Drs. Hamzon Situmorang, M.S.Ph.D Drs. Eman Kusdiyana, M.hum Afiksasi, suatu proses sangat umum dalam pembentukan kata dalam Penggabungan, penggabungan dalam bahasa Jepang dapat dibentuk Pemendekan Gairaigo

PENGESAHAN Diterima Oleh : Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Pada : Pukul 14.00 Tanggal : 31 Maret 2008 Hari : Senin Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Dekan, Drs. Syaifuddin M.A Ph.D NIP. Panitia Ujian No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Hamzon Situmorang, M.S.Ph.D

2. Drs. Eman Kusdiyana, M.hum

3. Drs. M. Pujiono, S,S M. Hum

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang diberi judul “ Interferensi Gairaigo Terhadap Pemakaian Kalimat Bahasa Jepang Dalam Majalah Nipponia”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelas Sarjana Sastra, Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan dan do’a kepada penulis. Oieh sebab itu pada kesempatan ini , penulis dengan tulus dan ikhlas ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada : 1. Bapak Drs. Syaifudin, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara 2. Bapak Drs. Hamzon Situmorang, M.Hum , selaku Ketua Jurusan Program Studi Sastra Jepang, Universitas Sumatera 3. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah mendidik penulis di perkuliahan dari semester I sd semester akhir dan bersedia menjadi pembimbing penulis, yang telah banyak memberikan arahan, masukan dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. Universitas Sumatera Utara 4. Bapak Drs. M. Pujiono, S.S M.Hum, yang telah mendidik penulis selama perkuliahan dari semester I sd semester akhir dan telah banyak meluangkan waktunya untu bersedia menjadi dosen penguji yang banyak memberikan arahan, masukan dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi ini 5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Sastra, khususnya Program Studi Sastra Jepang, Unviersitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama di perkuliahan 6. Ibunda tercinta Harlini dan Ayahanda Asri Anwar, yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materi kepada penulis. Maafkan Ananda mu ini yang telah begitu banyak menyusahkan dan belum bisa membahagiakan. InsyaAllah dengan selesaikanya skripsi ini, menjadi obat mujarab dan titik tolak untuk melangkan lebih baik lagi…Amiiin… 7. Untuk Suamiku tercinta Ir. Sukotjo Slamet Widodo,M.M ,yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan hingga selesainya skripsi ini 8. Untuk Adik2ku tercinta Harry Julianto dan Desiana , Haras Tri Adhitia dan Ayu Trisna.. terima kasih atas dukungan, perhatian dan do’a serta kasih sayang yang selalu diberikan 9. Teman-teman penulis, Nana teman seperjuangan , Wira, dan lainnya yang tak dapat disebutkan satu persatu disini Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis sajikan ini sangat jauh dari sempurna, karena masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, sebagaimana kodratnya kita sebagai manusia. Oleh Universitas Sumatera Utara sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, sekali lagi penulis mengucapkan terima aksih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan semuanya satu per satu. Dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis sendiri. Demikianlah ucapan terima kasih ini penulis sampaikan. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, Amiin. Medan, 2008 Penulis, Honesty Teunomvira 010722009 Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ……………………………………………………… i DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. iv BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………. 1 1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1 1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………... 4 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan…………………………………….. 5 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ………………………….. 6 1.4.1. Tinjauan Pustaka ………………………………………… 6 1.4.2. Kerangka Teori …………………………………………. 8 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………. 11 1.6. Metode Penelitian ………………………………………………. 11 BAB II. DEFENISI DAN SEJARAH SINGKAT MASUKNYA GAIRAIGO DI JEPANG ………………………………………………………….. 14 2.1. Sejarah Singkat Masuknya Gairaigo di Jepang …………………... 14 2.2. Defenisi Gairaigo …………………………………………………. 16 2.2.1. Karakteristik Gairaigo ……………………………………… 16 2.2.2. Penulisan Gairaigo ………………………………………….. 21 2.2.3. Kriteria Gairaigo……………………………………………. 22 2.3. Defenisi Interferensi Gairaigo ……………………………………. 22 2.4 Tanggapan masyarakat Jepang terhadap Gairaigo ………………...24 Universitas Sumatera Utara

