Persetujuan dari Bank Indonesia No.10337DPbs tangal 11-03-2008 serta Undang- undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 yang didukung oleh Undang-Undang
Perbankan No.10 Tahun 2008. Selain itu, yang menjadi salah satu landasan hukum diperbolehkan penggunaan
syariah card adalah QS. Al-Baqarah ayat 280. Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 280:
وإ رسْيم ىلإ رظنف رْسعْوذ اك ْ
يلق
ْو لْعت ْمتْنك ْ إ ْمكل رْيخ اْوقَّصت ْ إو .
ارق لا :
.... Artinya:
“Dan jika ia orang yang berhutang itu dalam kesulitan, berilah tangguh ia berkelapangan.”
Sesuai dengan Fatwa DSN No.54DSN-MUIX2006 Tentang Syariah Card didefinisikan sebagai kartu yang berfungsi sebagai kartu kredit yang hubungan
hukum antara para pihak berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam fatwa.
G. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah penyusunan penulisan skripsi, maka penulis membagi skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, review
studi terdahulu, kerangka teori dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Dalam bab ini, penulis membahas pengertian syariah card, pengertian dan jenis-jenis Hasanah Card, prinsip-prinsip Hasanah Card di BNI Syariah, Hasanah
Card dalam literatur syariah, pengertian dan jenis-jenis akad muamalah dalam sistem financial transaction card, Pihak-pihak yang terkait dalam syariah card, dan
perkembangan syariah card.
BAB III PROFIL UNIT USAHA SYARIAH PT. BNI PERSERO, TBK
Dalam bab ini, penulis menguraikan sejarah berdirinya BNI Syariah, visi dan misi BNI Syariah, struktur organisasi BNI Syariah, produk dan jasa BNI Syariah, dan
budaya kerja BNI Syariah.
BAB. IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis membahas keistimewaan Hasanah Card di BNI Syariah, persyaratan atau prosedur memiliki Hasanah Card di BNI Syariah, biaya-
biaya fee yang dikenakan terhadap pemegang kartu card holder Hasanah Card di
BNI Syariah, analisa akad dan aplikasi produk Hasanah Card di BNI Syariah dan perkembangan kinerja BNI Syariah.
BAB. V PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari sebuah penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.
21
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengertian Syariah Card
Syariah Card berasal dari kata عرش yang berarti syariat, ajaran, undang-
undang, hukum.
1
Sedangkan yang dimaksud dengan syariah card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit yang hubungan hukum berdasarkan sistem yang sudah
ada antara para pihak berdasarkan prinsip syariah.
2
Sedangkan yang dimaksud dengan kartu kredit adalah uang plastik yang diterbitkan oleh suatu institusi yang memungkinkan pemegang kartu card holder
untuk memperoleh kredit atas transaksi yang dilakukannya dan pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran dengan membayar sejumlah bunga finance charge atau
sekaligus pada waktu yang telah ditentukan.
3
Walaupun berdasarkan definisi di atas syariah card berfungsi sebagai kartu kredit, tetapi pada syariah card tidak memberlakukan bunga yang identik dengan
riba. Oleh karenanya, pada syariah card menggunakan mekanisme akad yang berdasarkan prinsip syariah. Akad yang digunakan dalam syariah card adalah ijarah,
kafalah, dan qardh. Di dalam syariah card juga terdapat ketentuan tentang batasan
1
Munir, Baalbaki dan Rohi Baalbaki, Kamus al-Maurid, Surabaya: Halim Jaya, 2006, hlm. 509.
2
Fatwa DSN-MUI No. 54DSN-MUIX2006 Tentang Syariah Card, hlm. 1.
3
Ibrahim, Johannes. Kartu Kredit: Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan. Bandung: PT. Refika Aditama, 2004, hlm. 11.
dwabith wa hudud, yakni tidak menimbulkan riba, tidak digunakan untuk transaksi yang tidak sesuai dengan syariah, tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan
israf, dengan cara antara lain menetapkan pagu maksimal pembelanjaan, pemegang kartu card holder harus memiliki kemampuan finansial untuk melunasi pada
waktunya dan tidak memberikan fasilitas yang bertentang dengan syariah.
4
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya fungsi syariah card sama dengan kartu kredit. Walaupun demikian, antara syariah card dengan
kartu kredit terdapat perbedaan mendasar, yakni pada kartu kredit menetapkan bunga atas pinjaman yang diberikan beserta transaksi yang terkait dengan penggunaan kartu
kredit tersebut, tetapi pada syariah card hubungan transaksi berdasarkan akad, yaitu akad ijarah, kafalah, dan qardh.
B. Pengertian dan Jenis-jenis BNI Hasanah Card di BNI Syariah
1. Pengertian BNI Hasanah Card
Hasanah Card berarti : Keutamaankebaikan
Keamanan Kesehatan badan
Cukup harta Keluarga Sakinah
Unggul dalam persaingan
4
Fatwa DSN-MUI No. 54DSN-MUIX2006 Tentang Syariah Card, hlm. 2.
BNI Hasanah Card adalah kartu pembiayaan yang menggunakan prinsip syariah dan bertujuan untuk memudahkan sistem pembayaran serta sebagai
jaminan atas setiap transaksi pembelian barang dan jasa. BNI Hasanah Card adalah kartu berbasis syariah yang berfungsi sebagai kartu kredit sehingga
diterima di seluruh tempat bertanda Master Card dan semua ATM yang bertanda Cirrus di seluruh dunia.
Latar belakang diterbitkannya BNI Hasanah Card adalah: a.
Kegiatan sistem pembayaran dengan alat pembayaran yang berupa kartu telah berkembang di seluruh sektor bisnis.
b. Tingginya pertumbuhan industri keuangan syariah, yakni rata-rata 60 per
tahun dalam 5 tahun terakhir . c.
Kebutuhan masyarakat yang menginginkan kartu kredit berbasis syariah cukup tinggi.
d. Menunjukkan komitmen BNI Syariah yang berkelanjutan di segmen perbankan
syariah dan sekaligus sebagai market leader di bisnis kartu. e.
Telah terbit kartu kredit yang berbasis syariah di Indonesia dan kemungkinan bank asing di Indonesia akan menerbitkan kartu syariah.
2. Jenis-jenis BNI Hasanah Card
Jenis-jenis BNI Hasanah card terdiri dari tiga jenis kartu, yaitu: a.
Syariah Card Classic b.
Syariah Card Gold c.
Syariah Card Platinum
C. Prinsip-prinsip BNI Hasanah Card di BNI Syariah
Nilai-nilai sharia compliance pada produk BNI Hasanah Card, yaitu: 1.
Tidak menimbulkan riba. 2.
Tidak digunakan untuk transaksi yang tidak sesuai dengan syariah. 3.
Tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan israf, dengan cara antara lain menetapkan pagu maksimal pembelanjaan.
4. Pemegang kartu utama harus memiliki kemampuan finansial untuk melunasi
pada waktunya. 5.
Tidak memberikan fasilitas yang bertentangan dengan syariah. 6.
Kartu kredit syariah agar lebih difungsikan sebagai alat pembayaran yang memberikan kemudahan dan kenyamanan dan bukan semata-mata sebagai alat
untuk meningkatkan kemampuan konsumsi.
D. BNI Hasanah Card Dalam Literatur Syariah
BNI Syariah menetapkan kriteria dan jenis produk yang dapat dikonsumsi, yaitu yang halal dan baik dan tidak mendorong konsumtif. Dengan cara men-set
sistem di host BNI Syariah yang akan menolak transaksi dari merchant yang memiliki Merchant Category Code MCC yang secara jelas dilarang oleh syariah
meskipun jumlahnya tebatas yaitu mechant bar, diskotik, toko minuman alkohol,
tempat judi, dan personal service provider prostitusi.
E. Pengertian dan Jenis-jenis Akad Muamalah Dalam Sistem Financial
Transaction Card Tabel II.8 Akad Syariah Card
Fatwa DSN No. 54DSN-MUIX2006 Ijarah
Penerbit kartu issuer card adalah penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu card holder. Atas Ijarah
ini, pemegang kartu card holder dikenakan biaya keanggotaan membership fee.
Kafalah Penerbit kartu issuer card adalah penjamin kafil bagi pemegang
kartu card holder terhadap merchant atas semua kewajiban bayar dayn yang timbul dari transaksi antara pemegang kartu card holder
dengan merchant, dan atau penarikan uang tunai selain bank atau
ATM bank penerbit kartu. Atas pemberian kafalah, penerbit kartu dapat menerima fee ujrah.
Qardh Penerbit kartu issuer card adalah pemberi jaminan muqridh kepada
pemegang kartu muqtaridh melalui penarikan tunai dari bankteller atau ATM bank penerbit kartu.
1. Akad Ijarah
Pengertian Ijarah
Ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya ialah al- ‘iwadl
yang arti dalam bahasa Indonesianya ialah ganti dan upah. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan membership milkiyyah atas barang itu sendiri.
5
Sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda-beda mendefinisikan ijarah, a.
Menurut Hanafiyah bahwa ijarah ialah:
ع جْأ ْ ْ ْيع ْ ْ ْ ْ ْع عفْ ْي ْ ْيفي ْع
“Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan.”
6
5
Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lughat al-Fuqaha Beirut: Darun Nafs, 1985; Ahmad asy-Syarbasyi, Al-
Mu’jam al-Iqtisad al-Islami, Beirut: Dar Alamil Kutub, 1987; dan Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Beirut: Darul Kitab al-Arabi, 1987, cet. ke-8, vol. III, hlm. 183.
6
Lihat, Fiqih ‘ala Madzahib al-Arba’ah, hlm. 94.
b. Menurut Malikiyah bahwa ijarah ialah:
ْ ْ ْ ْع ْي أْ عفْ ْي ع ق ع ي ْ
“Nama bagi akad-akad untuk kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang dapat dipindahkan
.”
7
c. Menurut Syaikh Syihab al-Din dan Syaikh Umairah bahwa yang dimaksud
dengan ijarah ialah:
عْ عْ ع ح إْ ْ ْ ق ْ ْ ْ ْع عفْ ْي ع ْع
“Akad atas manfaat yang diketahui dan disengaja untuk memberi dan membolehkan dengan imbalan yang diketahui ketika itu.”
d. Menurut Muhammad al-Syarbini al-Khatib bahwa yang dimaksud dengan
ijarah ialah:
ْ ش ع عفْ ْي ْ
“Pemilikan manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat.” e.
Menurut Sayyid Sabiq bahwa ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
f. Menurut Hasbi ash-Shiddiqie bahwa ijarah ialah:
ي ف ع ْي ْ ْيأ ْ ْح ءْيش عفْ ْي ع
عْ ْ ْ ْعْ عف ْ عْي
7
Ibid., hlm. 97.
“Akad yang obyeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat.”
8
g. Menurut Idris Ahmad bahwa upah artinya mengambil manfaat tenaga orang
lain dengan jalan memberi ganti menurut syarat-syarat tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kiranya dapat dipahami bahwa ijarah adalah menukar sesuatu dengan ada imbalannya, diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia berarti sewa-menyewa dan upah-mengupah. Sewa-menyewa adalah:
عف ْ عْي
“Menjual manfaat” Dan upah-mengupah adalah:
ْ عْي
“Menjual tenaga atau kekuatan”
Dasar Hukum Ijarah
a. Al-Qur’an
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 233:
8
Lihat, Peng. Fiqh Muamalah, hlm. 85-86.
ْ ْي ء ْ ْ إ ْ ْي ع ج ف ْ ْ أ ْ ع ْ ْ ْ أ ْ ْ أ ْ إ
ْي ْ ْع ه أ ْ ْع ه ْ فْ ْع ْ
.
Artinya: “Dan, jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa
bagimu apabila bagimu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.”
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Thalaq ayat 6:
ْ جأ ْ ْأف ْ ْع ْ أ ْ إف
Artinya: “Jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berilah upah mereka.”
b. Al-Hadits
ْجأ ح ْ ْع ْ ْح .
ي
Diriwayatkan dari ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang
bekam itu.” HR. Bukhari dan Muslim
ق ْي ع ه ي ص ه ْ أ ع ْ ع
: ْ أ ْق ْيجأْ ْ طْعأ
ق ع ّ ي .
ج
Dari ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatn
ya kering.” HR. Ibnu Majah
c.
Ijma
Semua umat bersepakat, tak ada seorang ulama pun yang membatah kesepakatan ijma ini, sekalipun ada beberapa orang di antara mereka yang
berbeda pendapat, akan tetapi hal itu tidak dianggap penting.
9
Rukun dan Syarat Ijarah
Menurut ulama Hanafiyah, rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab ungkapan menyewakan dan qabul persetujuan terhadap sewa-menyewa. Akan tetapi,
Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun ijarah itu ada 4, yaitu: a.
Mu’jir dan Musta’jir, yaitu orang-orang yang melakukan akad sewa-menyewa disyaratkan baligh, berakal, cakap melakukan tasharruf mengendalikan harta,
dan saling meridhai. Mu’jir adalah orang yang memberikan upah dan yang
menyewakan, musta’jir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan
sesuatu dan orang yang menyewa sesuatu.
9
Lihat, Fiqh al-Sunnah, hlm. 18.
b. Shighat Ijab Qabul antara mu’jir dan musta’jir.
c. Ujrah imbalan, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak.
d. Barang yang disewakan hendaklah dapat dimanfaatkan kegunaannya.
Prinsip Ijarah
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi, pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tetapi perbedaannya terletak
pada objek transaksinya. Bila pada jual beli transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
Menyewakan jasa Bank
Nasabah Bayar cicilan
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah. Karena itu, pada perbankan syariah dikenal IMBT Ijarah
Muntahiyah Bit Tamlik, yaitu sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.
Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah
a. Terjadinya cacat pada barang sewaan yang kejadian itu terjadi pada tangan
penyewa. b.
Rusaknya barang yang disewakan.
c. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, berakhirnya masa yang telah
ditentukan. d.
Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak, seperti yang menyewa toko untuk dagang, kemudian dagangannya ada yang mencuri, maka
ia dibolehkan memfasakhkan sewaan itu.
Pembayaran Sewa
Jika menyewa barang, maka uang sewaan dibayar ketika akad sewa, kecuali bila dalam akad ditentukan lain, manfaat barang yang diijarahkan mengalir
selama penyewaan berlangsung.
Pengembalian Sewaan
Jika ijarah telah berakhir, penyewa berkewajiban mengembalikan barang sewaan, jika barang itu dapat dipindahkan, ia wajib menyerahkannya kepada
pemiliknya, dan jika bentuk barang sewaan adalah benda tetap ’iqar, ia wajib
menyerahkan kembali dalam keadaan kosong, jika barang sewaan itu tanah, ia wajib menyerahkan kepada pemiliknya dalam keadaan kosong dari tanaman,
kecuali bila ada kesulitan untuk menghilangkannya. Madzhab Hanbali berpendapat bahwa ketika ijarah telah berakhir, penyewa
harus melepaskan barang sewaan dan tidak ada kemestian mengembalikan untuk menyerahterimakan, seperti barang titipan.
2. Akad Kafalah
Pengertian
Kafalah menurut bahasa berarti al-Dhaman jaminan, hamalah beban, dan
za’amah tanggungan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan kafalah atau al-Dhaman sebagaimana dijelaskan oleh para ulama adalah sebagai
berikut: a.
Menururt Madzhab Hanafi bahwa kafalah memiliki dua pengertian yang pertama arti kafalah ialah:
ْيعْ أ ْي ْ أ ْف ط ْ ْيف ي إ
“Menggabungkan dzimah kepada dzimah yang lain ke dalam penagihan, dengan jiwa, utang atau zat benda.”
Pengertian kafalah yang kedua ialah:
ْي ْصأ ْيف ْي إ
“Menggabungkan dzimah kepada dzimah yang lain dalam pokok asal utang.”
10
b. Menururt Madzhab Maliki bahwa kafalah ialah:
ْغش ء ْ ْ ْ ع ّح ْ ح ص غْشي ْ أ
ف ْ ي ْ ْ أءْيش ْي ع ف
10
Abdurrahman Al-Jaziri, Al- Fiqh ‘ala Madzahib al-‘Arba’ah, hlm. 221.
“Orang yang mempunyai hak mengerjakan tanggungan pemberi beban serta bebannya sendiri yang disatukan, baik menanggung pekerjaan yang
sesuai sama maupun pekerjaan yang berbeda.”
11
c. Menururt Madzhab Hanbali bahwa yang dimaksud dengan kafalah adalah:
ْي ع ْ ْحإ ْ ْ أ ْ ْ ْ ْي ع ئ ع ْيغ ْ ْي ع ج ْ ْ
ّح ْ ح ي ّح
“Iltizam sesuatu yang diwajibkan kepada orang lain serta kekekalan benda tersebut yang dibebankan atau iltizam orang yang mempunyai hak
menghadirkan dua harta pemiliknya kepada orang yang mempunyai hak.”
12
d. Menurut Madzhab Syafi’i bahwa yang dimaksud dengan kafalah ialah:
ْحإ ْ أ ْ ْ ْيع ْحإ ْ أ ْيغ ْ ْيف ث ّح ْ ْي ْي ْع
ْ ح ّح ْ ي ْ
“Akad yang menetapkan iltizam hak yang tetap pada tanggungan beban yang lain atau menghadirkan zat beban yang dibebankan atau
menghadirkan badan oleh orang yang berhak menghadirkannya.”
13
11
Ibid., hlm. 223.
12
Ibid., hlm. 224.
