Peran Polri dalam Penanggulangan Tindak Pidana Illegal Fishing

4. Transparansi: orientasi pada keterbukaan opennes, kepercayaan trust, menghargai keragaman dan perbedaan diversity serta tidak diskriminatif. 5. Keberlanjutan orientasi kepada perbaikan secara terus menerus dan masa depan.

B. Peran Polri dalam Penanggulangan Tindak Pidana Illegal Fishing

Perkembangan lingkungan strategis yang sangat dinamis mengakibatkan upaya penegakkan hukum kedaulatan dan keamanan di laut terutama di wilayah perbatasan dari waktu kewaktu senantiasa dihadapkan kepada tantangan yang cukup kompleks. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan konstelasi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan dua per tiga wilayahnya terdiri atas laut, posisinya yang strategis dan kandungan sumber daya laut yang potensial. Wilayah-wilayah perbatasan yang kurang diawasi terutama wilayah perairan menimbulkan kerawanan terhadap terjadinya pencurian sumber daya alam seperi ikan illegal fishing. Pengamanan wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar merupakan salah satu program utama akselerasi transformasi Polri dalam rangka meningkatkan pelayanan Polri, memelihara keamanan dalam negeri dan menjaga keutuhan NKRI di wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar sebagaimana di kemukakan oleh Kapolri Jend. Pol. Drs Bambang Hendarso Danuri, MM. pada tanggal 11 Februari 2009 dalam rapat koordinasi keamanan wilayah perbatasan NKRI sebagai berikut: 84 “ Sebagaimana kita ketahui bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dengan 17.508 pulau yang secara 84 Bambang Hendarso Danuri, Kejahatan Berindikasi Kontijensi, Makalah Transformasi Reformasi Birokrasi Polri, Mabes Polri tanggal 11 Februari 2009, hal. 1 Universitas Sumatera Utara geografis terletak pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera. Di samping itu wilayah Indonesia juga berbatasan dengan Negara tetangga, baik wilayah perairan maupun daratan. Pada wilayah daratan. Indonesia berbatasan langsung dengan Malaysia, Papua New Guine, Timor Leste, sedangkan di wilayah laut berbatasan dengan India, Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapura, Ohilipina, Republik Palau, Papua New Guine, Timor Leste dan Australia. Sebagai konsekuensi atas realitas tersebut terdapat 2 dua hal yang perlu mendapat perhatian kita bersama. Pada satu sisi, posisi Indonesia memiliki nilai politik dan strategi keamanan yang begitu penting, terutama dipandang dari kepentingan Negara dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup rakyatnya. Namun disisi lain luasnya wilayah Indonesia menjadi tantangan yang harus dihadapi, berkenaan dengan upaya untuk mengamankan wilayah perbatasan dari segala potensi gangguan Kamtibmas, khususnya kejahatan lintas Negara”. Untuk itu guna mengakselerasi kebijakan Kapolri dalam mengantisipasi gangguan Kamtibmas, kejahatan lintas negara atau kejahatan di wilayah perbatasan khususnya di selat malaka yang menyebabkan kerugian bagi pemerintah Indonesia dalam praktek pencurian ikan, maka Polri yakni Direktorat Polair Polda Sumatera Utara perlu mengambil tindakan Kepolisian dengan melibatkan lintas sektoral maupun kendali pusat dengan skala prioritas sesuai dengan karakteristik kerawanan wilayah perbatasan dan pulau terluar berdasarkan tugas pokok yang diemban oleh Dit Pol Air Polda Sumatera Utara yakni memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat perairan, penegakan hukum dan pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat penggunan jasa perairan dengan melaksanakan patroli perairan, pembinaan masyarakat perairanpantai serta melaksanakan pencarian dan penyelamatan terhadap kecelakaan perairan Polda Sumatera Utara. 85 85 Hasil Wawancara dengan Bidang Operasi Direktorat Polisi Perairan Polda Sumatera Utara, tanggal 23 Juli 2010 Universitas Sumatera Utara Kondisi saat ini menggambarkan bahwa tindakan kepolisian yang dilakukan oleh Dit Pol Air Polda Sumatera Utara guna mengamankan wilayah perbatasan dan pulau terluar dari berbagai potensi gangguan Kamtibmas dan penegakan hukum terhadap pencurian ikan yang dilakukan oleh kapal penangkap ikan dirasakan belum optimal, hal ini disebabkan oleh kurangnya kerjasama antar lintas sektoral yang ada, misalnya TNI AL, Bea Cukai, KPLP, Dinas Perikanan, Dinas Kehutanan serta Kesatuan Operasional Dasar KOD yang terdiri dari beberapa Polres di jajaran Polda Sumatera Utara. 