Analisis Pemakaian Kata Youda, Souda Dan Rashii Ditinjau Dari Segi Morfologi Dan Semantik

(1)

ANALISIS PEMAKAIAN KATA YOUDA, SOUDA DAN

RASHII DITINJAU DARI SEGI MORFOLOGI DAN

SEMANTIK

KEITAIRON TO IMIRON KARA MITA “SOUDA, YOUDA,RASHII NO SHIYOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Progran Ekstensi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

WIRA HADI

NIM: 060722005

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG EKSTENSI

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PEMAKAIAN KATA YOUDA, SOUDA DAN RASHII

DITINJAU DARI SEGI MORFOLOGI DAN SEMANTIK

KEITAIRON TO IMIRON KARA MITA “SOUDA, YOUDA,RASHII NO SHIYOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Progran Ekstensi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

Wira Hadi

NIM: 060722005

Pembimbing

Drs. Hamzon Situmorang, MS. Ph. D NIP: 131 422 712

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG EKSTENSI

FAKULTAS SASTRA


(3)

MEDAN

2008

Disetujui oleh:

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Jurusan Sastra Jepang Ekstensi

Ketua Program Studi,

Drs. Hamzon Situmorang, MS. Ph. D NIP: 131 422 712


(4)

ABSTRAK

Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain tetapi hanya ditujukan pada diri sendiri, seperti saat berbicara sendiri baik yang dilisankan maupun hanya didalam hati. Tetapi yang paling penting adalah ide, pikiran, hasrat, dan keinginan tersebut dituangkan melalui bahasa

Bahasa Jepang merupakan bahasa yang unik yang merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya, seperti bahasa Ingris, Malaysia, Brunei dan bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dan diamati dari huruf yang dipakainya, kosa kata, sistem pengucapan, gramatika dan ragam bahasa.

Apabila kita cermati secara seksama bahwa bahasa Jepang kaya akan kosa kata, selain itu dalam bahasa Jepang banyak juga kata yang memiliki bunyi ucapan yang sama tetapi ditulis dengan huruf kanji yang berbeda sehingga menunjukkan makna yang berbeda pula

Bahasa Jepang dan bahasa Indonesia bukanlah bahasa yang serumpun, maka sudah barang tentu banyak terdapat perbedaan diantara kedua bahasa tersebut. salah satu diantaranya adalah penmakaian kata. Dalam bahasa Jepang banyak terdapat kata yang apa bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya sama, namun dalam bahasa Jepang sendiri memiliki makna yang berbeda, baik dari segi katanya maupun makna dari kata tersebut.

Seperti contoh adalah kata Youda, souda,dan rashii. Keempat kata ini apabila diartikan kedalam bahasa Indonesia, dapat berarti kelihatannya, sepertinya namun


(5)

pada dasarnya ada terdapat perbedaan makna yang terkandung dalamnya.

Secara sederhana kita dapat melihat bahwa kata souda, youda, dan rashii, semuanya adalah ungkapan untuk menyatkan dugaan, akan tetapi kata tersebut ditas tidaklah dipakai dalam satu konteks yang sama, karena kata souda, youda dan rashii, memiliki makna yang berbeda.

Souda merupakan Sebuah kata sifat pelengkap yang menunjukkan bahwa apa yang di ekspresikan oleh pembicara adalah sebuah dugaan mengenai peristiwa atau kejadian yang akan datang atau sedang terjadi dari seseorang atau sesuatu, berdasarkan apa yang pembicara rasakan atau dilihat. Youda bisa gunakan untuk menyatakan suatu dugaan yang berasl dari apa yang dilihat dan dirasakan, dan informasi yang diterima oleh akal sehat. Rashii Merupakan sebuah kata sifat pelangkap yang menunjukkan bahwa kalimat sebelumnya merupakan perkiraan pembicara berdasarkan apa yang telah di dengar, dibaca atau dilhat.

Untuk meneliti perbedaan makna yang terdapat dalam sebuah kata atau bahasa perlu adanya suatu ilmu yang mengkaji tentang makna. Ilmu yng objek kajiannya adalah makna disebut dengan semantik. Analisis semantik dapat dilihat dalam contoh kalimat dibawah ini.

1. ケーキ い う

Kono keki ha oishisoudesu. Kue ini sepertinya enak.

2. ー い い う

Kono keki ha oishiiyoudesu. Kue ini sepertinya enak


(6)

menjadi sepertinya. “ kue ini kepertinya enak” namun ada perbedaan makna yang terdapat dalan kedua kalimat diatas. Kalimat ( 1 ) pembicara mengatakan “ kue ini sepertinya enak” karena dia melihat dari luar atau tampilan luar, mungkin penyajian yang menarik, bentuk yang cantik dan sebagainya, sehingga dia menduga bahwa kue yang dilihat oleh pembicara “enak”. Berbeda dengan kalimat ( 2 ), pembicara mengatakan “ kue ini kelihatannya enak” karena dia melihat dan merasakan ada keinginan untuk mencicipi dari kue tersebut. Mungkin baunya yang enak sehingga menggugah selera bagi pembicara yang melihat kue itu. Dengan demikian dapat dibedakan pemakaian kata youda dan souda. Souda informasi yang dirasakan dari luar sedangkan youda informasi yang dirasakan dari dalam. Analisis seperti ini merupakan analisis semantik.

Secara morfologi kata souda, youda dan rashii merupakan morfem terikat. Morfem terikat adalah morfem yang mempunyai arti apabila di gabungkan dengan morfem yang lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Youda ( う )

terdiri dari dua morfem yaitu you ( う) yang merupakan morfem dasar ( 形態素 い い

/

keitaiso ), dan morfem da ( ) merupakan morfem berubah terikat ( 結語形態 い い

/

ketsugokeitai ), yang dapat mempunyai makna bila digabungkan dengan morfem yang lain. Morfem ada yang mempunyai arti dan ada pula yang tidak mempunyai arti, namun memberikan makna pada morfem yang mengikutinya. Makna tersebut bisa berupa makna sopan, atau tidak. Jadi kata you ( う ) memiliki arti sepertinya,

sedangkan kata da ( ) tidak memiliki arti apa-apa namun dapat memberikan


(7)

desu ( ) ini memberikan makna sopan.

Souda ( ) juga terdiri dari dua morfen yaitu sou う merupakan

morfem dasar ( 形態素 い い

/ keitaiso ) dan da merupakan morfem terikat Kata

(sou) memiliki arti sepertinya dan (da) tidak memiliki arti apa-apa mamun memberikan makna sopan atau tidak.

Kata rashii ( い ) juga terdiri dari dua morfem yaitu (rashi) sdan (i), kata

( rashii) memiliki arti sepertinya sedang ( i ) tidak memiliki arti apa-apa namun bisa memberikan makna positif atau negatif pada kata rashi. Seperti contoh kata (rashi + i) berubah menjadi kata (rashi + kunai ) menunjukkan makna negatif pada kata rashii.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. berkat rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Pemakaian Kata Souda, Youda dan Rashii Ditinjau Dari Segi Morfologi dan Semantik”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan penulis yang masih terbatas. Tetapi berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Syaipuddin, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hamzon Situmorang, MS. Ph.D, selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hamzon Situmorang, MS. Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Eman Kusdiana, M.hum, Selaku Dosen Wali yang juga telah banyak memberikan pengarahan selama mengikuti kulyah di Sastra Jepang Program Ekstensi.

5. Bapak M. Pujiono,S.S. M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Sastra Jepang yang selalu membantu dalam segala urusan perkuliayan maupun penulisan skripsi. 6. Seluruh Dosen yang mengajar di Jurusan Sastra Jepang Pgogram Ekstensi


(9)

7. Ibunda dan Ayahanda tercinta, ananda selalu mengingat jerih payah dan pengorbanan serta nasehat ayah dan bunda.

8. Buat Uni dan adikku, terimakasih atas dukungannya selama ini.

9. Rekan-rekan Jurusan ekstensi yang tidak disebutkan satu persatu, buat sahabat ku wirya terima kasih banyak atas dukungannya selama ini.

Karena pengetahuan penulis mengenai bahasa Jepang Masih terbatas, maka untuk kesempurnaan skripsi ini, bimbingan dan saran selalu penulis harapkan.

Penulis

Wira Hadi NIM:060722005


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah ···1

1.2.Perumusan Masalah···5

1.3.Ruang Lingkup Pembahasan ···6

1.4.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ···7

1.4.1. Tinjauan Pustaka···7

1.4.2. Kerangka Teori ···12

1.5. Tujuan dan Mamfaat Penelitian ···14

1.5.1. Tujuan···14

1.5.2. Mamfaat Penelitian···14

1.6. Metode Penelitian···15

BAB II DEFINISI MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, KATA DAN SEMANTIK 2.1. Defenisi Morfologi ···16

2.2. Defenisi Morfem ···17

2.2.1. Pembagian Morfem ···20

2.2.2. Proses Morfemis ···21

2.3. Kata dan Kelas Kata Bahasa Jepang ···23

2.3.1. Kata ···23


(11)

2.4. Defenisi Semantik ···26

2.5. Jenis-Jenis Makna dalam Semantik ···28

BAB IV ANALISIS KATA YOUDA, SOUDA DAN RASHII DARI SEGI MORFOLOGI DAN SEMANTIK. 4.1. Analisis Penggunaan Kata Youda···32

4.1.1. Secara Morfologi ···32

4.1.2. Secara Semantik ···36

4.2. Analisis Penggunaan Kata Souda ···41

4.2.1. Secara Morfologi ···41

4.2.2. Secara Semantik ···44

4.3. Analisis Penggunaan Kata Rashii ···49

4.3.1. Secara Morfologi ···49

4.3.2. Secara Semantik ···51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ···57

5.2. Saran ···59

DAFTAR PUSTAKA ···60 ABSTRAK


(12)

ABSTRAK

Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain tetapi hanya ditujukan pada diri sendiri, seperti saat berbicara sendiri baik yang dilisankan maupun hanya didalam hati. Tetapi yang paling penting adalah ide, pikiran, hasrat, dan keinginan tersebut dituangkan melalui bahasa

Bahasa Jepang merupakan bahasa yang unik yang merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya, seperti bahasa Ingris, Malaysia, Brunei dan bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dan diamati dari huruf yang dipakainya, kosa kata, sistem pengucapan, gramatika dan ragam bahasa.

Apabila kita cermati secara seksama bahwa bahasa Jepang kaya akan kosa kata, selain itu dalam bahasa Jepang banyak juga kata yang memiliki bunyi ucapan yang sama tetapi ditulis dengan huruf kanji yang berbeda sehingga menunjukkan makna yang berbeda pula

Bahasa Jepang dan bahasa Indonesia bukanlah bahasa yang serumpun, maka sudah barang tentu banyak terdapat perbedaan diantara kedua bahasa tersebut. salah satu diantaranya adalah penmakaian kata. Dalam bahasa Jepang banyak terdapat kata yang apa bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya sama, namun dalam bahasa Jepang sendiri memiliki makna yang berbeda, baik dari segi katanya maupun makna dari kata tersebut.