13
Ibid., hlm. 225.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Madzhab Syafi’i di atas bahwa kafalah terdiri atas tiga pengertian, yaitu: al-Kafalah al-Dayn, al-
Kafalah al-
‘Ain, dan al-Kafalah al-Abdan.
e. Menurut Sayyid Sabiq yang dimaksud dengan kafalah ialah proses
penggabungan tanggungan kafil menjadi beban ashil dalam tuntutan dengan benda materi yang sama, baik utang, barang maupun pekerjaan.
f. Menurut Imam Taqiy al-Din
14
bahwa yang dimaksud dengan kafalah adalah:
ْي إ
“Mengumpulkan satu beban kepada beban lain.” g.
Menurut Hasbi ash-Shiddiqie bahwa yang dimaksud dengan kafalah ialah:
ط ْ ْيف ْي إ
“Menggabungkan dzimah
kepada dzimah
lain dalam
penagihan. ”1984:86
Dasar Hukum Kafalah
a. Al-Qur’an
Firman Allah SWT dalam QS. Yusuf ayat 72:
ْيع أ ْيع ْ ح ء ج ْ ْ ع ص ْف ْ ق
.
Artinya:
14
Abi Bakar ibn Muhammad al-Taqiy al-Din, Kifayat al-akhyar, Bandung: PT. Al- Ma’arif,
t.t. , hlm. 276
“Penyeru-penyeru itu berseru, ‘Kami kehilangan piala raja dan barang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh makanan 9seberat
beban unta dan aku menjamin terhadapnya.”
b. Al-Hadits
ي أ ْي ع ه ي ص ي أ
... ق ْ ق ْيش
ْ ف ْي ع ص قْ أ ق ْ ح ص ْي ع ْ ص ق ْي ث ث ْ ق ْي ْي ع ْ ف
ْي ع ي ف ْي ي ع ه ْ ي .
ي
“Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW. mayat seorang laki-laki untuk dishalatkan... Rasulullah SAW bertanya, ‘Apakah dia mempunyai
warisan?’ Para sahabat menjawab, ‘tidak.’ Rasulullah bertanya lagi, ‘Apakah d
ia mempunyai utang?’ Sahabat menjawab, ‘Ya, sejumlah tiga dinar.’ Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya, tetapi beliau
sendiri tidak. Abu Qatadah lalu berkata, ‘Saya menjamin utangnya, Ya Rasulullah.’ Maka Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. HR. Bukhari
No. 2127, Kitab al-Hawalah
ح ْيف ف .
ي ي
“Tidak ada kafalah dalam had.” HR. Baihaqi
Rukun dan Syarat Kafalah
a. Dhamin, kafil atau za’im, yaitu orang yang menjamin di mana ia disyaratkan
sudah baligh, berakal, tidak dicegah membelanjakan hartanya mahjur dan dilakukan dengan kehendak sendiri.
b. Madmun lahu atau makful lahu, yaitu orang yang berpiutang disyaratkan
dikenal oleh penjamin. c.
Madmun ‘anhu atau makful ‘anhu, yaitu orang yang berutang. d.
Madmun bihi atau makful bihi, yaitu utang, barang atau orang, disyaratkan dapat diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah tetap atau akan tetap
keadaannya. e.
Lafadz, disyaratkan keadaan lafadz itu berarti menjamin, tidak digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti sementara.
Macam-macam Kafalah
a. Kafalah bi al-Wajhi kafalah jiwa, yaitu adanya keharusan pada pihak
penjamin al-Kafil, al-Dhamin, al- Za’im untuk menghadirkan orang yang ia
tanggung kepada yang ia janjikan tanggungan makful lah
b. Kafalah bi al-Mal kafalah harta, yaitu kewajiban yang harus ditunaikan oleh
dhamin atau kafil dengan pembayaran pemenuhan berupa harta.
1. Kafalah bi al-dayn kafalah utang, yaitu kewajiban membayar utang yang
menjadi beban orang lain. Dalam kafalah utang disyaratkan sebagai berikut:
a Hendaknya nilai barang tersebut tetap pada waktu terjadinya transaksi
jaminan, seperti utang qiradh, upah dan mahar. b
Hendaknya barang yang dijamin diketahui menurut madzhab Syafi’i dan Ibnu Hazm bahwa seseorang tidak sah menjamin barang yang tidak
diketahui, sebab perbuatan itu disebut gharar, sementara Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad berpendapat bahwa seseorang boleh menjamin
sesuatu yang tidak diketahui. 2.
Kafalah dengan penyerahan benda, yaitu kewajiban menyerahkan benda- benda tertentu yang ada di tangan orang lain, seperti mengembalikan barang
yang dighasab dan menyerahkan barang jualan kepada pembeli.
3. Kafalah dengan ‘aib, yaitu barang yang didapati berupa harta terjual dan
mendapat bahaya cacat, karena waktu yang terlalu lama atau karena hal- hal lainnya, maka ia pembawa barang sebagai jaminan untuk hak pembeli
pada penjual, seperti jika terbukti barang yang dijual adalah milik orang lain
atau barang tersebut adalah barang gadai.
Pembayaran Dhamin
Apabila orang yang menjamin dhamin memenuhi kewajibannya dengan membayar utang orang yang ia jamin, ia boleh meminta kembali kepada madmun
‘anhu apabila pembayaran itu atas izinnya, dalam hal ini para ulama bersepakat, namun mereka berbeda pendapat apabila penjamin membayar atau menunaikan
beban orang yang ia jamin tanpa izin orang yang dijamin bebannya, menurut Syafi’í dan Abu Hanifah bahwa membayar utang orang yang dijamin tanpa izin
darinya adalah sunnah, dhamin tidak punya hak untuk minta ganti rugi kepada orang yang ia jamin
madmun ‘anhu, menurut madzhab Maliki bahwa dhamin berhak menagih kembali kepada
madmun ‘anhu. Ibnu hazm berpendapat bahwa dhamin tidak berhak menagih kembali
kepada madmun ‘anhu atas apa yang telah ia bayarkan, baik dengan izin madmun
‘anhu maupun tidak.
15
Apabila madmun ’anhu orang yang ditanggung tidak ada,
kafil dhamin berkewajiban menjamin dan tidak dapat mengelak dari tuntutan, kecuali dengan membayar atau orang yang mengutangkan menyatakan bebas
untuk kafil dari utang makful lah orang yang mengutangkan adalah memfasakhkan akad kafalah, sekalipun
makful ‘anhu dan kafil tidak rela.
3. Akad Qardh
Pengertian
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan. Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.
16
Dasar Hukum
15
Sayyid, Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Dar al-Fiqr, 1977, hlm. 164.
16
Ahmad Asy-Syarbasi, Al- Mu’jam al-Iqtisad al-Islami, Beirut: Dar Alamil kutub, 1987;
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Beirut: Darul Kitab al-Arabi, 1987, cetakan ke-8, vol. III, hlm. 163.
Transaksi qardh diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan Hadits Riwayat Ibnu Majah dan ijma ulama. Sungguhpun demikian, Allah SWT mengajarkan
kepada kita agar mem injamkan sesuatu bagi “agama Allah”.
a. Al-Qur’an
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Hadiid ayat 11:
ْي ْجأ فع يف ح ْ ق ه ْي ْي ْ
ي ح
Artinya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”
Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseru untuk “meminjamkan kepada Allah SWT”, artinya untuk membelanjakan harta di
jalan Allah SWT. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah SWT, kita juga diseru untuk “meminjamkan kepada sesama manusia”, sebagai bagian dari
kehidupan bermasyarakat civil society. b.
Al-Hadits
ْ ْي ْ ْ ق
ْي ع ه ي ص ي أ ْ عْ ْ ع ق
إ ْي ْ ق
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Berkata, “bukanlah seorang Muslim mereka yang meminjamkan muslim lainnya dua kali
kecuali yang satunya adalah senilai sedekah”. HR. Ibnu Majah No. 2421, Kitab Al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi
ق ْ أ ْ ع
: ي ْ أ ْي ْيأ
ْي ع ه ي ص ه ْ ق ي ْ ف شع ي ث ْ ْ ثْ أ ْشع ق
ْ ْ ْ ْي ع ْي
ْع أْ ي ئ أ ق ق ْفأ ْ ْ ْي ْج
ج ح ْ إ ْ ْ ي
ْ ْ ْ
Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah berkata, “Aku melihat pada waktu malam di-
isra’-kan, pada pintu syurga tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qardh delapan belas kali. Aku bertanya, ‘Wahai Jibril, mengapa
qardh lebih utama dari sedekah?’ Ia menjawab, ‘Karena peminta-minta sesuatu dan Ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam
kecuali karena keperluan.”. HR. Ibnu Majah No. 2422, Kitab Al-Ahkam, dan Baihaqi
c. Ijma
Para ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa
pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang memiliki
segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang
sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.
Manfaat Qardh:
a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapat talangan jangka pendek. b.
Al-Qardh al-Hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi sosial, di
samping misi komersial. c.
Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.
Rukun dan Syarat Qardh
Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa rukun qardh itu hanya satu, yaitu ijab pernyataan yang meminjamkan dari pihak yang meminjamkan. Akan tetapi,
menurut Zufar ibn Huzail 728-774 M, pakar fiqh Hanafi, dalam aqad ini diperlukan qabul.
Adapun menurut jumhur ulama ada empat, yaitu: a.
Orang yang meminjamkan haruslah orang yang telah berakal dan cakap
bertindak hukum.
b. Orang yang meminjam peminjam haruslah orang yang telah berakal dan
cakap bertindak hukum.
c. Barang yang dipinjamkan itu bukan jenis barang yang apabila dimanfaatkan
akan habis atau musnah, dan barang yang dipinjamkan itu harus secara langsung dapat dikuasai oleh peminjam. Manfaat barang yang dipinjam itu
termasuk manfaat yang mubah dibolehkan syara’.
d.
lafal peminjam. F.
Pihak-pihak Yang Terkait Dalam Syariah Card
Pihak-pihak yang terkait dalam syariah card, yaitu: 1.
Penerbit kartu issuer bank 2.
Pemegang kartu card holder 3.
Penerima kartu merchant 4.
Acquirer, seperti bank perantara antara bank penerbit kartu issuer card dan pemegang kartu card holder
G. Perkembangan Syariah Card
Pada Tahun 1996, AmBank Berhad di Malaysia meluncurkan syariah card yang menggunakan istilah al-Taslif Credit Card dengan skema bai
’ bitsaman ajil. Ternyata skema tersebut dianggap kurang sukses, lalu deganti dengan skema bai
’ al- inah. AmBank Berhad merupakan pelopor produsen syariah card di Asia bahkan di
dunia. Al-Taslif Credit Card yang diluncurkan AmBank Berhad dengan al-Taslif Credit Card yang diluncurkan AmBank Berhad dengan skema
bai’al-inah dinilai sukses. Dengan melihat kesuksesan AmBank Berhad dengan al-Taslif Credit Card-
nya. Pada Tahun 2002 ABC Arab Banking Corporation Islamic Bank Timur Tengah meluncurkan kartu syariah dengan nama al-Buroq dengan menggunakan
skema bai ’ bitsaman ajil. Selanjutnya, pada pertengahan Tahun 2002, Bank Islam
Malaysia Berhad BIMB meluncurkan kartu syariah dengan nama Bank Islam Card BIC dengan menggunakan skema qard wal bai al-inah.
45
BAB III PROFIL UNIT USAHA SYARIAH PT. BNI PERSERO, TBK
A. Sejarah BNI Syariah
Bank negara Indonesia BNI berdiri sejak tanggal 5 Juli 1946, BNI merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Di tahun yang
sama tepatnya tanggal 30 Oktober, BNI mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan pemerintah Indonesia yakni ORI Oeang Republik
Indonesia. Hingga kini kedua hari bersejarah tersebut ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional dan Hari Keuangan Nasional.
Perubahan demi perubahan mewarnai perjalanan BNI. Perubahan status BNI menjadi bank komersial milik pemerintah tahun 1955 melandasi pelayanan yang
lebih baik dan luas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank
Negara Indonesia 1946 resmi digunakan sejak tahun 1968. Pada tahun 1988, nama panggilan yang lebih mudah
diingat “Bank BNI” ditetapkan bersamaan dengan perubahan identitas. Pada tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi
PT. Bank Negara Indonesia Persero. Sedangkan perubahan menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun
1996.
Berangkat dari semangat berjuang setelah melewati riak dan gelombang dalam perjalanannya, BNI bertekad memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta
senantiasa menjadi kebanggaan negara. Untuk mewujudkan menjadi “Universal Banking”, BNI menjadi satu pelopor
dalam pengembangan bank syariah di Indonesia. Sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan syariah, BNI
membuka layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah dengan konsep dual system bank, yakni penyediaan dua layanan perbankan, umum dan syariah sekaligus.
Keputusan BNI untuk membuka cabang unit syariah merupakan jawaban terhadap tuntutan pasar. Hal ini ditunjang dengan landasan hukum yang jelas dan
kondisi yang memungkinkan pengalaman BNI beroperasi sebagai Bank Umum Konvensional selama lebih dari lima puluh tahun, dan dikenal sebagai bank
perjuangan dan bank pelopor. Hal tersebut merupakan modal yang baik bagi upaya pengembangan unit baru ini. Selain didukung pula oleh orang-orang capable dan
kompeten di bidang syariah Islam, yang duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah DPS.
Dengan falsafah untuk memberikan yang terbaik sesuai kaidah dan dengan manajemen treasury syariah yang antara lain: Sertifikat
Wadi’ah Bank Indonesia SWBI, kerja sama placemen, mudharabah dengan Bank Perkreditan Rakyat
Syariah, BNI Syariah berupaya menyediakan produk dan layanan perbankan yang inovatif, demi memenuhi kebutuhan masyarakat melalui hubungan yang sinergis.
BNI juga secara konsisten berorientasi pada kepuasan nasabah, memiliki kemitraan yang tinggi untuk meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan karyawan,
berperan aktif dalam pembangunan nasional, dan meningkatkan saham secara kesinambungan. Produk layanan ini meliputi produk dana, jasa dan pembiayaan.
Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter 1997, meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab
kebutuhan perbankan yang transparan. Berdasarkan hal itu dan mengacu pada UU No. 10 Tahun 1998, mulailah PT. Bank Negara Indonesia Persero merintis Divisi
Usaha Syariah. Berawal dari 5 kantor Cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara, dan
Banjarmasin yang mulai beroperasi tanggal 29 April 2000, kini BNI Syariah memiliki lebih dari 20 Cabang di seluruh Indonesia. Untuk memperluas layanan pada
masyarakat, masing-masing kantor cabang utama tersebut membuka kantor-kantor cabang pembantu syariah KCPS, sehingga keseluruhan kantor cabang syariah
sampai tahun 2007 berjumlah 54 buah. Selanjutnya berlandaskan Peraturan Bank Indonesia No. 83PBI2006 tentang pemberian izin bagi kantor cabang bank
konvensional yang memiliki unit usaha syariah untuk melayani pembukaan rekening produk dana syariah, BNI Syariah merespon ketentuan ini dengan cara bersinergi
dengan cabang konvensional guna melakukan office channelling. Hingga saat ini outlet layanan syariah pada kantor cabang konvensional berjumlah 636 outlet.
Dual Banking System Dual System Bank
Berbagai survei yang dilakukan terhadap nasabah dan non-nasabah bank syariah menunjukkan bahwa infrastruktur, aksesibilitas, dan kenyamanan bank
syariah dituntut untuk setara dengan bank-bank konvensional. Keterbatasan aksesibilitas dan jaringan perbankan syariah yang ada di Indonesia dijawab oleh BNI
dengan membangun sistem perbankan syariah yang mampu memanfaatkan infrastruktur dan jaringan cabang konvensional dengan pola Dual System Bank.
Dengan pola Dual System Bank, maka BNI Syariah saat ini didukung oleh sistem Informasi Tekhnologi IT yang modern dan jaringan transaksi yang sangat
luas di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan jaringan kantor cabang BNI. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap
memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia MUI pada tahun 2004 sebagai
Perbankan Syariah Terbaik.
Syariah Chanelling Outlet
Dengan dukungan tekhnologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabang-cabang BNI konvensional untuk memberikan layanan pembukaan rekening syariah. Cabang-
cabang BNI tersebut dinamakan Syariah Chanelling Outlet SCO. Saat ini seluruh cabang BNI di Jabodetabek telah dilengkapi dengan layanan
pembukaan rekening syariah. Sehingga masyarakat yang menghendaki untuk
melakukan investasi mudharabah melalui deposito syariah, tabungan syariah atau menitipkan dana melalui giro syariah dan tabungan titipan wadi
’ah, atau bahkan menghendaki mempersiapkan dana haji melalui tabungan iB dibaca aibi, = islamic
Banking Haji, dan juga tabungan perencanaan iB Tapenas, maka nasabah dapat mengunjungi cabang BNI terdekat. Secara nasional cabang BNI yang sudah dapat
melayani pembukaan rekening syariah berjumlah lebih dari 600, dan dari waktu ke waktu jumlah ini terus meningkat sesuai dengan misi untuk memaksimalkan layanan
dan kinerja sehingga menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.
AwardPrestasi BNI Syariah
2003 The Most Profitable Bank Karim Business Consulting dan Majalah Modal. 2004 Perbankan Syariah Terbaik Majelis Ulama Indonesia.
The Most Profitable KBC dan PPM. The Most Efficient KBC dan PPM.
The Widdest Coverage KBC dan PPM. The Biggest Marketshare KBC dan PPM.
2005 The Most Profitable, 1
st
Rank for Commercial Bank Window and Unit Category International Islamic Banking Awards 2005.