BAB III. INTERFERENSI GAIRAIGO TERHADAP PEMAKAIAN

KALIMAT BAHASA JEPANG DALAM MAJALAH NIPPONIA 3.1. Pemakaian Gairaigo dalam kalimat Bahasa Jepang ………………. 26 3.1.1. Interferensi Leksikon ……………………………………….. 27 3.1.2. Interferensi Gramatikal …………………………………….. 3.2. Pemakaian Gairaigo dalam Frase Bahasa Jepang …………………. 3.3. Penyebab Interferensi ………………………………………….... BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 4.1. Kesimpulan ……………………………………………………….. 4.2. Saran ……………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Apa yang akan terjadi saat seseorang pertama kali belajar bahasa asing ? Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau jangan- jangan, ia akan mengungkap lafal bahasa asing itu dengan logika dan gramatikal bahasa Ibunya? Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu perasaan , peran, maupun pendapat yang dalam prakteknya dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Kemampuan dalam menguasai suatu bahasa merupakan salah satu syarat agar dapat saling tukar menukar informasi, juga untuk lebih memperlancar hubungan komunikasi dalam pergaulan, baik pergaulan antar pribadi, maupun pergaulan antar bangsa, sebagai anggota masyarakat bahasa. Bahasa sebagai alat ilmu pengetahuan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangannya. Oleh karena itu diperlukan penguasaan bahasa untuk mempelajari, menerapkan, dan mentransfer ilmu pengetahuan. Tajuddin 2003 mengemukakan bahwa kadar kualitas penguasaan bahasa tergantung pada dua faktor,yaitu :1 sejauh mana kadar kualitas kemampuan penguasaan bahasa si penutur dalam mengungkapkan gagasan atau pikirannya, 2 sejauh mana kadar kualitas pikirangagasan yang hendak diungkapkannya. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi. Bahasa Jepang sebagai salah satu bahasa asing yang sangat diminati oleh pembelajar maupun masyarakat Indonesia, memiliki daya tarik tersendiri untuk Universitas Sumatera Utara dipelajari, sehingga dari tahun ke tahun jumlah pembelajar bahasa Jepang semakin meningkat. Dilihat dari aspek kebahasaannya, bahasa Jepang memiliki karakteristik tertentu yang dapat kita amati dari huruf yang dipakainya, kosa kata, sistem pengucapan, gramatika dan ragam bahasanya. Apabila melihat huruf yang dipakai untuk menuliskan bahasa Jepang, kita akan tahu bahwa bahasa Jepang memiliki sistem penulisan yang sangat kompleks, karena menggunakan empat perangkat huruf, yakni Kanji, Kana yang terdiri atas Hiragana dan Katakana, serta Romaji Iwabuchi, 1989 : 180 Keunikan lainnya adalah adanya perbedaan struktur kosakata bahasa Jepang dengan struktur kosakata bahasa Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Soepardjo 1997 bahwa struktur kosakata bahasa Jepang memiliki perbedaan yang sangat mencolok dengan struktur kosakata bahasa Indonesia. Perbedaan tersebut erat kaitannya dengan proses pembentukan kata kedua bahasa dan perbedaan pola pikir masyarakat bahasa kedua bahasa tersebut. Perbedaan lain yang dikatakan oleh Lehman 1997 : 86 adalah perbedaan tersebut bukan hanya dari segi tata bahasa saja, tapi juga dari segi bentuk dan susunannya. Belakangan ini dampak yang paling kentara dari semangat mondial atau keterbukaan adalah tergila-gilanya orang pada dunia informasi. Seolah informasi sudah menjadi “berhala” baru, sehingga seperti tiada hari tanpa informasi. Tak sulit dibantah, hampir setiap hari media massa kita menawarkan sejumlah produk “ pengolah” informasi, seperti komputer, telepon genggam, dan bahkan jasa Universitas Sumatera Utara internet. Siapapun tahu, via produk tersebut, dalam sekejap dunia berada dalam genggaman tangan. Akibat dari hal diatas, apreasiasi orang terhadap penguasaan bahasa asing –terutama bahasa Inggris dan bahasa Jepang, makin meningkat. Sebab mau tak mau, untuk menggenggam dunia seperti ini dibutuhkan penguasaan bahasa asing yang baik. Peningkatan apresiasi ini, pada akhirnya turut pula melahirkan mereka- mereka yang mahir sekaligus dalam 2 dua bahasa bilingual atau lebih multilingual . Dalam konteks ini, akibat lebih jauh maka munculah transfer negatif atau interferensi. Yakni adanya proses transfer dari satu bahasa ke bahasa lain dalam diri seseorang atau kelompok. Sejumlah pakar sosiolinguistik mengungkapkan, pada dasarnya interferensi adalah pengacauan bahasa yang terjadi dalam diri orang yang bilingual atau lebih, dan ini bersifat sangat produktif. Sebab, bahasa – bahasa yang ada didalam diri orang tersebut secara alamiah akan saling mempengaruhi, saling mengubah dan saling mengganggu. Interferensi dapat terjadi karena adanya kontak di antara bahasa-bahasa yang dikuasai oleh penutur bilingual. Dalam peristiwa kontak bahasa , bahasa yang satu akan mempengaruhi bahasa yang lain. Manakala pengaruh dimaksud menimbulkan penyimpangan, penyimpangan inilah yang disebut interferensi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, maka semakin banyak pula digunakan bahasa-bahasa asing atau kata-kata serapan , selanjutnya disebut dengan Gairaigo , dalam kehidupan sehari- hari masyarakat Jepang, khususnya di kalangan anak muda Jepang. Penulis Universitas Sumatera Utara banyak menemukan istilah-istilah asing ini yang ditulis dengan menggunakan huruf Katakana dalam kalimat bahasa Jepang, yang terdapat dalam majalah- majalah Jepang, khususnya majalah Nipponia. Dapat dilihat bahwa kata-kata yang diserap dari bahasa asing tersebut kadang penulisan dan pengucapannya tidak sesuai dengan bahasa aslinya. Bahkan kontruksi kalimatnya pun mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena perbedaan pengucapan sehingga penulisannya pun harus disesuaikan dengan pengucapan orang Jepang itu sendiri, dan letak susunan kata harus disesuaikan dengan kaidah baku kalimat bahasa Jepang. Hal inilah yang menjadi titik tolak bagi penulis untuk mengetahui sejauh mana interferensi Gairaigo dalam penggunaan kalimat bahasa Jepang saat ini.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa masalah yang perlu dibahas dalam penyimpangan atau interferensi ini, terutama hubungannya dengan bahasa Jepang yang di interferensi oleh Gairaigo, baik dalam semua kontruksi kalimat dan sejauh mana Gairaigo itu mempengaruhi maknanya. Pengacauan atau kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada semua komponen kebahasaan. Ini berarti bahwa interferensi dapat terjadi dalam bidang fonologi, semantik, sintaksis, morfologi dan bidang linguistik lainnya. Atas pelbagai pertimbangan teoritis dan praktis, maka penulis memilih judul : “ Interferensi Gairaigo Terhadap Pemakaian Kalimat Bahasa Jepang Dalam Majalah Nipponia ”, dan merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Sejauh mana interferensi unsur-unsur bahasa asing masuk ke dalam pemakaian kalimat bahasa Jepang 2. Gairaigo apa saja yang ada dalam Nipponia dilihat dari struktur sintaksisnya