Seperti contoh adalah kata Youda, souda,dan rashii. Keempat kata ini apabila diartikan kedalam bahasa Indonesia, dapat berarti kelihatannya, sepertinya namun


(13)

pada dasarnya ada terdapat perbedaan makna yang terkandung dalamnya.

Secara sederhana kita dapat melihat bahwa kata souda, youda, dan rashii, semuanya adalah ungkapan untuk menyatkan dugaan, akan tetapi kata tersebut ditas tidaklah dipakai dalam satu konteks yang sama, karena kata souda, youda dan rashii, memiliki makna yang berbeda.

Souda merupakan Sebuah kata sifat pelengkap yang menunjukkan bahwa apa yang di ekspresikan oleh pembicara adalah sebuah dugaan mengenai peristiwa atau kejadian yang akan datang atau sedang terjadi dari seseorang atau sesuatu, berdasarkan apa yang pembicara rasakan atau dilihat. Youda bisa gunakan untuk menyatakan suatu dugaan yang berasl dari apa yang dilihat dan dirasakan, dan informasi yang diterima oleh akal sehat. Rashii Merupakan sebuah kata sifat pelangkap yang menunjukkan bahwa kalimat sebelumnya merupakan perkiraan pembicara berdasarkan apa yang telah di dengar, dibaca atau dilhat.

Untuk meneliti perbedaan makna yang terdapat dalam sebuah kata atau bahasa perlu adanya suatu ilmu yang mengkaji tentang makna. Ilmu yng objek kajiannya adalah makna disebut dengan semantik. Analisis semantik dapat dilihat dalam contoh kalimat dibawah ini.

1. ケーキ い う

Kono keki ha oishisoudesu. Kue ini sepertinya enak.

2. ー い い う

Kono keki ha oishiiyoudesu. Kue ini sepertinya enak


(14)

menjadi sepertinya. “ kue ini kepertinya enak” namun ada perbedaan makna yang terdapat dalan kedua kalimat diatas. Kalimat ( 1 ) pembicara mengatakan “ kue ini sepertinya enak” karena dia melihat dari luar atau tampilan luar, mungkin penyajian yang menarik, bentuk yang cantik dan sebagainya, sehingga dia menduga bahwa kue yang dilihat oleh pembicara “enak”. Berbeda dengan kalimat ( 2 ), pembicara mengatakan “ kue ini kelihatannya enak” karena dia melihat dan merasakan ada keinginan untuk mencicipi dari kue tersebut. Mungkin baunya yang enak sehingga menggugah selera bagi pembicara yang melihat kue itu. Dengan demikian dapat dibedakan pemakaian kata youda dan souda. Souda informasi yang dirasakan dari luar sedangkan youda informasi yang dirasakan dari dalam. Analisis seperti ini merupakan analisis semantik.

Secara morfologi kata souda, youda dan rashii merupakan morfem terikat. Morfem terikat adalah morfem yang mempunyai arti apabila di gabungkan dengan morfem yang lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Youda ( う )

terdiri dari dua morfem yaitu you ( う) yang merupakan morfem dasar ( 形態素 い い

/

keitaiso ), dan morfem da ( ) merupakan morfem berubah terikat ( 結語形態 い い

/

ketsugokeitai ), yang dapat mempunyai makna bila digabungkan dengan morfem yang lain. Morfem ada yang mempunyai arti dan ada pula yang tidak mempunyai arti, namun memberikan makna pada morfem yang mengikutinya. Makna tersebut bisa berupa makna sopan, atau tidak. Jadi kata you ( う ) memiliki arti sepertinya,

sedangkan kata da ( ) tidak memiliki arti apa-apa namun dapat memberikan


(15)

desu ( ) ini memberikan makna sopan.

Souda ( ) juga terdiri dari dua morfen yaitu sou う merupakan

morfem dasar ( 形態素 い い

/ keitaiso ) dan da merupakan morfem terikat Kata

(sou) memiliki arti sepertinya dan (da) tidak memiliki arti apa-apa mamun memberikan makna sopan atau tidak.

Kata rashii ( い ) juga terdiri dari dua morfem yaitu (rashi) sdan (i), kata

( rashii) memiliki arti sepertinya sedang ( i ) tidak memiliki arti apa-apa namun bisa memberikan makna positif atau negatif pada kata rashi. Seperti contoh kata (rashi + i) berubah menjadi kata (rashi + kunai ) menunjukkan makna negatif pada kata rashii.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berbahasa atau menggunakan bahasa pada dasarnya adalah menggunakan makna. Oleh sebab itu, mempelajari bahasa termasuk didalamnya mempelajari makna-makna yang sudah disepakati oleh penutur bahasa itu dan mempelajari bagaimana menggabungkan setiap unsur bahasa yang memiliki makna menjadi suatu ungkapan bahasa yang baik dan benar.

Sudjianto( 2004:14) mengatakan bahwa dilihat dari aspek kebahasaan, bahasa Jepang memiliki karateristik tertentu yang dapat kita amati dari huruf yang digunakan, sistem pengucapan, gramatika, ragam bahasa dan kosa kata. Apa bila kita melihat kosa kata yang digunakan, ada beberapa kata yang makna dalam bahasa Indonesia sama, namun dalam bahasa Jepang berbeda. Beberapa diantara kata yang dimaksudkan adalah kata youda, souda, dan rashii yang apa bila kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan “sepertinya”, atau “kelihatannya”, akan tetapi dalam bahasa Jepang memiliki perbedaan makna.

Youda, souda dan rashii, ditinjau dari segi morfologi, merupakan morfem terikat. Pengertian tentang morfem ini telah dinyataka oleh Ramlan ( 1987: 32) yang menyatakan bahwa morfem adalah unsur-unsur terkecil yang masing-masing mempunyai makna dalam tutur sebuah bahasa. Setiap bentuk tunggal baik termasuk satuan bebas maupun terikat, merupakan satu morfem. Koizumi dalam Situmorang (2007:11) juga memberikan pengertian Morfem, adalah bagian terkecil dari kata yang mempunyai arti. Potongan kata tersebut ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak atau berbentuk terikat pada morfem yang lain.


(17)

Sedangkan Kridalaksana mengatakan bahwa morfem terikat tidak terdapat sebagai kata tetapi selalu dirangkaikan dengan satu atau lebih dengan morfen yang lain menjadi satu kata. Dengan demikian kata youda, souda dan rashii sebagai morfem terikat tidak bisa berdiri sendiri melainkan harus digabungkan dengan kata tau morfem yang lainnya.

Koizumi dalam Situmorang (2007:11) membagi morfem sebagai berikut: 1. Morfem dasar 形態素

い い

/ keitaiso

2. Morfem terikat 結語形態 い い

/ ketsugokeita

3. Morfem berubah 異形態 い い い

/ ikeitai

4. Morfem bebas 自 形態 う い い

/ jiyuukeitai

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Youda ( う ) terdiri dari dua

morfem yaitu you ( う) yang merupakan morfem dasar ( 形態素 い い

/ keitaiso ), dan

morfem da ( ) merupakan morfem berubah terikat ( 結語形態 い い

/ ketsugokeitai ),

yang dapat mempunyai makna bila digabungkan dengan morfem yang lain. Morfem ada yang mempunyai arti dan ada pula yang tidak mempunyai arti, namun memberikan makna pada morfem yang mengikutinya. Makna tersebut bisa berupa makna sopan, atau tidak. Jadi kata you ( う ) memiliki arti sepertinya, sedangkan

kata da ( ) tidak memiliki arti apa-apa namun dapat memberikan makna pada


(18)

) ini memberikan makna sopan.

Souda ( ) juga terdiri dari dua morfen yaitu sou う merupakan

morfem dasar ( 形態素 い い

/ keitaiso ) dan da merupakan morfem terikat Kata

(sou) memiliki arti sepertinya dan (da) tidak memiliki arti apa-apa mamun memberikan makna sopan atau tidak.

Kata rashii ( い ) juga terdiri dari dua morfem yaitu (rashi) sdan (i), kata

( rashii) memiliki arti sepertinya sedang ( i ) tidak memiliki arti apa-apa namun bisa memberikan makna positif atau negatif pada kata rashi. Seperti contoh kata (rashi + i) berubah menjadi kata (rashi + kunai ) menunjukkan makna negatif pada kata rashii.

Ditinjau dari segi semantik kata youda, souda dan rashii dalam kalimat bahasa Jepang dapat diartikan dengan kata kelihatannya atau sepertinya dalam bahasa Indonesia. Seperti contoh berikut:

1. テレビ 前 集 い 何 事項 あ い

Ninna ga terebi no mae ni atsumatteimasuyo. Nanika jikou ga atta rashii desuyo. Semuanya berkumpul didepan Televisi, sepertinya ( kelihatannya ) ada

kecelakaan.

( Nihongo hyougen bunkei : 2000 : 147 )

2. 森 う元気 い う 何 心配 あ う

Morisan wa kyou genkiga nai youdeshita. Nanika shinpaikoto ga aruno deshouka. Mori sepertinya hari ini tidak sehat. Apakah ada hal yang kamu khawatirkan.


(19)

( Nihongo hyougen bunkei : 2000 :150 )

3. ケーキ い う

Kono keki wa oishi soudesu. Kue ini kelihatannya enak.

( Nihongo kihon bunpou jiten: 1986 : 411)

Dari contoh diatas dapat dikatakan bahwa, kata sou, you dan rashii dalam kalimat diatas memiliki arti yang dalam bahasa indonesia bisa diterjemahkan dengan kata “sepertinya” atau “kelihatannya”. Sedangkan morfem (desu) pada kata youda dan souda memiliki makna sopan dalam kalimat tersebut.

McCready dan Ogata (2006: 11) mengatakan bahwa youda, souda,dan rashii ditinjau dari segi semantik ketiga kata tersebut memiliki perbedaan makna. Dengan demikian, selaku pembelajar bahasa Jepang, sebaiknya kita paham benar cara pemakaian kata tersebut, agar lawan bicara paham betul apa yang kita bicarakan. Dengan alasan tersebut penulis tertarik sekali untuk menganalisis kata kata tersebut yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul “ analisis Pemakaian youda, souda, dan rashii ditinjau dari segi Morfologi dan Semantik”

1.2. Perumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pemaparan secara deskripsi kata souda, youda dan rashii yang merupakan dugaan dilihat dari segi morfologi dan semantik. Diatas telah dikemukakan bahwa kata youda, souda dan rashii merupakan morfem terikat yang akan memiliki makna bila digabungkan


(20)

dengan morfem yang lain. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis kata-kata tersebut terdiri dari morfem apa, dan apa makna setiap morfem tersebut.

