Perbaikan Fasilitas Kerja untuk Mereduksi Kebisingan di PT. Intan Suar Kartika

(1)

PERBAIKAN FASILITAS KERJA UNTUK MEREDUKSI

KEBISINGAN DI PT. INTAN SUAR KARTIKA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

SRI ULINA PINEM 050403011

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERBAIKAN FASILITAS KERJA UNTUK MEREDUKSI

KEBISINGAN DI PT. INTAN SUAR KARTIKA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

SRI ULINA PINEM 0 5 0 4 0 3 0 1 1

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Nazlina, MT) (Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

PT. Intan Suar Kartika merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi bahan bangunan khususnya paku. Proses pengepakan (packing) merupakan salah satu proses dengan kondisi lingkungan kerja yang bising. Kebisingan di tempat kerja menyebabkan terganggunya kenyamanan dan kesehatan pendengaran operator. Penelitian ini bertujuan untuk mereduksi kebisingan yang terjadi pada bagian pengepakan (packing).

Sifat penelitian ini adalah penelitian korelasional dan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non probability sampling, yaitu

judgement sampling. Objek dalam penelitian ini adalah pekerja yang bekerja pada

bagian pengepakan (packing) paku di PT. Intan Suar Kartika.

Tingkat kebisingan yang diterima oleh tiap operator telah melebihi NAB yang diizinkan. Kebisingan berpengaruh sangat signifikan terhadap kesehatan pendengaran dan kenyamanan operator. Uji audiometri menunjukkan kemampuan mendengar operator mengalami penurunan setelah bekerja. Kondisi fisik terhadap denyut jantung dan tekanan darah menunjukkan tingkat hubungan yang rendah. Dari hasil kuesioner diperoleh bahwa tingkat kebisingan yang dirasakan operator belum mendukung kenyamanan dan kesehatan pendengaran operator. Lingkungan kerja yang bising dirasakan mengganggu dan menyebabkan kelelahan, sehingga setiap pekerja berharap adanya perbaikan untuk mereduksi kebisingan. Pengurangan tingkat kebisingan dilakukan dengan menambah bahan peredam berupa karet untuk melapisi wadah curahan paku pada mesin pengepakan (packing) yang merupakan sumber bising sehingga meminimalisir tumbukan antara paku dengan wadah curahan paku yang terbuat dari logam dan dapat mengurangi tingkat kebisingan sebesar 16,3650 dB.

Dari penelitian yang dilaksanakan maka saran yang dapat diberikan adalah perusahaan diharapkan memperhatikan kenyamanan dan kesehatan pekerja dengan melakukan pengendalian terhadap kebisingan dengan cara menambah bahan peredam pada mesin yang merupakan sumber bising, selain penggunaan alat pelindung telinga seperti ear plug atau ear muff.

Kata Kunci : Noise, Peredaman Total Permukaan (Sabine), Noise Reduction, Kenyamanan, Kesehatan Pendengaran.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Kegiatan penelitian ini dilakukan di PT. Intan Suar Kartika. Adapun judul Tugas Sarjana ini adalah “Perbaikan Fasilitas Kerja untuk Mereduksi Kebisingan di PT. Intan Suar Kartika”. Tujuan dari Laporan Tugas Akhir ini adalah memberikan solusi untuk mereduksi masalah kebisingan dan mendapatkan lingkungan tempat kerja yang mendukung proses kerja. Dengan begitu, akan diperoleh solusi berupa perbaikan fasilitas kerja yang dapat mendukung kenyamanan dan kesehatan pekerja.

Diharapkan Laporan Tugas Akhir dapat menambah wawasan bagi pembaca dan sebagai masukan untuk penelitian yang berkaitan dengan kebisingan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada Tugas Sarjana ini. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu dalam penelitian. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca untuk dapat menyempurnakan Tugas Sarjana ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS. Maret 2011


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya laporan ini, banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Nazlina, MT selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku ketua Departemen Teknik Industri USU dan yang telah memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini.

3. Orang Tua, Abang, dan Kakak serta keluarga tercinta yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Ridwan selaku pegawai administrasi yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di PT. Intan Suar Kartika.

5. Bapak Tjengal selaku pembimbing lapangan di PT. Intan Suar Kartika yang telah meluangkan waktu bagi penulis selama melaksanakan penelitian di usaha tersebut.

6. Pekerja pada bagian pengepakan (packing) di PT. Intan Suar Kartika yang telah membantu penelitian ini.


(6)

7. Sahabat-sahabat penulis Rasdiana, Magda, Rahmi, dan Arih yang telah membantu penulis memberikan dukungan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini.

8. Rekan-rekan angkatan 2005 yang telah membantu penulis memberikan dukungan dan semangat selama pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

9. Aidil Kurniawan angkatan 2007 yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT SIDANG SARJANA ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR . ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL . ... xiv

DAFTAR GAMBAR . ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN . ... xxiii

I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan Penelitian dan Asumsi ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-5


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Struktur Organisasi ... II-3 2.4. Proses Produksi ... II-5 2.4.1. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-5 2.4.2. Bahan yang Digunakan ... II-7 2.4.3. Uraian Proses Produksi ... II-9 2.5. Mesin dan Peralatan ... II-14 2.5.1. Mesin Produksi ... II-14 2.5.2. Peralatan ... II-23 2.6. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-25 2.6.1. Tenaga Kerja ... II-26 2.6.2 Jam Kerja ... II-27

III. LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Bunyi ... III-1 3.2. Tingkat Bunyi ... III-2 3.3. Intensitas Bunyi..………. ... III-5 3.4. Kebisingan ... III-6


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.4.1. Jenis-jenis Kebisingan ... III- 10 3.4.2. Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan ... III-15 3.4.3. Mengukur Tingkat Kebisingan ... III-19 3.4.4. Pengendalian Kebisingan ... III-20

IV. METODOLOGI PENELITIAN . ... IV-1 4.1. Objek dan Waktu Penelitian... IV-1 4.2. Sifat Penelitian ... IV-1 4.3. Kerangka Konsep Berpikir ... IV-1 4.4. Populasi dan Sampel Penelitian ... IV-2 4.4.1. Populasi ... IV-2 4.4.2. Sampel ... IV-2 4.5. Metodologi Penelitian ... IV-3 4.6. Pengumpulan Data ... IV-3 4.7. Prosedur Pengumpulan Data ... IV-6 4.8. Pengolahan Data ... IV-7 4.9. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-7

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1 5.1. Pengumpulan Data. ... V-1


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.1. Data Tingkat kebisingan dan Kecepatan Angin. ... V-1 5.1.1.1. Data Tingkat kebisingan ... V-3 5.1.1.2. Data Kecepatan Angin ... V-4 5.1.2. Data Psikologi Operator ... V-4 5.1.3. Pengukuran Audiometri Operator ... V-7 5.1.4. Data Personal Operator ... V-8 5.1.5. Data Denyut Jantung dan Tekanan Darah

Operator ... V-9 5.2. Pengolahan Data ... V-10 5.2.1. Pengolahan Data Kuesioner ... V-10 5.2.1.1. Uji Validitas Item Soal ... V-10 5.2.1.2. Uji Reliabilitas Instrumen ... V-12 5.2.1.3. Perhitungan Mean Vote ... V-15 5.2.2. Kebisingan ... V-18

5.2.2.1. Perhitungan Intensitas Bunyi dan

Energi dari Sumber Bunyi ... V-18 5.2.2.2. Perhitungan Beban Bising... V-23 5.2.3. Kecepatan Angin ... V-26


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.4. Pengaruh Data Fisik Operator Terhadap Denyut

Jantung dan Tekanan Darah ... V-27 5.2.5. Perhitungan Konsumsi Energi Operator ... V-34 5.2.6. Pengolahan Data Pengukuran Audiometri

Operator ... V-36 5.2.7. Uji Statistik Parametrik Korelasi Pearson dan

Uji Regresi ... V-37

VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL . ... VI-1 6.1. Analisis Hasil... ... VI-1

6.1.1. Analisis Kondisi Kebisingan dari Sumber Bunyi

di Bagian Pengepakan (Packing) ... VI-1 6.1.2. Analisis Intensitas Bunyi dan Energi dari Sumber

Bunyi ... VI-5 6.1.3. Analisis Pengaruh Data Fisik Operator Terhadap

Denyut Jantung dan Tekanan Darah ... VI-6 6.1.4. Analisis Konsumsi Energi yang Dibutuhkan

Operator ... VI-8 6.1.5. Analisis Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.1.6. Analisis Beban Bising ... V-11 6.1.7. Analisis Psikologi Operator ... V-12 6.1.8. Analisis Pengukuran Audiometri ... V-14 6.2. Pembahasan Hasil... ... VI-15

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Spesifikasi Ukuran Paku ... II-6 2.2. Daftar Mesin Produksi Paku ... II-25 2.3. Sebaran Penggunaan Tenaga Kerja pada PT. Intan Suar

Kartika ... II-26 2.4. Jam Kerja Reguler ... II-27 2.5. Jam Kerja Shift ... II-27 3.1. Perubahan Tingkat Bunyi dan Efeknya ... III-4 3.2. Pengaruh Kekerasan Bunyi pada Manusia ... III-4 3.3. Jenis Peredam dan Kegunaannya ... III-5 3.4. Sumber Bunyi dan Intensitas Bunyi ... III-6 3.5. Tingkat Kebisingan yang Diperbolehkan. ... III-9 3.6. Kondisi Suara dan Batas Tingkat Kebisingannya ... III-11 3.7. Tingkat Bising Rata-rata yang Biasa ... III-14 3.8. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Indonesia ... III-14 3.9. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Industri Indonesia ... III-15 5.1. Data Hasil Pengukuran Jarak Operator ke Sumber Bising ... V-1 5.2. Data Tingkat Kebisingan untuk Tiap Posisi Operator ... V-3 5.3. Data Kecepatan Angin untuk Tiap Titik ... V-4 5.4. Data Rekapitulasi Kuesioner ... V-5 5.5. Data Pengukuran Audiometri untuk Tiap Operator ... V-7


(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.6. Data Personal Operator pada Bagian Pengepakan (Packing) .. V-8 5.7. Data Denyut Jantung dan Tekanan Darah Operator ... V-9 5.8. Perhitungan Validitas untuk Pertanyaan 1 (Tingkat

Kebisingan yang Dirasakan) Sebelum Bekerja ... V-11 5.9. Hasil Perhitungan Validitas untuk Setiap Item Pertanyaan ... V-12 5.10. Perhitungan Varians untuk Tiap Item Pertanyaan Sebelum

Bekerja ... V-13 5.11. Hasil Perhitungan Varians untuk Tiap Item Pertanyaan... V-14 5.12. Hasil Uji Reliabilitas Item Pertanyaan Sebelum dan Sesudah