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan yang ada, maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan permasalahan yang akan dikemukakan. Adapun ruang lingkup pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah pemakaian Gairaigo yang tercantum dalam majalah NIPPONIA berbahasa Jepang dari berbagai edisi, dengan menitikberatkan pada pembahasan Gairaigo dalam tataran struktur sintaksis. Pembahasan diarahkan pada penjelasan mengenai fungsi dari Gairaigo dalam kalimat, keterkaitan Gairago dalam struktur frase, yang sekaligus melihat posisi Gairaigo tersebut berdasarkan hukum DM-MD. Sebelum penjelasan inti, penulis juga memaparkan bahwasannya bahasa Jepang dewasa ini, khususnya Gairaigo, banyak digunakan dalam berbagai bahasa dunia dikarenakan berbagai hal. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa Gairaigo itu dalam tataran sintaksisnya bisa dijadikan berbagai fungsi dalam kalimat. Dan juga bisa berubah fungsi yang memiliki konstruksi bahasa Jepang – bahasa Inggris, bahasa Inggris – bahasa Jepang, atau bahkan bahasa Inggris – bahasa Inggris. Bahkan juga bisa memiliki nuansa yang berbeda-beda. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dirasakan cukup bervariatif Gairaigo ini dalam mempengaruhi interferensi bahasa Jepang . Oleh karena itu, penulis ingin membahas hal tersebut dalam skripsi ini. Sebagai data pendukung penulisan, dalam skripsi ini juga akan dipaparkan mengenai sejarah Gairaigo, karakteristik dan penulisan serta karakter Gairaigo, tanggapan masyarakat Jepang terhadap Gairaigo itu sendiri, dan beberapa contoh Gairaigo dari beberapa Negara. 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1.Tinjauan Pustaka Bahasa dapat dinyatakan dengan dua cara, yakni lisan dan tulisan. Ragam lisan lebih dahulu dikenal sejak zaman prasejarah daripada ragam tulisan. Seperti diketahui bahwa Cina memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan budaya Jepang. Dalam sejarah kesusastraan Jepang, pengaruh tersebut dapat dilihat dari ditemukannya Manyogana , yaitu tulisan huruf Cina dengan struktur tulisan bahasa Cina. Kemudian pada abad ke-8. lahirlah huruf Jepang yang disebut dengan Katakana dan Hiragana. Huruf yang pertama dibuat adalah huruf Katakana, merupakan huruf yang dikarang oleh Kibinomakibi dan diambil dari bagian-bagian huruf Kanji. Huruf ini hanya dipergunakan untuk menuliskan bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa asing, bahasa tiruan dari bunyi alam, suara binatang, dan yang merupakan istilah tentang bentuk atau keadaan benda. Universitas Sumatera Utara Nashihin 2003 mengemukakan terdapat beberapa cara untuk membentuk kosakata-kosakata baru dalam bahasa Jepang, diantaranya melalui proses :