Ditinjau dari segi semantik, kata youda, souda, dan rashii apa bila kita terjemahkan kedalam bahasa Indonesia memiliki arti “seperti”, “kelihatannya” atau “sepertinya”, namun ada perbedaan makna dalam kalimat bahasa Jepang. Penelitian ini mencoba menjelaskan masalah dan perbedaan makna tersebut serta cara penggunaanya dalam kalimat bahasa Jepang.

Untuk membahas hal tersebut diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagai mana bentuk morfologis dari kata youda, souda, dan rashii

2. Terdiri dari morfem apa kata youda, souda, dan rashii dan apa makna setiap morfem tersebut.

3. Makna kata rashii, youda dan, souda dalam kalimat bahasa Jepang

4. Kapan dan dalam situasi yang bagaimana digunakan youdesu, soudesu,dan rashii dalam kalimat bahasa Jepang

1.3. Ruang Lingkup Permasalahan

Kata youda, souda, dan rashii terdiri dari morfem terikat, yang bemiliki makna bila digabungkan dengan morfem yang lain. Sementara kata youda sendiri terdiri dari dua morfen,( you) dan ( da). Begitu juga dengan souda, terdiri dari dua morfem yaitu ( sou) dan (da).

Morfem ada yang memiliki arti dan ada yang tidak memiliki arti namun memberikan makna pada morfem lain yang mengikutinya. Dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang kata youda, souda, dan rashi dari bentuk morfologis.


(21)

souda, dan rashii . Kata souda, youda ,dan rashii dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan sepertinya atau kelihatannya, namun kata tersebut dalam bahasa Jepang mempunyai perbedaan makna bila kita tinjau dari segi semantik, pemakaian kata tersebut haruslah sesuai dengan kondiri yang tepat, dan gejala apa yang ditunjukkan sehingga pembicara memilih menggunakan taka tersebut. Agar tulisan ini dapat terorganisir dengan baik, maka penulis membatashi masalah dengan hannya menganalisis kata souda, yaouda dan rashii, yang bermakna “sepertinya” atau “kelihatannya” ditinjau dari bahasa indonesia, dan bagai mana penggunaannya dalam kalimat bahasa Jepang.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka.

Bahasa adalah simbol bunyi yang digunakan oleh alat ucap manusia yang mengandung arti tertentu sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat untuk menyampaikan ide, pikiran atau perasaan. Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang merupakan simbol atau lambang. ( Sudjianto, 1996 : 18 ).

Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain tetapi hanya ditujukan pada diri sendiri, seperti saat berbicara sendiri baik yang dilisankan maupun hanya didalam hati. Tetapi yang paling penting adalah ide, pikiran, hasrat, dan keinginan tersebut dituangkan melalui bahasa (Sutedi,2003:2).

Linguistik merupakan ilmu yang objek pengamatannya adalah bahasa; bahasa yang merupakan alat komunikasi utama manusia. Sedangkan yang menjadi objek


(22)

pokok linguistik adalah masalah dasar yang menyangkut bahasa, seperti hakekat atau sifat bahasa. Proses kerja bahasa, perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam bahasa ( Siregar; 2006 : 1)

Siregar ( 2006: 6) juga menambahkan bahwa bidang yang mendasari linguistik adalah bidang yang menyangkut struktur-struktur dasar tertentu, yaitu struktur bunyi bahasa yang disebut “fonologi”, yang membahas struktur kata disebut “ morfologi”, struktur antar kata dan kalimat disebut disebut “sintaksis”, masalah arti dan makna disebut “semantik”, dan hal-hal yang menyankut komunikasi antar orang-orang dalam memperoleh atau pemakaian bahasa, dan menyangkut hubungan tuturan bahasa dengan apa yang dibicarakan disebut “ragmatik”.

Sementara Verhar ( 1988:52 ) mengatakan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Tambahan secara gramatikal dalam hal ini adalah mutlak, karena setiap kata juga dapat dibagi atas sekmen yang terkecil yang disebut fonem, tetapi fonem-fonem itu tidak harus berupa morfem.

Ahmad Dahidi ( 2004 :12 ) mengatakan bahwa bahasa Jepang merupakan bahasa yang unik yang merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya, seperti bahasa Ingris, Malaysia, Brunei dan bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dan deiamati dari huruf yang dipakainya, kosa kata, sistem pengucapan, gramatika, dan ragam bahasa.

Apabila kita cermati secara seksama bahwa bahasa Jepang kaya akan kosa kata, selain itu dalam bahasa Jepang banyak juga kata yang memiliki bunyi ucapan yang sama tetapi ditulis dengan huruf kanji yang berbeda sehingga menunjukkan makna yang berbeda pula. ( Sudjianto; 2004: 15 ).


(23)

sudah barang tentu banyak terdapat perbedaan diantara kedua bahasa tersebut. Salah satu diantaranya adalah penmakaian kata. Dalam bahasa Jepang banyak terdapat kata yang apa bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya sama, namun dalam bahasa Jepang sendiri berbeda, baik dari segi katanya maupun makna dari kata tersebut. Seperti contoh adalah kata youda, souda,dan rashii, keempat kata ini apabila diartikan kedalam bahasa Indonesia , dapat berarti “kelihatannya”, atau “sepertinya” namun pada dasarnya ada terdapat perbedaan makna yang terkandung dalamnya. Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan makna dari kata tersebut diatas.

Rashii Seiichi Makino dan Michio Sutsuji (1996 : 373 )

mengatakan bahwa :

Rashii : an auxiliary adjective which indicates that the preceding sentence is the speaker’s conjecture based on what he has heard, read or sen.

Rashii Merupakan sebuah kata sifat pelangkap yang menunjukkan bahwa kalimat sebelumnya merupakan perkiraan pembicara berdasarkan apa yang telah di dengar, dibaca atau dilhat.

McCready dan Ogata (2006: 13) menyatakan bahwa rashii digunakan untuk menyatakan suatau hal atau perkara yang diketahui dari sumber yang tidak begitu jelas atau desas-desus, namun pembicara dapat merasakan kebenaran dari informasi yang ia terima.

Seiichi Makino dan Michio Tsutsuji ( 1996:373 ) memberikan penjelasan tengtang penggunaan rashii:

1. Rashii secara umum digunakan ketika pembicara membuat suatu dugaan didasarkan pada informasi yang ia telah didengar, dibaca, atau dilihat. Apa yang telah didengar oleh pembicara adalah yang terpenting. Tidak sama dengan souda, yang menyatakan dugaan sederhana yang berdasarkan apa yang


(24)

dilihat oleh pembicara. Rashii digunakan ketika mengungkapkan dugaan didasarkan pada informasi yang lebih dapat dipercaya.

2. Jika telah ada dugaan yang relatif kecil /sedikit di pikiran pembicara, rashii adalah hampir sama halnya dengan souda yaitu ungkapan desas desus.

Ogata (2006:13) menambahkan bahwa rashii digunakan untuk mengungkapkan suatu kesimpulan yang yang diketahui oleh pembicara dari informasi yang diperoleh secara tidak langsung. Namun informasi yang diperoleh itu berasal dari sumber yang dapat dipercaya dan pembicara yakin akan kebenaran dari informasi yang ia peroleh.

Selain itu dalam buku nihongo hyougen bunpou; ( 2000:147) dikatakan bahwa rashii digunakan untuk menyatakan perkiraan atau tafsiran pada waktu kejadian dari hal yang dilihat dan didengar oleh pembicara

Souda digunakan untuk menyatakan perkiraan pembicara

berdasarkan yang dilihatnya sekarang. ( minna no nihongo keterangan tatabahasa II;110).

Seiichi Makino dan Michio Shitsuji ( 1996 : 410) mengatakan bahwa:

Souda: an auxiliary adjective which indicates that what is expressed by the preceding sentence is the speaker’s conjecture concerning an event in the future or the present state of some one, or samething, based on what the speaker sees or feels.

Souda merupakan Sebuah kata sifat pelengkap yang menunjukkan bahwa apa yang di ekspresikan oleh pembicara adalah sebuah dugaan mengenai peristiwa atau kejadian yang akan datang atau sedang terjadi dari seseorang atau sesuatu, berdasarkan apa yang pembicara rasakan atau dilihat.

Seiichi Makino dan Michio Tsutsuji ( 1996:411) mengatakan bahwa souda digunakan untuk menyatakan dugaan pembicara berdasar pada informasi visual ( informasi yang dapat dilihat dengan panca indra). Jadi , ungkapan ini hannya dapat


(25)

digunakan ketika pembicara mengamati sesuatu secara langsung. Dugaan pembicara berhubungan dengan suatu peristiwa yang mungkin berlangsung di masa datang atau status yang saat ini sedang terjadi dari seseorang atau suatu peristiwa. Dengan kata lain, souda tidak bisa digunakan untuk menyatakan dugaan pembicara mengenai suatu peristiwa masa lampau .

Souda Digunakan untuk menyatakan perkiraan atau ramalan dari pengamatan pembicara secara langsung pada saat kejadian, informasi yang diperoleh oleh pembicara merupakan suatu pendapat yang dapat dibenarkan secara umum. .

Youda digunakan pada saat pembicara menyatakan perkiraan

subjektif berdasarkan informasi yang ia terima melalui panca inderanya (minna no nihongo keterangan tatabahasa II;135).

Aoki dalam McCready dan Ogata ( 2006:16 ) mengatakan bahwa youda bisa gunakan untuk menyatakan suatu dugaan yang berasl dari apa yang dilihat dan dirasakan, serta informasi yang diterima oleh akal sehat. Dia juga menambahkan bahwa apa bila pembicara telah mengetahui dari suatu objek, kata souda tidak dapat digunakan

Kikuchi Yasuto ( 2000: 17 ) mengatakan bahwa yooda digunakan ketika pembicara mengamati obyek secara langsung dan menilai sesuatu (yang) yang tidak dapat dipisahkan dari pengamatan.

Namun kata youda, souda dan rashii apabila kita terjemahkan kedalam bahasa Indonesia dapat diartikan sengan “sepertinya” atau “kelihatannya” padahal dari teori yang telah dikemukakan diatas ada perbedaan dalam konteks maupun makna yang terdapat dalam kata souda, youda, dn rashii. Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu semantik.


(26)

Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata yang lainnya, makna prase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Semantik dibagi atas semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik gramatikal adalah penyelidikan makna bahasa dengan menekankan hubungan-hubungan dalam berbagai tataran gramatikal. Semantik leksikal adalah penyelidikan makna makna unsur-unsur kosa kata suatu bahasa pada umumnya.( Siregar; 2006: 129).