86 Untuk wilayah Sumatra Utara patroli di perairan hanya berjalan selama 16 kali per tahun hal ini berdasarkan kemampuan aparat. 87 Meskipun beberapa waktu tahun yang lalu, tepatnya tanggal 4 Februari 2008, telah disusun kesepakatan kerjasama antara tiga instansi untuk menyusun Standard Operation Procedur SOP tindak pidana yaitu Departemen Kelautan dan Perikanan, TNIAL, dan POLRI. Menjalin kerjasama secara regional pun dilakukan dengan bebera negara diantaranya Australia, Brunei Darussalam, Cambodia, Filipina, Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, Singapura, Thailand, Timor Leste dan Vietnam. 88 Kerugian yang dialami oleh Indonesia akibat pelanggaran perbatasan wilayah perairan sangatlah besar bahkan dari tahun ke tahun secara kuantitatif meningkat. 86 Hasil Wawancara dengan Penyidik Pada Direktorat Polisi Perairan, tanggal 26 Juli 2010 87 Setiap instansi hanya bisa melakukan patroli maksimal 16 kali setiap tahun. Dengan luasnya perairan yang dimiliki, terutama pantai barat Sumut yang langsung berhadapan dengan Samudra Hindia, patroli yang kami lakukan tidak cukup untuk bisa menghentikan aktivitas illegal fishing. Kerugian akibat “Illegal Fishing” Capai Rp 875 Miliar. Sumber: Kompas, 23 Januari 2008 88 Perwujudan kerjasama regional ini diwujudkan sebagai bentuk responsible fishing practices dan implementasi Regional Plan of Action RPOA yang telah disepakati pada Regional Workshop on MCS to Support the Implementation of the Regional Plan Of Action RPOA on Promoting Responsible Fishing Practices including Combating IUU Fishing In the Region di Bali 46 Maret 2008. Tekan Illegal Fishing, Dukung Produksi Ikan, Majalah Demersal 2008. 16 April 2008 Universitas Sumatera Utara Misalkan untuk perbuatan illegal Fishing atau penangkapan ikan secara ilegal per tahun mengalami kerugian mencapai Rp 30 triliun. 89 Namun data kerugian yang di wilayah perairan Sumatra utara mencapai Rp 875 miliar. Dalam pelaksanaannya tindakan ini bergerak secara “team” karena tidak hanya kapal penangkap ikan yang bergerak tetapi ada kapal lain yang membantu secara logistik untuk operasionalnya. 90 Sehingga ada beberapa bentuk kapal yang dilarang diantaranya 1 kapal ikan baik dari dalam maupun luar negeri yang tidak terdaftar. 2 kapal ikan dengan alat tangkap yang dilarang, seperti trawl, sianida, atau bom. 3 kapal ikan yang menjual hasil tangkapnya di laut. Bentuk kejahatan ini sering pula disebut dengan Praktek IUU Fishing Illegal, unreported, unregulatedfishing. IUU Fishing sebenarnya telah diatur secara detail dalam UU 31 tahun 2004 yang merupakan pembaharuan dari UU No 9 tahun 1985. Bahkan didalam UU tersebut diatur pula proses beracaranya sehingga memiliki mekanisme pengadilan tersendiri pula. UU Perikanan ini berlaku untuk: a. setiap orang, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing dan badan hukum Indonesia maupun badan hukum asing, yang melakukan kegiatan perikanan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia; b setiap kapal perikanan berbendera Indonesia dan kapal perikanan berbendera asing, yang melakukan kegiatan perikanan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia; 89 http:www.tempointeraktif.comhgnasional20050824brk,2005082465695 , id.html 90 Kapal ini berfungsi untuk menyediakan bahan bakar serta keperluan logistic lainnya. Menyingkirkan Kapal Asing Demi Nelayan Nusantara. Laporan Utama, Gatra , 17 April 2008 Universitas Sumatera Utara c setiap kapal perikanan berbendera Indonesia yang melakukan penangkapan ikan diluar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia; dan d setiap kapal perikanan berbendera Indonesia yang melakukan penangkapan ikan, baik sendiri-sendiri maupun bersamasama, dalam bentuk kerja sama dengan pihak asing. UU ini telah memiliki sensitifitasnya terhadap lingkungan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 serta ketentuan pidananya dalam Bab XV Pasal 84. 91 Selain itu subyeknya sudah mencakup pemilik kapal dan perusahaan. Lingkungan strategis di perairan timur Sumut yang berada di selat malaka panjang patai timur Sumut yang memanjang dari perbatasan perairan aceh sampai kepada perbatasan perairan riau adalah 173 MIL baik secara demografi maupun 91 Pasal 84, yakni 1 Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan penangkapan ikan danatau pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat danatau cara, danatau bangunan yang dapat merugikan danatau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun dan denda paling banyak Rpl.200.000.000,00 satu miliar dua ratus juta rupiah. 