Bekerja ... V-15 5.13. Rekapitulasi Mean Vote Data Kuesioner ... V-15 5.14. Hasil Perhitungan Intensitas Bunyi pada Masing-masing

Posisi Operator ... V-20 5.15. Hasil Perhitungan Energi Sumber Bunyi pada Masing-masing

Posisi Operator ... V-21 5.16. Beban Bising yang Diterima Operator 3 ... V-24 5.17. Rekapitulasi Beban Bising yang Diterima oleh Setiap

Operator ... V-25 5.18. Data Hasil Pengukuran Kecepatan Angin ... V-26


(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.19. Rekapitulasi Hasil Output Uji Korelasi dan Regresi Umur, Berat Badan, dan Tinggi Badan Terhadap Denyut Jantung

Operator ... V-28 5.20. Rekapitulasi Hasil Output Uji Korelasi dan Regresi Umur,

Berat Badan, dan Tinggi Badan Terhadap Tekanan Darah

Operator ... V-30 5.21. Konsumsi Energi yang Dibutuhkan Tiap Operator ... V-35 5.22. Nilai Mean dan Standar Deviasi Data Operator ... V-36 5.23. Kemampuan Dengar Operator Sebelum dan Sesudah

Bekerja ... V-36 5.24. Korelasi dan Regresi Kecepatan Angin Terhadap Tingkat

Kebisingan pada Posisi Operator 1 ... V-39 5.25. Rekapitulasi Output Hasil Uji Korelasi dan Regresi Kecepatan

Angin Terhadap Tingkat Kebisingan pada Posisi Operator 1 .. V-39 5.26. Rekapitulasi Output Hasil Uji Korelasi dan Regresi Kecepatan

Angin Terhadap Tingkat Kebisingan pada Setiap Posisi

Operator ... V-40 5.27. Rekapitulasi Output Hasil Uji Korelasi dan Regresi Kebisingan

Terhadap Kesehatan dan Kenyamanan Sebelum dan Sesudah


(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.1. Serapan Bunyi Total Kondisi Awal pada Wadah Curahan

Berbentuk Kerucut ... VI-23 6.2. Serapan Bunyi Total dengan Penambahan Peredam pada

Wadah Curahan Berbentuk Kerucut ... VI-23 6.3. Serapan Bunyi Total Kondisi Awal pada Wadah Curahan

Berbentuk Prisma ... VI-24 6.4. Serapan Bunyi Total dengan Penambahan Peredam pada


(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Intan Suar Kartika ... II-4 3.1. Pengurangan Tingkat Bunyi Akibat Jarak ... III-3 3.2. Sumber Bunyi dan Rentang Frekuensinya... III-8 4.1. Kerangka Konsep Berpikir ... IV-2 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-4 4.3. Jadwal Pengumpulan Data ... IV-7 4.4. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-8 4.5. Kuesioner Penelitian ... IV-10 5.1. Posisi Operator pada Bagian Pengepakan (Packing)

dan Titik Pengukuran... V-2 5.2. Grafik Mean Vote Tingkat Kebisingan yang

Dirasakan ... V-16 5.3. Grafik Mean Vote Pengaruh Kebisingan Terhadap

Pekerja ... V-16 5.4. Grafik Mean Vote Kenyamanan Lingkungan Kerja

yang Dirasakan ... V-17 5.5. Grafik Mean Vote Efek Lingkungan Kerja ... V-17 5.6. Grafik Mean Vote Efek Lingkungan Kerja Terhadap


(18)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.7. Grafik Perbandingan Tingkat Kebisingan pada Setiap

Posisi Operator ... V-22 5.8. Grafik Perbandingan Intensitas Bunyi pada Setiap

Posisi Operator ... V-22 5.9. Grafik Perbandingan Energi Sumber Bunyi pada

Setiap Posisi Operator ... V-23 5.10. Perbandingan Beban Bising yang Diterima Tiap

Operator ... V-25 5.11. Grafik Kecepatan Angin di Tiap Titik ... V-27 5.12. Grafik Korelasi dan Regresi Umur Terhadap Denyut

Jantung Operator Sebelum dan Sesudah Bekerja ... V-28 5.13. Grafik Korelasi dan Regresi Berat Badan Terhadap

Denyut Jantung Operator Sebelum dan Sesudah Bekerja ... V-29 5.14. Grafik Korelasi dan Regresi Tinggi Badan Terhadap

Denyut Jantung Operator Sebelum dan Sesudah Bekerja ... V-29 5.15. Grafik Korelasi dan Regresi Umur Terhadap Tekanan

Darah Sistolik Operator Sebelum dan Sesudah Bekerja ... V-31 5.16. Grafik Korelasi dan Regresi Umur Terhadap Tekanan


(19)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.17. Grafik Korelasi dan Regresi Berat Badan Terhadap Tekanan Darah Sistolik Operator Sebelum dan Sesudah

Bekerja ... V-32 5.18. Grafik Korelasi dan Regresi Berat Badan Terhadap

Tekanan Darah Diastolik Operator Sebelum dan Sesudah

Bekerja ... V-32 5.19. Grafik Korelasi dan Regresi Tinggi Badan Terhadap

Tekanan Darah Sistolik Operator Sebelum dan Sesudah

Bekerja ... V-33 5.20. Grafik Korelasi dan Regresi Tinggi Badan Terhadap

Tekanan Darah Diastolik Operator Sebelum dan Sesudah

Bekerja ... V-33 5.21. Perbandingan Konsumsi Energi Sebelum dan Sesudah

Bekerja ... V-35 5.22. Perbandingan Kemampuan Dengar Operator Sebelum

dan Sesudah Bekerja ... V-37 5.23. Korelasi dan Regresi Kecepatan Angin Terhadap Tingkat

Kebisingan Posisi Operator 1 ... V-41 5.24. Korelasi dan Regresi Kecepatan Angin Terhadap Tingkat


(20)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.25. Korelasi dan Regresi Kecepatan Angin Terhadap Tingkat

Kebisingan Posisi Operator 3 ... V-42 5.26. Korelasi dan Regresi Kecepatan Angin Terhadap Tingkat

Kebisingan Posisi Operator 4 ... V-42 5.27. Korelasi dan Regresi Kecepatan Angin Terhadap Tingkat

Kebisingan Posisi Operator 5 ... V-43 5.28. Korelasi dan Regresi Kecepatan Angin Terhadap Tingkat

Kebisingan Posisi Operator 6 ... V-43 5.29. Korelasi dan Regresi Kebisingan Terhadap Kesehatan

Operator Sebelum Bekerja ... V-45 5.30. Korelasi dan Regresi Kebisingan Terhadap Kenyamanan

Operator Sebelum Bekerja ... V-45 5.31. Korelasi dan Regresi Kebisingan Terhadap Kesehatan

Operator Sesudah Bekerja ... V-46 5.32. Korelasi dan Regresi Kebisingan Terhadap Kenyamanan

Operator Sesudah Bekerja ... V-46 6.1. Keterkaitan Analisis yang Dilakukan ... VI-1 6.2. Pengurangan Tingkat Bunyi Akibat Jarak ... VI-2 6.3. Mesin Pengepakan (Packing) Paku ... VI-17 6.4. Mesin Pengepakan (Packing) Paku ... VI-19


(21)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

6.5. Wadah Curahan Paku Berbentuk Kerucut yang telah

Dilapisi Peredam Berupa Karet ... VI-20 6.6. Wadah Curahan Paku Berbentuk Prisma yang telah

Dilapisi Peredam Berupa Karet ... VI-21 6.7. Wadah Curahan Paku Berbentuk Kerucut yang telah

Dilapisi Peredam Berupa Karet ... VI-22 6.8. Wadah Curahan Paku Berbentuk Prisma yang telah


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... L-1 Tabel Nilai r Product Moment ... L-9 Perhitungan Biaya untuk Solusi Kebisingan ... L-10


(23)

ABSTRAK

PT. Intan Suar Kartika merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi bahan bangunan khususnya paku. Proses pengepakan (packing) merupakan salah satu proses dengan kondisi lingkungan kerja yang bising. Kebisingan di tempat kerja menyebabkan terganggunya kenyamanan dan kesehatan pendengaran operator. Penelitian ini bertujuan untuk mereduksi kebisingan yang terjadi pada bagian pengepakan (packing).

Sifat penelitian ini adalah penelitian korelasional dan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non probability sampling, yaitu

judgement sampling. Objek dalam penelitian ini adalah pekerja yang bekerja pada

bagian pengepakan (packing) paku di PT. Intan Suar Kartika.

Tingkat kebisingan yang diterima oleh tiap operator telah melebihi NAB yang diizinkan. Kebisingan berpengaruh sangat signifikan terhadap kesehatan pendengaran dan kenyamanan operator. Uji audiometri menunjukkan kemampuan mendengar operator mengalami penurunan setelah bekerja. Kondisi fisik terhadap denyut jantung dan tekanan darah menunjukkan tingkat hubungan yang rendah. Dari hasil kuesioner diperoleh bahwa tingkat kebisingan yang dirasakan operator belum mendukung kenyamanan dan kesehatan pendengaran operator. Lingkungan kerja yang bising dirasakan mengganggu dan menyebabkan kelelahan, sehingga setiap pekerja berharap adanya perbaikan untuk mereduksi kebisingan. Pengurangan tingkat kebisingan dilakukan dengan menambah bahan peredam berupa karet untuk melapisi wadah curahan paku pada mesin pengepakan (packing) yang merupakan sumber bising sehingga meminimalisir tumbukan antara paku dengan wadah curahan paku yang terbuat dari logam dan dapat mengurangi tingkat kebisingan sebesar 16,3650 dB.

Dari penelitian yang dilaksanakan maka saran yang dapat diberikan adalah perusahaan diharapkan memperhatikan kenyamanan dan kesehatan pekerja dengan melakukan pengendalian terhadap kebisingan dengan cara menambah bahan peredam pada mesin yang merupakan sumber bising, selain penggunaan alat pelindung telinga seperti ear plug atau ear muff.

Kata Kunci : Noise, Peredaman Total Permukaan (Sabine), Noise Reduction, Kenyamanan, Kesehatan Pendengaran.


(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Kebisingan adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan pekerja (Sritomo Wignjosoebroto, 2003). Menurut hasil penelitian Leonardo Sihombing, dkk (1987), kebisingan dan lamanya paparan bising yang disebabkan oleh mesin produksi pada pabrik paku menyebabkan terjadinya pergeseran dan penurunan batas pendengaran pada pekerja.