Dalam kamus bahasa Indonesia (1990: 548) semantik adalah (1) arti, makna (2) maksud pembicara dan penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk pembahasan.

1.4.2. Kerangka Teori.

Kerangka teori menurut Koentjaraningrat ( 1976 : 11 ) berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkrit. Suatu teori yang dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi batasan terhadap fakta-fakta konkrit yang tidak terbilang banyaknya dalam kenyataan kehidupan masyarakat yang harus diperhatikan

Penelitian ini merupakan suatu analisis struktur kata youda, souda, dan rashii, dan makna apa yang terdapat dari masing-masing kata youda, souda, dan rashii . Sehingga untuk menganalis kata youda, souda, dan rashii dari struktur kata dan makna, maka penulis menggunakan pendekatan morfologi yang membahas tentang struktur kata dan semantik yang membahas tentang makna.

Dari segi semantik, penelitian ini akan membahas tentang makna yang terdapat pada kata souda, youda dan rashii yang apa bila diterjelahkan kedalam bahasa Indonesia dapat berarti “kelihatannya”, atau “sepertinya”. Namun sebenarnya dalam bahasa Jepang memiliki perbedaan makna yang berbeda dalam setiap konteks


(27)

kalimat. Penelitian ini juga akan membahas cara pemakain kata tersebut dalam kalimat bahasa Jepang..

Menurut Filisuf Jerman Wittgenstein (1830 dan 1858 ) ia berpendapat bahwa kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks, karena konteks itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Makna tidak di luar kerangka pemakaiannya. Wittgenstein juga memberi nasehat: jangan menanyakan makna sebuah kata, tanyakanlah pemakaiannya". Lahirlah pengertian tentang makna: Makna sebuah ujaran ditentukan oleh pemakainya dalam masyarakat bahasa. Wittgenstein dalam J.D Parera (1990:18).

Dari teori yang dikemukakan oleh Wittgenstein seperti diatas, maka sudah pasti kata souda, youda dan rashii memiliki perbedaan makna dan tidak digunakan dalam konteks yang sama. Untuk itu dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang makna yang ada dalam kata souda, youda dan rashii.

Menurut Chaer ( 1994:59 ) makna itu terbagi dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus ( jisho teki imi) atau makna kata (goi teki imi) yang sesungguhnya sesuai dengan referensinnya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata sedangkan makna gramatikal yang dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat ( bunpou teki imi) yaitu makna yang muncul akibat dari proses gramatikal

1.5. Tujuan dan Manfaat penelitian 1.5.1. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(28)

kalimat bahasa Jepang.

2. Untuk memahami makna yang ada dalam kata souda, youda dan rashii yang memiliki arti “sepertinya” atau “kelihatannya” dalam bahasa Indonesia.

3. Untuk mengetahui perbedaan makna dari kata souda, youda dan rashii dan bagai mana cara penggunaannya dalam kalimat bahasa Jepang.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Mamfaat yang akan diperoleh bila penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang linguistik, khususnya mengenai struktur kata dan makna yang terdapat dalam kata youda,rashii, dan souda

2. Setelah mengetahui makna dari kata rashii, youda,dan souda serta batasan-batasannya maka baik penulis atau pembaca akan mengunakan kata tersebut dengan tepat sesuai konteks dari kalimat sehingga tercipta suasana komunikasi yang baik.

1.6. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriftif. Nenurut Nawawi ( 1991: 63 ) penelitian deskriftif adalah prosedur pemecahan yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Koentjaraningrat ( 1976 : 30 ) mengatakan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu,


(29)

keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Cara ini dilakukan dengan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji, dan menginterprestasikan data.

Dalam penelitian ini juga menggunakan metode kepustakaan atau library research yaitu metode pengumpulan data dari berbagai lituratur, baik diperpustakaan maupun ditempat lain. Serta mengumpulkan buku-buku yang berisi berbagai pendapat para ahli yang berhubungan dengan penelitian ini.


(30)

BAB II

DEFINISI MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, KATA DAN SEMANTIK

2.1. Defenisi Morfologi

Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon ( 形態論 ). Koizumi

(1984: 96 ) mengatakan bahwa:

形態論い い 語形い ぶ せ分析 中 心う 形態素い い あ扱 う部門 あぶ 意味い

担う最少単位い う い 分わ

Keitairon dewa, goukei no bunseki ga chuuchinn tonaru keitaisou o atsukau bumonde ateimi o ninausaishoutan i ni wakerareru.

"llmu bahasa yang mempelajari bentuk kata yang dapat dibagi lagi menjadi kata-kata yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna di sebut sebagai morfologi",

Ramlan (1983 : 6) menyebutkan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk bentuk kata, pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Morfologi mempelajari seluk beluk kata serta fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.

Sementara Verhar ( 1988:52) mengatakan bahwa Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Tambahan secara gramatikal dalam hal ini adalah mutlak, karena setiap kata juga dapat dibagi atas sekmen yang terkecil yang disebut fonem, tetapi fonem-fonem itu tidak harus berupa morfem.


(31)

1. Untuk dapat menggunakan kata souda, youda dan rashii, secara tepat dan benar hendahnya dipahami informasi yang diterima. Karena yang lebih ditekankan dalam pemakaian kata souda, youda dan rashii adalah informasi yang diterima.

2. Untuk lebih memahami pemakaian kata yang memiliki arti yang sama namun makna dari kata tersebut berbeda disarankan agar mempelajari ilmu yang mengkaji tentang makna yaitu semantik.


(32)

bahwa cabang linguistik yang namanya “morfologi” mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan-satuan gramatikal. Sebagai contoh analisis kata “berhak”, secara morfologis terdiri atas dua satuan minimal, yaitu /ber/ dan /hak/; satuan gramatikal minimal itu dinamakan morfem, jadi kata berhak terdiri dari dua morfem. Seperti inilah yang dibahas dalam morfologi.

Dari beberapa teori para ahli yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa morfologi ialah ilmu yang mempelajari tentang morfem, tentang pembentukan kata, bagaimana morfem-morfem itu berproses menjadi kata, pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata yang dapat menimbulkan perubahan arti kata tersebut.

2.2. Defenisi Morfem

Untuk memberikan penjelasan mengenai defenisi morfem, penulis akan memaparkan pendapat para ahli mengenai morfem.

Istilah morfem dalam bahasa Jepang disebut keitaisou ( 形態素 ). Menurut

Sutedi ( 2003 : 41 ) morfem( keitaisou) adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipisahkan lagi kedalam satuan makna yang lebih kecil lagi dan juga menegaskan akan morfem bahasa Jepang dengan mengatakan bahwa salah satu keistimewaan morfem bahasa Jepang, yaitu lebih banyak morfem terikatnya dibanding dengan morfem bebasnya.


(33)

形態素い い 意味い 担 う 最 小い う 言語形式 あい 言語形式い いう 音素連続 示 表 現う 対い 特定い 意味い 結 い

Keitaisouwa imi o ninausaishou no gengokeishikidearu. Gengokeishikitoiunowa, onsonrenzokude shimesareru hyougen to soreni taisuru tokutei no imi toka musubi, tsuitamonodearu.

"morfem adalah satuan bahasa terkecil yang masih mempunyai makna. Satuan bahasa terkecil disini merupakan adanya pelekatan makna khusus dengan ujar yang dihasilkan melalui proses morfemis".

Bloomfield dalam Parera (1994: 14) menyatakan, satu bentuk bahasa yang sebagiannya tidak mirip dengan bentuk lain manapun juga, baik bunyi maupun arti, adalah bentuk tunggal atau disebut dengan morfem.

Menurut Hockett yang dikutip oleh Parera (1994:15) memberikan definisi morfem sebagai berikut :

" morphemes are the smallest individually meaningful dements in the utterances of a language".

morfem adalah unsur-unsur terkecil yang masing-masing mempunyai makna dalam tutur sebuah bahasa.

Menurut Ramlan (1987:32 ) morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Ramlan, (1987:36-43) mengemukakan beberapa prinsip yang bersifat saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem;adalah sebagai berikut :

1. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.

2. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan satu morfern apabila satuan-satuan itu mempunyai arti atau makna yang sama,


(34)

dan perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan seeara fonologik.

3. Satuan-satuan yang mernpunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti atau makna yang sama dan mempunyai distribusi komplementer.

4. Satuan-satuan yang mernpunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfern yang berbeda. Apabila satuan yang mempunyai struktur tonologik yang sama itu berbeda artinya, tentu saja merupakan morfem yang berbeda.

5. Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut rnorfern zero.

6. Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.

Muraki dalam Adriana (10: 2003 ) mengemukakan morfem bahasa Jepang dibagi atas morfem yang tidak berdiri sendiri yaitu morfern dengan penambahan pada kata dasar, dan morfem yang berdiri sendiri. Se1anjutnya ia mengemukakan bahwa ada dua bentuk penambahan yaitu :

a. Afiks ( setsuji ), unsur yang membentuk kata jadian dengan bergabung pada kata dasar. Afiks terdiri dari prefiks (settoji), sufiks (sebbiji). dan infiks (setsuchuuji).

b. Penanda di akhir kata atau (gobi) disambung dibelakang kata dasar, adalah bentuk yang sangat kuat bergabung dengan kata dasar. Gobi merupakaa penanda kala penegasan dan negasi.


(35)

ayah, membaca dan koran. Ketiga kata tersebut mempunyai arti tersendiri dan dapat berdiri sendiri. Kemudian kata membaca masih dapat diuraikan lagi menjadi /me/ dan /baca/. Bentuk "ayah, me + baca, dan koran" adalah bentuk yang tidak mempunyai unsur yang kecil untuk dibagi lagi. Jadi kesatuan kata yang terkecil seperti : ayah, me + baca, dan koran inilah yang dinamakan morfem.

Jadi dapat dikatakan bahwa setiap morfem merupakan bagian yang terkecil dari kata yang tidak bisa lagi diuraikan menjadi satuan yang lebih kecil lagi dan mempunyai makna.

2.2.1. Pembagian morfem

Koizumi dalam Situmorang (2007:11) membagi morfem sebagai berikut: 1. Morfem dasar 形態素

い い

/ keitaiso

2. Morfem terikat 結語形態 い い

/ ketsugokeitai

3. Morfem berubah 異形態 い い い

/ ikeitai

4. Morfem bebas 自 形態 う い い

/ jiyuukeitai

Morfem dasar adalah bagian kata yang menjadi kata dasar dari perpaduan dua buah morfem atau lebih dalam proses morfologis. Morfem terikat adalah morfem yang ditambah untuk merubah arti atau makna kata dasar. Morfem ini tidak mempunyai arti apabila berdiri sendiri. Morfem berubah adalah morfem yang bunyinya berubah apabila digabungkan dengan morfem lain dalam pembentukan kata. Baik morfem dasar maupun morfem


(36)

terikat berubah bunyinya apabila diikatkan satu sama lain. Morfem bebas adalah morfem yang tidak berubah bunyi walaupun ada proses morfologis.