2 Nakhoda atau pemimpin kapal perikanan, ahli penangkapan ikan, dan anak buah kapal yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat danatau cara, danatau bangunan yang dapat merugikan danatau membahayakan kelestarian sumber daya ikan danatau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rpl.200.000.000,00 satu miliar dua ratus juta rupiah. 3 Pemilik kapal perikanan, pemilik perusahaan perikanan, penanggung jawab perusahaan perikanan, danatau operator kapal perikanan yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan usaha penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat danatau cara, danatau bangunan yang dapat merugikan danatau membahayakan kelestarian sumber daya ikan danatau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. 4 Pemilik perusahaan pembudidayaan ikan, kuasa pemilik perusahaan pembudidayaan ikan, danatau penanggung jawab perusahaan pembudidayaan ikan yang dengan sengaja melakukan usaha pembudidayaan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, flat danatau cara, danatau bangunan yang dapat merugikan dan atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan danatau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 4, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. Universitas Sumatera Utara sumberdaya alam sangat potensial karena berbatasan dengan perairan Negara Malaysia dan perairan Negara Singapura merupakan alur pelayaran internasional yang setiap hari ramai dilalui kapal-kapal dagang dan kapal-kapal distribusi yang rawan dengan kejahatan penyeludupan, imigrasi gelap, illegal logging, illegal mining, pembajakan, penyanderaan dan perompakan. Di samping itu, perairan pantai timur selat malaka kaya akan sumber daya perikanan yang sangat potensial sehingga diincar oleh kapal-kapal nelayan berbendera asing untuk melakukan penangkapan ikan secara illegal diperbatasan perairan sumut. Di sepanjang pantai timur perairan Sumut yang berbatasan dengan Malaysia terdapat 4 empat pulau terluar yaitu pulau berhala, pulau salah nama, pulau pandan dan pulau jemur yang rawan dimasuki oleh negara asing untuk melakukan pencurian ikan karena keempat pulau tersebut tidak mempunyai penduduk tetap. Dengan memperhatikan perkembangan hakekat ancaman berupa rawannya tingkat kriminalitas di wilayah perbatasan dan pulau terluar yang mungkin timbul sehingga terganggunya keamanan dan ketertiban masyarakat, maka perlu adanya langkah- langkah yang komprehensif dari Polri khususnya Dir Pol Air Polda Sumatera Utara dalam sistem penyelenggaraan pembinaan Keamanan dan Ketertiban masyarakat melalui kerjasama lintas sektoral, yang didalam sistem itu terdapat komponen lain yang turut berperan melalui patnership building dengan penguatan jaringan sebagaimana digariskan di dalam renstra Polri 2010-2014. Langkah-langkah tersebut berupa Implementasi Manajemen Operasional Keamanan dan Ketertiban yang dapat dimengerti dan dipedomani, hal ini sangat penting bagi upaya terwujudnya kemandirian Polri dalam penyelenggaraan Universitas Sumatera Utara Kamtibmas di wilayah perbatasan berupa pengamanan pulau-pulau terluar. Dihadapkan pada perkembangan hakekat ancaman berdasarkan lingkungan strategis dengan berbagai aspek yang ditimbulkannya terhadap kondisi pengamanan wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar maka Dit Pol Air Polda Sumatera Utara telah melakukan langkah-langkah pengamanan dan penegakan hukum, namun pelaksanaan tugas tersebut belum sesuai dengan apa yang diharapkan. 