2006 Indonesian Bank loyalty Champion Category Sharia Bank Mark Plus and Info Bank
Unit Usaha Syariah Terbaik Kategori Asset di Atas Rp 500 Milyar Majalah
Investor. 2007 Indonesia Sharia Bank Loyalty Index ISBLI 2006-2007.
1
st
Rank for Customer Satisfaction Index Mark Plus Insight and Info Bank. 2007 Best Market Share Expansion, Penghargaan dari Bank Indonesia.
2007 1
st
Ranking Customer Loyalty Programme, Penghargaan dari Mark Plus and Info Bank.
2007 The Most Earning Assets Expansion, Unit Usaha Syariah Terbaik Kategori Asset di Atas Rp 500 Milyar.
2007 The Most 3
rd
Party Fund Expansion, Unit Usaha Syariah Terbaik Kategori Asset di Atas Rp 500 Milyar.
2007 The Best Sharia Division, Unit Usaha Syariah Terbaik Kategori Asset di Atas Rp 500 Milyar.
2007 Top of Mind Untuk Unit Usaha Syariah Terbaik Kategori Asset di Atas Rp 500 Milyar.
B. Visi dan Misi BNI Syariah
Visi :
Menjadi bank syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.
Misi :
Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank syariah
kebanggaan anak negeri.
C. Struktur Organisasi BNI Syariah
KELOMPOK PENUNJANG SYARIAH
KELOMPOK PERBANKAN SYARIAH
PENGELOLAAN AKUNTANSI
DAN SISTEM PENGELOLAAN
TRANSAKSI INTERNASIONAL
PENGELOLAAN TRESURI
PENGELOLAAN PEMBIAYAAN
NON RITEL UNIT
PEMBIAYAAN KHUSUS
PENGELOLAAN SUPERVISI
CABANG PENGELOLAAN
ADMINISTRASI PEMBIAYAAN
PENGELOLAAN MANAJEMEN
RESIKO PENGELOLAAN
PENGEMBANGAN PRODUKSI DAN
SISDUR PENGELOLAAN
PENGEMBANGAN JARINGAN
PENGELOLAAN SDM DAN
LOGISTIK
BAGIAN AMUM
KEPALA CABANG
KELOMPOK BISNIS SYARIAH
DIVISION QUALITY ASSURANCE
WAKIL PEMIMPIN DIVISI USAHA SYARIAH
D. Produk dan Jasa BNI Syariah
Pembiayaan Produktif Syariah
Sesuai dengan falsafah dasar ekonomi syariah yaitu bertransaksi dengan penuh keberkahan dan saling menguntungkan, maka produk-produk perbankan syariah
didesain untuk melayani dunia usaha sehingga antara pemodal dan pengusaha dapat bertumbuh bersama-sama dalam prinsip keadilan.
Pembiayaan Produktif dari BNI Syariah mendukung kemajuan usaha dengan cara mudah dan fleksibel berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Cara kerja pembiayaan
untuk dunia usaha hampir sama dengan cara kerja perbankan pada umumnya, sehingga masyarakat akan mendapati prosedur yang umum berlaku dan tidak rumit.
PENYELIAAN PEMASARAN BISNIS
PENYELIAAN PEMBIAYAAN
KHUSUS PENYELIAAN
PELAYANAN NASABAH
PENYELIAAN OPERASIONAL
PENYELIAAN KEUANGAN UMUM
PIMPINAN CABANG SYARIAH
BRANCH QUALITY ASSURANCE
BRANCH CREDIT RISK MANAGER
WAKIL PEMIMPIN BIDANG OPERASIONAL
Demikian pula dengan maksimum pembiayaan, BNI Syariah dapat membiayai korporasi yang memerlukan dana di atas Rp 10 Milyar melalui BNI iB Pembiayaan
Besar. BNI iB Pembiayaan Besar adalah pembiayaan modal kerja atau investasi
kepada pengusaha menengah dan korporasi di atas Rp 10 Milyar berdasarkan prinsip Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Ijarah.
Bentuk-bentuk Pembiayaan Produktif Syariah:
1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara diangsur.
2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil antara bank dan
nasabah pembiayaan, di mana pemilik modal bank menyediakan sebagian besar modal pada suatu usaha yang disepakati.
3. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerja sama usaha antara
bank dengan nasabah, di mana modal usaha berasal dari kedua belah pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing.
Sebagaimana umumnya perbankan konvensional comercial banking, produk- produk yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha dan kemudahan
pengelolaan usaha adalah: 1.
Produk Pembiayaan a.
BNI iB Pembiayaan Modal Kerja Pembiayaan Modal Kerja dengan akad MudharabahMusyarakah
Aplofend dapat diberikan sampai dengan 5 tahun atau dapat diperpanjang setiap tahun.
b. BNI iB Pembiayaan Investasi
Pembiayaan Investasi memiliki jangka waktu maksimal 7 tahun dengan angsuran kewajiban tetap selama periode pembiayaan sehingga terbebas dari
fluktuasi suku bunga pasar. c.
BNI iB Pembiayaan Beragunan Tunai BNI iB Cash Collateral Financing Pembiayaan Beragunan Tunai merupakan jenis pembiayaan yang
memungkinkan investor memperoleh pembiayaan dengan menjaminkan agunan dalam bentuk tunai yaitu deposito ataupun giro.
d. BNI iB Pembiayaan Pola Kerja Sama
BNI Syariah juga membuka kemungkinan untuk menyalurkan pembiayaan melalui pola kerja sama dengan multifinance, sekuritas, dan
asuransi. e.
BNI iB Trade Finance Syariah
BNI memiliki jaringan korespondensi yang luas sehingga memudahkan nasabah untuk bertransaksi dengan mitra usaha di seluruh dunia. BNI iB Trade
Finance Syariah meliputi LC Letter of Credit, SKBDN, dan Bank Garansi. Dengan reputasi BNI yang telah dikenal baik di dunia usaha, BNI Garansi
Bank Syariah dapat meningkatkan kepercayaan mitra usaha nasabah institusi. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, umumnya
membutuhkan adanya Surat Keterangan Bank yang diperlukan sebagai syarat dalam tender. BNI Syariah menerbitkan BNI iB Surat Keterangan Bank yang
dapat mendukung kredibilitas perusahaan, karena BNI Syariah sebagai bank dengan mayoritas saham dimiliki oleh pemerintah akan memberi kesan image
positif bagi pemilik proyek. Keunggulan:
1 Rasa tenteram dan tenang karena pembiayaan syariah terhindar dari
transaksi ribawi. Bagi pengusaha yang sangat memperhatikan aspek syariah dapat menggunakan pembiayaan ini, karena setiap produk yang diluncurkan
akan melalui prosedur persetujuan Dewan Pengawas Syariah dan dalam aplikasinya akan secara periodik dipantau nilai syar’i nya.
2 Akad murabahah akan memudahkan dalam mengelola keuangan karena
jumlah yang diangsur tetap selama masa pembiayaan. 3
Dengan akad mudharabahmusyarakah akan memberikan rasa keadilan. 4
Setoran dapat dilakukan di seluruh kantor cabang BNI
5 Variasi produk keuangan Syariah yang lengkap untuk mendukung kegiatan
usaha. 6
Pembiayaan dapat diberikan dalam mata uang Rupiah dan USD. 7
Mampu membiayai permohonan dengan nominal sama dengan Bank korporasi lainnya.
Produk Trade Finance
1 Transaksi LC Ekspor
BNI Syariah menangani LC yang diterbitkan oleh Bank Koresponden untuk kepentingan nasabah seperti advising dan negotiating LC. Transaksi
akan diproses melalui Trade Processing Center. a
Advising LC BNI Syariah dapat bertindak sebagai advising atas setiap LC yang
diterbitkan oleh bank koresponden yang dikirimkan melalui telex, surat atau SWIFT. LC dapat dikirimkan langsung kepada cabang-cabang BNI
Syariah dan akan diproses dengan cepat dan efisien, administrasi yang akurat serta respon yang tepat.
b Negotiating LC
BNI Syariah selalu siap menegosiasi LC yang diterbitkan oleh bank koresponden untuk kepentingan nasabah. BNI Syariah memiliki staf
yang terlatih dan siap untuk menjawab kebutuhan nasabah dengan
nyaman, cepat dan aman. Nasabah dapat mengkonversikan hasil ekspor ke dalam mata uang lain.
c Confirming LC
BNI Syariah siap untuk mengkonfirmasi LC yang diterbitkan oleh bank koresponden untuk kepentingan nasabah.
Keuntungan transaksi ekspor melalui BNI Syariah : a
BNI Syariah menggunakan SWIFT dalam transaksi LC ekspor sehingga proses menjadi tepat dan akurat.
b BNI Syariah telah membina hubungan baik dengan bank koresponden
ternama di seluruh dunia. 2
Import Services BNI Syariah memberikan layanan transaksi impor termasuk
penanganan LC seperti pembukaan LC dan pembayaran LC. a
Reimbursement LC yang diterbitkan oleh BNI Syariah, pembayaran tagihan kepada
negotiating bank akan dilakukan melalui bank koresponden utama BNI Syariah.
Keuntungan impor melalui BNI Syariah : a
BNI Syariah menggunakan SWIFT dalam transaksi LC ekspor sehingga proses memnjadi tepat dan akurat.
b BNI Syariah telah membina hubungan baik engan bank koresponden
ternama di seluruh dunia.
3 Bank Guarantee
Untuk membantu nasabah dalam melakukan transaksi dengan mitra usaha di dalam maupun luar negeri, BNI Syariah dapat menerbitkan bank
garansi untuk menjamin nasabah seperti: bid bonds, performance bonds dan advance payment. BNI Syariah dapat membuka bank garansi dengan
jaminan LC counter guarantee yang diterbitkan oleh bank koresponden. 4
SKBDN Untuk mendukung bisnis nasabah di dalam negeri, BNI Syariah dapat
menerbitkan maupun menerima SKBDN dari bank koresponden di dalam negeri. Dengan reputasi BNI Syariah yang telah dikenal di dalam negeri,
SKBDN BNI Syariah dapat diterima oleh seluruh bank di dalam negeri.
Transaksi Kiriman Uang Remittance Fund Transfer
BNI Syariah memberikan layanan kiriman uang dari dan ke seluruh dunia melalui draft, SWIFT atau Smart Remittance. Kiriman uang ke luar
negeri menggunakan mata uang yang tercata di Bank Indonesia. Manfaat :
Cepat dan aman mengirimkan uang ke luar negeri dan menerima kiriman dari luar negeri.
Keunggulan: a.
Didukung oleh lebih dari 900 cabang BNI on line dengan lebih 2500 ATM di seluruh Indonesia.
b. Didukung oleh teknologi yang terpercaya sehingga kiriman uang dapat
diterima tepat waktu. c.
Didukung oleh aplikasi berbasis internet yang dinamakan Smart Remittance.
Clean Collection
Collection adalah pelayanan yang diberikan BNI Syariah untuk mendapatkan pembayaran atas dokumen atau surat berharga dari pihak ketiga
di luar negeri.
2. Produk Dana
Produk-produk dana untuk solusi penempatan dana dan transaksi pun tersedia seperti giro perusahaan maupun giro perorangan, serta deposito.
3. Cash Management
Bagi perusahaan korporat yang mengutamakan efisiensi dan akurasi dalam pelaksanaan transaksi kas, BNI Syariah menyediakan jasa Cash Management
Service berupa Corporate Cash Management dan Payroll System.
a. Corporate Cash Management adalah layanan khusus bagi nasabah institusi
yang berguna untuk memantau cash flow real time. b.
Payroll system adalah layanan elektronik yang disediakan oleh BNI Syariah untuk mempermudah pembayaran gaji karyawan terutama bagi nasabah
institusi. Pada tanggal yang telah ditentukan BNI Syariah akan mendebet rekening giro institusi pada BNI syariah untuk kemudian mentransfer gaji
kepada rekening tabungan Syariah Plus masing-masing karyawan pada hari yang sama.
Fasilitas ini akan memudahkan dan menghemat waktu bagi bendahara serta mengurangi resiko kehilangan uang fisik. Selain itu, dengan payroll di
BNI Syariah pihak perusahaan dapat mengembangkan kesejahteraan karyawannya melalui pembiayaan personal yang didasari dengan kerja sama
pihak perusahaan dan BNI Syariah, dalam hal pemotongan gaji dan lain-lain.
4. Student Payment Center
Layanan khusus bagi perguruan tinggi yang memberikan kemudahan pembayaran studi secara terpadu melalui seluruh jaringan cabang dan jaringan
elektronik. Keunggulan:
a. Rasa tentram dan tenang karena pembiayaan syariah terhindar dari transaksi
ribawi. Bagi pengusaha ynag sangat memperhatikan aspek syariah dapat
menggunakan pembiayaan ini, karena setiap produk yang diluncurkan akan melalui prosedur persetujuan Dewan Pengawas Syariah DPS dalam
aplikasinya akan secara periodik dipantau nilai syar’i-nya.
b. Akad murabahah akan memudahkan dalam mengelola keuangan karena
jumlah yang diangsur tetap selama masa pembiayaan. c.
Dengan akad mudharabahmusyarakah akan memberikan rasa keadilan. d.
Setoran dapat dilakukan di seluruh kantor cabang BNI. e.
Variasi produk keuangan syariah yang lengkap untuk mendukung kegiatan usaha.
f. Pembiayaan dapat diberikan dalam mata uang Rupiah dan USD.
g. Mampu membiayai permohonan dengan nominal sama dengan bank korporasi
lainnya.
Jaringan dan Jasa Pendukung
1. Jaringan Pemasaran dan Layanan
a. Jaringan cabang syariah 54 outlet terdiri dari 24 Kantor Cabang Syariah KCS
dan 30 Kantor Cabang Pembantu Syariah KCPS. b.
Jaringan Office ChanellingLayanan Syariah pada 636 Kantor Cabang BNI. 2.
Jaringan Transaksi a.
Transaksi setor-tarik-transfer pada 978 cabang BNI se-Indonesia. 3.
Jaringan Elektronik
a. Jaringan ATM terluas, 2300 ATM BNI, 12.000 ATM Bersama, dan 6.400
ATM Link. b.
BNI call 24 jam 021-5789999 atau 68888 melalui telepon selular. c.
Internet Banking www.bni.co.id
d. SMS Banking dengan nomor tujuan 3346.
Produk Dana dan Pembiayaan Lainnya
Pihak perusahaan dapat memanfaatkan layanan yang disediakan bagi individu, berupa produk dana, jasa, dan pembiayaan personal.
1. Dana Personal:
a. BNI iB Giro IDR dan USD
BNI iB Giro merupakan produk yang memberikan segala kemudahan bertransaksi giro yang menggunakan prinsip
wadi’ah yad dhamanah.
1
BNI iB Giro mendukung usaha customer dengan kemudahan on-line pada cabang-
cabang BNI di seluruh Indonesia. Keunggulan:
1 Tersedia dalam IDR dan USD.
1
Wadi’ah yad dhamanah merupakan titipan dana yang seizin dari pemilik dana dapat dioperasikan oleh bank untuk mendukung sektor riil, dengan jaminan bahwa dana dapat ditarik
sewaktu-waktu oleh pemilik dana.
2 Untuk giro perorangan IDR diberikan kartu ATM BNI Syariah dan
penarikannya dapat dilakukan di ATM BNI, ATM Link, ATM Bersama, serta ATM Cirrus.
3 Fasilitas Phone Banking 24 jam.
4 Fasilitas Giro On Line untuk Giro IDR.
5 Potensi mendapatkan bonus.
Persyaratan: 1
Fotocopy Identitas Diri KTPPaspor . 2
Melengkapi persyaratan KYC Know Your Customer. 3
Mengisi Formulir aplikasi. 4
Menyerahkan fotokopi Akta PendirianAnggaran Perusahaan dengan segala perubahannya.
5 Menyerahkan fotokopi SIUP Surat Izin Usaha Perdagangan dan dokumen
lain yang terkait legalitas usaha, termasuk NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak.
6 Menyerahkan surat referensi dari Bankbank syariah lain.
7 Tidak termasuk daftar hitam black list Bank Indonesia.
8 Setoran pertama sebesar Rp 1.000.000,- untuk nasabah perusahaan dan Rp
500.000 untuk nasabah perorangan. 9
Setoran pertama untuk giro USD sebesar USD 500 untuk nasabah perusahaan dan USD 250 untuk nasabah perorangan.
b. Tabungan iB Plus
Untuk menyimpan dana dan mendapatkan keleluasaan bertransaksi, BNI Syariah menyediakan Tabungan iB Plus yang dilengkapi dengan layanan e-
Banking seperti layanan Phone Banking, SMS Banking, dan Internet Banking serta didukung pelayanan 24 jam di ribuan ATM di seluruh Indonesia dan
dapat diakses melalui ATM International Cirrus termasuk uang asing Real. Tabungan iB Plus dahulu Tabungan Syariah Plus adalah tabungan yang
dikelola menggunakan akad mudharabah muthlaqah yang merupakan simpanan dana masyarakat yang oleh BNI Syariah dapat dioperasikan untuk
mendapatkan keuntungan. Hasil keuntungan tersebut akan dilakukan bagi hasil antara pihak penabung dan pihak bank sesuai nisbah yang disepakati di awal
pembukaan rekening tabungan. Manfaat yang diperoleh:
1 Mendapatkan bagi hasil yang kompetitif cukup bersaing.
2 Saldo di bawah saldo minimum tetap mendapat bagi hasil.
3 Kemudahan setor dan tarik on-line real time di seluruh kantor cabang BNI.
4 Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan.
