2. Pembahasan 2.1 pembahasan stress kerja
a. Stres sosial
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden lebih banyak mengalami stres sosial sebagai stres kerja, dimana perasaan kesal menghadapi
pasienkeluarga pasien yang cerewet mean=2,11, sd=0,50, pimpinan yang kurang memperhatikan kesejahteraan mean=1,97, sd=0,56, kesal dengan teman
yang tidak menyelesaikan pekerjaan dan melimpahkan pada saya mean=1,97, sd=0,50, pimpinan yang sering mengintervensi pekerjaan 9mean=1,80 sd=0,55
dan sering mengalami ketegangan dalam berinteraksi dengan teman sejawat mean=1,28, sd=0,50 secara akumulatif memiliki nilai tertinggi daripada skor
stres yang lain. Hasil penelitian diatas dikaitkan dengan karakteristik demografi,
khususnya pada pelatihan yang pernah diikuti, lebih sedikit perawat yang pernah mendapatkan pelatihanyang berkaitan dengan penanganan pasien gawat darurat
PPGD, ATLS,BTCLS sedangkan selebihnya mendapat pelathan yang tidak berkaitan dengan penanganan pasien gawat darurat, bahkan ada yang belum
pernah mendapatkan pelatihan sama sekali. Pelatihan yang pernah diikuti dapat menambah pengetahuan perawatsecara lebih spesifik sehingga ketrampilan akan
bertambah yang akn berakibat pada penampilan kerja ketika menangani pasien. Perawat yang terampil akan memuaskan pasien atau keluarga pasien yang
mendampingi pasien, sehinnga ketidakpuasan pasien terhadap tindakan yang
Universitas Sumatera Utara
diberikan akan berkurang. Sebaliknya bila kurang tanggap dalam menghadapi pertanyaan dan berbagai keluhan pasienmaka akan mudah terjadi pertentangan
antara perawat, pasien dan keluarga pasien. Faktor karakteristik lainnya yang mempengaruhi stres sosial ini adalah
pendidikan, sebagian besar perawat yang bertugas di ruang IGD berpendidikan DIII, sehingga belum mengetahui menajamen memimpin perawat pelaksana yang
baik dan benar. Pengetahuan mengenai peran perawat sebagai pemimpin lebih banyak diulas di tinggkat pendidikan yang lebih tinggi sehingga tindakan yang
harus dilakukan oleh seorang pemimpin terhadap staf yang mejadi bawahannya lebih sering terlewatkan. Walaupun kemampuan menajerial perawat dapat ditempa
berdasarkan pengalaman namun akan lebih baik bila telah mengetahui pendapat- pendapat ahli yang terkait dengan hal tersebut sehingga dapat menjadi wawasan
bagi perawat untuk menerapkan tindakan yang tepat ketika menjadi pemimpin di ruangan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Griffin 2006
bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga ketrampilan dasar yaitu: 1 Ketrampilan konseptual dalam membuat konsep, gagasanatau ide demi kemajuan
organisasi, 2 Ketrampilan dalam berhubungan dengan orang lain yaitu kemampuan berkomunikasi secara persuasive dengan bawahan yang dipimpnnya,
3 Ketrampilan tehnikal merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masih ada pimpinan
yang kurang memperhatikan kesejahteraan bawahan, intervensi pekerjaan yang berlebihan pada bawahan, hal ini berkontribusi pada stres sosial yang dialami
peeawat yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu hasil penelitian juga menunjukan bahwa sejawat yang tidak bertanggungjawab menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya, dirasakan
perawat sebagai stress sosial di lingkungan kerja. Tanggungjawab yang tidak terselesaikan oleh rekan kerja akan menambah beban kerja perawat yang
dilimpahi tanggungjawab menyelesaikan tugas tersebut. Hasil penelitan ini juga menunjukan bahwa hal ini sesuai dengan pendapat Mc Vicar 2003, bahwa
perawat yang bertugas di ruang instalasi gawat darurat memiliki beban kerja yang tinggi. Selain karena jam kerja yang panjang juga disebabkan tuntutan dalam
bekerja. Penambahan beban kerja, akan melipatgandakan beban yang sudah ada sehingga perawat lebih mudah tertekan dan tidak dapat bekerja dengan optimal.
Stres sosial merupakan salah satu stres yang dapat dijumpai pada perawat karena tekanan di tempat kerja. Menurut survey yang dilakukan oleh Willims
2004 resiko perawat menderita stres sosial dua sampai tiga kali lebih tinggi daripada individu yang tidak bekerja sebagai perawat. Kesimpulan ini diambil
berdasarkan penelitian terhadap 190 responden yang bertugas di Department of Veteran Affairs Medical Center, Barat Daya Amerika Serikat dimana sebagian
besar menyatakan, bahwa stress sosial terutama ketidaknyaman dengan pasien dan keluarga yang memberikan pernyataan secara verbal tentang ketidakpuasan
terhadap semua tindakan perawat. Kesimpulannya adalah stres sosial merupakan stres yang paling sering dialami perawat. Hal ini karena pekerjaan perawat
merupakan pekerjaan tim yang membutuhkan dukungan dari banyak pihak agar tujuan dari tindakan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dukungan dari
lingkungan sosial ditempat kerja meliputi teman sejawat, pimpinan, pasien dan
Universitas Sumatera Utara
keluarga pasien. Pekerjaan yang hanya akan sukses bila dikerjakan secara kolektif, akan sangat mengganggu bila salah satu unsur dari bagian tersebut tidak
dapat bekerjasama atau tindakan yang di tampilkan tidak sesuai harapan, bila hal tersebut ditemukan maka akan timbul streskerja.
b. Stres fisik