatuh tempo dan semua transaksi boleh dilakukan yang dibolehkan dan dilarang oleh syariat Islam. Kedua, akad yang digunakan Syariah Charge Card sesuai dengan Fatwa DSN No. 42DSN-MUIV2004 Tentang Syariah Charge Card adalah untuk bertransaksi dengan merchant menggunakan akad kafalah wal ijarah. Sedangkan untuk mengambil uang tunai menggunakan akad qardh wal ijarah. Ketiga, implementasinya di BII Syariah Platinum Access. Syariah Charge Card menggunakan akad kafalah untuk bertransaksi dengan merchant dan akad qardh untuk mengambil uang tunai dan BII tidak menggunakan akad ijarah atas sewa pemakaian Syariah Charge Card tersebut. 3. Edy Santoso. “ Syariah card dan Aplikasinya Pada Produk Dirham Card di Bank Danamon Syariah.” Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Dalam skripsi ini mengangkat permasalahan tentang ada tidaknya problem akad pada syariah card dan ada tidaknya kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penerapan syariah card pada produk Dirham Card pada Bank Danamon Syariah. Hasil penelitian dalam skripsi ini, pertama, tentang ada tidaknya problem akad pada syariah card. Syariah Card menggunakan mekanisme akad yang berdasarkan prinsip syariah. Akad yang digunakan dalam syariah card adalah kafalah, qardh, dan ijarah. Sesuai Fatwa DSN-MUI No. 54DSN- MUIIX2006 tentang Syariah Card menyatakan bahwa penerbit kartu mengenakan ta’widh, yaitu ganti rugi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penerbit kartu akibat keterlambatan pemegang kartu dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo. Dan dalam fatwa tersebut juga disebutkan bahwa penerbit kartu dapat mengenakan denda keterlambatan yang akan diakui seluruhnya sebagai dana sosial. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tidak ditemukan adanya problem akad dalam syariah card. Kedua, tentang ada tidaknya kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penerapan syariah card pada produk Dirham Card. Dalam skripsi ini ditemukan beberapa kesulitan. Pertama, penentuan persyaratan calon pemegang kartu Dirham Card memiliki kartu kredit konvensional sebelumnya. Hal ini membuat Dirham Card sulit diakses oleh kalangan islamis yang tidak mau bersentuhan dengan kartu kredit konvensional yang berbau riba. Kedua, penetapan besaran ta’widh yang menyamakan semua jenis kartu. Yang tidak mencerminkan aspek keadilan, seharusnya besaran ta’widh dipisahkan menurut limit kartu. 4. Nurfaidah. “Analisis Persepsi Bankers Danamon dan DKI Syariah dan Masyarakat Terhadap Penerbitan Kartu Kredit Syariah.” Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Dalam skripsi ini membahas tentang persepsi para bankers di Bank Danamon dan DKI Syariah serta masyarakat terhadap penerbitan kartu kredit syariah ditinjau dari segi aspek akad, sistem kontrol, cara pembayaran, dan batasan kepemilikan berdasarkan penghasilan. Metodologi penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan analisa statistika, Namun demikian, data kualitatif tetap digunakan, terutama untuk melihat keterkaitan hubungan dan mengkontekstualisasikan keterangan dari data lapangan. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji statistik chi square dengan taraf nyata yang digunakan sebesar 5 untuk mengamati ada tidaknya hubunganpersamaan persepsi antara responden pria dan wanita, yakni pertama, tidak ada hubunganpersamaan antara persepsi responden pria dan wanita bankers Bank Danamon dengan akad, sistem kontrol dan mekanisme pembayaran yang digunakan dalam kartu kredit tersebut, tetapi ada hubunganpersamaan antara persepsi responden pria dan wanita bankers Bank Danamon dengan batasan minimal kepemilikan berdasarkan penghasilan. Kedua, ada hubunganpersamaan antara persepsi responden pria dan wanita bankers Bank DKI dengan aqad, sistem kontrol, dan batasan minimal kepemilikan berdasarkan penghasilan. Tetapi, tidak ada hubunganpersamaan antara persepsi responden pria dan wanita bankers Bank DKI dengan mekanisme pembayaran. Ketiga, ada hubunganpersamaan antara persepsi responden pria dan wanita dalam lingkup masyarakat dengan aqad, mekanisme pembayaran, dan batasan minimal kepemilikan berdasarkan penghasilan. Tetapi, tidak ada hubunganpersamaan antara persepsi responden pria dan wanita dalam lingkup masyarakat dengan sistem kontrol.

F. Kerangka Teori