5 Mendapatkan BNI Syariah Card yang dapat dimanfaatkan sebagai:
a BNI Phoneplus, merupakan layanan perbankan informasi dan transaksi
melalui telepon selama 24 jam sehari 7 hari seminggu.
b Kartu ATM yang dapat digunakan melalui jaringan ATM BNI, ATM
Bersama dan ATM Link di seluruh Indonesia serta jaringan ATM Internasional Cirrus di seluruh dunia.
6 Mendapatkan fasilitas layanan:
a Kartu debit untuk berbelanja di merchant berlogo MaestroMasterCard
di seluruh dunia: b
SMS Banking, yaitu layanan inquiry dan transaksi perbankan melalui SMS secara cepat dan mudah.
c BNI Internet Banking, berupa layanan informasi, transaksi transfer,
pembayaran berbagai tagihan rutin seperti telepon, handphone, zakat, kartu kredit, listrik, maupun pembelian tiket dan pulsa, yang dapat
dilakukan dengan media internet. 7
Fasilitas Auto Debit untuk pembayaran tagihan bulanan seperti telepon, handphone, setoran bulanan THI, pembayaran angsuran pembiayaan, dan
lain-lain. 8
Kemudahan mengakses kantor yang dapat membuka rekening syariah karena pembukaan rekening syariah dilayani di lebih 600 kantor cabang
BNI malalui office chanelling SCO.
c. BNI iB Tapenas
Merencanakan dan mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin untuk buah hati adalah sebuah tindakan bijaksana. BNI Syariah membantu
masyarakat untuk menyiapkan pendidikan melalui BNI iB Tapenas. Dengan setoran sesuai kemampuan dan perlindungan asuransi, BNI iB Tapenas dapat
membantu masyarakat mewujudkan rencana masa depan keluarga yang lebih baik.
Keunggulan: 1
Bagi hasil kompetitif, lebih tinggi dibanding tabungan biasa. 2
Jangka waktu tabungan 1 sampai dengan 18 tahun. 3
Manfaat asuransi hingga Rp 750 juta. 4
Asuransi bebas premi untuk program Otomatis. 5
Perlindungan asuransi jiwa plus asuransi kesehatan. 6
Jika terjadi risiko kematian atau cacat tetap total pada penabung, maka setoran bulanan akan dilanjutkan oleh perusahaan asuransi hingga jatuh
tempo. 7
Setoran bulanan sesuai dengan kemampuan Anda, mulai dari Rp 100.000 sampai Rp 5 juta per bulan.
8 Setoran bulanan dapat didebet langsung dari rekening Tabungan iB Plus,
Tabungan iB Prima, BNI iB Giro, BNI Taplus, BNI Taplus Utama atau BNI Giro Anda.
9 Pelayanan di lebih dari 900 kantor cabang BNI.
Persyaratan: 1
Mengisi formulir permohonan pembukaan rekening. 2
Melampirkan fotokopi identitas diri KTPSIMPaspor, dan lain-lain 3
Setoran awal Rp 100.000,- 4
Setoran bulanan sesuai dengan kemampuan Anda, mulai dari Rp 100.000,- sampai dengan Rp 5 juta.
d. BNI iB Deposito IDR dan USD
BNI iB Deposito diperuntukkan bagi mereka yang ingin memiliki investasi berjangka yang menguntungkan dan menenangkan. Menggunakan
prinsip mudharabah muthlaqah,
2
BNI iB Deposito mengelola dana masyarakat dengan cara disalurkan untuk pembiayaan usaha produktif maupun pembiayaan
konsumtif yang halal dan bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Keunggulan:
1 Dapat diperpanjang secara otomatis.
2 Bagi hasil yang kompetitif setiap bulannya.
3 Investasi disalurkan untuk pembiayaan di sektor yang halal.
4 Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan.
2
Mudharabah Muthlaqah merupakan simpanan dana masyarakat permilik danashahibul maal yang oleh BNI Syariah mudharib dapat dioperasikan untukmendapatkan keuntungan. Hasil
keuntungan tersebut akan dilakukan bagi hasil antara penabung dan pihak bank sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Persyaratan: 1
Menyerahkan fotokopi identitas diri KTP, Paspor. 2
Setoran awal minimum Rp 1000.000,- 3
Menandatangani perjanjian nisbah bagi hasil. 4
Nasabah melalui proses KYC Know Your Customer : a
Mengisi formulir pembukaan rekening dan formulir KYC.
b
Verifikasi atas kebenaran data.
e. BNI iB Haji
BNI Syariah memahami bahwa setiap muslim bercita-cita menunaikan ibadah setidaknya sekali seumur hidup. BNI iB Haji dari BNI syariah
merupakan produk tabungan yang dikhususkan untuk memenuhi Ongkos Naik Haji ONH yang dikelola secara aman dan bersih sesuai syariah. BNI iB Haji
telah tergabung dalam layanan on-line Siskohat Sistem Koordinasi Haji Terpadu yang memungkinkan jamaah haji memperoleh kepastian porsi dari
Departemen Agama pada saat jumlah tabungan telah memenuhi persyaratan. Manfaat yang diperoleh:
1 Bebas biaya administrasi.
2 Calon haji ditutup asuransi kecelakaan diri dan kematian.
3 Dapat melakukan setoran di seluruh kantor cabang BNI on-line.
4 Setoran ringan.
5 On-Line dengan Siskohat.
6 Memperoleh bagi hasil yang menarik.
7 Fasilitas Auto Debit untuk setoran bulanan.
8 Pembukaan rekening dapat dilakukan di lebih 600 kantor cabang BNI
office chanelling. Persyaratan:
1 Menyerahkan fotokopi identitas diri KTP, Paspor.
2 Setoran awal minimum Rp 500.000,-
3 Menandatangani perjanjian nisbah bagi hasil.
4 Nasabah melalui proses KYC Know Your Customer :
a Mengisi formulir pembukaan rekening dan formulir KYC.
b Verifikasi atas kebenaran data.
2. Pembiayaan Komersial
Dalam perjalanan usaha terkadang pengusaha menghadapi tantangan yang membutuhkan kecepatan pengambilan keputusan, dimana keputusan tersebut
membutuhkan dukungan modal. Untuk menangkap peluang emas tersebut BNI Syariah menyediakan pembiayaan yang dijalankan dengan prinsip syariah dengan
target win-win solution. a.
BNI iB Wirausaha dan BNI iB Tunas Usaha
BNI iB Wirausaha ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha dari Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta yang diproses lebih cepat dan
fleksibel sesuai dengan prinsip syariah. Bentuk pembiayaan dapat berupa murabahah,
3
mudharabah,
4
ataupun musyarakah.
5
BNI iB Tunas Usaha sebagaimana BNI iB Wirausaha ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan mulai tanpa batas minimal sampai dengan
Rp 500 juta. Bentuk pembiayaan berupa jual beli murabahah. Keunggulan :
1 Proses lebih cepat dengan persyaratan mudah sesuai dengan prinsip syariah.
2 Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 7 tahun.
3 Mendapatkan perlindungan asuransi jiwa gratis.
4 Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis dan dapat
dilakukan di seluruhkantor cabang BNI. Persyaratan Umum :
1 Usaha telah berjalan minimal 1 tahun, dan usaha sesuai syariah.
2 Mengisi formulir aplikasi dengan melampirkan fotokopi.
a KTP suamiisteri dan kartu keluarga.
3
Murabahah adalah prinsip jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
4
Mudharabah adalah kerjasama antara pihak bank sebagai penyedia dana 100 sedangkan nasabah menjadi pengelola dana dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil.
5
Musyarakah adalah kerjasama dalam penyertaan modal antara pihak bank dan nasabah dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil.
b Surat Nikah.
c NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak.
d Pembiayaan sampai dengan Rp 150 juta dilengkapi dengan surat
keterangan kelurahankecamatan. e
Untuk pembiayaan diatas Rp 150 juta dielngkapi dengan legalitas usaha. f
Bukti kepemilikan jaminan.
b. BNI iB Usaha Kecil
BNI iB Usaha Kecil adalah pembiayaan modal kerja atau investasi kepada pengusaha kecil sampai dengan Rp 10 miliar berdasarkan prinsip
murabahah, musyarakah, mudharabah, dan ijarah. Keunggulan :
1 Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari
transaksi ribawi. 2
Akad murabahah akanmemudahkan anda mengelola keuangan karena besar angsuran tetap selama masa pembiayaan.
3 Dengan akad mudharabah dan musyarakah akan memberikan rasa keadilan.
4 Setoran angsuran dapat dilakukan di seluruh kantor cabang BNI.
5 Variasi produk keuangan syariah yang lengkap untuk mendukung kegiatan
usaha Anda. 6
Pembiayaan dapat diberikan dalam mata uang Rupiah dan USD.
Persyaratan Umum : 1
Melampirkan aktivitas usaha. 2
Identitas diri KTPSIMPaspor. 3
NPWP. 4
Laporan aktivitas Keuangan Usaha. 5
Menyerahkan jaminan. 6
Kegiatan usaha telah berjalan minimal 2 tahun. Jenis akad yang digunakan :
1 Murabahah adalah prinsip jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan margin yang disepakati antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
2 Mudharabah adalah kerjasama antara pihak bank sebagai penyedia dana
100 sedangkan nasabah menjadi pengelola dana dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil.
3 Musyarakah adalah kerjasama dalam penyertaan modal antara pihak bank
dan nasabah dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil.
4 Ijarah adalah perjanjian sewa suatu barang antara bank dengan nasabah
c. BNI iB Usaha Besar
Sesuai dengan falsafah dasar ekonomi syariah yaitu bertransaksi dengan penuh keberkahan dan saling menguntungkan, maka produk-produk perbankan
syariah didisain untuk melayani dunia usaha sehingga antara pemodal dan pengusaha dapat bertumbuh bersama-sama dalam prinsip keadilan.
Pembiayaan Produktif dari BNI Syariah mendukung kemajuan usaha dengan cara mudah dan fleksibel berdasarkan prinsip
– prinsip syariah. Cara kerja pembiayaan syariah hampir sama dengan cara kerja perbankan pada
umumnya, sehingga masyarakat akan mendapati prosedur yang umum berlaku dan tidak rumit. Demikian pula dengan maksimum pembiayaan, BNI Syariah
dapat membiayai korporasi yang memerlukan dana diatas Rp 10 milyar melalui BNI Pembiayaan Besar Syariah.
BNI Pembiayaan Besar Syariah adalah Pembiayaan Modal Kerja atau Investasi kepada pengusaha menengah dan korporasi diatas Rp. 10 Milyar
berdasarkan prinsip Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Ijarah.
3. Pembiayaan Personal
Dalam kehidupan banyak hal-hal yang harus dipilih dan dipilah secara bijak. Kita harus membedakan antara “needs” dan “wants”. Kebutuhan dan keinginan.
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melengkapi hidup dan
prasarana hidup. Keinginan adalah segala sesuatu yang dapat memuaskan selera, gaya dan level kepuasan tertentu.
Untuk itu BNI Syariah menyajikan rangkaian jenis pembiayaan yang dikelola secara syariah diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan personal anda.
a. BNI iB Griya
Melalui pembiayaan BNI iB Griya nasabah dapat mewujudkan kebutuhan perumahan, kavling siap bangun ataupun renovasi rumah.
Pembayaran dengan cara diangsur dalam periode waktu sampai dengan 15 tahun. Bentuk pembiayaan adalah jual beli ataupun ijarah.
Keunggulan : 1
Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari transaksi yang ribawi.
2 Selama masa pembiayaan besarnya angsuran tetap dan tidak berubah sampai
lunas. 3
Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat. 4
Uang muka ringan, minimum 10 khusus untuk pembelian rumah. 5
Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis dan dapat dilakukan di seluruh kantor cabang BNI.
6 Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15 tahun.
7 Maksimum pembiayaan sampai Rp 5 miliar.
8 Tarif bersaing.
Persyaratan Umum : 1
Pemohon minimal berusia 21 tahun, pada saat pembiayaan lunas berusia maksimum 55 tahun untuk pegawai atau 60 tahun untuk pengusaha.
2 Karyawanwiraswastaprofesional dengan masa kerja minimal 2 tahun.
3 Mempunyai penghasilan tetap dan mampu mengangsur.
4 Memenuhi persyaratan dan kelayakan berdasarkan penilaian Bank.
b. BNI iB Oto
BNI iB Oto merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan dengan proses yang mudah dan cepat berdasarkan syariah. Uang muka relatif ringan
dan pembayaran dapat dilakukan secara debit otomatis. Keunggulan :
1 Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari
transaksi yang ribawi. 2
Selama masa pembiayaan besarnya angsuran tetap dan tidak berubah sampai lunas.
3 Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.
4 Uang muka ringan, minimum 20 dari harga kendaraan.
5 Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis dan dapat
dilakukan di seluruh kantor cabang BNI.
6 Khusus mobil buatan Jepang jangka waktu pembiayaan sampai dengan 8
tahun. 7
Maksimum pembiayaan sampai Rp 1 miliar. Persyaratan Umum :
1 Pemohon minimal berusia 21 tahun, pada saat pembiayaan lunas berusia
maksimum 55 tahun untuk pegawai atau 60 tahun untuk pengusaha. 2
Karyawanwiraswastaprofesional dengan masa kerja minimal 2 tahun. 3
Mempunyai penghasilan tetap dan mampu mengangsur. 4
Memenuhi persyaratan dan kelayakan berdasarkan penilaian Bank.
c. BNI iB Gadai Emas
BNI iB Gadai Emas atau juga disebut Rahn merupakan pembiayaan dengan jaminan berupa emas lantakan atau perhiasan yang secara fisik
dikuasai oleh bank. Proses pembiayaan cepat dan sangat membantu bagi mereka yang membutuhkan dana jangka pendek untuk kebutuhan yang
mendesak. Keunggulan :
1 Cepat, karena seluruh proses hanya 30 menit.
2 Mudah, karena dengan prosedur yang sederhana dan diperuntukkan untuk
segenap lapisan masyarakat. 3
Murah, karena tarif jasa penyimpanan dihitung secara harian.
4 Menenteramkan karena dikelola secara syariah.
Persyaratan Umum : 1
Memiliki identitas diri KTPPaspor. 2
Memiliki rekening tabungangiro BNI Syariah sebagai rekening penampung dana gadai.
3 Menyerahkan emas lantakanperhiasan khusus emas lantakan harus di sertai
sertifikat. 4
Pembiayaan dapat diberikan maksimal 90 dari nilai taksiran untuk emas lantakan atau 80 dari nilai emas perhiasan dengan minimal Rp 1 juta.
d. BNI iB Multijasa
BNI iB Multijasa adalah pembiayaan jasa konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu jasa misalnya
pembiayaan untuk jasa pernikahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan, wisata umrohhaji, dan jasa lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah, dengan
menggunakan akad ijarah. Akad ijarah adalah sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barangjasa yang disewakan.
Keunggulan : 1
Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari transaksi yang ribawi.
2 Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.
3 Uang muka ringan, minimum 20 dari manfaat jasa yang diinginkan.
4 Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis, dan dapat
dilakukan di seluruh kantor cabang BNI. 5
Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 3 tahun. 6
Maksimum pembiayaan sampai Rp 500 juta. 7
Tarif bersaing. Persyaratan Umum :
1 Pemohon minimal berusia 21 tahun, pada saat pembiayaan lunas berusia
maksimum 55 tahun untuk pegawai atau 60 tahun untuk pengusaha. 2
Karyawanwiraswastaprofesional dengan masa kerja minimal 2 tahun. 3
Mempunyai penghasilan tetap dan mampu mengangsur. 4
Memenuhi persyaratan dan kelayakan berdasarkan penilaian Bank.
E. Budaya Kerja BNI Syariah
Nilai-nilai Perusahaan
Nilai-nilai yang berlaku di BNI Syariah adalah sama dengan nilai-nilai korporasi BNI yang dituangkan dalam Prinsip
“46”, yaitu Profesionalisme, Integritas, Orientasi Pelanggan, dan Perbaikan Tiada Henti. Nilai-nilai tersebut
sejalan dan konsisten dengan kepribadian dan perilaku Rasulullah SAW yang meliputi Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah.
Profesionalisme bermakna memiliki kompetensi handal dan berkomitmen memberikan hasil terbaik yang memenuhi bahkan melampaui standar-standar profesi
yang berlaku. Integritas bermakna berkomitmen untuk selalu konsisten antara pikiran,
perkataan, dan perbuatan yang dilandasi oleh kata hati dan kepercayaan pada prinsip- prinsip kebenaran yang hakiki.
Orientasi Pelanggan bermakna senantiasa berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan dilandasi sikap saling menghargai dan hubungan kemitraan yang
sinergis. Perbaikan Tiada Henti bermakna senantiasa mencari peluang dan solusi untuk
meningkatkan layanan dan kinerja yang melampaui harapan pelanggan.
80
BAB IV ANALISA DAN PEBAHASAN
A. Keistimewaan Hasanah Card di BNI Syariah
Strong benefitkeunggulan : Sesuai tuntunan syariah dan produk fitur yang lebih lengkap.
Lebih ringan, tidak ada sistem bunga dan monthly fee dihitung dari sisa pinjaman. Value, tidak kalah menarik dibandingkan kartu kredit konvensional.