Verhaar (1993:53), membagi morfem menjadi dua jenis yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas dapat berdiri sendiri, yaitu bisa terdapat sebagai suatu kata sedangkan morfem terikat tidak terdapat sebagai kata tetapi selalu dirangkaikan dengan satu atau lebih morfem lain menjadi satu kata.

2.2.2. Proses Morfemis

Proses morfemis adalah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain (Samsuri, 1994: 190). Proses morfemis pada umumnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan (reduplikasi), dan proses pemajemukan (komposisi).

Untuk pengimbuhan afiks (afiksasi) Verhaar (2001:107), mengatakan bahwa di antara proses morfemis yang terpenting adalah afiksasi, yaitu pengimbuhan afiks yang terbagi atas :

- prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri kata dalam proses yang disebut dengan afiksasi, misalnya penginbuhan kata { men--} yang ada dalam kata : mendapat, mencuri, mencuci, mengubah dan sebagainya. Contoh lain adalah penginbuhan kata {ber--} pada kata : berjalan, bersepeda, bermain dan sebagainya.

- sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan kata dalam proses yang disebut dengan sufiksasi, misal pemberian kata {--an} pada kata : tuntutan, makanan, minuman dan sebaginya.

- infiks, yang diimbuhkan dengan penyisipan didalam kata itu, misalnya (patuk - pelatuk, tali- temali, gigi - gerigi).


(37)

- konfiks, yang diimbuhkan pada sebagian di sebelah kiri dan sebagian yang lain di sebelah kanan kata, misal (perbedaan, persatuan, kecurian, kelihatan )

Di dalam bahasa Jepang pembagian pengimbuhan afiks ini juga telah di ungkapkan oleh Koizumi (1993 :95), yang mempunyai pengertian yang sama dengan teori di atas, dengan pembagian sebagai berikut :

- awalan (settouji) adalah imbuhan yang diletakkan sebelum dari gokan, misalnya bemberian morfem {fu--} pada kata fushinsetsuna, fugokaku dan sebagainya.

- akhiran (setsubiji) adalah imbuhan yang diletakkan sesudah gokan, misal (akai, kaita,).

- sisipan (setsuchuji) adalah imbuhan yang disisipkan ditengah gokan, misal (kaiteiru ) dan sebagainya.

2.2.3. Kata dan Kelas Kata Bahasa Jepang

2.2.3.1. Kata

Dalam berbagai penelitian yang berhubungan dengan kebahasaan, pembicaraan mengenai kata akan selalu disentuh oleh para ahli maupun para peneliti kebahasaan. Untuk mengenal sedikit mengenai apa itu kata dan bagaimana identitas kata, yang juga digunakan sebagai bahan untuk menelaah objek penelitian dalam skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan pendapat dari ahli bahasa mengenai kata.

Verhaar (2001:97) mengatakan bahwa kata adalah satuan atau bentuk bebas dalam tuturan yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabungkan dengannya, dan dapat dipisahkan dari bentuk - bentuk bebas


(38)

lainnya di depannya dan di belakangnya dalam tuturan.

Keraf (1984:53) menyatakan adanya perubahan pemakaian kata makna untuk pengertian dari kata dan menggantinya dengan ide. Dia mengatakan bahwa kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagaiannya, dan yang mengadung suatu ide disebut kata.

Ramlan ( 1987: 33) memberi definisi kata merupakan dua macam satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata belajar terdiri dari tiga suku yaitu be, la, dan jar. Suku /be/ terdiri dan dua fonem, suku /la/ terdiri dari dua fonem. Dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata helajar terdiri dari tujuh fonem yaitu / b,e,l,a,j,a,r /.

Jadi yang dimaksud dengan kata adalah satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata lain setiap satuan bebas merupakan kata.

2.2.3.2. Kelas Kata Bahasa Jepang

Pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut hinshi bunrui ( 品詞分類).

Menurut Situmorang (2007:8) pembagian kelas kata bahasa Jepang adalah sebagai berikut:

1. Verba ( doushi/ 動詞 ) yaitu kata yang bermakna gerakan, dapat berdiri sendiri,

mengalami perubahaan bentuk/berkonjugasi, dan dapat menjadi predikat dalam sebuah kalimat.


(39)

keadaan suatu benda, mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri dan selalu berakhiran dengan huruf ~i dan dapat menjadi predikat.

3. Adjektiva ( keiyoudoushi/形容動詞 ), yaitu kata yang menunjukkan sifat atau

keadaan suatu benda, mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri dan selalu berakhiran dengan akhiran -da

4. Nomina (meishi/ ), yaitu kata nama, tidak mengalami perubahan bentuk,

dapat berdiri sendiri dan menjadi subjek atau objek dalam kalimat.

5. Adverbia (filkushi/ 副詞), yaitu merupakan kata tambahan, tidak mengalami

perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri , tidak menjadi subjek, tidak menjadi predikat, dan tidak menjadi objek, dan menerangkan keiyoushi, dan menerangkan fukushi.

6. Prenomina (rentaishi/連 体 詞), yaitu kata yang mengikuti benda ( yang

menerangkan benda), tidak mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri, dan diikuti kata nama tanpa diantarai kata lain.

7. Konjungsi (setsuzokushi/接 続 詞), yaitu kata sambung, tidak mengalami

perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri, tidak menjadi subjek, objek, predikat dalam kalimat. Berfungsi menyanbung dua buah kata, karena untuk menyambung dua buah kata dalam bahasa Jepang dipergunakan setsuzokujoshi.

8. Interjeksi (jodoushi/助 動 詞), yaitu kata bantu sebagai verba, mengalami

perubahan bentuk sama seperti doushi, tidak dapat berdiri sendiri, ada yang mempunyai arti sendiri dan ada yang menambah makna pada kata lain.


(40)

9. Partikel (joshi/助詞), yaitu kata bantu, tidak mengalami perubahan bentuk,

tidak dapat berdiri sendiri, tidak menjadi subjek, predikat, objek dan keterangan dalam kalimat, selalu mengikuti kata lain, dan ada yang mempunyai arti sendiri dan ada juga yang berfungsi memberikan arti pada kata lain.

10.Kandoushi/感動詞, yaitu kata gerakan perasaan, tidak mengalami perubahan

bentuk, dan dapat berdiri sendiri sebagai kalimat, tidak menjadi keterangan, tidak menjadi subjek, predikat, dan tidak pula menjadi penyambung kata atau kalimat. Serta berfungsi untuk mengutarakan rasa terkejut, kaget, heran, marah, dan sebagai kata-kata salam.

Sementara menurut Sutedi (2003:42) menyatakan bahwa secara garis besarnya, pembagian jenis kata (hinshi bunrui) dalam bahasa Jepang ada enam macam seperti berikut :

1. Nomina (meishi), yaitu kata benda yang bisa berfungsi sebagai subjek atau objek dalam kalimat, bisa disertai dengan kata tunjuk [kono, sono, ano] dan bisa berdiri sendiri.

2. Verba (doushi), yaitu kata kerja yang bisa berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk dan bisa berdiri sendiri.

3. Adjektiva (keiyoushi), yaitu kata sifat, mengalami perubahan bentuk, dan bisa berdiri sendiri.

4. Adverbia (fukushi), yaitu kata keterangan, tidak mengalami perubahan bentuk. 5. Kopula (jodoushi), yaitu kata kerja bantu, mengalami perubahan bentuk, dan

tidak bisa berdiri sendiri.


(41)

mengalami perubahan bentuk.

2.2.4. Defenisi Semantik

Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari bahasa yunani yaitu sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Yang dimaksud tanda atau lambang disini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik. Ferdinand de Sausure dalam Chaer (1995:29) seorang bapak linguistik modern menyebutkan bahwa setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu: (1) yang diartikan (Perancis : signifie, Inggris : signified) dan (2) yang mengartikan (Perancis : signifiant, Inggris : signifier). Yang diartikan (signifie, signified) sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna sesuatu tanda bunyi. Sedangkan yang mengartikan (signifian, signifier) itu adalah tidak lain dari pada bunyi-bunyi itu, yang berbentuk fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Jadi dengan kata lain setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna.

Kata semantik itu kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan tanda-tanda linguistik dengan haI-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti.

Semantik memegang peranan penting dalam berkomunikasi. Karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tiada lain adalah untuk menyampaikan suatu makna (Sutedi, 2003:103). Misalnya, seseorang menyampaikan dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena ia bisa menyerap makna yang disampaikannya dengan baik.


(42)

yang berhubungan dengan benda-benda kongkrit seperti batu, hujan, rumah, dan sebagainya. Selain itu semantik juga membahas makna kata-kata dalam bahasa Indonesia : dan, pada, ke dan dalam bahasa Inggris kata : to, at, of yang maknanya tidak jelas kalau tidak dirangkaikan dengan kata lain (Lubis, 2002 :29)

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semantik tidak hanya membahas kata-kata yang bermakna leksikal saja, tetapi juga membahas makna kata-kata yang tidak bermakna bila tidak dirangkaikan dengan kata yang lain seperti kata youda, souda dan rashii yang akan penulis bahas dalam penelitian ini.

2.2.5. Jenis-jenis makna dalam Semantik

Menurut Chaer (1995:59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria atau sudut pandang, yakni :

a. Berdasarkan jenis makna semantiknya, makna dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal.

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contohnya kata makan, makna leksikalnya adalah memasukkan makanan kedalam mulut, mengunyah dan menelannya.

Seperti contoh kalimat: mereka makan tiga kali sehari; mereka makan pisang. Kata makan dalam kalimat ini sangat jelas bahwa makan bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, mengunyah dan menelannya.

Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Contoh proses afiksasi awalan /ter-/ pada kata /bawa/ dalam kalimat terbawa juga oleh adik tas seberat itu, awalan ter- pada kata terbawa melahirkan makna 'dapat',


(43)

dan dalam kalimat buku adik terbawa oleh saya, melahirkan makna gramatikal 'tidak sengaja'. Contoh reduplikasi dapat dilihat pada buku yang bermakna 'sebuah buku', menjadi buku-buku yang bermakna 'banyak buku'. Sedangkan contoh komposisi dapat dilihat dari kata sate ayam tidak sama dengan komposisi sate madura. Yang pertama menyatakan asal bahan, yang kedua menyatakan asal tempat.

b. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksern, dapat dibedakan menjadi makna refensial dan makna nonreferensial.

