C. Hambatan Penyidik dalam melakukan Rangkain Kegiatan Penyidikan
Tindak Pidana Illegal Fishing
Penyidikan tindak pidana perikanan adalah suatu kegiatan penegakan hukum yang merupakan tindakan hukum pidana atau justisial di bidang perikanan, dengan
melakukan serangkaian penyidikan tindak pidana perikanan terhadap mereka yang melanggar peraturan sebagaimana tersebut dalam Undang-undang No. 31 Tahun
2004 tentang Perikanan pencurian ikan ilegal fishing adalah pcncurian yang dilakukan karena menangkap ikan tanpa SIUP dan SIPI, menggunakan bahan
peledak, bahan beracun, bahan berbahaya dan lainnya yang mengakibatkan kerusakan dan kepunahan sumber daya ikan. Berdasarkan Pasal 103 UU No. 31 Tahun 2004
tentang Perikanan, tindak pidana perikanan dibagi atas 2 jenis tindak pidana yaitu: tindak pidana kejahatan di bidang perikanan Pasal 84, 85, 86, 88, 91, 92, 93 dan
Pasal 94 dan tindak pidana pelanggaran di bidang perikanan Pasal 87, 89,90,95,96,97,98,99, dan Pasal 100.
Adapun hambatan penyidik dalam melakukan tindakan penyidikan tindak pidana illegal fishing dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Lemahnya koordinasi dan pemahaman PPNS perikanan terhadap
kewenangan Polri selaku koordinator pengawas
Undang-Undang Perikanan telah mengklasifikasi kewenangan yang diberikan kepada PPNS, untuk itu Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS Perikanan dalam
melakukan proses penyidikan sepenuhnya menggunakan hukum acara pidana atau hukum formil, sebagaimana tersebut dalam UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP
Universitas Sumatera Utara
dan berada dalam koordinasi Penyidik Polri, sebagai Koordinator dan Pengawas Korwas PPNS.
Kendala saat ini menyangkut kewenangan penyidikan terhadap tindak pidana perikanan khususnya PPNS adalah kurangnya pemahaman yang mendasar
menyangkut kewenangan yang diberikan oleh KUHAP dengan menegaskan bahwa penyidik yang diberikan kewenangan penuh dalam melakukan proses penyidikan
tindak pidana termasuk tindak pidana perikanan adalah Polri penyidik dan penyidik pembantu. Lemahnya pemahaman ini mengakibatkan PPNS kurang intensif untuk
mengkoordinasikan setiap tindak pidana pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia sehingga proses penegakan hukum sampai dengan tahap peradilan jarang untuk
ditemui. Lemahnya pemahaman PPNS terhadap proses penegakan hukum menyebabkan pelaku tindak pidana pencurian ikan belum optimal yang pada akhirnya
menimbulkan ego sektoral kelembagaan.
117
Secara normatif hukum merupakan suatu normakaidah yang memuat aturan- aturan dan ketentuan-ketentuan yang menjamin hak dan kewajiban perorangan
maupun masyarakat. Dengan adanya hukum dimaksudkan untuk menciptakan keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memelihara keselarasan
hidup di dalam masyarakat memerlukan berbagai macam aturan sebagai pedoman hubungan kepentingan perorangan maupun kepentingan dalam masyarakat. Akan
tetapi tidak sedikit hubungan kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang berhubungan atau dalam lingkup hukum pidana. Oleh karena itu diperlukan
suatu hukum acara pidana yang menjadi saluran untuk menyelesaikan kepentingan
117
Hasil wawancara dengan Penyidik pada Dit Pol Air Polda Sumatera Utara, tanggal 24 Juli 2010
Universitas Sumatera Utara
apabila terjadi perbuatan melawan hukum yang diatur dalam hukum pidana.
118
Kaidah-kaidah hukum yang berlaku di Negara Indonesia salah satunya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. Ruang lingkup berlakunya Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981, terdapat dalam Pasal 2 KUHAP, yang berbunyi :“Undang-undang ini berlaku untuk
melaksanakan tata cara peradilan dalam lingkungan peradilan umum pada semua tingkat peradilan”.
Hal demikian sesuai dengan pembatasan wewenang yang disebutkan dalam Pasal 7 ayat 2 KUHAP, yang antara lain ditegaskan bahwa penyidik pegawai negeri
sipil mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi landasan hukumnya masing-masing dan di dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah
koordinasi dan pengawasan penyidik Polri.
119
Hukum Acara Pidana merupakan hukum yang memuat peraturanperaturan untuk melaksanakan hukum pidana, karena
hukum acara pidana mempunyai fungsi sebagai alat untuk menyelesaikan segala kepentingan yang berhubungan dengan perbuatan melawan hukum yang diatur dalam
hukum pidana. Kegiatan pertama yang dilakukan dalam proses penyelesaian perkara pidana adalah penyidikan. Tindakan penyidikan dimaksudkan untuk mencari serta
mengumpulkan bukti supaya tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi terang dan jelas, serta agar dapat menemukan dan menentukan siapa pelakunya.
Menurut Andi Hamzah bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut
penyidikan adalah ketentuan tentang alat-alat penyidik, ketentuan tentang
118
Bambang Poernomo, Orientasi Hukum Acara Pidana, Edisi Revisi. Yogyakarta: Amarta Buku, 1988, hal.1-3.
119
M Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, 1988, hal 110.
Universitas Sumatera Utara
diketahuinya terjadinya delik, pemeriksaan di tempat kejadian, pemanggilan tersangka atau terdakwa, penahanan sementara, penggeledahan, pemeriksaan atau
interogasi, berita Acara penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat, penyitaan, penyampingan perkara, pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan
pengembaliannya kepada penyidik untuk disempurnakan.
120
Dari keterangan yang telah diuraikan Andi Hamzah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas penyidik adalah dalam rangka persiapan ke arah
pemeriksaan di muka sidang pengadilan. Para penyidik mempersiapkan alat-alat bukti yang sah, sehingga dapat dipergunakan untuk membuat suatu perkara menjadi
jelasterang dan juga mengungkap siapa pelaku kejahatan atau pelaku tindak pidana. Dalam setiap penyidikan perkara pidana dilakukan oleh penyidik, dalam hal ini
adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia. Selain itu ada juga Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang pada dasarnya mempunyai wewenang untuk menyidik yang
bersumber pada ketentuan undang-undang pidana khusus yang ditetapkan dalam salah satu pasalnya. Kegiatan penyidikan merupakan kegiatan dalam rangka membuat
suatu perkara menjadi terangjelas dan dalam usaha untuk menemukan pelaku tindak kejahatan. Kegiatan penyidikan yang pertama kali dilakukan oleh penyidik dalam
mengungkap suatu kejahatan adalah menemukan barang bukti maupun bekas-bekas kejahatan yang tertinggal pada tempat kejadian pekara TKP atau bagian-bagian
terjadinya kejahatan. Barang bukti pertama yang dicari oleh penyidik adalah
120
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi Revisi. Jakarta: Sinar Grafika., 2002, hal. 118-119.
Universitas Sumatera Utara
menemukan sidik jari pelaku kejahatan, hal ini termasuk dalam lingkup hukum acara pidana.
2. Penerapan terhadap kerangka hukum tindak pidana perikanan dalam