200 orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman Sultan Deli. Pada tahun 1883, Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah
kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan
Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari
mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan.
Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang
Minangkabau, Mandailing, dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru, dan
ulama. Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal,
dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir
delapan belas kali lipat.
4.5 Potensi Wilayah
4.5.1 Lingkungan Bisnis
Sebagai aktivitas yang diorientasikan untuk memperoleh keuntungan secara ekonomis, kegiatan bisnis merupakan bidang yang sangat luas dan terkait
Universitas Sumatera Utara
dengan bidang-bidang lainnya. Perubahan kondisi atau kebijakan dalam bidang lain akan selalu mempengaruhi kondisi bisnis yang ada. Kegiatan bisnis, terlebih
yang berskala besaar, akan sangat dipengaruhi lingkungan nasional, budaya, hukum, politik, teknologi, hankam, dan lain-lain khususnya lingkungan makro
ekonomi. Kondisi saling ketergantungan tersebut merupakan alasan kuat bagi
Pemerintah Kota Medan bersama-sama dengan seluruh komponen masyarakat, untuk selalu berusaha menciptakan iklim atau lingkungan yang kondusif bagi
kegiatan bisnis di kota ini, baik bagi bisnis lokal, domestik, maupun asing. Kenyataan menunjukkan bahwa faktor yang menciptakan lingkungan bisnis yang
kondusif sangat kompleks, saling ketergantungan, pengaruh mempengaruhi antar berbagai faktor sehingga sangat multi dimensi. Untuk itulah Pemko Medan secara
intens dan terus menerus selalu melakukan dialog, berinteraksi dengan seluruh kalangan dan lapisan masyarakat untuk membangun dan menciptakan lingkungan
bisnis yang kondusif bagi semua pelaku bisnis tanpa diskriminatif.
4.5.2 Kemitraan Antara Pemerintah Kota, Swasta, dan Masyarakat
Dalam pembangunan Kota Medan paling tidak ada lima pelaku yang paling menonjol; Pemerintah, Swasta dunia usaha, Masyarakat, Profesional, dan
Intelektual. Demikian juga dalam kegiatan ekonomi, selain dikenal sektor publik yang diperankan oleh Pemerintah juga tidak kalah pentingnya sektor Swasta dan
Masyarakat. Bahkan dilihat dari kontribusi masing-masing sektor, sektor Swasta memberikan sumbangan jauh lebih besar, bahkan mencapai 80 dari total
investasi yang ada. Dengan demikian sektor Pemerintah hanya memberikan
Universitas Sumatera Utara
sumbangan 20. Oleh karena itu salah satu kebijakan penting yang ditempuh Pemko Medan adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi sektor Swasta
dan Masyarakat untuk terlibat tidak saja dalam aktivitas-aktivitas yang diorientasikan mencari laba, tetapi juga kegiatan pembangunan kota secara
keseluruhan. Untuk mendorong partisipasi luas Swasta dan Mmasyarakat dalam
pembangunan kota maka salah satu cara taktik yang ditempuh adalah membangun kemitraan antara Pemko, Swasta dan Masyarakat dengan dukungan
kaum profesional dan Intelektual. Berbagai kemitraan dan kerjasama tersebut terus dibangun dan
dikembangkan dengan dasar saling memperkuat, saling membutuhkan dan saling menguntungkan satu sama lain. Adalah komitmen Pemko Medan untuk
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi sektor Swasta dan Masyarakat untuk terlibat dalam proyek pembangunan kota sektor publik, dengan berbagai
bentuk perjanjian yang mungkin dilaksanakan seperti sistem kontrak sewa dan lain-lain. Dengan demikian tanggung jawab pembangunan kota, dipandang
merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh lapisan masyarakat.
4.5.3 Peran Institusional Bisnis Kadin