Makna referensial adalah makna dari kata-kata yang mernpunyai referen, yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh kata mangga dan apel, disebut bermakna referensial karena kedua kata itu mempunyai referen yaitu sejenis buah-buahan.

Sedangkan kalau kata-kata itu memiliki referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial. Contoh kata “karena” dan “tetapi” tidak mempunyai referen, jadi kata tersebut bermakna nonreferensial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kata-kata yang termasuk kata-kata seperti mangga dan apel termasuk kata-kata-kata-kata bermakna referensial, sedangkan yang termasuk kelas kata tugas seperti; preposisi, konjugasi, dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna nonreferensial.

c. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan menjadi makna denotatif makna konotatif

Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial, sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif karena itu sering disebut sebagai makna sebenamya. Contoh kata wanita dan


(44)

perempuan. Karena kata-kata ini mempunyai denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-Iaki. Walaupun kata perempuan dan wanita mempunyai makna denotasi yang sama, tetapi dewasa ini kedua kata tersebut mempunyai nilai rasa yang berbeda, yakni kata perempuan mempunyai nilai rasa yang rendah, sedangkan kata wanita mempunyai nilai rasa yang tinggi. Makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif maupun negatif disebut makna konotasi. d. Berdasarkan ketepatan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna kata

dan makna istilah.

Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum, sedangkan makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dapat dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran kata tangan dan lengan, digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah 'pergelangan sampai ke jari-jari', sedangkan makna lengan adalah 'pergelangan sampai ke pangkal bahu'. Sebaliknya dalam bahasa umum tangan dan lengan dianggap bersinonim (sama maknanya). e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna asosiatif,

idiomatik, kolokatif, dan sebagainya.

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan perlambang-perlambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contohnya kata melati digunakan sebagai perlambang kesucian, kata merah digunakan sebagai perlambang keberanian, dan srikandi digunakan sebagai perlambang kepahlawanan wanita.

Berbeda dengan makna idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna grarnatikal satuan -satuan tersebut. Contohnya frase menjual rumah bermakna 'si pembeli menerima rumah dan si


(45)

penjual menerima uang', tetapi frase menjual gigi bukan bermakna 'si pembeli menerima gigi dan si penjual menerima uang', melainkan bermakna 'tertawa keras-keras'. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna sebuah satuan bahasa (kata, frase, atau kalimat) yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya.

Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase. Contoh frase gadis itu cantik dan pemuda itu tampan. Kita tidak dapat menyatakan gadis itu tampan atau pemuda itu cantik, karena pada kedua kalimat itu maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.


(46)

BAB III

ANALISIS KATA YOUDA, SOUDA DAN RASHII DARI SEGI MORFOLOGI DAN SEMANTIK

Seperti yang telah penulis sampaikan dalam bab sebelumnya bahwa untuk menganalisis kata youda, souda, dan rashii penulis menganalisanya berdasarkan contoh kalimat.

4.1. Analisis Penggunaan Kata Youda 4.1.1. Secara Morfologi

Contoh 1

子供 数 年々減

王様

う 子供 増え い

Kodomo no su ga nennen hetteite, osama no youna kodomo ga fueteiruyoudesu. Jumlah anak-anak dari tahun ketahun menurun, anak-anak yang seperti raja kelihatannya bertambah.

(

中級 行 う

, 2004: 26 )


(47)

Dalam kalimat diatas kata youna (

) terdiri dari dua morfem yaitu: /you/ + /na/.

/ you/: merupakan morfem dasar yang bermakna sepertinya.

/ na / adalah akhiran ( sufiks ) yang digunakan apabila kata /you/ diikuti dengan kata benda.

Melihat cara perubahan yang ditunjukkan dalam kalimat diatas maka kata / youna / sama dengan kata sifat golongan –na ( na-keiyoushi atau kandoushi ).

Kata fueteiruyoudesu (

増 え い

) : dapat dipisahkan menjadi beberapa morfem yaitu : /fue/ + /te/ + /iru/ you/ desu/

/Fueteiru/ merupakan Verba yang asal katanya adalah /Fueru/( bertambah) mendapat sisipan /te/ dan akhiran / iru / yang maknanya adalah menunnjukkan keadaan .

Kata youdesu(

) terdiri dari:

/you/ merupakan morfem dasar yang bermakna sepertinya.

/desu/ adalah morfem terikat yang ditambah pada kata /you/ untuk merubah makna menjadi sopan.

Contoh 2

木村

昨日 酒 飲

Kimurasan wa kinou osake o nonda youda. Saudara kimura sepertinya kemarin minum sake.


(48)

Analisis:

Dalam kalimat diatas kata youda sendiri terdiri dari dua morfem, yakni: /you/ adalah morfem dasar yang bermakna sepertinya atau kelihatannya.

/da/ adalah morfem terikat yang tidak memiliki arti namun memberikan makna pada morfem /you/ menjadi bermakna bentuk biasa atau tidak sopan.

Sebelum kata youda dalam kalimat diatas ada Verba nonda (

) yang terdiri dari :

/no(

)

/ adalah Verba dasar

/ nda/ adalah akhiran yang berfungsi untuk memberikan makna lampau .

Contoh 3

日本人

う 日本語 話

Sumisusa wa nihonjin noyouni nihongo o hanashimasu.

Saudara sumisu berbicara dengan bahasa Jepang seperti orang Jepang.

(

日本語基本文法辞典

:551)

Analisis :

Kata youni (

) dalam kalimat diatas terdiri dari dua morfem / you/ + / ni/


(49)

/ni/ adalah morfem terikat atau akhiran yang dilengketkan apa bila diikuti dengan kata kerja.

Sama halnya dengan kata sifat Na- keiyoushi, bila diikuti oleh kata kerja / na / berubah menjadi / ni /

Contoh 4

杉山

メ カ 行

Sugiyamasan wa Amerika e iku youdesu. Saudara sugiyama sepertinya pergi ke amerika.

(

日本語基本文法辞典

:547)

Analisis :

Dalam kalimat diatas sebelum kaya youdesu ada kata iku / 行 / terdiri dari

/ik / + / u /

/ ik / adalah verba dasar

/ u / adalah akhiran yang memberikan makna kata kerja bentuk biasa.

Sedangkan kata / youdesu / terdiri dari dua morfemyaitu / you / + / desu / / you / adalah morfem dasar yang bermakna sepertinya.

/ desu / adalah morfem terikat yang menberikan makna sopan.


(50)

Contoh 1.

子供 数 年々減

王様

う 子供 増え い

Kodomo no su ga nennen hetteite, osama no youna kodomo ga fueteiruyoudesu.

Jumlah anak-anak dari tahun ketahun menurun, anak-anak yang seperti raja kelihatannya bertambah.

(

中級 行 う

, 2004: 26 ) Analisis :

Dalam kalimat diatas kata youna dan youda digunakan secara bersamaan dalam satu kalimat. pemakaian kedua kata itu sudah tepat. Karena sesuai dengan teori Seiichi Makino dan Michio Tsutsuji (1996:549) mengatakan bahwa youda untuk menyatakan sesuatu yang mirip atau kemiripan. Ia juaga mengatakan penggunaan youda melibatkan pemikiran pembicara berdasarkan apa yang telah ia lihat. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara melihat bahwa anak-anak saat sekarang ini sudah banyak yang menggunakan telepon genggam, dan barang-barang mahal lainnya. Dia juga melihat bahwa dimana-mana tampak orang tua memberikan apa saja yang diinginkan oleh anak-anaknya serta orang tua mengikuti semua keinginan anak-anaknya. Dari alasan itu dia menarik kesimpulan bahwa semakin banyak anak-anak yang seperti raja.

Contoh 2

わ 作


(51)

Tas ini sepertinya terbuat dari kulit.

現代日本語事情

:1987:38

Analisis:

Pemakaian kata youdesu dalam kalimat diatas sudah tepat, hal ini sesuai dengan pengertian youda yang terdapat dalam buku minna no nihongo terjemahan Hal 135, bahwa youdesu digunakan untuk menyatakan suatu perkiraan subjektif berdasarkan informasi yang dilihat penbicara sendiri secara langsung. Dalam kalimat diatas penbicara melihat sendiri bahwa tas itu memang seperti terbuat dari kulit. Sehingga dia menggunakan youdesu untuk mengungkapkan dugaannya.

Contoh 3

庭 猫 い

Niwa ni neko ga iruyouda.

Sepertinya di halaman ada kucing.

( Shin Nihongo chuukyu : 76 )

Analisis :

Dalam kalimat di atas penggunaan youda, sudah tepat yaitu untuk menyatakan dugaan yang didengar oleh pembicara sendiri berdasarkan informasi yang dia terima dari panca inderanya, dan dia yakin akan kebenaran dari informasi itu. Hal itu terlihat


(52)

bahwa dalam kalimat sebelumnya pembicara mendengar ada suara yang bersal dari halaman rumah, suara tersebut seperti suara kucing, dan dia mengambil kesimpulan bahwa itu adalah kucing, sehingga dia mengatakan bahwa di halaman sepertinya ada kucing. Walaupun dia yakin akan informasi yang dia dapat ( dalam hal ini adalah suara kucing dihalaman ) namun dia tetap mengatakan sepertinya ada kucing, karena dia hannya mendengar suara dan tidak melihat secara langsung diahalaman ada kucing atau tidak, tapi apabila dia sudah tau bahwa dihalaman ada kucing, maka pemakaian youda tidak digunakan pada situasi seperti ini.

Contoh 4

私 背中 何

い い

あ 木 葉

い い

ああ

変 感

A : watashi no senakani nanika tsuiteiruyounandesukedo, chotto mitekudasai. B : a, kinoha ga tsuiteimasuyo.

A : aa, yapparine, henna kanji ga shitandesuyo.

A : sepertinya ada sesuatu yang menepel di punggung saya, coba lihat! B : a, ada daun kayu

A : pantasan terasa aneh.

(

う使う日本語表現文型

200:150)

Analisis :

Penggunaan kata youda dalam kalimat diatas sudah tepat, karena sesuai dengan situasi yang ditampilkan dalam kalimat, bahwa pembicara merasakan sendiri


(53)

bahwa dipunggungnya terasa aneh, sehingga dia menduga ada sesuatau yang menempel dipunggungnya. Kalimat ini merupakan dugaan karena pembicara belum melihat apakah ada sesuatu yang menempel dipunggungnya, hal ini tampak dalam kalimat percakapan diatas bahwa pembicara ( A ) meminta lawan bicara ( B ) melihat punggungnya. Tapi apabila pembicara melihat dan sudah tau ada daun dipunggunbgnya maka pembicara tidak menduga lagi, dan kaka youda tidak digunakan dalam konteks seperti ini.

Contoh 5:

牛乳

Are, kono gyunyu, chotto warukunatteiruyoudesu. Henna nioi ga shimasu. Eh, susu ini sepertinya tidak bagus lagi. Baunya sudah lain.