Hasil penelitian oleh Angreyni Bahar (2008), dinyatakan bahwa tingginya tingkat kebisingan yang diterima pekerja pada depertemen tempa dan cor, sebaiknya ditingkatkan evaluasi dan perbaikan manajemen kebisingan. Tahapan-tahapan pengendalian terhadap kebisingan mencakup peningkatan penyuluhan, pelatihan, pengawasan serta keikutsertaan pekerja dalam hal pemilihan APD, serta pemeriksaan kesehatan telinga secara berkala, dan penyediaan alat pemeriksaan kesehatan telinga. Kondisi lingkungan kerja yang baik, akan mendukung kenyamanan dan kesehatan pekerja pada saat bekerja.

Permasalahan kebisingan ini ditemukan pada bagian pengepakan (packing) di PT. Intan Suar Kartika. Perusahaan ini adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam industri bahan bangunan (paku), dengan bahan baku berupa wire


(25)

packing berfungsi untuk mengalirkan paku ke dalam kotak atau kemasan dengan

jumlah tertentu. Cara kerja mesin pengepakan (packing) menimbulkan kebisingan dikarenakan proses pengepakan yang dimulai dengan menuangkan paku ke dalam sebuah bak khusus yang terbuat dari logam sehingga menghasilkan suara bising dikarenakan paku dan bak khusus sama-sama terbuat dari bahan logam. Proses tumbukan antar logam tentu akan menghasilkan suara yang keras.

Tingkat kebisingan yang terjadi di bagian pengepakan (packing) berkisar antara 90 sampai 110 dB. Tingkat intensitas bunyi dalam range ini adalah melebihi nilai ambang batas kebisingan yang diizinkan terpapar pada suatu waktu tertentu, yaitu sebesar 85 dB(A) untuk waktu pemaparan kerja selama 8 jam per hari yang diatur oleh Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 261/MENKES/SK/II/1998. Waktu pemaparan yang diizinkan berkisar antara 15 menit hingga 2 jam per hari. Jika tingkat kebisingan melebihi nilai ambang batas (NAB) yang diperkenankan dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, serta gangguan negatif lain seperti gangguan komunikasi dan kesalahan menterjemahkan informasi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai perbaikan fasilitas kerja untuk mereduksi kebisingan yang ada di bagian pengepakan (packing) PT. Intan Suar Kartika terhadap pekerjanya, dan perlu dilakukan usaha-usaha perbaikan fasilitas kerja dan reduksi kebisingan.


(26)

1.2. Rumusan Permasalahan

Permasalahan yang ditemukan pada bagian pengepakan (packing) di PT. Intan Suar Kartika dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Tingkat kebisingan yang tidak sesuai dengan batas pendengaran operator jika disesuaikan dengan waktu kerja.

2. Pengaruh yang dirasakan operator akibat kebisingan yang diterima di tempat kerja.

3. Kondisi kebisingan yang dirasakan tidak mendukung kenyamanan dan kesehatan pendengaran operator di tempat kerja.

4. Menemukan solusi untuk mengatasi masalah kebisingan di tempat kerja.

Dari identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi di perusahaan adalah tingginya tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh mesin pengepakan (packing), yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan pendengaran selama bekerja. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan perbaikan untuk mereduksi kebisingan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah perbaikan fasilitas kerja untuk mereduksi kebisingan yang terjadi pada bagian pengepakan (packing). Adapun tujuan khusus dari penelitian yang dilakukan di PT. Intan Suar Kartika, yaitu: 1. Menjaga kondisi pendengaran pekerja akibat kebisingan yang timbul pada


(27)

2. Mendapatkan lingkungan tempat kerja yang dapat mendukung proses kerja dimana tingkat kebisingan berada dalam batas yang dianjurkan.

3. Memperoleh solusi untuk mengatasi masalah kebisingan di tempat kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

Keutamaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Mahasiswa

a. Mendapatkan wawasan terutama mengenai kebisingan di tempat kerja serta dapat memecahkan dan mencari solusi masalah dari sudut pandang akademis.

b. Mendapatkan pengalaman terutama dalam hal penelitian yang berkaitan dengan kebisingan.

2. Bagi Perusahaan

a. Memperoleh masukan upaya apa yang dapat dilakukan dalam mengatasi kebisingan di tempat kerja untuk menjaga kesehatan pekerja.

b. Pekerja memperoleh pedoman untuk mengantisipasi terjadinya pengaruh kebisingan di tempat kerja.

3. Bagi Institusi

Memperoleh referensi untuk penelitian selanjutnya dalam mencari solusi terbaik pengendalian kebisingan di tempat pekerja.

1.5. Batasan Penelitian dan Asumsi


(28)

1. Penelitian hanya dilakukan pada bagian pengepakan (packing) di PT. Intan Suar Kartika.

2. Pengukuran kebisingan yang dilakukan hanya pada bagian pengepakan (packing) paku.

3. Pengukuran kondisi fisik pekerja hanya dilakukan dengan mengukur tekanan darah dan denyut jantung pekerja.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Kondisi pekerja di bagian pengepakan (packing) dianggap tidak mempengaruhi hasil pengukuran.

2. Pekerja memiliki tingkat metabolisme tubuh yang relatif sama. 3. Metode kerja tidak berubah saat penelitian dilakukan.

4. Faktor lingkungan kerja lainnya tidak mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi mengenai latar belakang permasalahan berupa kebisingan yang ada di PT. Intan Suar Kartika khususnya di bagian pengepakan (packing), juga identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi


(29)

yang digunakan dalam penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi tentang sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, struktur organisasi, tenaga kerja perusahaan, bahan yang digunakan, jumlah dan spesifikasi produk, uraian proses produksi dan mesin serta peralatan yang digunakan di PT. Intan Suar Kartika yang bergerak di bidang industri bahan bangunan khususnya paku.

BAB III LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang mendukung permasalahan tentang kebisingan, antara lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan, jenis-jenis kebisingan, pengaruh bising terhadap kesehatan, pengukuran tingkat kebisingan, dan pengendalian kebisingan.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini memuat desain penelitian dan metodologi yang digunakan dalam menentukan tingkat kebisingan yang sesuai untuk pekerja. Menggambarkan prosedur penelitian yang akan dilakukan, asumsi, pembatasan, kondisi dan keseluruhan persiapan yang akan dilakukan dalam pengamatan juga alat dan bahan yang digunakan selama penelitian.


(30)

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan berupa pengumpulan data primer yaitu tingkat kebisingan, kecepatan angin, nilai audiometri, data psikologi pekerja, denyut jantung, dan tekanan darah, sedangkan data sekunder yaitu gambaran umum PT. Intan Suar Kartika, jumlah pekerja, dan data mesin produksi yang diperoleh dari perusahaan. Data yang diperoleh diolah secara empiris dan grafis sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

Bab ini memuat analisis dan pembahasan hasil dari pengolahan data dengan cara statistik dan non statistik. Analisis dilakukan untuk mengkaji perbaikan tingkat kebisingan yang mendukung kenyamanan dan kesehatan pekerja. Disamping itu, juga diupayakan untuk memberikan perbandingan kondisi kerja yang ada dengan kondisi kerja yang diusulkan.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Memberikan kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat mengenai perbaikan fasilitas kerja untuk mereduksi kebisingan di tempat kerja.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Intan Suar Kartika adalah perusahaan swasta nasional yang merupakan hasil perluasan dan pengembangan wilayah dari PT. Intan Nasional Iron Industri yang berdiri pada bulan Mei tahun 1971 dengan masa percobaan proyek selama enam bulan. Setelah berjalan beberapa waktu, akhirnya pada bulan Oktober 1971, perusahaan telah dapat melakukan percobaan produksi yakni proses penggalvanisasian plat seng.

Dengan adanya peningkatan proses dan kondisi perusahaan PT. Intan Nasional Iron Industri, maka pada tahun 1973 perusahaan melakukan perluasan usaha yang menjalankan produksi yang berbeda dari sebelumnya. Hasil pengembangan usaha ini ditujukan pada produksi utama berupa kawat paku, paku, kawan licin dan kawat beton. Perusahaan ini kemudian diberi nama yang berbeda yang saat sekarang dikenal dengan nama PT. Intan Suar Kartika.

Lokasi PT. Intan Suar Kartika terletak di Jl. K.L. Yos Sudarso Km. 9,6 Kampung Mabar Medan, Sumatera Utara, Indonesia. PT. Intan Suar Kartika juga memiliki kantor pusat dan pemasaran yang berlokasi di Jl. Gandhi No. 130 (d/h 14-B) Medan, Sumatera Utara, Medan.

PT. Intan Suar Kartika adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri yang bertujuan memproduksi bahan bangunan yaitu berbagai jenis paku. Kemudian berdasarkan kondisi lingkungan dan permintaan produk yang


(32)

dihasilkan, PT. Intan Suar Kartika semakin memerlukan wilayah yang luas untuk melakukan produksinya. Hal ini disebabkan banyaknya variasi produk yang dihasilkan dan mesin-mesin yang digunakan sehingga memerlukan wilayah untuk penempatannya yang teratur.

Akhirnya pada tahun 1984, pengolahan dan penggalvanisasian seng yang dihasilkan dari PT. Intan Nasional Iron Industri dipindahkan ke lokasi lain dan hingga kini perusahaan tersebut telah sepenuhnya menjadi bagian dari PT. Intan Suar Kartika.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Intan Suar Kartika memproduksi bahan bangunan berupa paku dan kawat. Jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Intan Suar Kartika adalah kawat paku, paku, kawat licin, dan kawat duri. Bahan baku yang digunakan untuk keseluruhan produk ini adalah wire rods yang diimpor dari India, Singapura, Rusia dan Australia.

Wire rods tersebut ditarik dengan mesin tarik untuk menghasilkan kawat

paku yang merupakan bahan setengah jadi untuk produk paku dan kawat licin. Selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, PT. Intan Suar Kartika juga menjual kawat paku ini ke industri-industri sejenis lainnya.


(33)

2.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang digunakan PT. Intan Suar Kartika adalah struktur organisasi fungsional di mana terdapat hubungan organisasi horizontal yaitu desain struktur berdasar fungsi-fungsi yang ada dalam suatu organisasi/divisi/sub divisi. Struktur organisasi ini sangat efisien karena disusun menurut keahlian fungsional dan mutu pekerjaan yang baik.

Hubungan fungsional adalah hubungan kerja dengan pembagian tugas dilakukan menurut fungsi-fungsi tugas yang diberikan perusahaan. Hubungan fungsional yang dijumpai pada perusahaan ini, yaitu di bawah Wakil Direktur ada 8 bagian tugas yang diberikan berdasarkan fungsinya. Selain itu terdapat juga hubungan vertikal yang terlihat dari pimpinan tertinggi sampai pada operator. Dengan demikian, dari struktur organisasi perusahaan terlihat jelas hubungan kerja dalam perusahaan. Struktur organisasi PT. Intan Suar Kartika dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan dalam struktur organisasi PT. Intan Suar Kartika dapat dilihat pada bagian Lampiran.