1. Afiksasi, suatu proses sangat umum dalam pembentukan kata dalam

bahasa Jepang melalui proses afiksasi, yakni melalui prefiksasi dan sufiksasi. Ini merupakann proses-poses dimana sufiks atau prefiks sebagai suatu morfem diinfleksikan ke sebuah bentuk dasar.

2. Penggabungan, penggabungan dalam bahasa Jepang dapat dibentuk

dengan satu ragam cara. Sebagai contoh, komposisi-komposisi dari penggabungan bisa saja menrupakan kata asli, Sino-Jepang berasal dari cina atau kombinasi dari kata-kata yang aslinya berbeda 3. Reduplikasi, suatu proses dimana sebagian dari sebuah kata atau keseluruhan kata diulangi untuk menciptakan suatu kata baru. Dua contoh dari Reduplikasi dalam bahasa Jepang yaitu mimetik dan reduplikasi semu renyookei

4. Serapan, yakni sebagai suatu proses terakhir dalam pembentukan kata-

kata dalam bahasa Jepang adalah serapan pinjaman . Semua kata-kata serapan, termasuk gabungan-gabungan Sino-Jepang, ada pada kelompok ini. Gairaigo sebagai salah satu kosakata bahasa Jepang termasuk ke dalam bentuk kosa kata serapan. Prosentase Gairaigo dalam kosakata bahasa Jepang semakin hari semakin meningkat. Diperkirakan dalam waktu yang tidak terlalu lama, akan terus meningkat hingga mencapai 60-80 dalam berbagai ilmu Universitas Sumatera Utara pengetahuan. Sehingga menjadi kosakata yang penting untuk mengetahui kehidupan orang Jepang secara umum.