(

う使う日本語表現文型

200:150)

Analisis :

Dalam kalimat diatas sudah tampak sangat jelas bahwa pembicara menciyum bau kurang enak dari susu , sehinnga dia menduga bahwa susu tersebut tidak bagus lagi. Kata youdesu yang digunakan dalam kalimat diatas adalah untuk menyatakan dugaan pembicara dari hal yang dia rasakan secara internal, yaitu bau yang tidak tampak dari luar, namun dapat dirasakan secara langsung oleh pembicara. Akan tetapi apabila susu yang dia maksudkan telah berubah warnanya dan dapat dia lihat bahwa susu tersebut sepertinya sudah tidak bagus maka dalam kalimat diatas digunakan kata


(54)

souda. Jadi kesimpulannya adalah penggunaan kata youdesu dalam keonteks kalimat diatas sudah tepat.

Contoh 6

酒 水

Kono sake wa mizunoyouda. Sake ini seperti air.

(

日本語基本文法辞典

:549

)

Analisis :

Dalam kalimat diatas pemakaian kata youda sudah tepat. Karena menurut Seiichi Makino dan Michio Tsutsuji bahwa kata youda digunakan untuk menyatakan hal kemiripan satu dengan yang lainnya. Seperti contoh diatas adalah Sake dikatakan oleh pembicara mirip dengan air. Dalam kalimat kata youda semata-mata digunakan untuk menyatakan kemiripan, bukan menyatakan dugaan pembicara terhadap sesuatu, karna pada saat dia melihat sake dia melihat bahwa sake itu seperti air, ini merupakan fakta, dan bukan dugaan.

Contoh 7

日本人

う 日本語 話

Sumisusa wa nihonjin noyouni nihongo o hanashimasu.

Saudara sumisu berbicara dengan bahasa Jepang seperti orang Jepang.


(55)

Analisis :

Konteks dari kalimat diatas adalah pembicara mendengar sendiri secara langsung bahwa Sumisu ( orang asing yang bisa bahasa Jepang ) menggunakan bahasa Jepang sangat mahir, dan pada saat dia bicara seperti orang Jepang. Sehingga dia mengatakan bahwa Sumisu berbicara seperti orang Jepang. Dalam kalimat ini berbeda dengan kalimat dalam contoh 5, maksud dari kalimat ini adalah berbicaranya sumisu dengan bahasa Jepang seperti orang Jepang, dan bukan Simisu yang mirip dengan orang Jepang.

4.2. Analisis Penggunaan Kata Souda 4.2.1. Secara Morfologi

Contoh 1

立派

カ あ

中 赤い

カ 甘 う

Rippana suika ga aru. Nakani akaida. Kono suika wa amasouda.

Ada sebuah semangka yang besar, dan bagus. Dalamnya merah. Semangka ini kelihatannya enak.

(http://learnjapanese.languageschool.net/mod/resource/view.php/id=178 )

Analisis:

Kata ama souda

(

甘 う

)

secara morfologi terdiri dari:

Kanji /ama/ (

) merupakan morfem dasar dari sebuah adjektiva yang berarti /manis/. Dalam bentuk lain / ama/ + / i / . / i / merupakan morfem terikat sebagai pembentuk makna kata sifat golongan i-keiyoushi.


(56)

Souda terdiri dari dua morfem yaitu /sou/ + / da /

/sou/ adalah morfem dasar yang bermakna sepertinya atau kelihatannya.

/da/ adalah morfem terikat yang berfungsi sebagai pemberi makna kata bentuk biasa dalam kalimat /amasouda/

Contoh 2

ョン

今夜 パーテ

来 う

Jon san wa konya no pati ni kisoudesu.

Jhon sepertinya tidak datang pada pesta malam ini

( http://learnjapanese.languageschool.net/mod/resource/view.php/id=178 )

Analisis:

Dalam kalimat diatas, kata kisoudesu secara morfologisterdiri dari: / kuru / 来 / /ki/来/

Asal kata berasal dari verba / kuru / bila di ikuti oleh soudesu berubah menjadi verba bentuk renyoukei/ kimasu/ . Sufiks / masu / dihilangkan sehingga menjadi / ki /. Artinya adalah datang.

Kata soudesu sendiri terdiri dari dua morfem yaitu /sou / + / desu.

/sou/ merupakan morfem dasar maknanya adalah kelihatannya atau sepertinya. / desu / adalah morfem terikat yang memberikam makna pada sopan.

Contoh 3

う 人

Majime souna hito ne.


(57)

( J- Bridge to Intermetiate Japanese: 2 )

Analisis:

Kata / Majime / asal katanya adalah / majime-na/ yaitu kata sifat yang berakhiran dengan na. / na / dihilangkan sehingga menjadi / majime/ .

Kata souna merupakan dua morfem yaitu / sou / + / na /

/ sou / adalah morfem dasar yang mempunyai makna sepertinya

/ na / adalah akhiran yang yang ditambahkan pada /sou / bila di ikuti oleh kata benda. Penambahan / na / pada kata / sou / menunjukkan bahwa secara morfologi perubaha kata /sou / sama halnya dengan keiyoudoushi ( kata sifit/na )

Contoh 4

何時

Ato, naji goro kaeredoudesuka.

Nanti, kir-kira jam berapa bisa pulang.

( Minna no nihongo II : 149 )

Analisis:

Kata / kaere / sebelum kata / sou / asal katanya adalah / kaeru /. Bila diikuti oleh kata soudesu, berubah menjadi kata kerja bentuk meireikei / kaeremasu / sufiks / masu / dihilangkan menjadi / kaere /. Dan maknanya adalah “dapat”.


(58)

/ ka / morfem terikat yang juga merupakan sebuak partikel atau kata Bantu yang memberikan perubahan arti pada kalimat menjadi kalimat Tanya.

4.2.2. Secara Semantik

Contoh 1

立派 カ あ 中 赤い カ 甘 う

Rippana suika ga aru. Nakani akaida. Kono suika wa amasouda.

Ada sebuah semangka yang besar, dan bagus. Dalamnya merah. Semangka ini kelihatannya enak.

(http://www.014.upp.so-net.ne-jp/nbunka/okt98.html ) Analisis:

Konteks dari kalimat diatas adalah bahwa pada saat mengatakan “ semangka ini kelihatannya enak” pembicara melihat sendiri semangka yang besar dan isi dalamnya merah, dia hannya melihat dari luarnya saja. Dari konteks yang ditunjukkan dalam kalimat ini, maka pemakaian kata souda sudah tepat. Karena menurut Ogata bahwa souda digunakan untuk menyatakan perkiraan atau ramalan pembicara dari pengamatan pembicara secara langsung pada saat kejadian, informasi yang diperoleh oleh pembicara merupakan suatu pendapat yang dapat dibenarkan secara umum. Maksudnya adalah siapa saja yang melihat semangka yang besar dan isi dalamnya merah secara umun akan mengatakan atau menduga bahwa semangka tersebut manis.

Contoh 2

ョン

今夜 パーテ

来 う


(59)

Jhon sepertinya tidak datang pada pesta malam ini

( http://homepage3.nifty.com/l-yasu/lesson-e28html. )

Analisis:

Konteks dari kalimat diatas adalah diadakan suatu pesta pada malam hari, dan sebelum pesta ini juga sering diadakan pesta yang sama. Pada saat sebelumnya saudara Jon, selalu datang. Dan pembicara tahu benar bahwa Jon selalu datang pada saat pesta sebelumnya. Sehingga pembicara menduga bahwa Jon akan datang pada pesta malam ini, karna berdasarkan pengalaman yang telah lalu Jon selalu datang. Pemakaian kata souda dalam konteks kalimat seperti ini sudah tepat, karna menurut teori Ogata, Souda juga digunakan untuk menyatakan suatu dugaan atau perkiraan yang berasal dari informasi berturut-turut, dan pernah dialami oleh pembicara.

Contoh 3

:鈴木

何 見 い

鈴木

:ああ

写真 正月 高校

う う い

窓会

写真

写真

: え

一番 座

い 男 人

鈴木

:ああ

岡 君

う 人

Tanaka : Suzukisan, nani o moteruno?

Suzuki : aa, tanakasan. Koredayo, shashin. Shougatsuni koko no dosoukai ga atta shashin dakedo, sono toki minna de totta shashin.


(60)

Tanaka : hee, ne, kono ichiban ni suwatteiru otokonohito wa dare? Suzuki : aa, sorewa okadakun.

Tanaka : majimesouna hito ne.

Tanaka : Suzuki, sedang lihat apa?

Suzuki : e, tanaka. Ini loh, poto. Pada tahun baru ada megadakan reuni, ini adalah poto yang di ambil pada waktu itu.

Tanaka : hee. Laki-laki yang duduk paling depan ini siapa? Suzuki : o, itu adalah Okada.

Tanaka : kelihatannya orangnya rajin ya.

( J- Bridge to Intermetiate Japanese: 2 )

Analisis :

Dalam kalimat percakapan diatas pemakaian kata souda sudah tepat, yaitu untuk menyatakan dugaan atau anggapan dari tampilan luar. Seperti dalam kalimat diatas, Tanaka mengatakan “ sepertinya Okada adalah orang yang rajin” itu dia lihat dari tampilan luar. Dalam kalimat diatas dia melihat hannya melalui potonya saja. Mungkin melalui poto itu dia melihat Okada orang yang rapi, pake dasi. Maka dia menduga bahwa okada adalah orang yang rajin. Kalimat ini merupakan dugaan pembicara karena dia tidak tau bagai mana sifat okada yang sebenarnya.

Contoh 4

:ミ ー 一緒 帰 せ

: 少 い仕事 あ


(61)

: う 帰 思い

: う 待 い

A : Mira san isshoni kaerimasenka? B : mada, sukoshi shigoto ga arundesu. A : Ato, nanji goro kaeresoudesuka. B : mousugu kaeru to omoimasu. A : soudesuka. Ja, matteimasu.

A : Saudara Miler, maukah pulang sama-sama? B : belu, saya masih ada sedikit pekerjaan. A : kira-kira jam berapa bisa pulang? B : saya pikir sebentar lagi bisa pulang. A : o, kalau begitu saya tunggu.

( Minna no nihongo II : 149 )

Analisis :

Dalam kalimat diatas, kata souda digunakan untuk menyatakan suatu dugaan terhadap suatau keinginan orang lain pada waktu atau kejadian yang akan datang. Dalam kalimat ini ( A ) menanyakan kepada ( B ) kapan bisa pulang, karena ( A ) ingin mengajak ( B ) pulang sama-sama. Kata souda dalam kalimat diatas tidak digunakan untuk menyatakan keinginan diri sendiri, melainkan untuk meyatakan dugaan terhadap keinginan orang lain.