Tabel IV.1 Perbedaan Hasanah Card dengan Kartu Kredit Lainnya
Jenis Kartu Kartu Kredit Reguler
Hasanah Card
Dasar Hukum UU Perbankan
UU Perbankan, UU Perbankan Syariah, Fatwa DSN-MUI
Provider MasterCard dan Visa
MasterCard Perjanjian
Berdasarkan bunga Berdasarkan akad ijarah,
kafalah, dan qardh Ketentuan
Penggunaan Tidak dibatasi
Hanya dapat digunakan untuk transaksi yang sesuai syariah
Fitur Cash advance, transfer dana,
extradana, cicilan tetap, transfer balance, executive lounge
Fitur sama dengan kartu kredit reguler
Pendapatan Bank Annual fee, bunga atas transaksi,
merchant fee, late charge Annual fee, merchant fee,
montly fee, collection fee, late charge sebagai dana sosial.
Cash collteral Tidak diperlukan
Diperlukan untuk classic card 10 dari limit kartu
Produk Fitur 1.
Diterima di Seluruh Dunia
Hasanah Card dapat diterima sebagai alat pembayaran di lebih 29 juta tempat usaha yang memasang logo MasterCard di seluruh dunia. Hasanah Card
juga memiliki fasilitas pengambilan uang tunai melalui ATM BNI maupun ATM bank lain yang memiliki jaringan MasterCard di seluruh dunia. Jaringan ini dapat
ditemui di logo Cirrus.
2. Kemudahan Pembayaran Tagihan
Pembayaran tagihan Hasanah Card dapat dilakukan melalui kantor cabang BNI, ATM BNI, SMS Banking, Internet Banking dan layanan telepon 24 jam BNI
Call melalui PhonePlus. Pembayaran juga dapat dilakukan melalui fasilitas bank lain yang sudah bekerja sama dengan BNI Card Center.
3. Smart Bill
Merupakan fitur yang dapat dinikmati oleh Pemegang Hasanah Card untuk melakukan pembayaran tagihan bulanan secara rutin secara auto debit. Beberapa
jenis pembayaran yang dilakukan melalui fitur ini adalah Telkom area tertentu, Telkomsel, Matrix, Xplor, Fren, Esia, Indovision, First Media, Digital 1, Indosat
M2, Speedy dan air bersih TPJ. 4.
Smart Reload
Fasilitas untuk pengisian pulsa 24 jam melalui BNI Call kapan pun dan di mana pun, untuk kartu Simpati, Mentari, IM3, Pro XL Fren. Pengisian ulang
pulsa secara otomatis dapat dilakukan setiap bulan melalui smart reload.
5. Smart Spending
Seluruh transaksi belanja dapat dilakukan minimal Rp 500.000,- dan
maksimal Rp 10 juta dapat ditagihkan dengan fasilitas cicilan selama 12 bulan biaya administrasi sesuai dengan syarat dan ketentuan berlaku.
6. DanaPlus
Fasilitas transfer dana dari Hasanah Card ke rekening mana saja di Indonesia melalui layanan telepon 24 Jam BNI Call dengan nilai yang dapat
ditransfer serta biaya administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
7. Transaksi Isi Ulang Pulsa 24 Jam dan Pembayaran Tagihan di ATM
Pembayaran berbagai macam tagihan dan isi ulang pulsa dengan Hasanah Card kini dapat dilakukan melalui ATM BNI. Beberapa transaksi yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel IV.2 Transaksi Isi Ulang Pulsa dan Pembayaran Tagihan di ATM
Tiket travel Garuda, Adam Air, Lion Air
Isi Ulang Pulsa SimPati, As, Jempol, XL Bebas Reguler, XL Bebas
Xtra, Mentari, StarOne, IM3, Fren, Esia, Three, Flexi Telepon Pasca Bayar Xplor, Halo, Matrix, StarOne, IM3, Telkom, Flexi,
Speedy, Esia, Fren dan Three Universitas
UI, SPC TV Kabel
Indovision, Astro, First Media Listrik
PLN
Isi ulang As ditambah PPN 10 Biaya administrasi PLN Rp. 2.000, wilayah yang dapat dilayani Kalimantan Timur, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera Barat.
8. Executive Airport Lounge
Bagi Pemegang Hasanah Card dan Platinum yang bepergian menggunakan pesawat udara, dapat menikmati fasilitas Executive Airport Lounge selama
menunggu waktu keberangkatan.
9. TeleTravel
Untuk kenyamanan perjalanan keluarga, BNI TeleTravel memberikan kemudahan untuk pemesanan tiket pesawat, reservasi hotel dan paket wisata.
TeleTravel juga menawarkan paket-paket wisata untuk liburan serta membantu pembuatan pasporVisa.
10. Transfer Balance
Fasilitas transfer tagihan ke kartu kredit bank lainnya atas nama pemegang kartu sendiri serta dapat dicicil selama 12 bulan. Jumlah yang dapat ditransfer
minimal Rp. 500.000,- Hingga Rp 10 juta syarat dan ketentuan berlaku.
11. Asuransi PerisaiPlus Syariah
Asuransi yang memberikan perlindungan terhadap saldo tagihan Hasanah Card pada saat pemegang kartu card holder tidak dapat membayar tagihan
dikarenakan sakit atau kecelakaan yang menyebabkan ketidakmampuan untuk bekerja minimal 30 hari atau kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau
cacat dengan premi hanya 0,39 per bulan dari total saldo terhutang per bulan. 12.
Perlindungan Asuransi Perjalanan Bebas Premi
Perlindungan asuransi bebas premi bagi pemegang Hasanah Gold, jika mengalami
kecelakaan dalam
perjalanan sebagai
penumpang dengan
menggunakan angkutan udara dengan syarat utama tiket pesawat dibeli dengan Hasanah Gold.
B. Persyaratan atau Prosedur Hasanah Card di BNI Syariah
Kriteria untuk mendapatkan Hasanah Card yaitu : 1.
Pegawai dengan penghasilan diatas Rp 25 Jutatahun, masa kerja minimal 1 tahun. 2.
DokterProfesional dengan penghasilan Rp 25 Jutatahun, syarat dokumen lengkap 3.
Pengusaha dengan penghasilan min. Rp 25 Jutatahun, syarat dokumen lengkap
Tabel IV.2 Syarat Umum Permohonan Hasanah Card
Hasanah Card Penghasilan
Minimum Pemegang Kartu
Utama Pemegang Kartu
Tambahan
Hasanah Gold Rp. 60 jutathn
Usia min. 21 thn, maks. 65 thn
Usia min. 17 thn, maks. 65 thn
Hasanah Classic Rp. 25 jutathn
Usia min. 21 thn, maks. 65 thn
Usia min. 17 thn, maks. 65 thn
Dokumen pendukung yang harus dilampirkan beserta formulir isian aplikasi Hasanah Card adalah :
Tabel IV.3 Dokumen Pendukung
Status Pemohon Fotokopi
KTPPaspor Bukti
Penghasilan Asli
Fotokopi Akte PendirianSIUPTDP
Surat Ijin
Profesi
KaryawanTNIPolisi x
x DokterProfesional
x x
x
Marketing Acquisition
Branch
Direct Mail
Take One box
Direct Sales
Telemarketing Application
Processing
Embossed Delivery Card
Teleplus
Collection
Prescreener Data Entry Verification
Flow Application Processing
Credit Analyst
Emboss Card Delivery
Card Holder
Approved ?
Yes
No
Declined Letter Form
Application
Pengusaha x
x x
Untuk DokterProfesional lainnya dapat berupa foto copy TabunganSPT dan untuk Pengusaha foto copy Rekening Koran 3 bulan terakhirSPT. Bila Anda mendapat limit kartu Rp. 50 juta atau
lebih akan diperlukan NPWP.
Gambar: Flow Application Processing Hasanah Card
Keterangan “Flow Application Processing Hasanah Card” :
1. Formulir Aplikasi Hasanah Card yang diterima melalui petugas pemasaran
Hasanah Card seperti cabang-cabang BNI dan BNI Syariah, tenaga direct sales, tenaga telemarketing, dan lain-lain. Oleh unit processing akan dilakukan validasi
dan pengecekkan kelengkapan dokumen aplikasi Hasanah Card berdasarkan ketentuan yang berlaku.
2. Setelah dilakukan pengecekkan kelengkapan dokumen beserta validitasnya, maka
oleh unit data entry dilakukan penginputan data identitas pemohon ke dalam sistem.
3. Jika data telah dicek kelengkapannya dan telah diinput ke dalam sistem, maka
akan dilakukan verifikasi kebenaran data pemohon oleh petugas teleplus officer BNI melalui telepon, dimana semua konfirmasi yang disampaikan oleh pemohon
ataupun pihak terkait lainnya akan dicatat ke dalam sistem yang akan menjadi data base informasi pemohon.
4. Setelah berhasil dilakukan verifikasi terhadap kebenaran dan keabsahan dokumen,
maka proses selanjutnya dilakukan analisa kelayakan permohonan Hasanah Card yang dilakukan oleh credit analyst untuk dapat dilakukan persetujuan ataupun
penolakan permohonan Hasanah Card. 5.
Jika permohonan ditolak, maka akan dibuatkan surat pemberitahuan penolakan persetujuan permohonan Hasanah Card kepada pemohon tanpa disertai alasan
penolakan. 6.
Dan jika permohonan disetujui, maka proses selanjutnya akan dilakukan pencetakkan Hasanah Card berdasarkan jenis kartu yang disetujui oleh pihak BNI
Syariah.
7. Setelah Hasanah Card selesai dicetak, maka kartu siap dikirim beserta buku
pedoman Hasanah Card kepada pemegang kartu dan untuk selajutnya card holder dapat menghubungi BNI Call untuk dapat melakukan aktivasi kartu.
8. Jika Hasanah Card telah diaktifkan dan telah digunakan untuk berbelanja, namun
terdapat kewajiban yang belum diselesaikan sampai dengan kurun waktu tertentu, maka kartu tersebut dapat masuk ke dalam kategori penggolongan kelancaran
pembayaran kartu yang digolongkan ke dalam lima kategori, yaitu: a.
Lancar b.
Kurang Lancar c.
Dalam Perhatian Khusus d.
Diragukan e.
Macet Untuk Hasanah Card yang masuk ke dalam kategori block collection adalah
kartu-kartu yang masuk ke dalam kategori kurang lancar, dalam perhatian khusus, diragukan, dan macet.
Solusi yang dilakukan oleh pihak BNI Syariah terhadap kartu yang telah mengalami block collection adalah dengan melakukan kegiatan yang bertujuan
untuk mendapatkan kembali aset perusahaan yang berpeluang untuk hilang dikarenakan
munculnya pembayaran
yang tertunggak,
dengan tetap
mempertahankan hubungan dengan card holder melalui cara-cara tradisional seperti mengirimkan surat, telepon, bertemu langsung dengan card holder maupun
Blok Collection
cara lain yang memanfaatkan sarana tekhnologi seperti SMS, email, facsimile, voice messaging dan lain sebagainya.
Upaya yang dapat dilakukan di dalam menekan tingkat block collection di antaranya dapat dilakukan dengan cara merubah pendekatan pemasaran, membuat
sistem yang memberikan score kepada nasabah pemegang kartu kredit BNI Syariah berdasarkan perilaku card holder, dan melakukan pemantauan terhadap
kualitas pembayaran Hasanah Card secara periodik.
C. Biaya-biaya Fee yang Dikenakan Terhadap Pemegang Kartu Card Holder
Hasanah Card di BNI Syariah
Membership Fee dihitung dengan mempertimbangkan cost yang dikeluarkan oleh bank, tingkat keuntungan perusahaan dan juga kondisi persaingan pasar. Jadi
tidak ada perhitungan yang spesifik.
Limit Kartu di bagi dalam 3 jenis dengan masing-masing memiliki range limit berbeda. Hal ini untuk mengakomodasi pemberian limit yang berbeda-beda
kepada nasabah yang disesuaikan dengan kondisi kemampuan finansial nasabahapplicant. Hal ini pun sesuai dengan ketentuan BI Bank Indonesia
bahwa pemberian limit kartu maksimum dua kali penghasilan applicant. Perhitungan fee ijarah sewa bukan dari persentase nilai pokok tetapi dari
cost dan profit yang inginkan.
Perhitungan fee bagi kafil penjamin, bahwa fee dihitung berdasarkan limit kartu yang disetujui, perhitungan fee bagi kafil yaitu berupa monthly fee yang
dihitung berdasarkan limit kartu tertentu dikali dengan fee rate limit kartu tertentu. Jika akad yang digunakan adalah akad qard maka tidak boleh ada
keuntungan yang diambil oleh pihak bank. Denda keterlambatan dikenakan berdasarkan jenis kartu classic, gold,
platinum yang diberikan kepada card holder dengan pertimbangan perbedaan fasilitas yang diterima dan juga kondisi persaingan pasar, bukan berdasarkan
persentase dari nilai limit kartu. Adapun maksud dikenakan denda tersebut adalah pemegang kartu dikategorikan adalah orang yang mampu, namun lalai dalam
memenuhi kewajibannya sehingga dengan pertimbangan untuk memberikan pelajaran maka dikenakan denda keterlambatan. Denda keterlambatan akan
disalurkan sebagai dana sosial. Yang mempengaruhi perbedaan nilai nominal biaya penagihan collection
fee ta’widh karena adanya perbedaan penanganan sehingga terdapat perbedaan
real cost penagihan kepada masing-masing jenis kartu. Biaya cetak billing, biaya pengiriman, perlakuanpenanganan penagihan durasi pembicaraan per telpon
berbeda antar jenis kartu. Berikut ini adalah panduan layanan biaya Hasanah Card:
Tabel IV.5 Syariah Card
Fatwa DSN No.54DSN-MUIX2006
Tabel IV.6 Konsep Fee and Charges Untuk Umum
In Rupiah
Iuran Keanggotaan membership fee
Iuran keanggotaan,
termasuk perpanjangan
masa keanggotaan dari pemegang kartu card holder, sebagai
imbalan atas izin penggunaan fasilitas kartu yang pembayarannya berdasarkan kesepakatan.
Annual membership Fee akad kafalah Monthly membership Fee akad ijarah
Merchant Fee Fee yang diberikan oleh merchant kepada penerbit kartu
stoke holder yang diambil dari harga obyek transaksi atau pelayanan sebagai upahimbalan ujrah atas perantara
samsar, pemasaran taswiq dan penagihan tahsil al-dayn.
Fee Penarikan Uang Tunai
Fee penarikan uang tunai sebagai fee atas pelayanan dan penggunaan fasilitas yang besarnya tidak dikaitkan dengan
jumlah penarikan.
Fee Kafalah Penerbit kartu boleh menerima fee dari pemegang kartu atas
pemberian kafalah. Semua fee di atas harus ditetapkan pada saat akad aplikasi kartu secara jelas dan
tetap, kecuali untuk merchant fee.
No. Parameter
Classic Gold
Platinum
1 Limit Kartu
Kategori 1 4 Juta Kategori 1 10 Juta Kategori 1 50 Juta
Kategori 2 6 Juta Kategori 2 15 Juta Kategori 2 75 Juta
Kategori 3 8 Juta Kategori 3 20 Juta
Kategori 4 25 Juta Kategori 5 30 Juta
2 Annual Membership Fee
Kartu Utama 120.000
240.000 600.000
Kartu Tambahan 60.000 120.000
300.000 3
Monthly Membership Fee Kategori 1 118.000 Kategori 1 295.000 Kategori 1 1.475.000
Kategori 2 177.000 Kategori 2 442.500 Kategori 2 2.212.500
Min. Payment 10 dari tagihan baru atau min. Rp 50.000,- mana yang lebih besar.
Tabel IV.7 Konsep Fee and Charges Untuk Staff
In Rupiah
No. Parameter
Classic Gold
Platinum
1 Limit Kartu
Kategori 1 4 Juta Kategori 1 10 Juta Kategori 1 50 Juta
Kategori 2 6 Juta Kategori 2 15 Juta Kategori 2 75 Juta
Kategori 3 8 Juta Kategori 3 20 Juta
Kategori 4 25 Juta Kategori 5 30 Juta
2 Annual Membership Fee
Kartu Utama Free
Free Free
Kartu Tambahan 50.000 50.000
300.000 3
Monthly Membership Fee Kategori 1 106.000 Kategori 1 265.000 Kategori 1 1.325.000
Kategori 2 159.000 Kategori 2 397.500 Kategori 2 1.987.500 Kategori 3 212.000 Kategori 3 530.000
Kategori 4 662.500 Kategori 5 792.000
Min. Payment 10 dari tagihan baru atau min. Rp 50.000,- mana yang lebih besar.
Tabel IV.8 Monthly Membership Fee
a. Limit Kartu Gold Rp 10.000.000
b. Monthly Membership Fee 2,95xlimit kartu Rp 295.000 c. Penggunaan Kartu
Rp 1.000.000 d. Outstanding After Payment
Rp 900.000 e. Cash Rebate e=d-ax2,95
Rp 268.450 f. Net Monthly Membership Fee f=b-e
Rp 26.550 Kategori 3 236.000 Kategori 3 590.000
Kategori 4 737.500 Kategori 5 885.000
Cash Rebate adalah bentuk apresiasi dari bank kepada pemegang kartu yang dapat mengurangi Monthly Membership Fee. Cash Rebate diberikan atas setiap
pembayaran tagihan yang besarnya proporsional dari jumlah pembayaran.