92 Hal ini terlihat dari kondisi semakin peningkatannya hakekat ancaman berupa tindakan kriminalitas di wilayah selat malaka dari tahun ke tahun. Permasalahan utama yang berimplikasi terhadap kurang optimalnya pelaksanaan tugas pengamanan wilayah perbatasan dan pulau terluar antara lain dikarenakan adanya berbagai keterbatasan sumber daya kesatuan Dit Pol Air Polda Sumatera Utara dalam mendukung optimalisasi pengamanan wilayah perbatasan dan pulau terluar baik aspek sumber daya manusia, sarana prasarana, dukungan anggaran maupun sistem dan metode. Disamping itu pelaksanaan penangamanan belum dilakukan melalui penyusunan perencanaan yang matang dengan melibatkan lintas sektoral berupa instansi samping, sehingga upaya-upaya yang dilakukan dalam kegiatan operasi pengamanan wilayah perbatasan dan pulau terluar belum sepenuhnya mampu menyentuh berbagai aspek yang berkaitan dengan upaya srategis melalui koordinasi, komunikasi antar instansi. Penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri terhadap terjadinya tindak pidana pencurian ikan adalah melakukan serangkaian tindakan Kepolisian yang salah 92 Hasil wawancara dengan dengan Bidang Operasi Direktorat Polisi Perairan Polda Sumatera Utara, tanggal 22 Juli 2010 Universitas Sumatera Utara satunya melakukan tindakan penyidikan terhadap pelaku dan merupakan bahagian dari criminal justice system yang meliputi proses pra ad jukasi dan proses judikasi. Pada proses pra ad judikasi dilakukan setelah Polri mengetahui terjadinya tindak pidana pencurian ikan, baik melalui patroli di wilayah perairan, dari hasil penyelidikan tindak pidana ataupun laporan dari masyarakat, maka Polri selaku penyidik melakukan proses lebih lanjut. Penyidik dalam melakukan rangkaian kegiatan penyidikan terhadap tindak pidana pencurian ikan yang dilakukan oleh kapal-kapal penangkap ikan sebagai korporasi mengindikasikan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah merupakan perbuatan berlanjut delictum continuatumvoortgezettehandeling, 93 sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 64 KUH Pidana yang menyatakan bahwa ada perbuatan berlanjut apabila seseorang melakukan perbuatan, perbuatan tersebut merupakan kejahatan atau pelanggaran, antara perbuatan-perbuatan itu ada hubungan sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut. Adapun dasar yang memberikan kewenangan bagi Polri dalam melakukan penyidikan atas tindak pidana adalah Hukum Acara Pidana khusus tentang penyidik adalah Polri. 94 Secara garis penyidikan terhadap kasus tindak pidana pencurian ikan di lakukan berdasarkan dua sumber yaitu: 93 Barda Nawawi Arief, Sari Kuliah Hukum Pidana II, Semarang: Badan Penyediaan Bahan Kuliah, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 1999, hal. 49 94 Loebby Loqman, Kekuasaan kehakiman Ditinjau Dari Hukum Acara Pidana, Jakarta: RajaGrafindo Persada,1990, hal. 36, bahwa secara teoritis kepolisian mempunyai tugas untuk melakukan penyelidikan dengan cara menyidik fakta-fakta yang ada untuk mengetahui apakah memang seorang terdakwa secara faktual melakukan suatu tindak pidana seperti yang dituduhkan kepadanya sedangkan kejaksaan mempunyai tugas secara yuridis mendakwakan ke depan pengadilan dan membuktikan secara yuridis yang didasarkan pada fakta yang dikumpulkan oleh pegawai penyidik. Demikian erat hubungan antara fakta dan yuridis di dalam membuktikan kesalahan seorang terdakwa, tidak dapat dihindari harus ada hubungan yang tidak sekedar hubungan kerja antara penyidik Universitas Sumatera Utara 1. Dari laporan terjadinya pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia, berdasarkan laporan tersebut Polri c.q penyidik melakukan penelitian mendalam lebih lanjut, karena laporan tersebut bersifat informasi yang harus dilakukan penelitian atau peyelidikan akan kebenarannya berbeda dalam hal ketangkap tangan melalui kegiatan patroli di wilayah perairan Indonesia. 2. Setelah dilakukan penelitian dan dirasa dapat ditingkatkan ke dalam penyidikan maka laporan tersebut dituangkan dalam laporan polisi model A, yaitu laporan polisi yang dibuat oleh anggota polisi, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan alat bukti. 95 Langkah selanjutnya dilakukan penyidik adalah mengumpulkan alat bukti yang terkait kegiatan pencurian ikan. Alat bukti dimaksud berupa : 1. Alat bukti sebagaimana diatur didalam Hukum Acara Pidana pasal 184 KUHAP, yaitu : a. Keterangan Saksi. b. Keterangan Ahli. c. Surat – surat. d. Petunjuk. dan penuntut umum, akan tetapi diharapkan adanya hubungan yang saling mengisi atara keduanya. Agar hubungan di atas dapat terjadi pembentuk undang-undang memang telah memunculkan lembaga yang dikenal sebagai “pra-penuntutan” Pasal 138 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, Jaksa mempunyai wewenang untuk mengembalikan berkas perkara kepada penyidik polisi jika hasil penyidikan dirasakan oleh jaksa belum lengkap. Persoalannya apakah lembaga pra-penuntutan ini dapat berjalan seperti yang dikehendaki apabila kedua lembaga penegak hukum mempunyai persepsi yang berbeda terhadap suatu kasus. 