Contoh 5.

上着 ボタン


(62)

A : usagi no botan ga toresoudesu.

B : a, hontoudesune, doumouarigatougozaimasu. A : Kancing baju anda kelihatannya hampir mau lepas. B : eh, benarya. Terimakasih banyak.

( minna no nihongo II : 144 )

Analisis :

Konteks dari kalimat diatas sudah jelas bahwa ( A) melihat bahwa kancing baju ( B ) hampir mau lepas. Sehingga dia mengatakan bahwa kelihatannya kancing baju ( B) mau lepas, dengan menggunakan kata soudesu untuk menyatakan dugaannya. Pemakaian kata soudesu dalam konteks kalimat diatas adalah untuk menyatakan dugaan yang yang akan terjadi dalam waktu yang dekat, seperti dicontohkan dalam kalimat bahwa kancing baju ( B ) hampir mau lepas, dalam arti kata sebentar lagi akan lepas. Kata soudesu digunakan karna masih merupakan dugaan sebab kancing baju yang ia maksudkan belum lepas. Mungkin dalam beberapa saat lagi akan lepas.

4.3. Analisis Penggunaan Kata Rashii 4.3.1. Secara Morfologi

Contoh 1

天気予報

ほ う

明日

あ あ

Tenkiyohou niyoruto, ashita wa amerashii Menurut ramalan cuaca besok hujan.


(63)

( nihongo bunpou jiten )

Analisis:

/ ame / adalah kata benda jika di ikuti kata rashii tidak mengalami perubahan apapun. Kata rashii ( )secara morfologi terdiri dari dua morfem:

/ rashi / adalah morfem dasar karena tidak mengalami perubahan bentuk walaupun memgalami proses morfologis

/ i / adalah morfem terikat yang tidak memiliki arti apa-apa bila tidak digabungkan dengan morfem lain.

Contoh 2

学校 先生

国語 教え い

時々小説 書い 出版社 送

Gakkoude sensei o shite iru. Kokugo o oshieteirundakedo, imademo tokidoki shousetsu o kaiteshuppansha ni okutte iru rashii.

Sebagai guru disekolah, mengajar bahasa ( Jepang) tapi sekarangpun kadang-kadang menulis novel dan mengirinkan ke perusahaan penerbitan.

( J- Bridge to Intermediate Japanese ; 2 )

Analisis:

Sebelum kata rashii dalam kalimat diatas adalah Verba yang mengalami proses morfologis. Yaitu / okutteiru / asal katanya adalah / okuru/ mendapat sisipan / tte / + akhiran /iru / yang bermakna keadaan yang masih benkelanjutan.

/ rashii / morfem dasarnya adalah / rashi / dan / i / adalah morfem terikat yang tidak mengalami perubahan.


(64)

Contoh 3

大木

Okii san wa otoko rashikunai. Ooki tidak kelihatan laki-laki.

(

日本語基本文法辞典

:551)

Analisis :

Dalam kalimat diatas / otoko / adalah kata benda dan tidak mengalami proses morfologis atau tidak mengalami perubahan.

Rashikunai terdiri dari tiga morfem yaitu:

/ rashii / adalah morfem dasar dan tidak mengalami perubahan dan memiliki makna seperti dalam kalimat diatas

/ ku / adalah morfem berubah dari morfem / i / menjadi / ku /

/ nai / adalah morfem terikat yang berfungsi memberikan makna negatif pada kata atau morfem sebelumnya. / rashii / = seperti . / rashikunai / tidak seperti.

Dari perubahan yang ditunjukkan dalam kalimat diatas / rashii / menjadi /rashikinai / tampak bahwa kata rashii mengalami perubahan sama dengan keiyoushi

4.3.2. Secara Semantik

Contoh 1


(1)

pengamatan sepintas oleh Lee, dia menduga bahwa Jepang semakin banyak menginpor barang dari luar. Dugaan yang disampaikan oleh Lee ini merupakan dugaan yang belum pasti kebenarannya karena dia hannya melihat banyaknya sayur atau udang inpor yang ada diswalayan Jepang. Dalam dalam situasi yang ditunjukkan dalam kalimat daitas maka pemakaian rashii untuk menyampaikan dugaan pembicara sudah tepat.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari analisis yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Youda, souda dan rashii, ditinjau dari segi morfologi, merupakan morfem terikat. Ketiga kata ini tidak bisa berdiri sendiri melainkan harus dilengketkan dengan kata lain, sehingga memiliki makna dan arti.

2. souda dan youda secara morfologis mengalami perubahan bentuk sama halnya seperti kata sifat na-keiyoudshi atau keiyoudoushi bila diikuti oleh Verba menjadi you-ni, bila diikuti oleh nomina menjadi you-na dan jika diikuti oleh desu maka /na/ dihilangkan.

3. rashii secara morfologi mengalami perubahan bentuk sama seperti kata sifat i-keiyoushi.

4. Ditinjau dari segi semantik kata youda, souda dan rashii dalam kalimat bahasa Jepang dapat diartikan dengan kata kelihatannya atau sepertinya dalam bahasa Indonesia.

5. Kata youda, souda, dan Rashii diguanakan untuk meyatakan dugaan.

6. souda digunakan untuk menyatakan dugaan berdasarkan informasi yang dilihat oleh pembicara pada saat kejadian. Souda digunakan juga untuk menyatakan dugaan pembicara terhadap sesuatu yang tampak dari luar. Seperti sifat seseorang yang tampak dari luar, atupun bisa juga dilihat dari poto.

7. Souda juga digunakan untuk menyatakan dugaan terhadap keinginan seseorang.


(3)

8. Kata souda digunakan untuk meyatakan suatu dugaan pembicara terhadap suatau kejadian yang akan datang. Dalam perkiraan pembicara dugaan yang diamaksudkan itu akan segera atau sebentar lagi akan terjadi berdasarkan hal yang ia lihat dengan panca inderanya.

9. youda digunakan pada saat pembicara menyatakan perkiraan subjektif berdasarkan informasi yang ia terima melalui panca inderanya informasi yang diterima oleh pembicara adalah informasi secara langsung.

10. Youda bisa gunakan untuk menyatakan suatu dugaan yang berasl dari apa yang dilihat dan dirasakan, dan informasi yang diterima oleh akal sehat. 11. Apa bila pembicara telah mengetahui dari suatu objek, kata souda tidak dapat

digunakan

12. Rashii secara umum digunakan ketika pembicara membuat suatu dugaan didasarkan pada informasi yang ia telah didengar,dibaca ,atau dilihat.

13. souda digunakan pada informasi yang dilihat dari luar dan informasi itu bisa dibenarkan secara umum. Sedangkan youda informasi yang dilihat sendiri oleh pembicara dan sebelum menyampaikan informasi terlebih daluhu dianalisa dan diyakini kebenaran informasi itu. Sementara rashii dari informasi yang tidak secara lansung diamati oleh pembicara, bisa dari apa yang telah ia baca, atau ia dengar sebelumnya, dan juga bisa dari pengamatan dari jarak jauh. 14. Baik kata souda, youda, maupun rashii, semuanya merupakan ungkapan untuk

menyatakan dugaan. Yang membedakan pemakain dari ketiga kata tersebut adalah konteks, dan informasi yang diterima oleh pembicara.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukkkan diatas maka penulis ingin menyarankan antara lain:


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

---,Chukyu Kara Nihongo o manabu ( 中級 日本語 学ぶ). Japan: Jita Shuppansha

Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hasubuan, Adriana. 2003. Sistem Morfologi Verba Bahasa Jepang. Medan: USU Hirotase Masa yori, shiji Kakuku. 2002. Effektive Japanese Usage Dictionari.

Tokyo: Kondansha Ltd

Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah Koizumi,T. 1993. Gengogaku Nyumon. Tokyo: Kabushiki Kaisha

Kusdiana, Eman. 2002. Kontrastif Antara Bahasa Jepang dengan Bahasa Indonesia Ditinjau Dari Segi Preposisi. Medan: USU digital library

Makino Seichi. Sutsuji Michio.1996. A Dictionary Off Intermediet Japanese Grammar. Tokyo: Japan Times

Makino Seichi dan Sutsuji Michio.1996. A Dictionary Off Basic Japanese Grammar. Tokyo: Japan Times

---,2002. Minna no Nihongo II ( 日本語 II ). Surabaya: PT. Lintas Budaya

---, 1998. Minna No Nihongo II Terjemahan dan Keterangan Tata Bahasa. Tokyo: Surie Nettowaku ( ー ーエーネットワーク)

Mizutani, Nobuko.1987. Intermediate Japanese ( 総合日本語中級 前期 ). Japan: Bonjinsha


(5)

Mizutani, Nobuko.1987. Intermediate Japanese ( 総 合 日 本 語 中 級). Japan: Bonjinsha

McCready, Eric dan Ogata,Norri.2006. Evidentiality, Modality and Probability : Japan: Universitas Osaka

McCready, Eric dan Ogata,Norri.2006. Adjectives, Stereotypicality and Comparison: Japan: Universitas Osaka

Nelson, Anrdew. N. 2005. Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia. Jakarta: kesaint Blanc

Parera J.D, 1990. Teori Semantik, Jakarta : Erlangga

Ramlan,M.1967. Ilmu Bahasa Indonesia.Yogyakarta. Karya Muda

---, 2004. Shin Nihongo Chukyu Terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Tokyo:

Erienettowaku エ ーエーネットワーク

---, 2000. Shin Nihongo Chukyu ( 新日本語中級). Tokyo: Erienettowaku エ ーエーネットワーク

Siregar. Bahren. U. 2006. Pengantar Linguistik Umum. Medan: Bahan Kuliah Situmorang.Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang, Medan: USU

Press

Sudjianto.200. Gramatika Bahasa Jepang Modern .Jakarta: kesaint Blanc

Sukapiring, Peraturen. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Medan: Fakultas Sastra USU


(6)

Japan: Erienettowaku エ ーエーネットワーク Verhaar, 1988. Pengantar Linguistik. Yogyakart: UGM Press

Yasuo, Kikuchi : 2000. The Society of Japanese Linguistics. NII- Electronic Library Service

Yayasan Jipun. 2007. Kamus Asas Bahasa Jepun Melayu : Malaysia : Oxford Fajar. http://www.nihongo.anthonet.com/archives/rashii-seem-to-be-to/

http://japan-studies.com/language/grammar/konjugation/rentaikei/rashii http://homepage3.nifty.com/l-yasu/lesson-e28html.

http://learnjapanese.languageschool.net/mod/resource/view.php/id=178

http://mercury.soas.ac.uk/users/ims/japanese-modality-conferenceprograme-htm http://www014.upp.so-net.ne-jp/nbunka/okt98.htm