(34)

Dewan Komisaris

Direktur

Wakil Direktur

Factory Manager

Sekertaris

Administrasi Kabag. Pengangkutan

Kepala Produksi

Kabag. Perlengkapan

Umum/ Personalia

Kabag. Gudang

Kabag.

Perawatan Sales

Kasir Delivery

Order Pembukuan

Kabag. Stock

Foreman

Ass. Foreman Operator

Pengawas

Produksi Langsir Satpam

Petugas

Kebersihan Mekanik

Foreman

Ass. Foreman Operator

Foreman

Ass. Foreman

Operator


(35)

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Standar Mutu Bahan/Produk

Standar mutu bahan/produk yang diterapkan pada PT. Intan Suar Kartika adalah suatu ketetapan kualitas produk yang ditujukan untuk mengendalikan produk dan bahan baku agar sesuai dengan spesifikasi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan agar tidak terlalu menyimpang terhadap ketetapan yang telah dibuat. Standar mutu perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas produk akhir dan sebagai perbandingan persaingan dengan perusahaan sejenis yang memproduksi paku.

Standar mutu pembuatan produk paku pada PT. Intan Suar Kartika adalah sebagai berikut:

1. Mata, batang, kepala paku harus center. 2. Tebal kepala paku rata.

3. Bunga kepala paku jelas. 4. Batang paku lurus.

5. Keovalan kepala paku 0,3 mm.

6. Panjang paku dan kepala paku sesuai standar yang ditetapkan. 7. Paku tidak mengalami cacat produksi (tidak berkuping dan gepeng).

Spesifikasi ukuran paku yang diproduksi oleh PT. Intan Suar Kartika dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut.


(36)

Tabel 2.1. Spesifikasi Ukuran Paku

No. Size (mm)

Diameter Kawat

Panjang Paku Diameter Topi Tebal

Paku Kepala Paku Kepala

Standar Toleransi Standar Toleransi Standar Toleransi Topi

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 1,65 x 25,40 1.65 1.63-1.7 25.40 24.40-26.40 4.00 3.50-4.25 0.50 2 1,82 x 31,75 1.82 1.8-1.87 31.75 30.75-32.75 4.50 4.00-4.75 0.50 3 2,10 x 38,10 2.10 2.08-2.15 38.10 37.10-39.10 5.00 4.50-5.25 0.50 4 2,87 x50,80 2.87 2.85-2.92 50.80 49.30-52.30 6.75 6.25-7.00 0.70 5 3,05 x 50,80 3.05 3.03-3.1 50.80 49.30-52.30 7.70 7.20-7.90 0.70 6 3,05 x 63,50 3.05 3.03-3.1 63.50 62.50-65.00 7.70 7.20-7.90 0.70 7 3,40 x 63,50 3.40 3.38-3.45 63.50 62.50-65.00 8.20 7.70-8.40 0.70 8 3,40 x 76,20 3.40 3.38-3.45 76.20 74.20-78.20 8.20 7.70-8.40 0.70 9 3,76 x 88,90 3.76 3.74-3.81 88.90 86.90-90.90 9.20 8.70-9.40 0.70 10 4,10 x 76,20 4.10 4.08-4.15 76.20 74.20-78.20 10.00 9.00-10.20 1.00 11 4,10 x 101,60 4.10 4.08-4.15 101.60 99.60-103.60 10.00 9.00-10.20 1.00 12 4,50 x 88,90 4.50 4.48-4.55 88.90 86.90-90.90 11.00

10.00-11.50 1.00 13 5,15 x 101,60 5.15 5.13-5.2 101.60 99.60-103.60 12.00

11.00-12.50 1.00 14 5,15 x 127,00 5.15 5.13-5.2 127.00

125.00-129.00 12.00

11.00-12.50 1.00 15 5,15 x 127,00 5.15 5.13-5.2 127.00

125.00-129.00 13.00

12.00-13.50 1.00 16 5,58 x 152,40 5.58 5.56-5.63 152.40

150.40-154.40 13.00

12.00-13.50 1.00

Sumber : Standar Mutu Paku pada PT. Intan Suar Kartika

Produk paku yang dihasilkan memiliki spesifikasi tertentu yang harus disesuaikan dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Produk paku dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang masing-masing memiliki ketetapan ukuran yang telah ditetapkan sehingga produksi tidak terlalu menyimpang dan sesuai dengan standar.


(37)

2.4.2. Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi pada PT. Intan Suar Kartika dapat dikelompokkan menjadi bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan. Pengelompokkan bahan yang digunakan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan utama dalam pembuatan produk dan jumlahnya dari waktu ke waktu tidak berubah untuk produk yang sejenis. Bahan baku memiliki persentase yang paling besar dibandingkan bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan oleh PT. Intan Suar Kartika adalah wire rod dan plat baja. Wire rod adalah gulungan kawat baja dengan kadar karbon 0,25 %, sedangkan plat baja digunakan untuk membuat topi paku payung. Diameter

wire rod 5,5 mm. Wire rod ini digulung dalam bentuk bundelan-bundelan

(coils) dengan berat 1500 kg. Wire rod diperoleh dari PT. Isfet Indo Surabaya, PT. Growth Sumatera Industri Medan, Singapura, Rumania, Rusia dan Turki. 2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi yang sifatnya hanya membantu atau mendukung kelangsungan produksi untuk medapatkan produk yang diiginkan. Bahan penolong merupakan bahan yang secara tidak langsung mempengaruhi kualitas dan fungsi produk. Bahan penolong yang digunakan pada proses produksi, yaitu:

a. HCl (Hidrochloric Acid), digunakan pada proses pencucian wire rod untuk menghilangkan kotoran dan sisa karat.


(38)

b. H2SO4, digunakan untuk menghilangkan asam.

c. Sekam padi, digunakan untuk polis paku.

d. Ca(OH)2, digunakan untuk menetralisir wire rod agar tidak terjadi proses

oksidasi.

e. Air (H2O), digunakan untuk pencucian wire rod dan bahan pendingin

mesin tarik kawat (pH=7)

f. Kapur tohor (CaCO3), digunakan untuk melunakkan dan melicinkan wire

rod (pH= 9)

g. Parafin, digunakan untuk melapisi paku agar tidak cepat berkarat.

h. Tepung (campuran kaolin dan kalsium), digunakan untuk memperlicin permukaan kawat pada proses tarik kawat sehingga kawat tidak mudah putus dan menjaga agar die tidak langsung bersentuhan dengan kawat. 3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan untuk mempermudah proses dan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan. Bahan tambahan yang ditambahkan kepada produk sehingga menghasilkan suatu produk akhir yang siap untuk dipasarkan, dapat berupa kemasan ataupun aksesoris. Bahan tambahan yang digunakan di PT. Intan Suar Kartika adalah kemasan produk yang berupa :

a. Kotak paku, digunakan sebagai tempat untuk mengemas paku sebelum sampai ke konsumen.


(39)

c. Label, digunakan untuk menandai jenis dan ukuran kawat yang telah selesai diproduksi.

d. Strapping band sebagai segel kotak-kotak paku.

e. Steples, digunakan untuk merekatkan kotak paku.

2.4.3. Uraian Proses Produksi

Proses produksi adalah metode untuk membuat suatu barang atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga, bahan baku, mesin, dana dan faktor-faktor produksi lainnya. Secara umum proses produksi pembuatan paku pada PT. Intan Suar Kartika adalah:

1. Proses Pencucian Wire Rod

Dalam kegiatan pencucian wire rod di PT. Intan Suar Kartika, digunakan alat produksi berupa pickling (acid boxes), yaitu sederetan bak yang terdiri dari tiga buah bak. Masing-masing bak ini digunakan untuk membersihkan atau mencuci wire rod dari kotoran berupa karat, minyak dan debu. Terdapat beberapa bahan kimia dalam bak-bak ini yaitu berisi asam sulfat, air dan larutan kapur tohor (Ca(OH)2).

Proses yang dilakukan pertama kali adalah wire rod diangkut satu persatu dari bak yang satu ke bak berikutnya dengan mempergunakan alat material

handling yaitu hoist crane. Setelah itu gulungan besar wire rod dimasukkan ke

dalam bak yang berisi asam sulfat dengan tujuan agar karat dan kotoran lainnya dapat dibersihkan. Wire rod direndam dalam bak tersebut lebih kurang 15 menit. Setelah itu wire rod dimasukkan ke dalam bak berikut yang berisi air untuk dicuci


(40)

dan dibilas supaya bersih dari sisa asam yang masih melekat selama 5 menit. Kemudian dilanjutkan ke bak berikut yang berisi larutan kapur tohor dan dipasang pemanas gas untuk memanaskan campuran serta kipas pengaduk untuk memutar larutan kapur agar tidak mengendap. Panas campuran sekitar 80OC selama 5 menit yang ditujukan untuk menetralisir wire rod agar tidak terjadi proses oksidasi yang dapat menyebabkan pelapukan dan perkaratan logam. Untuk menghilangkan karat digunakan cara acid pickling dimana karat pada besi akan larut dalam asam, dan besi juga akan larut sehingga permukaan menjadi kasar. Larutnya karat dalam asam tidak menimbulkan hidrogen. Hidrogen yang berkontaminasi dengan besi akan menyebabkan besi menjadi rapuh sehingga untuk mencegah hal tersebut, maka wire rod perlu direndam dalam kapur tohor.

Setelah kawat terbebas dari karat, maka dilakukan pengeringan dalam bak

dryer dengan jalan mengalirkan udara panas ke dalam bak dengan menggunakan 2

buah blower. Kondisi panas pengeringan yang digunakan sekitar 150OC selama 20 sampai 40 menit, tergantung pada halus kasarnya kawat yang dikeringkan.

2. Proses Tarik Kawat

Proses selanjutnya adalah penarikan kawat. Wire rod yang telah dikeringkan diangkut dengan lory ke stasiun tarik kawat. Pada bagian ini menggunakan alat drawing machine. Drawing machine merupakan sederetan mesin khusus yang digunakan untuk proses penarikan wire rod menjadi kawat dengan ukuran diameter tertentu sesuai dengan yang diharapkan. Pada mesin ini dilengkapi dengan sejenis alat yang disebut dies box yang terdiri dari dua buah


(41)

masuknya kawat lebih besar dari diameter untuk keluar. Dengan adanya perbedaan diameter yang semakin kecil, akhirnya didapat kawat dengan ukuran yang dikehendaki.