1.4.2. Kerangka Teori

Secara leksikal, interferensi berarti gangguan Echols dan Shadily, 1996. Secara definitif, interferensi merupakan kesulitan atau hambatan yang muncul dalam proses penguasaan bahasa kedua atau bahasa yang dipelajari dalam kebiasaan pemakaian bahasa pertama atau bahasa ibu Lado, 1960; Valdman, 1996 via Abdulhayi, 1985. Secara teoritis, masuknya unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain mewujud ke dalam dua kelompok. Kedua kelompok itu adalah kelompok leksikon dan kelompok gramatika Poedjosoedarmo:1979 . Wujud leksikon lebih dominan , baik yang dimasukkan secara sadar , maupun yang masuk dengan sendirinya. Masuknya unsur-unsur satu bahasa ke bahasa lain yang terjadi secara sadar disebut dengan istilah interferensi aktif, sedangkan yang masuk tanpa disadari disebut dengan istilah interferensi pasif Poedjosoedarmo:1983 . Salah satu hasil penelitian Bawa 1993 yang meneliti masuknya unsur- unsur bahasa Inggris dan bahasa Sansekerta ke dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam formal para pejabat di Bali menunjukan kecendrungan interferensi aktif, yakni unsur-unsur bahasa Inggris dan bahasa Sanksekerta ke dalam pemakaian bahasa Indonesia yang dilakukan dengan sengaja. Sedangkan interferensi pasif biasanya masuk dan digunakan tanpa disadari oleh pemakai bahasa. Universitas Sumatera Utara Sejumlah pakar sosiolinguistik mengatakan, proses terjadinya interferensi sejalan dengan proses difusi penyebaran dalam kebudayaan. Oleh karena itu gejala interferensi dapat dilihat melalui 2 dua tatakan yang saling melengkapi. Yakni, pertama, tataran psikologis, yang berkaitan dengan perilaku seseorang dalam berbahasa, sebagai dampak adanya aspek nonlinguistik. Dan kedua, tataran politis yang bertalian dengan sistem kebahasaan itu sendiri. Maksud dari tataran politis adalah Para linguis menamakan gejala kekacauan pemakaian tata bahasa dengan istilah interferensi. Secara umum, gejala ini terjadi pada aspek unsur kata dan frase. Interferensi terjadi paling banyak pada tataran bunyi, tataran morfologi , tataran sintaksis dan yang terakhir adalah tataran leksikal Weinreicht, 1970 : 12 . Istilah interferensi ini berkaitan dengan istilah identifikasi antar bahasa. Konsep ini, yang dikenal juga dengan istilah transfer negatif, merupakan gejala yang terjadi jika unsur-unsur bahasa sumber BSu berbeda dengan bahasa sasaran BSa, dan ini dapat menimbulkan kesulitan sekaligus kesalahan pada BSa Corder 1973; Weinreich, 1964; Littlewood, 1995 . Hamers dan Blanc 1993 mendefinisikan gejala interferensi ini sebagai which the learner unconsciously and inapproprately tranfer elements or rules from the first to the second languange h. 268. Batasan yang lain dikemukakan oleh Hartman dan Stork 1972 dalam Alwasilah 1989, bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa atau dialek ibu ke dalam bahasa atau dialek. Selain dapat terjadi dalam wilayah bunyi dan kata, interferensi dapat juga terjadi dalam wilayah tata bahasa , kosa kata, makna, dan bahkan budaya, Universitas Sumatera Utara baik dalam ucapan maupun tulisan terutama tatkala seseorang sedang mempelajari bahasa kedua. Sementara itu, Samsuri 1983 menyebut interferensi sebagai gangguan, artinya ketika menggunakan unsur satu bahasa penutur kemudian memasukkan unsur dari bahasa lain sehingga mengganggu struktur bahasa yang sedang digunakan. Weinreich 1970:1 mengatakan bahwa dua bahasa atau lebih berkontak jika bahasa-bahasa itu dipakai secara bergantian oleh orang yang sama. Keadaan penutur bahasa yang bilingual multilingual memungkinkan penyimpangan kesalahan berbahasa yang merupakan gejala interferensi. Menurutnya, interferensi terjadi paling banyak pada tataran bunyi, kemudian tataran morfologi dan sintaksis serta leksikal. Sedangkan menurut Kridalaksana 1983:66 interferensi ialah penggunaan unsur bahasa lain oleh bahahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa,ciri-ciri bahasa lain itu masih kentara . Jadi, dari beberapa pengertian interferensi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa interferensi berarti : 1. Penerapan dua buah unsur bahasa dalam satu kondisi kebahasaan yang mengakibatkan pengacauan pada struktur bahasa yang sedang digunakan. 2. Penyimpangan yang terjadi karena bahasa yang satu mempengaruhi bahasa yang lain, dalam hal ini bahasa-bahasa asing yang mempengaruhi bahasa Jepang. Pengaruh dimaksud biasanya dapat dijumpai dalam hal peminjaman kosa kata. Universitas Sumatera Utara 3. Interferensi dianggap sebagai fenomena tutur yang hanya terjadi pada penutur bilingual danatau multilingual, dan peristiwanya dianggap sebagai penyimpangan. Interferensi dalam skripsi ini difokuskan pada penyimpangan yang terjadi akibat masuknya unsur atau kaidah bahasa asing ke dalam unsur atau kaidah kalimat bahasa Jepang.