In Rupiah
Keterangan Jan-09
Feb-09 Mar-09
Apr-09
Limit Kartu Gold 10 Juta Tagihan Bulan Lalu
- 1.000.000 3.926.550 5.629.800
Payment -
100.000 400.000 6.000.000
Outstanding After Payment -
900.000 3.526.550
370.200 Pembelanjaan
1.000.000 3.000.000 2.000 000
- Penarikan Tunai
- -
- -
Transfer Balance -
- -
- Biaya-Biaya:
Biaya Adm. Tarik Tunai -
- -
- Biaya Fasilitas DanaPlus
- -
- -
Biaya Keterlambatan -
- -
- Biaya Pelampauan Limit
- -
- -
Mon. Membership Fee 2,95 295.000
295.000 295.000
295.000 Cash Rebate
295.000 268.450
191.750 295.000
Net Mon. Membership Fee -
26.550 103.250
- Tagihan Bulan Ini
1.000.000 3.926.550 5.629.800
370.200
Tabel IV.9 Pricing Fitur DanaPlus
No. Tiering
Biaya Administrasi
1 sd Rp 2.000.000
Rp 80.000 2
Rp 2.000.000 sd Rp 4.000.000 Rp 160.000
3 Rp 4.000.000 sd Rp 6.000.000
Rp 240.000 4
Rp 6.000.000 sd Rp 8.000.000 Rp 320.000
5 Rp 8.000.000 sd Rp 10.000.000
Rp 400.000 6
Rp 10.000.000 sd Rp 12.500.000 Rp 500.000 7
Rp 12.500.000 sd Rp 15.000.000 Rp 600.000
Tabel IV.10 Bunga Kartu Kredit Reguler VS Fee Hasanah Card
In Rupiah
Kartu Kredit Reguler Hasanah Card
No. 1
2 1
2 Limit Kartu
10.000.000 10.000.000
10.000.000 10.000.000
Nominal Txn Retail
1.000.000 1.000.000
1.000.000 1.000.000
Tgl Txn 1
1 1
1
Tgl Posting
2 2
2 2
Tgl Cycle
18 18
18 18
Tgl Due Date
8 8
8 8
Tgl Payment
5 5
5 5
Jumlah Payment
1.000.000 500.000
1.000.000 500.000
Outstanding 500.000
500.000
Bunga No Interest
38.310 -
-
Monthly Fee -
- 295.000
295.000
In Rupiah
Waktu Bunga Nominal
Jml Hari
Jml Hari Dlm 1Thn
Rate Rate
1 Thn Bunga
1. Bunga dari Tgl Po
sd Tgl C 1.000.000
16 365
2,95 35,40 15.518 2.
Bunga dari Tgl C sd Tgl Pa
1.000.000 17
365 2,95 35,40 16.488
3. Bunga dari Tgl Pa
sd Tgl C berikut 500.000
13 365
2,95 35,40 6.304
Po= Posting, C= Cycle, Pa= payment In Rupiah
Bunga dari Tgl Po sd Tgl C 1.000.000x16365x2,95x12
15.518 Bunga dari Tgl C sd Tgl Pa
1.000.000x17365x2,95x12 16.488
Bunga dari Tgl Pa sd Tgl C berikut 500.000x13365x2,95x12
6.304
Total bunga yang akan muncul di cycle bulan berikutnya
38.310
Keterangan: 1.
Bunga txn cash advance dihitung dari mulai tanggal txn dengan rate yang lebih tinggi umumnya. 2.
Seluruh bunga, fee, denda, dan lain-lain akan dibungakan.
Tabel IV.11 Perhitungan Cash Rebate
In Rupiah
Jenis Payment
Full Payment Partial Payment
Limit Kartu 10.000.000
10.000.000
Transaksi 1.000.000
1.000.000
Payment
1.000.000 500.000
Monthly Payment 295.000
295.000
Fee~Rate 2,95
2,95
Outstanding
500.000
Cash Rebate 295.000
280.250
Total Fee
- 14.750.000
Keterangan: 1.
Semua fee tidak akan dihitung dalam perhitungan monthly fee berikutnya dipisahkan dari txn retail maupun cash.
2.
Txni cash advance maupun txn retail diperlukan sama.
Cash Rebate = Outstanding – Limit Kartu x Fee Rate
Tabel IV.12 Biaya Keterlambatan Pembayaran dan Over Limit
Jenis Kartu Classic
Gold Platinum
Biaya Keterlambatan Rp 25.000,-
Rp 50.000,- Rp 75.000,-
Biaya Over Limit Rp 30.000,-
Rp 50.000,- Rp 75.000,-
Tabel IV.13 Biaya Penagihan Ta’wid
Jenis Kartu Classic
Gold Platinum
x-days - 29 days Rp 15.000,-
Rp 35.000,- Rp 110.000,-
30 - 59 days Rp 20.000,-
Rp 50.000,- Rp 160.000,-
60 - 89 days Rp 25.000,-
Rp 65.000,- Rp 220.000,-
90 - 119 days Rp 40.000,-
Rp 100.000,- Rp 340.000,-
120 - 149 days Rp 50.000,-
Rp 120.000,- Rp 410.000,-
150 - 179 days Rp 60.000,-
Rp 150.000,- Rp 480.000,-
180 days Rp 320.000,-
Rp 800.000,- Rp 2.800.000,-
Tabel IV.14 Biaya Lainnya Keterangan
Biaya
Biaya penggantian kartu rusak hilangdicuri untuk kedua kali
Rp 45.000,- Biaya penarikan tunai
Rp 80.000,- setiap melakukan penarikan di ATM Biaya salinan Sales Draft
Rp 30.000,-transaksi Biaya penolakan CekGiro
Rp 30.000,- Biaya salinan tagihan
Rp 5.000,-bulan setelah 3 bulan Biaya administrasi materai
Rp 3.000,- Rp 250.000,- sd Rp 1.000.000,- Rp 6.000,- di atas Rp 1.000.000,-
D. Analisa Akad dan Aplikasi Produk Hasanah Card di BNI Syariah
Pihak BNI Syariah tidak bisa mengetahui secara langsung untuk apa uang tunai yang ditarik dari Hasanah Card akan digunakan, BNI Syariah menghimbau kepada
pengguna kartu untuk mepergunakan kartunya sesuai dengan kaidah syariah dan hal ini sudah diatur dan ditegaskan dalam buku petunjuk layanan dan formulir aplikasi,
artinya jika uang tunai tersebut digunakan untuk hal yang bertentangan dengan syariah maka hal tersebut menjadi tanggung jawab moral pemegang kartu.
Namun secara umum, bila diketahui melalui pengecekan random bahwa kartu syariah digunakan untuk bertransaksi retail bukan tunai yang haram, maka BNI
Syariah memiliki hak untuk membatalkan kartu kredit syariah nasabah. Untuk mengatasi masalah tersebut jika dikaitkan dengan transaksi tunai dan
untuk apa penggunaannya, pihak BNI Syariah tidak akan pernah bisa mengaturnya. Siapa pun tidak bisa mengatur untuk apa uang harus digunakan jika sudah ditangan
nasabah. Tidak ada satu alat pun yang bisa mencegah ataupun mengatur untuk apa uang tunai harus digunakan melainkan komitmen moral nasabah.
Secara prinsip kartu kredit tersebut dibolehkan syariah selama dalam prakteknya tidak bertransaksi dengan sistem riba, yaitu memberlakukan ketentuan
bunga bila pelunasan utang kepada penjamin lewat dari jatuh tempo pembayaran atau menunggak. Dalam sebuah Hadits
Riwayat Jama’ah dijelaskan bahwa ”Menunda- nunda pembayaran yang dilakukan oleh orang yang mampu adalah suatu
kdzaliman.” dan Hadits Riwayat Bukhari ”Orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik dalam pembayaran utangnya.”.
Di samping itu, ketentuan uang jasa kafalah tadi tidak boleh terlalu mahal sehingga memberatkan pihak terutang atau terlalu besar melebihi batas rasional, agar
terjaga tujuan asal dari kafalah, yaitu jasa pertolongan berupa jaminan utang kepada merchant, penjual barang atau jasa yang menerima pembayaran dengan kartu kredit
tertentu. Rata-rata jenis syariah card yang paling banyak diminati oleh nasabah adalah
Hasanah Card Gold karena: 1.
Adanya fasilitas Executive Airport Lounge. 2.
Tidak dikenakan setoran Goodwill Invesment sebesar 10 dari limit kartu. 3.
Prestise nasabah. 4.
Mayoritas penghasilan applicant di kota-kota besar yang cardablebankable adalah gold.
Keuntungan diterbitkannya Hasanah Card bagi pihak BNI Syariah, antara lain:
1. Membantu ekspansi kreditpembiayaan yang bersifat consumer ritel.
2. Sumber revenue baru untuk meningkatkan laba.
3. Menambah customer base.
4. Rangkaian produk yang lengkap.
5. Meningkatkan customer awareness dan image terhadap BNI Syariah.
Hukum Mengambil Biaya Dhaman Dalam Akad Kartu Perbankan
Dhaman dalam syariah Islam termasuk salah satu perbuatan baik yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini tampak dalam Hadits “ Tiga hal yang
hanya balasannya dari Allah SWT, ji’al, dhaman, dan al-jah.”
1
Di antara maqashid syariah dari dhaman ini, para ulama mengungkapkan: “Tidak boleh dhaman dengan biaya jasa, karena dhaman adalah perbuatan kebaikan,
sehingga tidaklah boleh mengambil biaya jasa dari perbuatan amal kebajikan, seperti halnya tidak boleh mendapatkan jasa dari puasa dan shalat, karena orientasinya
bukanlah orientasi mendapatkan kesenangan dunia. “Kata Imam Malik, ‘Tidak baik penjaminan yang disertai dengan
fee.’ Kata Ibn al-Q
asim, “Jika terjadi menerima fee dan shahibul haq mengetahui akad hal itu, maka batallah dhaman ini, dan muncul akad
ji’al. Namun, apabila ia tidak mengetahuinya, maka dhaman himalah diharuskan kepada yang menjamin
1
Ahmad bin Muhammad al-Shawi, Hasyiah ‘ala al-Syarh al-Shaghir ‘ala Aqrab al-Masalik
Ma’a al-Syarh al-Shaghir, op.cit.,jilid 3, hlm.442.
dan ji’al ditolak dalam segala hal.”
2
Kata Abu Bakar al- Mundzir, “Para ulama yang
kami ikuti telah sepakat bahwa dhman dengan fee yang diambil oleh pihak yang menanggung tidak halal dan tidak diperbolehkan.”
3
Dari hukum dasar ini, para ulama membagi beberapa permasalahan. Abdul Baqi al-Zarqawi mengomentari beberapa permasalahan dhaman. Beliau berkata,
“Ji’al fee bagi orang yang menjaminkan dilarang, baik itu bagi pemilik utang atau pemberi
utang, atau orang asing dan pemiliknya mengetahuinya sebelum ia menolaknya, apabila ia tidak mengetahuinya maka dikembalikan dan dhaman tersebut tetap sah.
Illat dari pengharaman fee adalah bahwa dhamin pemberi jaminan, “Bila berutang,
maka dikembalikan sejumlah nilai yang diutanginya tersebut ditambah dengan fee. Hal ini tidak boleh karena merupakan pinjaman disertai dengan nilai tambah.
4
Di antara permasalahan lain yang muncul dalam madzhab Syafi’iah ialah apabila seseorang melakukan dhaman dengan fee, maka hal ini tidak boleh karena fee
tersebut batal. Dhaman walaupun disyaratkan dengan fee, maka akadnya menjadi fasid. Berbeda dengan pendapat Ishaq bin Tahawaih, karena fee hanya boleh diambil
2
Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf al-andari, al-Muwaq, Al-Taj wa al-Iklil li Mukhtashar Khalil, Hamisy Mawahib al-Jalil karangan al-Hithab, cet.1. Mesir: al-
Sa’dah, 1329 H, jilid 5, hlm. 111.
3
Muhammad bin Ibrahim ibn al-Mundzir al-Naisabury, Al- Israf ‘ala Madzahib Ahl al-Ilm, cet. 2,
ditahqiq oleh Muhammad Nujaib Siraj al-Din, Qatar: Wizarah al-Auqaf wa al- Su’un al-
Islamiyah,1414 H, jilid 1, hlm. 120.
4
Syarah al- Syarqani ‘ala Mukhtashar Khalil, Beirut: Dar al-Fikr, t.th., jilid 6, hlm. 33.
sebagai upah kerja, adapun dhaman bukanlah amal, sehingga tidaklah boleh ada fee dalam dhaman.
5
Dalam hukum dasar ini tampak ketentuan akad dhaman secara syariah, pihak yang menanggung dalam akad kartu kredit tidak boleh mewajibkan fee terhadap
dhaman, baik itudari card holder, merchant, atau pihak lainnya. Secara syar’i, dhaman termasuk perbuatan baik, tidak boleh mengambil fee dari
dhaman, sehingga hukum akad itu sendiri adalah sah dan diperbolehkan. Di antara syarat akad dhaman adalah utang yang sah, selain dari itu diperbolehkan selama ia
mengetahui utang tersebut dalam tanggungan card holder madhmun ‘anhu.
Hal ini sesuai dengan sifat utang dalam kartu kredit, di mana utang terhadap card holder ketika menyelesaikan akad kartu kredit tidak diketahui waktu itu, bahkan
belum ada kewajiban dalam tanggungan card holder, maka “sahlah dhaman terhadap
sesuatu yang kemungkinan kepastiannya ada pada masa mendatang.”
6
Tidak ada satu pun dari hal ini yang mempengaruhi kesahan akad dhaman menurut jumhur ahli fiqih
dari kalangan Hanafiah, Malikiah, dan Hanabilah.
5
Al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, jilid 8, hlm. 121.
6
Al-Muwaq, Al-Taj wa wa al-Iklilli Mukhtashar Khalil.
Mekanisme Akad Ijarah yaitu:
Akad Ijarah
1. Penerbit kartu menyediakan jasa pembayaran dan layanan bagi pemegang kartu
baik layananpenyediaan infrastruktur dan jaringan MasterCard atas transaksi tunai ATMTeller, retail EDC, maupun layanan produk fitur.
2. Implementasinya akad ijarah.
3. Penerbit kartu berhak mendapat annual membership fee dan merchantfitur fee.
Mekanisme akad Kafalah yaitu:
Card Holder
Pengguna jasa layanan
Card Issuer
Penyedia jasa layanan
Card Issuer
Penjamin
Merchants
Penerima Jaminan
ATM Bank lain
Penerima Jaminan
Akad Kafalah
1. Penerbit kartu menjamin pemegang kartu terhadap merchant atas semua kewajiban
bayar yang timbul dari transaksi menggunakan kartu. 2.
Penerbit kartu juga menjamin penarikan tunai selain bank atau ATM Bank Penerbit Kartu.
3. Implementasi akad kafalah dan ijarah.
4. Penerbit kartu berhak mendapat monthly membership fee dan fee penarikan tunai.
Mekanisme Akad Qardh yaitu:
1. Penerbit kartu memberikan pinjaman melalui penarikan tunai dari bank dan atau
cash advance melalui ATM milik bank penerbit kartu. 2.
Implementasi : akad qardh 3.
Penerbit kartu hanya mengenakan biaya administrasi fee penarikan tunai yang besarnya disesuaikan dengan biaya operasional yang wajar.
E. Perkembangan Kinerja BNI Syariah
Sejak berdiri pada tanggal 29 April 2000, Divisi Usaha Syariah PT. Bank Negara Indonesia Persero, Tbk terus memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan.
Card Holder
Penerima Pinjaman
Card Issuer
Pemberi pinjaman
Akad Qardh
Ini merupakan hasil dari keseriusan BNI Syariah untuk melakukan persiapan dan pembenahan di berbagai bidang. Kebijakan Bank Indonesia dalam mencanangkan
program akselerasi perbankan syariah mendorong manajemen perbankan untuk mencurahkan seluruh perhatian dan komitmen pada pengembangan perbankan
syariah. Kerja keras itu pun membuahkan hasil. Pada tahun 2007, BNI Syariah tumbuh
di atas rata-rata industri perbankan syariah. Di mana asset tumbuh dari Rp 1,5 Triliun menjadi Rp 2,5 Triliun pada Desember 2007 atau meningkat 73,4 jauh di atas
industri perbankan syariah yang tumbuh hanya 36,8. Penyaluran pembiayaan BNI Syariah juga meningkat 59 dari 1,1 Triliun
menjadi Rp 1,8 Triliun, lebih tinggi dibandingkan industri yang hanya 37 yaitu dari Rp 20,4 Triliun menjadi Rp 27,9 Triliun pada Desember 2007. Tumbuh rata-rata
42,3 per tahun serta pertumbuhan dana masyarakat sebesar 61,8 per tahun yang dicapai dalam jangka waktu tujuh tahun terakhir hingga September 2007.
Penghimpunan dana masyarakat pada periode yang sama tercatat naik 60 dari Rp 1,1 Triliun menjadi Rp 1,8 Triliun. Sedangkan industri tumbuh 35,3 dari Rp
20,7 Triliun menjadi Rp 28 Triliun. Pangsa pasar BNI syariah tahun 2007 meningkat, masing-masing untuk asset dari 5,99 menjadi 6,97, pembiayaan dari 5,5
menjadi 6,4 sedangkan DPK meningkat dari 5,4 menjadi 6,4. Prestasi ini tak terlepas dari pembenahan yang dilakukan manajemen dalam dua
tahun terakhir 2005-2007 dalam segi tekhnologi, organisasi dan Sumber Daya Manusia SDM. Pembenahan tersebut dilandasi Prinsip 46, yaitu nilai-nilai korporasi
BNI yang menjadi tuntutan perilaku insan BNI melalui empat nilai budaya kerja yaitu profesional, integritas, orientasi pelanggan, dan perbaikan tiada henti. Dari segi
perilaku, karyawan BNI dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi dan hasil terbaik, jujur, tulus dan ikhlas, disiplin konsisten dan bertanggung jawab,
memberikan layanan terbaik melalui kemitraan yang sinergis, selalu melakukan penyempurnaan serta kreatif dan inovatif.