Wire rod gulungan dimasukkan ke dalam keranjang besi di mana

keranjang ini berada diatas piringan besi yang dapat berputar. Ujung wire rod dipasang pada drawing machine dan mulailah proses tarik kawat. Setiap melewati

dies box pada tiap mesin yang telah diberi tepung sirip diameter kawat akan

berkurang secara bertahap. Misalnya untuk menghasilkan kawat diameter 3,76 mm, maka wire rod diameter 5,5 mm akan berkurang secara bertahap pada dies kedua menjadi 5 mm, kemudian 4,27 mm, sampai akhirnya menjadi 3,76 mm.

Kadangkala dijumpai adanya kawat yang terputus atau terpisah. Apabila hal ini terjadi maka dapat dilakukan penyambungan dengan menggunakan welder (sejenis alat solder). Kualitas kawat yang mengalami penyambungan sama dengan kualitas kawat yang tidak disambung.

3. Proses Pembuatan Paku

Proses yang paling utama adalah pembuatan paku. Pada proses ini, kawat dibentuk dengan mesin khusus pengubah kawat menjadi paku dengan ukuran tertentu. Mesin pembuat paku ini bekerja secara otomatis artinya kawat yang masuk ke dalam mesin ini keluarnya sudah berupa paku.

Kawat gulungan yang telah selesai ditarik dari drawing machine dimasukkan dalam keranjang besi yang terletak diatas piringan besi yang dapat berputar. Ujung kawat dipasang pada working tools mesin yaitu wire feeding


(42)

Kemudian kawat masuk ke nail box yang membentuk leher paku lalu die grip menjepit kawat, sementara itu martil memukul kawat sehingga terbentuk kepala paku. Selanjutnya cutter membentuk ujung runcing dari paku dan memotongnya. Paku yang terbentuk ditampung dalam kotak aluminium untuk dibawa ke stasiun kerja berikut untuk proses selanjutnya.

Pada nails making machine atau mesin pembuat terdapat empat working

tools yang sangat mempengaruhi mutu paku, yaitu feeding rollers (chucks), die grip, punch dan cutter. Working tools ini harus disusun sedemikian rupa sesuai

dengan jenis paku yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Ukuran dari setiap working tools bervariasi sesuai dengan tipe mesin pembuat paku. Di bagian ini dapat terjadi paku yang dihasilkan dapat berupa paku yang tidak sesuai spesifikasi. Paku yang rusak berat dibawa ke tempat penumpukan, sedangkan paku dengan kualitas yang baik dibawa ke mesin

polish paku untuk mengkilatkan paku.

4. Proses Polish

Selanjutnya dilakukan proses pengilapan dengan menggunakan mesin

polish. Mesin polish dipakai untuk mengilapkan paku yang telah selesai

dikerjakan dimesin paku dan untuk menanggalkan sayap-sayap yang terdapat pada ujung runcing paku. Mesin polish terdiri dari tong polish persegi delapan, motor penggerak dan tutup jaring. Paku dimasukkan ke dalam tong polish lalu dicampur dengan sekam padi dan serbuk kayu dengan perbandingan 2 : 1 dan 600 kg paku. Dengan alat angkut hoist crane, tong polish yang telah ditutup rapat dipasangkan pada poros motor penggerak dan diputar selama 2 jam. Setelah itu tutup tong


(43)

polish ditukar dengan tutup jaring, gunanya untuk mengeluarkan sekam padi dan

serbuk kayu sehingga yang tertinggal hanya paku yang sudah bersih. Apabila paku yang telah selesai dipolish masih kotor maka dicampur kembali dengan sekam padi dan serbuk kayu dengan perbandingan yang sama dan diputar kembali selama 30 menit.

Paku-paku yang telah selesai dipolish dipindahkan ke bagian tiup yang berguna untuk membersihkan paku-paku dari abu dan debu sisa polish. Untuk jenis paku lokal, dari mesin tiup langsung dikirim ke bagian pencurahan untuk dicurahkan sesuai dengan berat dan ukurannya dan kemudian ditimbang dan dilanjutkan ke tempat packing.

5. Proses Pengepakan (Packing) Paku

Setelah proses polish selesai, paku diangkut dengan lori ke bagian pengepakan. Mesin packing paku hanya terdiri dari satu unit mesin saja. Paku-paku tadi dituang ke dalam sebuah bak khusus yang selanjutnya sedikit demi sedikit jatuh ke atas mesin magnetik conveyor (ban berjalan dengan magnet) yang bergerak ke atas tempat timbangan berada. Pada saat terjadi penimbangan paku sesuai dengan ukurannya, dari arah yang berlawanan conveyor membawa kotak-kotak kosong yang nantinya terisi setelah paku yang telah ditimbang di bagian atas berjatuhan.

Setelah kotak-kotak tadi terisi paku, conveyor membawanya ke timbangan kedua. Pada timbangan kedua diperiksa oleh satu operator apakah telah sesuai dengan berat yang diinginkan, jika berlebih akan dikurangi dan jika kurang akan ditambah. Selanjutnya kotak-kotak paku yang telah selesai pada penimbangan


(44)

kedua diberikan band tape dan dilem listrik sehingga bersih dan kuat. Untuk sementara kotak-kotak itu diletakkan diatas rak-rak papan yang selanjutnya diangkut ke gudang dengan menggunakan forklift.

2.5. Mesin dan Peralatan 2.5.1. Mesin Produksi

Mesin produksi yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan produksi paku pada PT. Intan Suar Kartika adalah sebagai berikut:

1. Mesin Tarik Kawat

Mesin ini berfungsi untuk memperkecil diameter kawat yang diinginkan sesuai dengan jenis paku yang akan diproduksi dan untuk memperlicin permukaan kawat.

Merek : Tanisaka

Model : TNOD 600 Z Nomor : N-6075168 Tahun : 1984 Kecepatan : 600 rpm Kapasitas : 1 ton/jam Buatan : Jepang Jumlah : 6 unit

Cara kerja : Mesin dihidupkan di saat wire rod telah selesai dipasang pada mesin. Mesin ini dilengkapi dua buah


(45)

berbeda. Ujung wire rod dipasang dies dengan diameter yang lebih besar dan dimulai proses penarikan kawat. Setiap melewati dies box pada tiap mesin, diameter kawat akan berkurang secara bertahap dan kawat akan bertambah panjang sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.

2. Mesin Paku

Mesin ini berfungsi dalam pembuatan paku melalui die grip, pisau dan alat pemukul. PT. Intan Suar Kartika mempunyai dua jenis mesin paku, yaitu merek Tanisaka buatan Jepang dan Nail Making buatan RRC.

a. Merek : Tanisaka

Model : MTG

Seri : F

Kecepatan : 135 rpm Kapasitas : 1 ton/jam Buatan : Jepang Jumlah : 2 unit Daya : 7,5 KVA Ukuran Paku : 4” dan 6”

Cara kerja : Ujung kawat gulungan yang berasal dari mesin tarik kawat dipasang pada bagian working tools untuk menghasilkan panjang tertentu. Kawat dimasukkan ke nail box yang membentuk leher paku dan bagian


(46)

die grip menjepit kawat, sementara itu martil

memukul kawat sehingga terbentuk kepala paku. Selanjutnya cutter membentuk ujung runcing dari paku dan memotongnya. Paku yang terbentuk ditampung dalam kotak aluminium untuk dibawa ke stasiun kerja berikut untuk proses selanjutnya. b. Merek : Tanisaka

Model : MTG

Seri : D

Kecepatan : 200 rpm

Kapasitas : 950 kg/shift untuk paku 4” 460 kg/shift untuk paku 3” Jumlah : 20 unit

Daya : 3,5 KVA Ukuran Paku : 4” dan 3”

Cara kerja : Ujung kawat gulungan yang berasal dari mesin tarik kawat dipasang pada bagian working tools untuk menghasilkan panjang tertentu. Kawat dimasukkan ke nail box yang membentuk leher paku dan bagian

die grip menjepit kawat, sementara itu martil

memukul kawat sehingga terbentuk kepala paku. Selanjutnya cutter membentuk ujung runcing dari paku dan memotongnya. Paku yang terbentuk


(47)

ditampung dalam kotak aluminium untuk dibawa ke stasiun kerja berikut untuk proses selanjutnya. c. Merek : Tanisaka

Model : MTG

Seri : C

Kecepatan : 280 rpm Kapasitas : 360 kg/shift Jumlah : 10 unit Daya : 2,5 KVA Ukuran Paku : 2,5”

Cara kerja : Ujung kawat gulungan yang berasal dari mesin tarik kawat dipasang pada bagian working tools untuk menghasilkan panjang tertentu. Kawat dimasukkan ke nail box yang membentuk leher paku dan bagian

die grip menjepit kawat, sementara itu martil

memukul kawat sehingga terbentuk kepala paku. Selanjutnya cutter membentuk ujung runcing dari paku dan memotongnya. Paku yang terbentuk ditampung dalam kotak aluminium untuk dibawa ke stasiun kerja berikut untuk proses selanjutnya. d. Merek : Nail Making Machine

Model : MTG


(48)

Kecepatan : 280 rpm Kapasitas : 356 kg/shift Jumlah : 40 unit Daya : 2,5 KVA Ukuran Paku : 2,5”

Cara kerja : Ujung kawat gulungan yang berasal dari mesin tarik kawat dipasang pada bagian working tools untuk menghasilkan panjang tertentu. Kawat dimasukkan ke nail box yang membentuk leher paku dan bagian

die grip menjepit kawat, sementara itu martil

memukul kawat sehingga terbentuk kepala paku. Selanjutnya cutter membentuk ujung runcing dari paku dan memotongnya. Paku yang terbentuk ditampung dalam kotak aluminium untuk dibawa ke stasiun kerja berikut untuk proses selanjutnya.

e. Merek : Tanisaka

Model : MTG

Seri : B

Kecepatan : 350 rpm Kapasitas : 265 kg/shift Jumlah : 2 unit Daya : 2,5 KVA Ukuran Paku : 2”


(49)

Cara kerja : Ujung kawat gulungan yang berasal dari mesin tarik kawat dipasang pada bagian working tools untuk menghasilkan panjang tertentu. Kawat dimasukkan ke nail box yang membentuk leher paku dan bagian

die grip menjepit kawat, sementara itu martil

memukul kawat sehingga terbentuk kepala paku. Selanjutnya cutter membentuk ujung runcing dari paku dan memotongnya. Paku yang terbentuk ditampung dalam kotak aluminium untuk dibawa ke stasiun kerja berikut untuk proses selanjutnya. f. Merek : Tanisaka

Model : MTG

Seri : A

Kecepatan : 430 rpm

Kapasitas : 75 kg/shift untuk paku 1” 132 kg/shift untuk paku 1,5” Jumlah : 20 unit

Daya : 2 KVA

Ukuran Paku : 1” dan 1,5”

Cara kerja : Ujung kawat gulungan yang berasal dari mesin tarik kawat dipasang pada bagian working tools untuk menghasilkan panjang tertentu. Kawat dimasukkan ke nail box yang membentuk leher paku dan bagian