1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan sejauh mana Interferensi unsur-unsur bahasa asing Gairaigo ke dalam pemakaian kalimat Bahasa Jepang 2. Mempelajari faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya interferensi tersebut

1.6. Metode Penelitian

Penelitian riset adalah penggunaan metode ilmiah yang bersifat formal dan sistematis untuk mempelajari masalah. Sumanto ; 1990 : 4. Pada umumnya penelitian menempuh strategi dan langkah yang hampir sama. Langkah-langkah itu terdiri dari pembuatan statement masalah, pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Sebagai objek studi, bahasa bersifat multidispliner. Artinya, bahasa dapat dianalisis dan dipakai dari berbagai disiplin ilmu. Studi bahasa dapat dilakukan dengan melihat strukturnya semata-mata, melihat kaitannya dengan kebudayaan manusia, melihat hubungannya dengan perkembangan individu dan melihat Universitas Sumatera Utara kaitannya dengan masyarakat pemakainya. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode sosiolinguistik dan komunikatif sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Sosiolinguistik termasuk disiplin ilmu yang paling muda dalam jajaran disiplin ilmu linguistik. Namun demikian tidak berarti bahwa telaah bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat juga masih muda. Jauh sebelumnya sudah sering dilakukan studi umum tentang hubungan kata, arti dan budaya. Dari perluasan studi inilah, sosiolinguistik dibangun. Sosiolinguistik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakan bahasa, khususnya perbedaan yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor kemasyarakatan. Fishman 1972 mengatakan bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu yang membahas hubungan antar pemakai bahasa dan perilaku sosial. Selain itu, sosiolinguistik juga mengkaji pemakaian bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan. Dari deskripsi ini terlihat bahwa sosiolinguistik mengkaji pemakaian bahasa sebagai gejala sosial. Pada penulisan ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, teknik ini berfungsi sebagai alat pengumpul data utama, dimana pembuktian hipotesis dilakukan logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukum-hukum yang diterima kebenarannya, baik yang menolak maupun yang mendukung hipotesis tersebut. Dalam penulisan skripsi ini, data-data yang terkumpul bersumber dari buku-buku, jurnal, majalah, dan juga artikel internet. Dan yang menjadi sumber utama pembahasan adalah kalimat-kalimat bahasa Jepang yang berasal dari Universitas Sumatera Utara Majalah Nipponia versi bahasa Jepang. Setelah data-data terkumpul maka dilakukan proses penyusunan data yakni proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola dan kategori, sehingga dapat ditentukan tema. Kemudian data disusun dalam satuan-satuan untuk dikategorisasikan pada setiap bab maupun anak bab. Sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dan saran. Universitas Sumatera Utara

