BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memiliki peranan yang sangat penting untuk menyampaikan suatu informasi dari pembicara sebagai pemberi informasi ke
pendengar yang merupakan penerima informasi. Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar, perlu ada persamaan persepsi dalam benak pembicara dan pendengar
mengenai bahasa yang digunakan. Kosakata yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah goi merupakan salah satu
unsur karakteristik dari sebuah bahasa, oleh karena itu pemahaman kosakata sangatlah penting untuk menunjang pembelajaran sebuah bahasa. Terdapat beragam hal yang dapat
menimbulkan hambatan dalam berkomunikasi, Salah satu diantaranya adalah keberadaan sinonim.
Sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka secara harafiah kata sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda
atau hal yang sama’. Sinonim yang menurut Zgusta1971: 89 merupakan kata-kata yang memiliki bentuk yang berbeda tetapi artinya hampir sama atau tidak mutlak. Sinonim itu
sendiri merupakan salah satu objek kajian semantik dimana objeknya antara lain mencakup makna kata go ni imi , relasi makna go no imi kankei antar satu kata dengan kata yang
lainnya, makna frase dalam suatu idiom ku no imi dan makna kalimat bun no imi Sutedi,2004:103.
Dua buah kata atau lebih yang memiliki salah satu imitokuchou semantic feature yang sama, bisa dikatakan sebagai kata yang bersinonim Sutedi,2004: 103. Akan tetapi
walaupun beberapa kata yang kita telaah memiliki makna yang hampir sama, itu hanya terjadi
Universitas Sumatera Utara
pada konteks-konteks tertentu saja. Sebab prinsip umum semantik menyatakan bahwa apabila bentuknya berbeda maka makna pun akan berbeda walaupun perbedaannya hanya sedikit.
Secara semantik verhaar 1983: 132 mendefenisikan bahwa sinonim adalah ungkapan bisa berupa kata,
frase, atau kalimat yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan. Chomsky dalam chaer 1994:385 menyatakan bahwa semantik sangat penting dalam
study linguistik karena tata bahasa dan makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik.
Setiap bahasa memilik kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang baik dan benar. Artinya dalam pemakaian bahasa itu harus sesuai dengan situasi pemakaiannya dan
sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Seperti kata yang memiliki arti yang sama. Untuk menghindari masalah dalam berbahasa, seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik
dan benar, terutama saat kita hendak berbicara dengan orang yang tidak sebahasa dengan kita, atau saat hendak menterjemahkan bahasa asing. Hal ini sangat penting untuk menjalin
suatu komunikasi yang baik dan terjemahan yang benar, khususnya dalam bahasa Jepang. Bahasa Jepang memiliki jumlah sinonim yang sangat banyak dan sulit dicari padanan
katanya dalam bahasa Indonesia. Hal ini mengakibatkan pembelajar bahasa Jepang sering sekali merasa kesulitan dan melakukan kesalahan dalam menggunakan kosakata yang
bersinonim. Dari hasil pengamatan penulis, beberapa pembelajar bahasa mengakui bahwa mereka mengetahui kata-kata yang bersinonim namun kurang memahami perbedaan makna
dan fungsi masing-masing kata sehingga dalam penggunaannya sering sekali hanya berdasarkan pada kata yang sedang diingat saja.
Sinonim dalam bahasa Jepang sering ditemui terutama dalam bentuk verba. Misalnya, kaeru
帰る dan modoru
戻る ; omou
思う dan kangaeru
考える ; amaru
余る dan
nokoru 残る
; benkyousuru 勉強する
,narau 習う
dan manabu 学ぶ
. Tapi dalam
Universitas Sumatera Utara
pemakaiannya pada sebuah kalimat, kosakata tersebut tidak dapat sepenuhnya bisa saling menggantikan dikarenakan dua atau tiga buah kata yang bersinonim maknanya tidak akan
persis sama Chaer, 1994:298 . Salah satu contoh kasus seperti dalam verba benkyousuru 勉強する
dan narau 習う
dan manabu 学ぶ
yang ketiganya dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan artinya dengan belajar.
Dalam penelitian ini penulis memilih verba Afureru 溢れる
koboreru 零れる
sebagai tema dalam penelitian ini. Dibawah ini adalah contoh kalimat dari kedua verba tersebut:
1. こっぷにあふれる
Koppu ni ほどビールをつぐ。
Gaikokujin no tame no Kihong Yourei Jiten
afureru Menuangkan air ke gelas sampai akan
hodo biiru o tsugu. tumpah
2. ビールが
. こぼれない
Biiru ga ように、注意してコップについで下さい。
Gaikokujin no tame no Kihong Yourei Jiten
koborenai Agar bir tidak
youni, chuishite koppu ni tsuide kudasai. tumpah,
Kedua verba afureru dan koboreru yang ada dalam kalimat diatas berpadanan dengan kata tumpah, penuh atau meluap. Namun pada kalimat diatas kedua kata afureru dan
koboreru tidak bisa saling menggantikan karena dapat mengubah makna dari kalimat tersebut. Alasan lain dipilihnya verba tersebut yaitu:
tolong berhati-hati menuangkannya.
- Sering digunakan dalam percakapan bahasa jepang sehari-hari;
- Sering muncul dalam buku-buku bahasa jepang;
- Sulit dipahami oleh pembelajar bahasa Jepang, sehingga sering terjadi kesalahan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan melihat uraian diatas penulis merasa tertarik untuk membahas pemakaian kata afureru dan koboreru yang bersinonim dalam dalam skripsi ini. Maka akhirnya penulis
menulis skripsi yang berjudul Analisis Makna Verba Afureru dan Koboreru Ditinjau dari Segi Semantik.
1.2 Perumusan Masalah