(50)

die grip menjepit kawat, sementara itu martil

memukul kawat sehingga terbentuk kepala paku. Selanjutnya cutter membentuk ujung runcing dari paku dan memotongnya. Paku yang terbentuk ditampung dalam kotak aluminium untuk dibawa ke stasiun kerja berikut untuk proses selanjutnya. g. Merek : Nail Making Machine

Model : MTG

Seri : A

Kecepatan : 430 rpm

Kapasitas : 75 kg/shift untuk paku 1” 132 kg/shift untuk paku 1,5” Jumlah : 40 unit

Daya : 2 KVA

Ukuran Paku : 1” dan 1,5”

Cara kerja : Ujung kawat gulungan yang berasal dari mesin tarik kawat dipasang pada bagian working tools untuk menghasilkan panjang tertentu. Kawat dimasukkan ke nail box yang membentuk leher paku dan bagian

die grip menjepit kawat, sementara itu martil

memukul kawat sehingga terbentuk kepala paku. Selanjutnya cutter membentuk ujung runcing dari paku dan memotongnya. Paku yang terbentuk


(51)

ditampung dalam kotak aluminium untuk dibawa ke stasiun kerja berikut untuk proses selanjutnya. h. Merek : Automatic Nail Making Machine

Model : Z94-4A

Seri : 92064

Tahun : 1984 Kecepatan : 200 rpm Kapasitas : 157 kg/shift Jumlah : 30 unit

Daya : 2 KVA

Ukuran Paku : 1”

Cara kerja : Ujung kawat gulungan yang berasal dari mesin tarik kawat dipasang pada bagian working tools untuk menghasilkan panjang tertentu. Kawat dimasukkan ke nail box yang membentuk leher paku dan bagian

die grip menjepit kawat, sementara itu martil

memukul kawat sehingga terbentuk kepala paku. Selanjutnya cutter membentuk ujung runcing dari paku dan memotongnya. Paku yang terbentuk ditampung dalam kotak aluminium untuk dibawa ke stasiun kerja berikut untuk proses selanjutnya.


(52)

3. Mesin Polish

Mesin ini berfungsi untuk menghilangkan serbuk-serbuk kawat dan kotoran yang melekat pada paku serta mengkilatkan paku.

Merek : Tanisaka

Model : MTG

Seri : B

Kecepatan : 120 rpm Jumlah : 10 unit

Daya : 9 KW

Cara kerja : Paku dimasukkan ke dalam tong polish lalu dicampur dengan sekam padi dan serbuk kayu dengan perbandingan 2 : 1 dan 600 kg paku. Dengan alat angkut hoist crane, tong polish yang telah ditutup rapat dipasangkan pada poros motor penggerak dan diputar selama 2 jam. Setelah itu tutup tong polish ditukar dengan tutup jaring, gunanya untuk megeluarkan sekam padi dan serbuk kayu sehingga yang tertinggal hanya paku yang sudah bersih.

4. Mesin Packing

Mesin ini berfungsi untuk mengalirkan paku ke dalam kotak atau kemasan dengan jumlah tertentu.


(53)

Model : TDP-2,5.K Nomor : N-25061.R Tahun : 1983 Kecepatan : 430 rpm Kapasitas : 6 ton/jam Jumlah : 2 unit

Cara kerja : Paku dituang ke dalam sebuah bak khusus yang selanjutnya sedikit demi sedikit jatuh ke atas mesin magnetik conveyor (ban berjalan dengan magnet) yang bergerak ke atas tempat timbangan berada. Pada saat terjadi penimbangan paku sesuai dengan ukurannya, dari arah yang berlawanan conveyor membawa kotak kosong yang nantinya terisi setelah paku yang telah ditimbang di bagian atas berjatuhan.

2.5.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan produksi paku pada PT. Intan Suar Kartika adalah sebagai berikut:

1. Hoist Crane

Hoist Crane berfungsi untuk mengangkut dan memindahkan gulungan wire rod dari lantai penumpukan ke bak pencucian dan selama proses pencucian,


(54)

tong-tong polish. Kapasitas angkut hoist crane maksimum 2000 kg sekali angkut. Jumlah hoist crane ada 13 unit.

2. Fork Lift

Fork Lift berfungsi untuk mengangkut bahan-bahan yang mempunyai volume

besar dan berat seperti gulungan- gulungan, wire rod kawat-kawat dari bagian

drawning machine, mengangkut paku-paku yang telah dipacking ke gudang

juga mengangkut peti dan pallet ke truk dan container. Fork Lift juga dipakai untuk mengangkut asam sulfat, kapur tohor dari gudang bahan penolong ke penumpukan sementara di dekat daerah pencucian. Fork Lift dapat mengangkut beban 3500 kg sekali angkut. Jumlah fork lift yang dimiliki perusahaan ada 3 unit.

3. Lori atau Kereta Sorong

Dipergunakan untuk mengangkut kawat-kawat dari bagian drawning machine ke bagian pembuat paku, mengangkut paku-paku yang telah di-polish ke bagian packing. Jumlah lori ada 10 unit.

4. Trado

Trado digunakan untuk mengangkut wire rod dari gudang bahan baku ke daerah penumpukan sementara dekat stasiun pencucian kawat.

5. Sekop

Digunakan untuk mempermudah memasukkan paku-paku yang telah dicetak di mesin paku ke dalam tong polish dari kereta sorong.

6. Tampungan Paku


(55)

7. Keranjang Kawat

Digunakan untuk menampung kawat yang telah ditarik pada mesin tarik kawat (drawing machine).

8. Tong Polish

Digunakan untuk menampung paku dari bagian produksi paku yang kemudian dibawa ke bagian polish dan packing.

Daftar mengenai lokasi dan jumlah mesin produksi paku dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Daftar Mesin Produksi Paku

No. Urut Lokasi Jenis Mesin Jumlah Mesin Daya Motor

1 13

MTGD/J 12 3.7 Kw

MTGB/J 9 2.2 Kw

MTGC/RRC 6 3.0 Kw

2 14 MTGF/J 2 5.5 kw

MTGC/RRC 26 3.0 Kw

3 20 MTGE/RRC 32 4.0 Kw

Mesin Pon 8 5.5 kw

4 16 Mesin Polish 10 7.5 kw

5 30 MTGD/J 15 3.7 Kw

MTGD/RRC 20 3.7 Kw

6 47 Mesin Polish 14 7.5 kw

7 56 MTGD/RRC 50 3.0 Kw

Sumber : Data Mesin Paku pada PT. Intan Suar Kartika

2.6. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Berikut ini diuraikan mengenai jumlah tenaga kerja dan alokasi penyebarannya serta pembagian jam kerja di PT. Intan Suar Kartika.


(56)

2.6.1. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan pada PT. Intan Suar Kartika sebanyak 240 orang. Alokasi penyebaran tenaga kerja dari perusahaan tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Sebaran Penggunaan Tenaga Kerja pada PT. Intan Suar Kartika

No. Jabatan Jumlah (Orang)

1 Direktur 1

2 Wakil Direktur 1

3 Sekertaris 1

4 Administrasi / Umum 3

5 Bagian Produksi 1

6 Bagian Personalia 4

7 Bagian Pemasaran 1

8 Porter 4

9 Bagian Kebersihan 5

10 P3K 2

11 Satpam/Keamanan 16

12 Tenaga Kerja Bagian Cuci Kawat 6 13 Tenaga Kerja Bagian Tarik Kawat 23

14 Tenaga Kerja Bagian Paku 28

15 Tenaga Kerja Bagian Polish 6 16 Tenaga Kerja Bagian Packing 9 17 Tenaga Kerja Bagian Kawat Duri 13 18 Tenaga Kerja Bagian Kawat Licin 25

19 Operator Forklift 3

20 Operator Bengkel 4

21 Operator Water Treatment 3

22 Operator Generator 6

23 Mekanik 20

24 Tenaga Kerja Gudang Bahan Jadi 35

25 Delivery Order 20

TOTAL 240


(57)

2.6.2. Jam Kerja

Terdapat dua jenis pembagian jam kerja pada PT. Intan Suar Kartika yaitu jam kerja regular dan shift.

1. Jam kerja regular

Pembagian jam kerja secara reguler dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Jam Kerja Reguler

Hari Jam Kerja Istirahat

Senin - Jumat 08.30 – 16.30 12.00 – 13.00 Sabtu 08.00 – 14.00 12.00 – 13.00

Jam kerja regular bagi karyawan di luar bagian produksi seperti bagian administrasi dan personalia, serta bagi para foreman di masing-masing bagian.

2. Jam kerja shift

Pembagian jam kerja secara shift dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Jam Kerja Shift

Shift Jam Kerja Istirahat

Pagi 06.00 – 14.00 12.00 – 13.00 Siang 14.00 – 22.00 18.00 – 19.00 Malam 22.00 – 06.00 24.00 – 01.00

Jam kerja ini berlaku untuk untuk bagian produksi seperti bagian tarik kawat, cuci kawat, produksi paku, polish, serta bagian-bagian yang membantu kelancaran produksi seperti bagian lansir, operator genset, mekanik dan bagian listrik. Sistem rotasi shift kerja yang terdiri dari tiga shift dilakukan pertukaran

shift, yaitu dari shift pertama ke shift ketiga, dari shift ketiga ke shift yang


(58)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Bunyi

Bunyi (sound) adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Kepekaan telinga manusia terhadap rentang ini semakin menyempit sejalan dengan pertambahan umur. Di bawah rentang tersebut disebut bunyi infra (infrasound), sedang di atas rentang tersebut disebut bunyi ultra (ultra sound). Suara (voice) adalah bunyi manusia. Bunyi udara (airborne

sound) adalah bunyi yang merambat lewat udara. Bunyi struktur (structural sound) adalah bunyi yang merambat melalui struktur bangunan.1

1

Satwiko, Prasasto. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andy. 2008.

Gelombang bunyi dapat merambat langsung melalui udara dari sumbernya ke telinga manusia. Selain itu, sebelum sampai ke telinga manusia, gelombang bunyi dapat juga terpantul-pantul terlebih dahulu oleh permukaan bangunan, menembus dinding, atau merambat melalui struktur bangunan. Perjalanan bunyi dari sumber ke telinga akan sangat menentukan karakter (kualitas dan kuantitas) bunyi tersebut. Oleh karena itu pengolahan ‘jalan’ bunyi tadi menjadi sangat penting untuk mendukung ‘pengolahan’ bunyi agar sesuai keinginan penerima bunyi. Pemilihan bentuk, orientasi dan bahan permukaan ruang akan menentukan karakter ‘jalan’ bunyi yang kemudian juga akan menentukan karakter bunyi.