95 Sutanto, Peran Polri Untuk Peningkatkan Efektifitas Penerapan UU TPPU, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Keynote Address Pada Pelatihan Anti Tindak Pidana Pencucian Uang, Medan, tanggal 15 September 2005, hal. 7 Universitas Sumatera Utara e. Keterangan terdakwa. 2. Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirim, atau disimpan secara elektronik dengan alat optic atau serupa dengan itu. 3. Dokumen sebagaimana dimaksud didalam pasal 1 angka 7 yaitu ; data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca danatau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang diatas kertas, benda fisik apapun selain kertas atau yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada: a. Tulisan, suara atau gambar; b. Peta, rancangan, foto atau sejenisnya; c. Huruf, tanda, angka, symbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya. Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan terhadap para saksi, ahli dan tersangka secara projustisia yang diarahkan kepada unsur pasal yang akan dipersangkakan, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti dokumen dan atau bukti yang memberikan keterangan atas suatu peristiwa tindak pidana dimaksud. Langkah terakhir yang dilakukan oleh penyidik kepolisian dari rangkaian proses penyidikan adalah menyerahkan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut Umum untuk melakukan penuntutan dengan penyerahan tersangka dan barang buktinya setelah berkas perkara dinyatakan lengkap. Universitas Sumatera Utara Proses judikasi berupa penyidikan tindak pidana pencurian ikan. Proses penyidikan merupakan rangkaian dari proses penegakan hukum pidana pencucian melalui criminal justice system di Indonesia sebagai mana diatur dalam KUHAP, karena dalam UU Perikanan dikemukakan bahwa Penyidikan, Penuntutan, dan pemeriksaan di Sidang pengadilan dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana, 96 kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang. Berdasarkan Hukum Acara Pidana yakni UU No. 8 tahun 1981 dimana dirumuskan bahwa Polri sebagai penyidik. Yang dimaksudkan penyidikan menurut UU No. 8 tahun 1981 adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Dengan mendasari pada pengertian tersebut, maka dalam Proses Penyidikan ini Polri khususnya penyidik akan mewujudkan suatu perbuatan yang dikatakan pencurian ikan sehingga memenuhi unsur-unsur pasal-pasal di dalam undang-undang perikanan yang kemudian perbuatan tersebut dapat diadili. Proses peradilan merupakan perwujudan dari proses penegakan hukum pidana dengan menyatakan bahwa tersangka adalah benar dan patut diyakini sebagai pelaku tindak pidana, oleh 96 Setelah berlakunya KUHAP terjadi perubahan yang sangat penting, perubahan yang dibawa KUHAP mengakibatkan pembagian kewenangan sebagai berikut: 1. kepolisian mempunyai kewenangan untuk melakukan penyidikan sebagai penyidik tindak pidana umum, kewenangan melakukan penyidikan tambahan, berperan sebagai koordinator dan pengawas penyidik pegawai negeri sipil. 2. Kejaksaan mempunyai kewenangan untuk melakukan penyidikan sebagai penyidik tindak pidana khusus yang meliputi tindak pidana survei, tindak pidana korupsi, dan tindak pidana ekonomi walaupun bersifat sementara, penyidikan tindak pidana umum polisi memegang kewenangan penyidikan penuh sedangkan jaksa tidak berwenang. Dalam perkembangan selanjutnya dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, menyatakan polisi dapat melakukan penyidikan untuk semua tindak pidana. Pernyataan ini seolah ingin menangkis anggapan bahwa untuk penyidikan tindak pidana khusus hanya jaksa yang berwenang, padahal menurut Pasal 284 KUHAP wewenang jaksa itu bersifat sementara, dengan lahirnya undang-undang ini lembaga kepolisian menyatakan bahwa kemampuannya untuk menyidik perkara-perkara yang sulit seperti tindak pidana ekonomi, korupsi dan pencucian uang. Universitas Sumatera Utara sebab itu diperlukan peningkatan prinsip akuntabilitas lembaga peradilan. Dengan prinsip ini akan diketemukan proses penegakan hukum yang bersifat resfonsif, untuk pencapaian hal ini di dalam tindak pidana pecurian ikan yang menekankan pada tindakan refresif kepolisian.

C. Sistem Petanggungjawaban Pidana Dalam Sistem Peradilan Pidana