Perkembangan Bisnis Penghimpun Dana
Berdasarkan data yang tercatat, penghimpunan dana masyarakat oleh BNI Syariah periode 2000-2007 meningkat 63,7, yaitu dari Rp 26 Milyar menjadi Rp
1,8 Triliun. Market share DPK BNI Syariah adalah 6,4 pada periode Desember 2007, sementara jumlah institusi perbankan syariah adalah 28 buahunit.
Perkembangan Bisnis Pembiayaan
Berdasarkan data yang tercatat, pembiayaan bertumbuh dengan rata-rata 58,4 per tahun. Pada tujuh tahun terakhir sampai dengan Desember 2007. Di bidang
pembiayaan BNI Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 1,8 Triliun sampai dengan Desember 2007. Market share pembiayaan BNI Syariah adalah 6,5
pada periode Desember 2007, sementara jumlah institusi perbankan syariah adalah 28 buahunit.
Perkembangan Asset
Antusiasme masyarakat muslim terhadap layanan perbankan syariah, mendorong bertumbuhnya unit-unit usaha syariah pada perbankan umum dan Bank
Umum Syariah BUS serta Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS, termasuk BNI Syariah. Sejak berdiri pada tanggal 29 April 2000, dalam perjalanannya BNI Syariah
bertumbuh dengan rata-rata pertumbuhan asset sebesar 53,13 per tahun. Pada tahun 2007, BNI Syariah mencatat pertumbuhan di atas rata-rata industri
perbankan syariah, yaitu asset bertumbuh dari Rp 1,6 Triliun menjadi Rp 2,5 Triliun pada tahun 2007. Sedangkan industri perbankan syariah mencatat pertumbuhan
sebesar 19,1 dari semula Rp 26,7 Triliun menjadi Rp 31,8 Triliun.
Perluasan Pasar
Sembilan tahun berkecimpung di Industri perbankan syariah, BNI Syariah telah menunjukkan lompatan-lompatan jauh yang dilakukan berkat sinergi dengan divisi-
divisi unit bisnis manapun unit penunjang. Hal ini, terlihat dari penggunaan Information Technology IT mutakhir yang mendorong perluasan pasar yang
dilakukan oleh Syariah Chanelling. Office yang membuat cabang BNI Konvensional dapat melakukan layanan
syariah. Tercatat sudah 636 cabang konvensional yang siap melayani pembukaan rekening syariah.
Tak hanya itu, BNI syariah juga terus melakukan inovasi tanpa henti khususnya pada pembiayaan agar sektor riil dapat memanfaatkan dana untuk mendorong
perekonomian ke arah pertumbuhan yang positif. Semangat ini terlihat dari diluncurkannya Wira Usaha Syariah dan Tunas Usaha Syariah yang membidik para
wirausaha berskala UKM dengan memberikan proses yang lebih sederhana dan persetujuan yang cepat. Pasalnya, selama ini kendala yang banyak dirasakan adalah
proses administrasi yang cukup rumit dan lama. Sebetulnya, BNI Syariah telah meluncurkan BNI Syariah Card yaitu kartu debit
dari tabungan Syariahplus. Dengan kartu ini, nasabah dapat memperoleh akses layanan yang luas di ribuan ATM pada jaringan BNI ATM, ATM Bersama, ATM
Link, dan jaringan Cirrus Internasional. Kartu ini juga dapat digunakan sebagai kartu belanjadi ribuan jaringan tokomerchant yang memasang logo MasterCard di seluruh
dunia. Selain sebagai alat untuk tarik tunai, pemegang BNI Syariah Card mendapatkan kemudahan layanan transaksi keuangan dan pembayaran tagihan seperti
transfer antar-rekening BNI, antar-bank anggota jaringan ATM Bersama, pembayaran tagihan teleponHP, Listrik, PAM, kartu kredit, pembiayaan maupun pembelian pulsa
telepon. Bahkan, pemegang BNI Syariah Card dapat menikmati layanan SMS Banking BNI, seperti malakukan inquiry saldo, transfer, dan isi ulang melalui semua
jenis operator. Pelayanan B
NI Syariah juga diberikan kepada calon jama’ah haji, jaringan cabang BNI Syariah yang sudah terhubung dengan tekhnologi Siskohat Departemen
Agama, memudahkan nasabah untuk melakukan registrasi haji. Sedangkan untuk membuka rekening Tabungan Haji syariah, selain melalui cabang BNI Syariah,
nasabah juga dapat membuka Tabungan Haji BNI Syariah di ratusan BNI
Konvensional yang sudah menjadi Syariah Chanelling Outlets. Tekhnologi ini membuat jama’ah haji dapat menarik tunai pada ATM yang bertanda cirrus di tanah
suci, misalnya pada ATM Al-Rajhi Bank. Keseriusan BNI Syariah untuk belanja dan membuat lompatan-lompatan jauh
memang tidak sia-sia. Terbukti dari diperolehnya penghargaan Sharia Acceleration Award untuk kategori The Best Market Share Expansion dari Bank Indonesia.
Sistem Manajemen Yang Mendukung Syariah Compliance
Dengan memperhatikan perkembangan perbankan syariah secara global dan nasional, manajemen BNI menyadari bahwa perbankan syariah akan memegang
peranan strategis di masa depan. Untuk itu BNI perlu menyiapkan pengelolaan bisnis syariah yang lebih baik lagi. Hal ini mendorong manajemen BNI memberi
seran gkaian wewenang kepada BNI Syariah yang lebih dikenal sebagai “Otonomi
Khusus BNI Syariah”. Demi menjamin pengembangan bisnis BNI Syariah yang aman dan tetap
memperhatikan aspek kepatuhan pada prinsip syariah, maka BNI Syariah dilengkapi dengan struktur organisasi Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Pemegang Bisnis
Syariah Elemen organisasi di BNI Syariah yang tidak biasa sebagaimana Unit Usaha
Syariah lainnya adalah adanya Dewan Pemegang Bisnis Syariah yang beranggotakan Direktur Komersial dan Usaha Syariah serta Wakil Direktur UtamaDirektur
Manajemen Resiko, di samping adanya Dewan Pengawas Syariah.
Untuk mengoptimalkan fungsi Dewan Pengawas Syariah DPS, maka saat ini telah dilengkapi dengan staf DPS yang menjalankan fungsi sebagai sekretariat DPS.
Selain itu, BNI Syariah juga dilengkapi dengan dua komite, yaitu Komite Kebijakan dan ALMA Syariah KKAS, dan Komite Manajemen Syariah KMS.
Produk Inovatif Sesuai Syariah
BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah, seperti jual beli dan bagi hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan yang
mampu memenuhi berbagai kebutuhan nasabah. BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan syariah
tidak terbatas pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh golongan masyarakat yang menghendaki layanan dan fasilitas perbankan yang nyaman, adil,
dan modern. Untuk itulah BNI Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas produk,
baik produk dana maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan penyempurnaan pada fitur-fiturnya.
108
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan skripsi yang berjudul “ Analisis Akad dan Aplikasi Produk Hasanah Card pada Unit Usaha Syariah PT. Bank Negara I
ndonesia Persero, Tbk.”, maka penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Akad
Desainlangkah pertama, penetapan akad antara issuer bank dan card holder, keduanya membuat kesepakatan berdasarkan prinsip, persyaratan serta batas
maksimal kredit yang diberikan kepada card holder. Apabila orang yang ingin mendapatkan kartu aplicant memenuhi semua keterangan dalam aplikasi dan
menandatangani surat permohonan kartu, maka proses itu dianggap sebagai suatu kewajiban dari pihak card holder. Adapun aplikasinya di terima atau ditolak
diserahkan kepada pihak issuer bank. Pihak inilah yang memepelajari permintaan tersebut guna mengambil keputusan apakah memberikan izin atau tidak. Apabila
pihak issuer card merasa cukup dengan aplikasi tersebut dan melihat kecakapan aplicant, maka diterbitkanlah kartu dengan nama aplicant itu, lalu dikirimkan
kepadanya lewat pos. Desainlangkah kedua, dengan adnya akad antara issuer bank dengan merchant
yang mau terlibat dengan kartu sistem kartu ini mengharuskan merchant memberikan barang dan jasanya kepada card holder sesuai dengan syarat yang
telah disepakati. Kedua akad antara issuer bank dengan card holder dan issuer bank dengan merchant tersebut akan tetap tawaqquf tidak aktif hingga card
holder menggunakan kartunya untuk mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkannya. Dengan demikian, proses penggunaan tersebut memunculkan
akad yang ketiga yaitu, akad antara merchant dan card holder. Ketika pihak- pihak tersebut telah lengkap, maka tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana.
Sesuai dengan kesepkatan antara issuer bank dengan merchant, maka merchant harus menerima semua jenis kartu yang diterbitkan oleh bank tersebut kapan pun
dan kartu itu diperlihatkan oleh card holder sebagai ganti dari pembayarannya atas pembelian barang dan jasa merchant.
Kesimpulannya bahwa dalam beberapa jenis akad-akad transaksi, materi kesepakatan dan perjanjian telah disiapkan, card holder bisa mengubah atau
menolak sebagian dari persyaratan tersebut demi kepentingannya sendiri. Begitu juga halnya dengan perjanjian antara issuer bank dengan merchant, kecuali dalam
kondisi-kondisi tertentu. 2.
Mengenai kepatuhan prinsip syariah terhadap produk Hasanah Card, sejauh ini penulis belum menemukan keganjilan pada produk Hasanah Card tersebut. Baik
dalam akad, aplikasi dan desain produk Hasanah Card serta syarat dan ketentuan yang berlaku pada produk Hasanah Card di BNI Syariah semuanya masih dalam
koridor prinsip syariah.
3. Untuk mengembangkan produk Hasanah Card, maka hal-hal yang dilakukan
pihak BNI Syariah adalah sebagai berikut: a.
Melakukan research atas kebutuhan dan keinginan pelanggan. b.Membuat dan mengupdate produk fitur Hasanah Card sesuai kebutuhan
pemegang kartu yang tentunya berdasarkan regulasi Bank Indonesia dan Fatwa DSN-MUI.
c. Mengelola kerja sama dengan pihak ketiga, antara lain: asuransi, merchant, dan
lain-lain. d.Berhubungan dengan seluruh unit di Divisi Bisnis Kartu kartu kredit
konvensional untuk kelancaran produk Hasanah Card. e.
Menetapkan parameter produk yang belum dilarang sesuai syariah. f.
Menyesuaikan perubahan pricingfee berdasarkan penyesuaian kondisi internal dan eksternal.
g.Membuat marketing collateral dan kebutuhan logistik produk Hasanah Card blank card, card mailer, leaflet, aplikasi, buku petunjuk, dan sebagainya yang
terkait dengan kegiatan pemasaran. h.Co-brand dengan institusi lain.
i. Melakukan research pasar lainnya.
1.
Syariah menetapkan kriteria dan jenis produk yang dapat dikonsumsi, yaitu yang halal dan baik serta tidak mendorong konsumtif. BNI Hasanah Card
dapat digunakan dalam penarikan ATM tunai. Mekanismenya adalah dengan menggunakan akad qard. Akad ini berlaku jika penarikan tunai
dilakukan di ATMTeller penerbit kartu issuer card. Kartu yang sudah diterbitkan sampai dengan posisi akhir Juli 2009 sebesar 8.000 kartu.
Sampai dengan posisi akhir Desember 2009 perolehan kartu Hasanah Card mencapai 11.242 kartu.
Dalam prakteknya, seyogyanya para card holder menggunakan layanan Hasanah Card sesuai dengan tujuan penggunaan yang disepakati dalam akad
transaksi. Seperti penggunaan kartu kredit untuk membeli barang-barang yang halal, menyewa dan mendapatkan jasa
sesuai syari’ah.
Daftar Pustaka
A.
Buku
1
Abu Sulaiman, Abdul Wahab Ibrahim, “Banking Cards Syariah: Kartu Kredit dan Debet Dalam
Perspektif Fiqih. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006.
1
Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: lembaga Penerbit FE UI, 2001.
1
Ibrahim, Johannes, Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, Bandung: Refika Aditama, 2004, hal. 7.
1
www.bnisyariah.co.id
1
Keraf, Gorys, Komposisi, Semarang: Bina Putera, 2001, cet. Ke-12, h. 161.
1
Munir, Baalbaki dan Rohi Baalbaki, Kamus al-Maurid, Surabaya: Halim Jaya, 2006, hlm. 509.
1
Fatwa DSN-MUI No. 54DSN-MUIX2006 Tentang Syariah Card, hlm. 1.
1
Ibrahim, Johannes. Kartu Kredit: Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan. Bandung: PT. Refika Aditama, 2004, hlm. 11.
1
Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lughat al-Fuqaha Beirut: Darun Nafs, 1985; Ahmad asy-
Syarbasyi, Al- Mu’jam al-Iqtisad al-Islami, Beirut: Dar Alamil Kutub, 1987; dan Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah,
Beirut: Darul Kitab al-Arabi, 1987, cet. ke-8, vol. III, hlm. 183.
1
Lihat, Fiqih ‘ala Madzahib al-Arba’ah, hlm. 94.
1
Ibid., hlm. 97.
1
Abdurrahman Al-Jaziri, Al- Fiqh ‘ala Madzahib al-‘Arba’ah, hlm. 221.
1
Abi Bakar ibn Muhammad al-Taqiy al-Din, Kifayat al-akhyar, Bandung: PT. Al- Ma’arif, t.t. , hlm.
276
1
Munir, Baalbaki dan Rohi Baalbaki, Kamus al-Maurid, Surabaya: Halim Jaya, 2006, hlm. 509.
1
Fatwa DSN-MUI No. 54DSN-MUIX2006 Tentang Syariah Card, hlm. 1.
1
Ibrahim, Johannes. Kartu Kredit: Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan. Bandung: PT. Refika Aditama, 2004, hlm. 11.
1
Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lughat al-Fuqaha Beirut: Darun Nafs, 1985; Ahmad asy- Syarbasyi, Al-
Mu’jam al-Iqtisad al-Islami, Beirut: Dar Alamil Kutub, 1987; dan Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Beirut: Darul Kitab al-Arabi, 1987, cet. ke-8, vol. III, hlm. 183.
1
Lihat, Fiqih ‘ala Madzahib al-Arba’ah, hlm. 94.
1
Abi Bakar ibn Muhammad al-Taqiy al-Din, Kifayat al-akhyar, Bandung: PT. Al- Ma’arif, t.t. , hlm. 276
Ahmad bin Muhammad al-Shawi, Hasyiah ‘ala al-Syarh al-Shaghir ‘ala Aqrab al-Masalik Ma’a al-
Syarh al-Shaghir, op.cit.,jilid 3, hlm.442.
1
Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf al-andari, al-Muwaq, Al-Taj wa al-Iklil li Mukhtashar Khalil, Hamisy Mawahib al-Jalil karangan al-Hithab, cet.1. Mesir: al-
Sa’dah, 1329 H, jilid 5, hlm. 111.
1
Muhammad bin Ibrahim ibn al-Mundzir al-Naisabury, Al- Israf ‘ala Madzahib Ahl al-Ilm, cet. 2, ditahqiq oleh
Muhammad Nujaib Siraj al-Din, Qatar: Wizarah al-Auqaf wa al- Su’un al-Islamiyah,1414 H, jilid 1, hlm. 120.
1
Syarah al- Syarqani ‘ala Mukhtashar Khalil, Beirut: Dar al-Fikr, t.th., jilid 6, hlm. 33.
1
Al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, jilid 8, hlm. 121.
1
Al-Muwaq, Al-Taj wa wa al-Iklilli Mukhtashar Khalil.
1
Sayyid, Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Dar al-Fiqr, 1977, hlm. 164.
1
Ahmad Asy-Syarbasi, Al- Mu’jam al-Iqtisad al-Islami, Beirut: Dar Alamil kutub, 1987; Sayyid Sabiq,
Fiqhus Sunnah, Beirut: Darul Kitab al-Arabi, 1987, cetakan ke-8, vol. III, hlm. 163.
1
Majalah model, edisi No.81 Juni 2003, hlm. 16-17.
Abu Sulaiman, Abdul Wahab Ibrahim. Banking Cards Syariah: Kartu Kredit dan Debit Dalam Perspektif Fiqih, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Al-Musliah, Abdullah dan Ash-Shawi, Shaleh, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, hal. 318. Bukhari, HR. Kitab al-Buyu, Bab Jual beli No. 2168 dan HR. Muslim, Kitab al-Itq No.1504.
Antonio, Muhammad S yafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001
Asqalani, Ibnu Hajar, Bulughul Maram, Beirut: Dar Ihya, 773H. Baalbaki, Munir dan Rohi Baalbaki, Kamus al-Maurid. Surabaya: Halim Jaya, 2006.
Bukhari al- Ja’fi, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah, Shahih Bukhari, Juz 11. Beirut: Daar
Ibnu Katsir, 1987. Dahlan, Abdul Azis, et.,al, ed, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van
Hoeve, i996, cet. ke-1, jilid 4, h. 1281. DSN MUI dan Bank Indonesia, Himpunan Fatwa DSN Edisi Ketiga, Ciputat: CV. Gaung
Persada, 2006. Fayuumi, Ahmad, Al-Misbaah al-Muniir Fi Gariib al-Syarh al-Kabiir Li al-R
afi’i, cet. keenam, Cairo: al-Amiriah, 1926.