(59)

3.2. Tingkat Bunyi

Tingkat bunyi (sound level) adalah perbandingan logaritmis energi suatu sumber bunyi dengan energi sumber bunyi acuan, diukur dalam dB (deciBel). Energi sumber bunyi acuan adalah energi sumber bunyi terendah yang masih dapat didengar manusia, yaitu 10-12 W/m2.2

2

Satwiko, Prasasto. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andy. 2008.

Rumus tingkat intensitas bunyi dapat dituliskan: LI = 10 log I/Io dB.

Dengan LI = tingkat intensitas bunyi, dB.

I = intensitas bunyi, W/m2.

Io = intensitas bunyi acuan, diambil 10-12 W/m2.

Setiap penggandaan jarak, tingkat bunyi berkurang 6 dB. Setiap penggandaan sumber bunyi, tingkat bunyi akan bertambah 3 dB. Setiap penggandaan massa bidang peredam, tingkat bunyi akan berkurang 3 dB. Pengurangan tingkat bunyi akibat penggandaan jarak dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Percakapan manusia (human speech) berada di antara frekuensi 600 – 4000 Hz. Telinga manusia paling peka terhadap rentang frekuensi antara 100 – 3200 Hz (panjang gelombang antara 10 cm – 3 m). Kepekaan telinga manusia berbeda untuk frekuensi yang berbeda. Dengan energi yang sama, frekuensi tinggi lebih mudah didengar. (Ini salah satu alasan mengapa peluit bernada tinggi).


(60)

Sedangkan bunyi frekuensi rendah merambat lebih jauh. Ini menjelaskan mengapa dari kejauhan kita dapat mendengar bunyi bas dengan lebih baik. Jarak sumber bunyi mengurangi tingkat kekuatan bunyi karena energi bunyi diserap oleh molekul-molekul media rambatannya. Hal ini terutama terasa pada bunyi frekuensi tinggi.

Gambar 3.1. Pengurangan Tingkat Bunyi Akibat Jarak

Angin dapat mendistorsi bunyi. Bunyi searah arah angin akan dipercepat, sedangkan bunyi berlawanan arah angin akan diperlambat. Selain itu, suhu juga mempengaruhi bunyi. Suhu udara mempengaruhi kecepatan rambat bunyi. Semakin tinggi suhu udara, semakin tinggi kecepatan bunyi.3

3

Satwiko, Prasasto. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andy. 2008.

Perubahan tingkat bunyi dan efek yang ditimbulkan dapat dilihat pada Tabel 3.1.


(61)

Tabel 3.1. Perubahan Tingkat Bunyi dan Efeknya Perubahan Tingkat

Bunyi (dB) Efek

1 Tidak terasakan 3 Mulai dapat dirasakan

6 Dapat dirasakan dengan jelas

10 Dirasakan dua kali lebih keras (atau lebih lemah) dari bunyi awal

20 Dirasakan empat kali lebih keras (atau lebih lemah) dari bunyi awal

Kekerasan bunyi dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia. Di samping frekuensi yang terdengar, frekuensi yang tidak terdengarpun dapat mempunyai efek negatif. Getaran peralatan listrik yang tidak terdengar, bila cukup keras akan menyebabkan tubuh bereaksi dengan gejala gelisah, berkeringat, dan sebagainya. Efek bunyi dapat menjadi sangat buruk bila terjadi komplikasi. Misalnya bunyi keras dari jenis musik yang tidak disukai, yang berlangsung lama dan terus menerus, bahkan bisa membuat seseorang kehilangan kontrol atas emosinya.4

Kebisingan (dBA)

Tabel 3.2 menampilkan tingkat kebisingan dan efeknya pada manusia. Tabel 3.2. Pengaruh Kekerasan Bunyi pada Manusia

Efek

30 – 65 Bila berlangsung terus-menerus akan mengganggu selaput telingan dan menyebabkan gelisah

65 – 90

Bila berlangsung terus-menerus akan merusak lapisan

vegetative manusia (jantung, peredaran darah, dan

lain-lain)

90 – 130 Bila berlangsung terus-menerus akan merusak telinga

4


(62)

Penyerap bunyi (sering disebut papan akustik) ditawarkan dalam banyak tipe, baik yang digunakan untuk menyerap frekuensi tinggi, menengah maupun rendah. Pada umumnya, karakter fisik bahan menentukan kegunaannya, seperti terlihat pada tabel berikut. Pemakain bahan penyerap harus didasari pamahaman akan fungsi akustik ruang: (1) mengubah gelombang bunyi menjadi kalor, ditunjukkan dengan adanya pori-pori, (2) mengubah gelombang bunyi menjadi mekanis (resonansi), ditunjukkan dengan bahan yang lembek dan mudah bergetar.

Peredam memiliki berbagai jenis dengan kegunaannya masing-masing. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Jenis Peredam dan Kegunaannya

Jenis peredam Kegunaan

1 Peredam berpori, dan berserat

Baik untuk meredam frekuensi tinggi. Harus tebal untuk meredam frekuensi rendah.

2 Peredam membran Baik untuk meredam frekuensi rendah.

3 Peredam resonan Dapat disesuaikan untuk meredam frekuensi tertentu.

4 Peredam panel berongga (Helmholtz resonators)

Merupakan paduan peredam berpori dan resonan, baik untuk meredam frekuensi menengah.

Sumber: Kinsler, 2000

3.3. Intensitas Bunyi

Intensitas bunyi didefinisikan sebagai laju aliran energi (daya) suara yang menembus satu luasan tertentu, dengan kata lain intensitas suara merupakan kerapatan energi suara per satuan luas, diukur dengan watt/m2.5

5

Satwiko, Prasasto. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andy. 2008.

Jenis sumber bunyi dan intensitasnya ditunjukkan pada tabel 3.4.


(63)

Rumus untuk mencari intensitas bunyi:

I = w/4πD2

W/m2 Dengan I = intensitas bunyi, W/m2.

w = energi yang dikeluarkan oleh sumber bunyi, watt. D = jarak, m.

Tabel 3.4. Sumber Bunyi dan Intensitas Bunyi

Sumber bunyi Intensitas (W/m2) Tingkat intensitas (dB)

Roket ruang angkasa >107 >190

Pesawat jet 104 160

Orkes brass besar 10 130

Mesin besar 10 120

Orkes lengkap 10-2 100

Mobil penumpang di jalan raya 10-2 100

Percakapan normal 10-5 70

Bisikan lembut 10-9 30

Sumber: Blauert, 2008

3.4. Kebisingan

Kebisingan adalah salah satu faktor fisik berupa bunyi yang dapat menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, bising adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan.6

6


(64)

Gangguan bunyi hingga tingkat tertentu dapat diadaptasi oleh fisik, namun syaraf dapat terganggu. Ambang bunyi (threshold of audibility) adalah intensitas bunyi sangat lemah yang masih dapat didengar telingan manusia, berenergi 10-12 W/m2. Ambang bunyi ini disepakati mempunyai tingkat bunyi 0 dB. Ambang sakit (threshold of paint) adalah kekuatan bunyi yang menyebabkan sakit pada telinga manusia, berenergi 1 W/m2.7

Bising atau tidaknya suatu suara tidak hanya ditentukan oleh keras atau lemahnya suara itu saja, tetapi juga ditentukan oleh selera atau persepsi seseorang terhadap sumber bunyi tersebut.

Setiap sumber bunyi memiliki rentang frekuensi yang berbeda-beda. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Tingkat kebisingan yang diperbolehkan (acceptable noise level) adalah tingkat kebisingan yang diperkenankan terjadi di suatu ruangan agar aktivitas (fungsi) tidak terganggu. Ruang tidur di rumah pribadi, misalnya, jika pada malam hari tingkat kebisingannya melebihi 25 dBA tentu akan menyebabkan gangguan.

8

7

Satwiko, Prasasto. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andy. 2008.

8

Ingard, Uno. Noise Reduction Analysis. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers. 2010.

Beban bising = Σ (Cn / Tn) < 1 Dengan Cn = lama mendengar pada tingkat bising tertentu

Tn = lama mendengar yang diijinkan pada tingkat bersangkutan

Tingkat kebisingan yang diperbolehkan untuk tiap tipe bangunan dapat dilihat pada Tabel 3.5.


(65)

Tes laboratorium akustik Stereo ‘High fidelity’ Piano

Ucapan huruf hidup ucapan huruf mati

Rentang pendengaran orang tua

Rentan pendengaran orang muda

C tengah

8 16 20 31,5 63 125 250 500 1000 2000 4000 8000 16000 20000 32000 Frekuensi (Hz)

Skala panjang gelombang

44m 22m 11m 5,5m 2,8m 1,4m 0,7m 0,34m 0,17m 0,086m 0,043m 0,021m 0,001m

Gambar 3.2. Sumber Bunyi dan Rentang Frekuensinya

Ada tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia.

1. Intensitas/tekanan/sound pressure

Tekanan suara sama dengan gaya per satuan luas, adalah sejumlah fluktuasi tekanan udara yang dihasilkan oleh sumber bising. Tekanan suara tergantung pada lingkungan dimana sumber suara berada dan jarak pendengar dari sumber. Biasanya tekanan suara dinyatakan dalam pascal (Pa). Orang dewasa muda dan sehat dapat mendengar tekanan suara paling kecil hingga 0,00002 Pa. Percakapan normal akan menghasilkan tekanan suara sebesar 0,02 Pa. Batas tekanan suara normal yang dapat didengar manusia adalah 0,00002 – 20


(66)

Pa. Suatu bunyi paling lemah yang dapat didengar oleh manusia dianggap sebagai bunyi ambang batas.

Intensitas adalah energi yang mengalir per satuan luas. Semakin jauh sumber suara, intensitas yang diterima semakin kecil, karena luas permukaan total yang harus dilalui semakin besar. Intensitas terkecil rata-rata yang masih menimbulkan rangsangan pendengaran pada telinga umumnya ialah 10-12 Watt/m2 pada frekuensi 1000 Hz. Harga ini disebut harga ambang intensitas.

