Konsep SMED Tahapan Metode SMED

3.3. Konsep SMED

3 Pada tahun 1950, Shigeo Shingo memimpin sebuah penelitian dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi pada pabrik Mazda di Hiroshima. Dimana pimpinan pabrik menginginkan untuk menghilangkan kasus bottleneck pada stasiun body-molding yang mana tidak dapat berjalan sesuai kapasitasnya. Shigeo Shingo yang pada saat itu ditugaskan melakukan penelitian disana melihat masalah utama terjadinya bottleneck adalah pada proses pergantian die. Dimana proses pergantian die dilakukan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang hampir 1 jam pada saat mesin dimatikan. Hal yang hampir sama juga terjadi pada saat Shigeo Shingo melakukan penelitian di Mitsubishi Heavy Industries Hiroshima dan di Toyota Motor Company. Dimana proses setup yang terjadi begitu lama dan dilakukan pada saat mesin dalam keadaan mati. Shigeo Shingo melihat bahwa hal tersebut merupakan pemborosan waktu yang dilakukan oleh pabrik bersangkutan. Aktifitas tersebut dikategorikan sebagai pemborosan karena tidak memberikan nilai tambah terhadap produk, bahkan dapat menyebabkan bottleneck dan pembengkakan biaya yang kasat mata.

3.4. Tahapan Metode SMED

4 SMED Single Minute Exchange of Die adalah metodologi dasar yang digunakan untuk mereduksi waktu setup. Metode SMED ini terdiri dari dua tahap, yakni : 3 4 Shigeo Shingo, A Revolution in Manufacturing : the SMED System, 1985, UK : Productivity Inc, pp. 21-52 Universitas Sumatera Utara a. Tahap Pertama Membedakan setup internal dan setup eksternal. Operasi setup internal dilakukan saat mesin dalam keadaaan tidak beroperasi, sedangkan setup eksternal dilakukan saat mesin beroperasi. Berikut ini merupakan titik-titik yang efektif yang dapat digunakan untuk mengkategorikan suatu proses setup sebagai setup eksternal. 1. Menggunakan Daftar Cek Checklist Buatlah sebuah daftar checklist dari semua part mesin dan langkah- langkah yang dibutuhkan dalam suatu operasi. Daftar ini berisi nama, spesifikasi, tekanan, temperature, dimensi dan angka-angka numeric untuk semua jenis ukuran mesin. 2. Memeriksa Kinerja dan Fungsi Mesin Berdasarkan checklist yang ada dapat ditentukan apakah keseluruhan part mesin tersebut masih dapat berfungsi atau tidak. 3. Memperbaiki Sistem Transportasi dan Part-part lainnya Dalam suatu proses produksi tertentu terdapat part-part yang akan dipindahkan dari penyimpanan ke mesin produksi, dan part tersebut akan dikembalikan lagi ke bagian penyimpanan setelah satu lot produk telah diselesaikan. Kondisi ini akan mengakibatkan operator semakin sering melakukan transportasi saat mesin beroperasi. Oleh karena itu perlu diperbaiki sistem transportasi yang lebih efisien. Universitas Sumatera Utara b. Tahap Kedua Dengan melakukan konversi setup internal menjadi setup eksternal akan mampu mereduksi waktu setup hingga 30-50. Tahap-tahap yang dilakukan dalam mengkonversikan setup internal menjadi setup eksternal ini antara lain : 1. Mempersiapkan Kondisi Operasional yang Baik Hal ini dapat ditempuh dengan cara melakukan uji coba pemanasan terhadap mesin pengecoran dan melakukan pemanasan awal. 2. Melakukan Standarisasi Fungsi Hal ini dilakukan dengan menstandarisasi ukuran maupun dimensi semua part-part mesin dan tools yang digunakan, terutama yang berhubungan dengan operasi setup. Untuk mengimplementasikan standarisasi fungsi ini, fungsi individual tiap part harus dianalisis satu persatu, engineer harus memilih part mana saja yang harus distandarisasi. c. Tahap Ketiga Memperbaiki semua aspek dalam operasi setup. Meskipun demikian waktu reduksi dengan mengkonversikan setup internal menjadi setup eksternal ada banyak faktor lain yang bisa mempengaruhi reduksi ini di sejumlah kasus setup. Oleh karena itu harus dilakukan upaya pembakuan untuk mengefisienkan prosedur-prosedur dasar dalam operasi setup internal maupun eksternal. Jadi tahap ketiga ini merupakan analisis dari masing-masing operasi dasar sebelumnya. Pada sejumlah perusahaan, prosedur yang baku untuk suatu proses setup yang umum dilakukan telah ditetapkan. Untuk setup yang jarang dilakukan, proses setup dilakukan berdasarkan keahlian dan kemampuan operatornya. Universitas Sumatera Utara Konsep langkah SMED dalam mereduksi waktu setup dapat dilihat pada Gambar 3.1. berikut : Eksternal Setup Internal Setup Gambar 3.1. Konsep Langkah SMED dalam Mereduksi Waktu Setup Sumber : Shigeo Shingo, A Revolution in Manufacturing : the SMED System, 1985, UK : Productivity Inc, pp. 92 Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa tiap langkah SMED dapat diaplikasikan dengan mengacu langsung pada teknik-teknik perbaikan yang sederhana, seperti penggunaan peralatan setup. Stage Permulaan Internal Set Up dan Eksternal Set Up Belum Dibedakan - Menggunakan Checklist - Menampilkan fungsi checklist - Mengembang- kan Sistem Transportasi pada Pencetakan Stage 1 Identifikasi Internal dan Eksternal Set Up - Menyiapkan kondisi operasional yang baik - Standarisasi fungsi - Meningkatkan sistem transportasi dan penyimpanan - Mengimplementasikan Operasi paralel - Menggunakan Functional Clamps - Mengeliminasi Pencocokan adjustment - Mengurangi Sistem Operasi Majemuk - Menggunakan mekanisasi Stage 2 Konversikan Internal dan Eksternal Set Up Stage 3 Perbaiki Semua Aspek dalam Operasi Set Up Stage Permulaan Internal Set Up dan Eksternal Set Up Belum Dibedakan - Menggunakan Checklist - Menampilkan fungsi checklist - Mengembang- kan Sistem Transportasi pada Pencetakan Stage 1 Identifikasi Internal dan Eksternal Set Up - Menyiapkan kondisi operasional yang baik - Standarisasi fungsi - Meningkatkan sistem transportasi dan penyimpanan - Mengimplementasikan Operasi paralel - Menggunakan Functional Clamps - Mengeliminasi Pencocokan adjustment - Mengurangi Sistem Operasi Majemuk - Menggunakan mekanisasi Universitas Sumatera Utara

3.5. Manfaat Aplikasi Metode SMED