Hasibuan, Malayu, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, h. 104. Haytsami,
Majma’az-Zawaid Wa Manba’al-Fawaid, Juz IV, Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1973.
Ibrahim, Johannes, Kartu Kredit: Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, Bandung: Refika Aditama, 2004, h. 7.
Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Ketiga, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006.
Keraf, Gorys, Komposisi, cet. XII, Semarang: Bina Putera, 2001. Lathif, Ah. Azharudin, Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005. Muhammad, Imam Hafiz Abi Abdillah, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Beirut: Dar al-Fiqr, 1995.
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah Vol. 3, Beirut: Darul Fikri, 1992, h. 182. ___________, Fiqh Sunnah Jilid 4, Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006.
Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, cet. ke-1, Jakarta: Indonesia, 1995, h. 258- 259.
Subagyo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya-Edisi Kedua, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2002.
Sukandi, Endi, Fiqh Muamalah, cet. ke-3, Jakarta: Rajawali Press, 2002, h. 232. Suryohadibroto, Imam Prayogo dan Djoko Prakoso, Surat Berharga: Alat Pembayaran
Dalam Masyarakat Modern, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995. Suyatno, Thomas, dkk, Kelembagaan Perbankan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1999, h. 64. Syawkani, Nayl al-Awthar, Juz V, Beirut: Dar al-Jil, 1973.
Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum,2007.
Tim Penyusun Kamus Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, cet. ke-3, Jakarta: Edai Pustaka, 2003, h. 263.
Tunggal, Amin Widjaja, Kamus Manajemen Keuangan dan Akuntansi Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
Wijaya, Lukman Danda, Manajemen Perbankan, Jakarta: Ghalia Indonesia, h. 118.
B. sumber internet
http:amir.karimuddin.comkartu-kredit-syariah-vs konvensional.html http:www.bisnis.co.id
http:www.bnisyariah.co.id http:islamiconline.net
http:kapanlagi.com
http:kontanonline.com
http:www.vibiznews.com http:www.wordpress.com
C. skripsi
Iman Royani, 2001.
“Kartu Kredit Menurut Konsep Mashlahah Studi Analisis Maqasid As-Syariah
Terhadap Kartu Kredit.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah-Jakarta, 2008.
Irmayanti, 2003.
“Perjanjian pemberian Kartu Kredit Dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah-Jakarta,
2008. Rafki Ismael, 2006.
“Aplikasi Kartu Kredit di Bank Islam Malaysia Berhad.” Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah-Jakarta, 2008. Nurfaidah, 2008.
“Analisis Persepsi Bankers Danamon dan DKI Syariah dan Masyarakat Terhadap Penerbitan Kartu Kredit Syariah.” Skripsi S1 Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah-Jakarta, 2008.
FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL
NO: 54DSN-MUIX2006 Tentang
SYARIAH CARD امت اا ةقاطب
ميحّرلا نمحّرلا ها مسب
Dewan Syariah Nasional, setelah Menimbang
: a.
Bahwa dalam rangka memberikan kemudahan, keamanan, dan kenyamanan bagi nasabah dalam melakukan transaksi dan penarikan tunai, Bank Syariah
dipandang perlu menyediakan sejenis kartu kredit, yaitu alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan danatau untuk melakukan penarikan tunai, di mana
kewajiban pembayran Pemegang Kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau Penerbit, dan Pemegang Kartu berkewajiban melakukan pelunasan
kewajiban pembayran tersebut pada waktu yang disepakati secara angsuran;
b. Bahwa kartu kredit yang ada menggunakan sistem bunga interest sehingga
tidak sesuai dengan prinsip syariah; c.
Bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas kartu yang sesuai syariah, Dewan syariah Nasional MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang
Syariah Card
امت اا ةقاطب
yang funsinya seperti kartu kredit untuk dijadikan pedoman.
Mengingat : 1. Firman Allah SWT, antara lain:
a. QS. Al-Maidah [5]:1:
“Hai orang yang beriman Penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. yang demikian itu
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-
Nya.” b.
QS. Al-Isra’[17]:34: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih baik bermanfaat sampai ia dewasa, dan penuhilah janji. Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.”
c. QS. Yusuf [12]:72:
“Penyeru-penyeru itu berseru: ‘kami kehilangan piala raja, dan barang siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan
seberat beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.” d.
QS. Al-Maidah [5]:2:
“Hai orang yang beriman Janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan janganlah melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
menggangu binatang-binatang hadyu, dan binatang- binatang qala’id, dan
jangan pula menggangu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya, dan apabila kamu
telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-
halangi kamu dari masjidil haram, mendorong berbuat aniaya kepada mereka. Dan tolong-menolinglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
amat berat siksa-
Nya.” e.
QS. Al-Furqan [25]:67: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah pembelajaan itu di tengah-
tengah antara yang demikian.” f.
QS. Al-Isra’[17]:26-27: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudar syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar
kepada tuhannya.” g.
QS. Al-Qashash [28]:26: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘hai ayahku Ambilah ia
sebagai orang yang bekerja pada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita adalah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya.” h.
QS. Al-Baqarah [2]:275: “Orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata
berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yeng telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum
datang larangan, dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang mengulang mengambil riba, maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka, mereka kekal di dalmnya.” i.
QS. An-Nisaa [4]:29: “Hai orang-orang yang beriman Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.” j.
QS. Al-Baqarah [2]:282:
“Hai orang-orang yang beriman Jika kamu bermu’malah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis....”
k. QS.Al-Baqarah [2]:280:
“Dan jika orang yang berutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan sebagian atau semua utang
itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” 2.
Hadits Nabi Muhammad SAW, antara lain: a.
Hadits Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dari ’Amr bin ‘Auf al-Muzani, Nabi SAW bersabda:
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslim, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram dan kaum muslim
terikat dengan syarat-syarat mereka, kecuali syarat mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
b. Hadits Nabi riwayat Imam Ibnu Majah, al-Daruquthni dan yang lain, dari Abu
Sa’id al-Khudri, Nabi SAW bersabda: “Tidak boleh membahayakan merugikan diri sendiri maupun orang lain.”
c. Hadits Nabi riwayat al-Bukhari dari Salamah bin al-Akwa’:
“Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk dishalatkan,
Rasulullah bertanya, ‘Apakah ia mempunyai utang?’Sahabat menjawab, ‘Tidak’. Maka, beliau menshalatkannya. Kemudian dihadapkan
lagi jenazah lain, Rasulullah pun bertanya, ‘Apakah ia mempunyai utang?’mereka menjawab, ‘Ya’. rasulullah berkata, ‘Saya menjamin
utangnya, Ya Rasulullah’. Maka Rasulullah pun menshalatkan jenazah tersebut.”
d. Hadits Nabi riwayat Abu Daud, al-Tirmidzi dan Ibn Hibban dari Abu
Umamah al-Bahili, Anas bin Malik, dan Abdullah bin Abbas, Nabi SAW bersabda:
“Za’im penjamin adalah gharim orang yang meanggung utang.” e.
Hadits Nabi riwayat Abu Daud dari Sa’ad Ibn Abu Waqqash, Nabi SAW bersabda:
“Kami pernah menyewakan tanah dengan bayaran hasil pertaniannya. Maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan
agar ka mi menyewakannya dengan emas atau perak.”
f. Hadits riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri,
Nabi SAW bersabda: “Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”
g. Hadits Nabi riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:
“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat, dan Allah senantiasa menolong
hamba- Nya selama ia suka menolong saudaranya.”
h. Hadits Nabi riwayat Jama’ah al-Bukhari dari Abu Hurairah, Muslim dari
Abu Hurairah, al- Tirmidzi dari Abu Hurairah dan Ibnu Umar, Nasa’i dari Abu
Hurairah, Abu Daud dari Abu Hurairah, Ibn Majah dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Ahmad dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Malik dari Abu Hurairah,
dan Darami dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:
“.... Menunda-nunda pembayaran yang dilakukan oleh orang yang mampu adalah suatu kedzaliman...”
i. Hadits Nabi riwayat Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majah, dan Ahmad dari syuraid
bin Suwaid, Nabi SAW bersabda: “Menunda-nunda pembayaran yang dilakukan orang mampu,
menghalalkan harga diri dan memberikan sanksi kepadanya.” j.
Hadits Nabi riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: “orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik dalam
pembayaran utangnya .”
3. Kaidah Fiqih, antara lain:
a. Kaidah
b. Kaidah
c. Kaidah
d. Kaidah
e. 4.
Keputusan Ha’iah al-Muhasabah wa al-Muraja’ah li al-Mu’assasah al-Maliyah
al-Islamiyah, Bahrain, al- Ma’ayir al-Syar’iyah Mei 2004: al-Mi’yar al-syar’i,
nomor 2 tentang Bithaqah al-Hasm wa Bithaqah al-Itiman.
MEMUTUSKAN Menetapkan
: FATWA TENTANG SYARIAH CARD Pertama
: Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan: a.
Syariah Card adalah kartu yang berfungsi seperti Kartu Kredit yang hubungan hukum berdasarkan sistem yang sudah ada antara para pihak
berdasarkan prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam fatwa ini. b.
Para pihak sebagaimana dimaksud dalam butir a adalah pihak penerbit
kartu mushdir al-bithaqah, pemegang kartu hamil al-bithaqah dan penerima kartu merchant, tajir atau qabil al-bithaqah.
c. Membership Fee rusum al-’udhwiyah adalah iuran keanggotaan,
termasuk perpanjangan masa keanggotaan dari pemegang kartu, sebagai imbalan izin menggunakan kartu yang pembayarannya berdasarkan
kesepakatan. d.
Merchant Fee adalah fee yang diberikan oleh merchant kepada penerbit kartu sehubungan dengan transaksi yang menggunakan kartu sebagai
upahimbalan ujrah atas jasa perantara samsarah, pemasaran taswiq dan penagihan tahsil al-dayn;
e. Fee Penarikan Uang Tunai adalah fee atas penggunaan fasilitas untuk
penarikan uang tunai rusum sahb al-nuqud. f.
Ta’widh adalah ganti rugi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penerbit kartu akibat keterlambatan pemegang kartu dalam membayar
kewajibannya yang telah jatuh tempo. g.
Denda keterlambatan late charge adalah denda akibat keterlambatan
pembayaran kewajiban yang akan diakui seluruhnya sebagai dana sosial.
Kedua : Hukum
Syariah Card dibolehkan, dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam fatwa ini.
Ketiga
: Ketentuan Akad
Akad yang digunakan dalam Syariah Card adalah: a.
Kafalah; dalam hal ini Penerbit Kartu adalah penjamin kafil bagi
Pemegang Kartu terhadap Merchant atas semua kewajiban bayar dayn yang timbul dari transaksi antara Pemegang Kartu dengan Merchant,
danatau penarikan tunai dari selain bank atau ATM bank Penerbit Kartu. Atas pemberian Kafalah, penerbit kartu dapat menerima fee
ujrah kafalah.
b.
Qardh; dalam hal ini Penerbit Kartu adalah pemberi pinjaman muqridh kepada Pemegang Kartu muqtaridh melalui penarikan tunai dari bank
atau ATM bank Penerbit Kartu. c.
Ijarah; dalam hal ini Penerbit Kartu adalah penyedia jasa sistem
pembayaran dan pelayanan terhadap Pemegang Kartu. Atas Ijarah ini, Pemegang Kartu dikenakan membership fee.
Keempat
: Ketentuan tentang Batasan Dhawabith wa Hudud Syariah Card
a. Tidak menimbulkan riba.
b. Tidak digunakan untuk transaksi yang tidak sesuai dengan syariah.
c. Tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan israf, dengan cara
antara lain menetapkan pagu maksimal pembelanjaan. d.
Pemegang kartu utama harus memiliki kemampuan finansial untuk melunasi pada waktunya.
e. Tidak memberikan fasilitas yang bertentangan dengan syariah
Kelima
: Ketentuan Fee
a. Iuran keanggotaan membership fee
Penerbit Kartu berhak menerima iuran keanggotaan rusum al- ’udhwiyah termasuk perpanjangan masa keanggotaan dari pemegang
Kartu sebagai imbalan ujrah atas izin penggunaan fasilitas kartu.
b. Merchant fee
Penerbit Kartu boleh menerima fee yang diambil dari harga objek transaksi atau pelayanan sebagai upahimbalan ujrah atas perantara
samsarah, pemasaran taswiq dan penagihan tahsil al-dayn. c.
Fee penarikan uang tunai Penerbit kartu boleh menerima fee penarikan uang tunai rusum sahb al-
nuqud sebagai fee atas pelayanan dan penggunaan fasilitas yang besarnya tidak dikaitkan dengan jumlah penarikan.
d. Fee Kafalah
Penerbit kartu boleh menerima fee dari Pemegang Kartu atas pemberian Kafalah.
e.
Semua bentuk fee tersebut di atas a s-d d harus ditetapkan pada saat
akad aplikasi kartu secara jelas dan tetap, kecuali untuk merchant fee.
Keenam :
Ketentuan Ta’widh dan Denda
a. Ta’widh
Penerbit Kartu dapat mengenakan ta’widh, yaitu ganti rugi terhadap
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Penerbit Kartu akibat keterlambatan pemegang kartu dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo.
b. Denda keterlambatan late charge
Penerbit kartu dapat mengenakan denda keterlambatan pembayaran yang akan diakui seluruhnya sebagai dana sosial.
Ketujuh
: Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah atau melalui Pengadilan
Agama setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2.
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 18 Ramadhan 1427 H 11 Oktober 2006 M
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Ketua, Sekretaris,
Dr. KH. MA. Sahal Mahfudh
Drs. H. M. Ichwan Sam
Page 1 of 29
Lampiran sementara
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008
TENTANG PERBANKAN SYARIAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a.
bahwa sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, dikembangkan sistem ekonomi yang berlandaskan pada nilai keadilan, kebersamaan,
pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syariah; b.
bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa-jasa perbankan syariah semakin meningkat; c.
bahwa perbankan syariah memiliki kekhususan dibandingkan dengan perbankan konvensional; d.
bahwa pengaturan mengenai perbankan syariah di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik sehingga perlu diatur secara
khusus dalam suatu undang-undang tersendiri; e.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Perbankan Syariah;
Mengingat: 1.
Pasal 20 dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4357; 4.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4420;
5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756;
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN: Menetapkan:
UNDANG –UNDANG TENTANG PERBANKAN SYARIAH.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1.
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. 3.
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya
terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. 5.
Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
6. Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Page 2 of 29
7. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 8.
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 9.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
10. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah danatau unit syariah. 11.
Kantor Cabang adalah kantor cabang Bank Syariah yang bertanggung jawab kepada kantor pusat Bank yang bersangkutan dengan alamat tempat usaha yang jelas sesuai dengan lokasi kantor cabang tersebut melakukan usahanya.
12. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. 13.
Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah.
14. Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan
Simpananannya serta Nasabah Investor dan Investasinya. 15.
Pihak Terafiliasi adalah: a.
komisaris, direksi atau kuasanya, pejabat, dan karyawan Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS;
b. pihak yang memberikan jasanya kepada Bank Syariah atau UUS, antara lain Dewan Pengawas Syariah, akuntan
publik, penilai, dan konsultan hukum; danatau c.
pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta memengaruhi pengelolaan Bank Syariah atau UUS, baik langsung maupun tidak langsung, antara lain pengendali bank, pemegang saham dan keluarganya, keluarga
komisaris, dan keluarga direksi. 16.
Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank Syariah danatau UUS. 17.
Nasabah Penyimpan adalah Nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah danatau UUS dalam bentuk Simpanan berdasarkan Akad antara Bank Syariah atau UUS dan Nasabah yang bersangkutan.
18. Nasabah Investor adalah Nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah danatau UUS dalam bentuk Investasi
berdasarkan Akad antara Bank Syariah atau UUS dan Nasabah yang bersangkutan. 19.
Nasabah Penerima Fasilitas adalah Nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan Prinsip Syariah.
20. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah danatau UUS berdasarkan Akad wadi’ah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
21. Tabungan adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, danatau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu. 22.
Deposito adalah Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan
Bank Syariah danatau UUS. 23.
Giro adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya,
atau dengan perintah pemindahbukuan. 24.
Investasi adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah danatau UUS berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 25.
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a.
transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b.
transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c.
transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; d.
transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e.
transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
26. Agunan adalah jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang diserahkan oleh
pemilik Agunan kepada Bank Syariah danatau UUS, guna menjamin pelunasan kewajiban Nasabah Penerima Fasilitas. 27.
Penitipan adalah penyimpanan harta berdasarkan Akad antara Bank Umum Syariah atau UUS dan penitip, dengan ketentuan Bank Umum Syariah atau UUS yang bersangkutan tidak mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut.
28. Wali Amanat adalah Bank Umum Syariah yang mewakili kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan Akad
wakalah antara Bank Umum Syariah yang bersangkutan dan pemegang surat berharga tersebut.
Page 3 of 29
29. Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Bank atau lebih untuk menggabungkan diri dengan
Bank lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Bank yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Bank yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Bank yang menggabungkan diri
berakhir karena hukum. 30.
Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Bank atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Bank baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Bank yang meleburkan diri dan status
badan hukum Bank yang meleburkan diri berakhir karena hukum. 31.
Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Bank yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Bank tersebut.
32. Pemisahan adalah pemisahan usaha dari satu Bank menjadi dua badan usaha atau lebih, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB II ASAS, TUJUAN, DAN FUNGSI