Tabel 3.5. Tingkat Kebisingan yang Diperbolehkan

Bangunan Ruangan (dBA)

Rumah tinggal

Ruang tidur, rumah pribadi Ruang tidur, flat

Ruang tidur, hotel Ruang keluarga 25 30 35 40 Komersial Kantor pribadi Bank Ruang konferensi Kantor umum, toko Restoran Kafetaria 35-45 40-50 40-45 40-55 40-60 50-60 Industri Bengkel presisi Bengkel berat Laboratorium 40-60 60-90 40-50 Pendidikan

Ruang kuliah, ruang kelas Ruang belajar privat Perpustakaan

30-40 20-35 35-45 Kesehatan

Rumah sakit, ruang inap umum Rumah sakit, ruang inap privat Ruang operasi 25-35 20-25 25-30 Auditorium Hall konser Gereja

Ruang sidang, ruang konferensi Studio rekaman Studio radio Teater drama 25-35 35-40 40-45 20-25 20-30 39-40 Sumber: Koenigsberger


(67)

2. Frekuensi

Frekuensi suara adalah fluktuasi/variasi tekanan udara per unit waktu, dinyatakan dalam silklus/second atau Hertz. Setiap frekuensi suara, memberi kontribusi terhadap tekanan suara total/intensitas secara keseluruhan. Frekuensi yang dapat didengar oleh orang dewasa muda dan sehat berada dalam rentang 20 Hz – 15000 Hz. Suara percakapan manusia berada pada 300 Hz - 3000 Hz. Frekuensi tinggi lebih berbahaya terhadap kemampuan dengar daripada frekuensi rendah. Telinga manusia lebih sensitif terhadap frekuensi tinggi. 3. Durasi eksposur

Semakin lama durasi eksposur, semakin besar kemungkinan kerusakan yang diderita mekanisme pendengaran.9

3.4.1. Jenis-jenis Kebisingan

Suma’mur (1984) membagi jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi10

1. Bising yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state wide

band noise).

, sebagai berikut:

Merupakan bising yang relatif tetap dalam batas amplitude kurang lebih 5 dB(A) untuk periode waktu 0,5 detik berturut-turut.

Contoh : mesin, kipas angin, dapur pijar.

9

Olishifski, Julian B and Frank E McElroy. Fundamental of Industrial Hygiene. Chicago: National Safety Council, 1971.

10


(68)

2. Bising yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang sempit (steady state

narrow band noise).

Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi500,1000, dan 4000 Hz).

Contoh : gergaji serkuler, katup gas.

Pada Tabel 3.6. menunjukkan skala intensitas yang bisa terjadi di suatu tempat akibat alat/keadaan.

Tabel 3.6. Kondisi Suara dan Batas Tingkat Kebisingannya Kondisi Suara Desibel (dB) Batas Dengar Tertinggi

Menulikan 120 110 100 Halilintar Meriam Mesin uap Sangat Hiruk Pikuk

90 80

Jalan hiruk pikuk Perusahaan sangat gaduh

Pluit polisi

Kuat

70 60

Kantor gaduh Jalan pada umumnya

Radio Perusahaan Sedang 50 40 Rumah gaduh Kantor pada umumnya

Percakapan kuat Radio perlahan Tenang 30 20 10 Rumah tenang Kantor pribadi Auditorium Percakapan Sangat tenang 0 Suara daun-daun Berbisik-bisik Batas dengar terendah


(69)

3. Bising terputus-putus (intermitten noise).

Kebisingan ini tidak berlangsung secara terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang.

Contoh : suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang. 4. Bising impulsif (impact or impulsive noise).

Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB(A) dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya.

Contoh : tembakan, suara ledakan mercon, meriam. 5. Bising impulsif berulang.

Sama dengan bisisng impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang. Contoh : mesin tempa.

Sifat dan spektrum frekuensi bunyi akan mempengaruhi waktu dan derajat gangguan pendengaran yang ditimbulkan.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas : 1. Bising yang mengganggu (iritating noise). Intensitas tidak terlalu keras.

Misalnya mendengkur.

2. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

3. Bising yang merusak (damaging/injuries noise). Adalah bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.


(70)

Satuan dari kebisingan adalah desibel (dB). Kebisingan memiliki tiga skala yaitu A, B, dan C. Skala A lebih peka terhadap frekuensi tinggi, dan merupakan respon yang paling cocok dengan kapasitas dengar manusia. Oleh karena itu dalam standar-standar yang berlaku, kebisingan memiliki satuan dB(A). Skala B, dan C digunakan untuk evaluasi kebisingan mesin dalam rangka pengendalian kebisingan.11 Tingkat kebisingan untuk beberapa sumber bising yang diukur pada jarak tertentu dari sumber dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Di Indonesia, Nilai Ambang Batas Kebisingan di Indonesia diatur oleh Surat Keputusan Menaker No: KEP-51/MEN/1999. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 3.8.

Persyaratan dalam peraturan tersebut adalah nilai ambang batas yang diizinkan dalam suatu waktu pemaparan tertentu (TWA). Selain dari pada itu nilai ambang batas kebisingan juga diatur oleh Surat Keputusan Mentri Kesehatan No: 261/MENKES/SK/II/1998, yaitu sebesar 85 dB(A) pemaparan 8 jam per hari untuk perkantoran. Sedangkan untuk industri Nilai Ambang Batasnya ditunjukkan pada Tabel 3.9.

Nilai intensitas kebisingan yang tercantum dalam peraturan-peraturan di atas adalah nilai intensitas kebisingan ruangan. Keadaannya dapat menjadi sulit ditentukan apabila seorang pekerja berpindah-pindah dari suatu ruangan ke ruangan lain yang memiliki intensitas kebisingan yang lebih dari 85 dB(A).

11


(71)

Tabel 3.7. Tingkat Bising Rata-rata yang Biasa

Tingkat Bising (dB) Sumber Bising

20 Detik arloji 30 Halaman tenang

42 Rumah tenang pada umumnya 48 Jalan pemukiman yang tenang 50 Kantor bisinis pribadi

60 Kantor besar yang konvensional 62 Pembicaraan normal, 3 ft (90 cm) 70 Pabrik tenang

76 Mobil penumpang di jalan raya, 20 ft (6 m) 78 Pembicaraan keras, 3 ft (90 cm)

80 Pabrik yang bising

80 Mesin kantor, 3 ft (90 cm) 80 Ruang teletype surat kabar 88 Motor tempel 10-hp, 50 ft (15 m)

90 Lalu lintas kota pada jam sibuk, 10 ft (3 m) 90 Jet besar lepas landas, 3.300 ft (1.000 m) 94 Motor sport atau truk, 30 ft (9 m)

100 Bedil riveting, 3 ft (90 cm)

105 Mesin potong rumput berdaya, 10 ft (3 m) 113 Band music rock

115 Jet besar lepas landas, 500 ft (150 m) 138 Sirine 50-hp, 100 ft (30 m)

175 Rocket ruang angkasa

Sumber: Akustik Lingkungan “Leslie L. Doelle” 1993

Tabel 3.8. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Indonesia Waktu Pemajanan per Hari Intensitas kebisingan dB(A) 8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30

Menit

97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

Waktu Pemajanan per Hari Intensitas kebisingan dB(A) 28,12 Detik 115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11 139


(72)

Sumber: Surat Keputusan Menaker No : KEP-51/MEN/1999

Tabel 3.9. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Industri Indonesia Pemaparan Harian Tingkat Kebisingan dB(A)

8 jam 85

6 jam 92

4 jam 88

3 jam 97

2 jam 91

1 jam 94

30 menit 97

15 menit 100


(73)

3.4.2. Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan

Efek dari kebisingan dapat berupa efek psikologis, seperti terkejut, tidak dapat konsentrasi, efek terhadap komunikasi, kenaikan tekanan darah, sakit telinga, dan kehilangan kemampuan/ketajaman pendengaran (tuli).12

1. Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan denyut nadi, konstruksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, maupun kelelahan.

3. Gangguan Komunikasi

Biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya.

12

Roestam, Ambar. Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja, Cermin Dunia Kedokteran 144, 2004.


(1)

a. Mengawasi langsung kegiatan proses produksi sesuai dengan bidangnya masing-masing

b. Membuat hasil laporan produksi kepada sub bagian produksi c. Bertanggung jawab atas kualitas produk yang diproduksi. d. Bertanggung jawab kepada kepala produksi atas tugas-tugasnya 19. Langsir

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Mengangkat dan mengangkut bahan baku antar departemen

b. Bertanggung jawab atas kelancaran aliran bahan di lingkungan pabrik c. Merencanakan sistem aliran bahan yang efisien

d. Bertanggung jawab kepada kepala bagian masing-masing 20. Satpam

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Merencanakan dan melaksanakan program keamanan b. Melayani tamu yang datang ke pabrik

c. Bertanggung jawab terhadap pengamanan pabrik

d. Bertanggung jawab melaksanakan dan mengawasi ketertiban umum di lingkungan pabrik

21. Petugas Kebersihan

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Menjaga kebersihan di lingkungan pabrik

b. Menyusun jadwal kebersihan yang sesuai dengan jam kerja tanpa mengganggu proses produksi


(2)

22. Mekanik

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Melakukan perbaikan terhadap mesin yang rusak

b. Memelihara keberadaan mesin afar tetap dalam keadaan andal c. Menyusun jadwal perawatan mesin yang efisien

d. Melakukan pemeriksaan terhadap mesin sebelum rusak 23. Foreman (Mandor)

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab kepada kepala produksi dalam pengontrolan proses produksi dan hasil produksi

b. Mengurus keperluan karyawan di bidangnya masing-masing

c. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dibantu oleh asisten foreman 24. Asisten Foreman

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Membantu mandor dalam pelaksanaan tugas-tugasnya b. Mengawasi jalannya kerja operator

c. Memberikan petunjuk teknis kepada para karyawan dalam pelaksanaan tugasnya

d. Menciptakan suasana kerja yang tenang e. Memperhatikan mutu produk yang diproduksi


(3)

a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidangnya masing-masing dalam proses produksi


(4)

(5)

PERHITUNGAN BIAYA UNTUK SOLUSI KEBISINGAN

Perhitungan biaya untuk solusi kebisingan dengan penambahan peredam berupa material karet dan dengan penggunaan alat pelindung telinga berupa ear plug atau ear muff pada bagian pengepakan (packing) adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Biaya dengan Penambahan Peredam dan Alat Pelindung

Telinga berupa Ear Plug

a. Lembaran karet sebagai peredam - Untuk wadah berbentuk kerucut

5 mm x 100 cm x 100 cm Rp. 1.200.000 - Untuk wadah berbentuk prisma

5 mm x 3750 cm2 Rp. 450.000

b. Biaya pemasangan peredam pada mesin Rp. 2.000.000 c. Biaya alat pelindung telinga

- Ear plug (Rp. 6.000 x 6) Rp. 36.000 Total Rp. 3.686.000


(6)

2. Perhitungan Biaya dengan Penambahan Peredam dan Alat Pelindung Telinga berupa Ear Muff

a. Lembaran karet sebagai peredam - Untuk wadah berbentuk kerucut

5 mm x 100 cm x 100 cm Rp. 1.200.000 - Untuk wadah berbentuk prisma

5 mm x 3750 cm2 Rp. 450.000

b. Biaya pemasangan peredam pada mesin Rp. 2.000.000 c. Biaya alat pelindung telinga

- Ear muff (Rp. 200.000 x 6) Rp. 1.200.000 Total Rp. 4.850.000