BAB II DEFENISI DAN SEJARAH SINGKAT

MASUKNYA GAIRAIGO DI JEPANG

2.1. Sejarah Singkat Masuknya Gairaigo di Jepang

Sebelum pertengahan abad ke-16, Gairaigo adalah bahasa yang datang dari negara asia timur, seperti : kango, bahasa Ainu sake, Sapporo , bahasa Korea ki-sen , Hango bahasa Sansekerta yang banya memuat istilah agama Budha, seperti kesa, sara, danna dan sebagainya . Gairaigo setelah akhir abad pertengahan adalah bahasa yang datang dari akhir zaman Muromachi sampai awal zaman Edo. Istilah agama Kristen dan perdagangan banyak dipinjam dari bahasa Portugal, seperti pan,tabako,dan lain-lain. Akan tetapi,tidak dilakukan lagi sejak pola kekristenan dilarang dan Jepang menutup diri pada tahun 1639. Namun sebelum masa itu tiba , bahasa Spanyol seperti meriyasu , dan bahasa Belanda, seperti kouhii, gomu, garasu ,biiru ,ponpu ,penki, zukku ,modorosu telah masuk dan menambah perbendaharaan peminjaman kosa kata asing oleh Jepang. Setelah dibukanya kembali Jepang bagi negara-negara asing pada jaman Meiji, membuat Jepang banyak melakukan kontak dengan negara lain, yang dengan sendirinya memungkinkan masuknya kata-kata serapan bahasa asing semakin banyak. Gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris bertambah dengan pesat, jumlahnya lebih banyak dari jumlah Gairaigo sebelumnya. Bahasa-bahasa ilmu pengetahuan, misalnya bahasa Yunani bahasa Latin idea , aribai, deeta , selain dari ski dan arubaito, istilah-istilah kedokteran dan Universitas Sumatera Utara filsafat banyak berasal dari bahasa Jerman, seperti : gaaze, zain, pikkeru, karte, ideorologi , dll , sedangkan istilah yang berhubungan dengan seni, mode, dan memasak kebanyakan berasal dari bahasa Perancis atore, puretaporute, omuretsu, zubon, . , dan istilah musik banyak berasal dari bahasa Italia andente, pianishimo, soprano, dan lainnya. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa jepang Nihon no Goi dibagi menjadi 3 tiga jenis, yakni Wago, Kango, dan Gairaigo. Wago adalah kosakata asli Jepang, ada juga yang menyebutnya yamato kotoba. Sedangkan Kango adalah kosakata bahasa Jepang yang berasal dari bahasa Cina klasik. Gairaigo adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing gaikokugo , lalu dipakai sebagai bahasa nasional kokugo . Kata-kata yang termasuk gairaigo bahasa Jepang pada umumnya adalah kata-kata yang berasal dari bahasa negara-negara Eropa, tidak termasuk kango yang terlebih dahulu dipakai didalam bahasa Jepang sejak zaman dulu kala Kindaichi,1989:318. Kata-kata seperti haikingu, teema ,sonata, konto ,kasu, ego, noruma, chaahan, dan sebagainya merupakan sedikit dari sekian banyak gairaigo. Gairaigo adalah kata-kata yang diambil dari bahasa asing lalu diJepangkan dan dipakai dalam kegiatan berbahasa Jepang. Oleh karena gairaigo sudah diJepangkan, maka kata-kata yang termasuk dalam gairaigo berbeda dengan gaikokugo bahasa asing. Untuk membedakannya dengan Wago dan Kango, ada juga yang menyebut Gairaigo dengan istilah Yoogo Iwabuchi,1989: 41. Universitas Sumatera Utara Secara singkat Tsukishima Hiroshi 1990:189 menambahkan bahwa kata-kata yang diambil dari bahasa asing dan sudah dimasukkan kedalam sistem bahasa jepang disebut dengan Gairaigo atau Shakuyoogo. Dari tiga defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Gairaigo adalah salah satu jenis kosa kata bahasa Jepang yang berasal dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan aturan-aturan yang ada di dalam kaidah bahasa Jepang. Ada yang menyebut Gairaigo dengan istilah Yoogo kata-kata yang berasal dari negara-negara Barat , seperti Jerman, Perancis, Portugal, Belanda dan ada pula yang menyebutnya dengan istilah Shakuyoogo kata pinjaman . Walaupun Gairaigo dikatakan sebagai Yoogo, namun didalamnya termasuk juga kata-kata yang berasal dari negara-negara lain, termasuk dari bahasa Indonesia. 2.2. Defenisi Gairaigo 2.2.1. Karakteristik Gairaigo Gairaigo tidak dapat digunakan disembarang tempat, ini disebabkan harus sesuai dengan aturan-aturan yang ada didalam bahasa Jepang, termasuk dalam tata cara pengucapannya. Pada umumnya pengucapan gairaigo terlepas dari bunyi pengucapan kata aslinya, karena sudah disesuaikan dengan aturan bunyi bahasa Jepang. Banyak hal yang menjadi ciri khas Gairaigo yang membedakannya dengan Wago, Kango dan Konshugo. Menurut Ishida 1988 : 93 , ciri-ciri khusus tersebut antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Gairaigo ditulis dengan huruf katakana 2. Terlihat kecendrungan pemakaian gairaigo pada bidang dan lapisan masyarakat yang cukup terbatas, frekuensi pemakaiannya juga rendah 3. Terdapat relatif banyak kata Nomina konkrit 4. Terdapat juga Gairaigo buatan Jepang sendiri 5. Banyak kata yang dimulai dengan bunyi dakuon Selain itu juga terdapat beberapa karakteristik lainnya, seperti : 1. Kata – kata pinjaman yang diambil dari Barat Amerika dan Eropa meliputi berbagai bidang seperti sandang, pangan, papan, mesin alat-alat perkakas lainnya. 2. Pada zaman Meiji, kata-kata dari Barat biasa diterjemahkan ke dalam Kango, namun kini penampilannya dalam huruf Katakana yang mendekati pengucapan aslinya telah menjadi hal yang umum. 3. Kata pinjaman dalam bahasa Jepang sering diperkenalkan sebagai kata benda. Bentuk kata kerjanya dapat dibuat dengan : a. Penambahaan suru to do dibelakang kata pinjaman. Contoh : b. Penerapan pemakaian konjugasi kata kerja bahasa Jepang. Misalnya : sabo-ru dari bahasa Perancis sabotage, yang artinya bolos dari pelajaran atau pekerjaan . Jika ada penambahan dibelakang kata pinjaman maka akan menghasilkan kata sifat, sedangkan jika ada penambahan , akan menghasilkan kata keterangan. Universitas Sumatera Utara 4. Memiliki kebebasan gramatikal : a. Kata yang menjadi suatu bagian bahasa tertentu dalam bahasa asalnya tak jarang digunakan sebagai bagian bahasa yang berbeda dalam bahasa Jepang. Misalnya kata avec yang sebenarnya merupakan preposisi dalam bahasa Perancis dipakai sebagai kata benda dalam bahasa Jepang b. Penyingkatan atau penghilangan pada : • Akhiran –s, -ed, dan –ing dalam bahasa Inggris , seperti : Sunglasess → • Kata sandang “the” : on the air → • Kata penghubung “and” : ham and eggs → • Bagian suku kata : television • Kata majemuk : word processor 5. Memiliki kemampuan membentuk kata-kata baru pada tingkatan tertentu, seperti : a. Kata mejemuk : tablespeech b. Kata jadian Hal lain yang dapat dijadikan karakteristik Gairaigo di dalam bahasa Jepang adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemendekan Gairaigo, perubahan kelas kata pada Gairaigo, penambahan sufiks na pada kelas kata adjektiva dan pergeseran makna yang terjadi pada Gairaigo. Universitas Sumatera Utara

1. Pemendekan Gairaigo

Salah satu ciri kata bahasa Jepang adalah silabel pada setiap katanya sebagian besar berbentuk silabel terbuka. Dengan kata lain, setiap silabel diakhiri dengan bunyi vokal. Oleh sebab itu, silabel tertutup pada kata bahasa asing yang akan dijadikan gairaigo harus diubah menjadi silabel terbuka, dengan cara menambahkan bunyi vokal pada setiap konsonan pada silabel tertutup tersebut. Dengan alasan ini maka akan memungkinkan terjadinya penambahan jumlah silabel pada sebuah Gairaigo, dibanding dengan jumlah silabel pada bahasa aslinya. Sebagai contoh, apabila kata strike dalam bahasa Inggris yang memiliki sebuah silabel dijadikan gairaigo bahasa Jepang, maka akan akan berubah bentuk menjadi sutoraiku yang memiki 5 buah silabel. Hal ini juga yang menjadikan Gairaigo-gairaigo dianggap terlalu panjang. Sehingga tidak sedikit Gairaigo yang dipendekkan, dan terkesan lebih praktis dan mudah digunakan.Contoh : Konekushon  Kone Masukomyunikeeshon  Masukomi Keisatsu  Satsu Denki takujooki  Dentaku

2. Perubahan kelas kata pada gairaigo

Dokumen yang terkait

Penggunaan Partikel “To” Dalam Kalimat Bahasa Jepang = Nihongo No Bunshou Ni Okeru “To” No Joshi No Shiyou

1 63 33

Kehidupan Yanki di Jepang ‘’Nihon De No Yanki No Seikatsu’’

5 109 52

Nihongo No Bunshou Ni Okeru (Kibou) O Arawasu Toshite No –Tai To –Tagaru Toiu Jodoushi No Bunseki

5 98 64

Nihongo Ni Okeru ’Rashii’, You Da’, ’Mitai Da’ No Jodoushi No Tsukaikata

1 76 21

Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau” Dan “Mochiiru’’ Dalam Majalah “Nipponia” Nipponia No Zasshi Ni Okeru Tsukau To Mochiiru No Doushi No Imi To Kinou No Soui No Bunseki

1 24 55

Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau” Dan “Mochiiru’’ Dalam Majalah “Nipponia” Nipponia No Zasshi Ni Okeru Tsukau To Mochiiru No Doushi No Imi To Kinou No Soui No Bunseki

0 0 10

Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau” Dan “Mochiiru’’ Dalam Majalah “Nipponia” Nipponia No Zasshi Ni Okeru Tsukau To Mochiiru No Doushi No Imi To Kinou No Soui No Bunseki

0 0 3

Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau” Dan “Mochiiru’’ Dalam Majalah “Nipponia” Nipponia No Zasshi Ni Okeru Tsukau To Mochiiru No Doushi No Imi To Kinou No Soui No Bunseki

0 0 12

Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau” Dan “Mochiiru’’ Dalam Majalah “Nipponia” Nipponia No Zasshi Ni Okeru Tsukau To Mochiiru No Doushi No Imi To Kinou No Soui No Bunseki

0 0 9

Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau” Dan “Mochiiru’’ Dalam Majalah “Nipponia” Nipponia No Zasshi Ni Okeru Tsukau To Mochiiru No Doushi No Imi To Kinou No Soui No Bunseki

0 0 3