l dalam  mentransfer  informasi  dengan  cepat  dan  dapat  menembus
berbagai  penjuru.  Dan  dengan  media  elektronik  ini  kita  dapat dengan cepat  memberikan  pengetahuan  dan  wawasan  keagamaan  pada
khalayak sebagai objek dakwah dengan cepat. 3.
media  cetak  yakni  media  dakwah  yang  berupa  tulisan,  dan  juga merupakan  media  awal  yang  usianya  sama  dengan  bertatap  muka.
Media  cetak  yang  dapat  digunakan  dalam  menyampaikan  pesan diantaranya  melalui  buku,  majalah,  surat  kabar  dan  lain  sebagainya.
Agar dapat di terimanya media cetak dalam menyampaikan pesannya, hendaknya memperhatikan  kebutuhan-kebutuhan  yang dimiliki mad’u
agar  mereka  dapat  dengan  cepat  meresap  dan  memahami  sekaligus menyampaikan  kembali  pesan  yang  terkandung  dalam  subtansi
dakwahnya dengan baik.
D. Peluang dan Tantangan Berdakwah di Indonesia
Menurut  catatan  sejarah,  Islam  datang  ke  Indonesia  berasal  dari  India, sehingga Islam  yang ada di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh ajaran  Hindu.
Unsur-unsur  ajaran  agama  Hindu  justru  memudahkan  menyebarkan  ajaran  Islam di  nusantara,  khususnya  di  pulau  jawa,  karena  mereka  sudah  mengenal  ajaran
agama Hindu. Sejarah  juga  mencatat  bahwa  tersiarnya  ajaran  Islam  di  Indonesia
merupakan karya besar dari kaum sufi dan mistik yang bersikap toleran terhadap kebiasaan  yang  hidup  di  dalam  masyarakat  yang  sebenarnya  belum  tentu  sesuai
li dengan ajaran tauhid. Oleh karena itu, bukan suatu hal yang  kebetulan  jika umat
Islam  di  Indonesia  umumnya  menyukai  aspek  tasawuf  dan  amalan-amalan daripada ilmu theology dan fiqih
34
Di antara kesemua, baik itu tasawuf, fiqih, kalam dan mistik. Maka ajaran tasawuflah  yang  mendapat  minat  masyarakat,  karena  ajarannya  berusaha
menyesuaikan diri dengan tradisi-tradisi dan adat yang ada di dalam masyarakat, dan  akhirnya  ahli  ilmu  fiqih  dan  ilmu  kalam,  sedikit  demi  sedikit  berkompromi
dengan  ajaran  mistik  dan  tasawuf  yang  terbuka  terhadap  adat  dan  istiadat  yang hidup  dan  berkembang  di  masyarakat  Indonesia  yang  sebenarnya  tidak  sesuai
dengan ajaran pokok Islam yang didasari pada tauhid. Harus diketahui juga, bahwa nama-nama kehormatan bagi raja-raja, seperti
misalnya  Djohan  Syah  di  Aceh,  juga  Sultan-sultan  di  Mataram  yang menggunakan Kalipatullah Panatagama yang berarti Khalifatullah  yang menata
dan  mengatur  amalan-amalan  agama.  Demikian  juga  Istilah  sembahyang  untuk sholat
yang  dipakai  hingga  saat  ini  tanpa  konotasi  bahwa  sembahyang  itu menyembah ”Yang” yang bermakna dewa. Demikian pengaruh kaum sufi di abad
ke 16-17. Disamping  itu,  banyak  sisa  animisme  yang  masih  hidup  berdampingan
dengan  tauhid,  seperti  kepercayaan  terhadap  jimat,  jampi-jampi,  kayu  dan  batu yang dianggap mempunyai daya untuk membuat untung-rugi, bahaya dan bahagia.
Pemimpin-pemimpin  agama  pada  waktu  itu  bukanlah  para  Fuqoha  atau  Mutakalimun, akan tetapi kebanyakan adalah guru-guru dan mubaligh penyiar Islam yang terkenal di abad 15 di
Sumatera  Utara  anatara  lain  Hamzah  Fansuri,  Nuruddin  Ar-Raniri,  dan  Abdul  Rauf  Singkel. Mereka  kesemuanya  adalah  ahli  tasawuf.  Begitu  pula  para  penyiar  agama  Islam  di  Pulau  Jawa
yang  terkenal  dengan  ”Wali  Songo”,  semuanya  adalah  ahli  mistik  dan  tasawuf  yang  toleran terhadap adat dan kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat jawa pada waktu itu
lii Kemudian  keadaan  itu  tidaklah  tetap.  Tempat  dimana  pengaruh  hindu
tidak kuat, maka sisa-sisa Hinduisme mulai hilang, dan ajaran-ajaran Islam murni berangsur-angsur mengikisnya sedikit demi sedikit.
Pada  abad  ke-16  datang  bangsa  Eropa  ke  Indonesia  yang  membawa perkembangan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  yang  dapat  memajukan
perdagangan  dan  pelayaran  dengan  kapal  laut  serta  tarnsportasi  lainnya. Hubungan  laut  antara  Eropa dan  negeri  Timur Tengah membuka  juga  hubungan
Indonesia dengan bangsa Arab. Hubungan  tersebut  memberi  pengaruh  yang  tidak  kecil  dalam  budaya
bangsa  Indonesia.  Mereka  mulai  pergi  haji,  dan  tidak  sedikit  mereka  yang  pergi haji tersebut menjadi Ulama dan pengarang kitab-kitab dalam bahasa daerah yang
hidup  di  Indonesia  dan  mempunyai  pengaruh  dalam  mengikis  sisa  ajaran Hinduisme.
Disisi lain, banyak orang-orang Arab datang ke Indonesia untuk mengadu nasib,  sampai  akhir  abad  ke-19,  jumlah  imgran  semakin  banyak,  mereka
berdagang sambil mengajar atau menyiarkan agama. Dengan literatur yang ditulis ulama-ulama  Indonesia,  diperkuat  dengan  kehadiran  orang  Arab  Hadromaut
Yaman,  maka  pelajaran-pelajaran  agama  di  Pesantren-pesantren  sedikit  demi sedikit  mulai  murni.  Demikian  juga  rakyat  jelata  yang  berhubungan  langsung
dengan  bangsa  Arab,  baik  sebagai  pedagang  maupun  mubaligh,  dan  juga mendapatkan praktek-praktek agama yang murni.
35
Soeroyo, dkk, Problematika dan Peta Dakwah di Abad XXI Jakarta : Penerbit Yayasan Kamil bekerjasama dengan PP IKPM Gontor, 1997 h. 11.
liii Pada Awal abad ke 20, bangsa Arab mengambil tempat di Indonesia yang
sebelumnya  di  tempati  India,  sementara  itu  Muhammad  Abduh  dari  Mesir  pad akhir  abad 19  melancarkan  usahanya  untuk  memodernisasi  ajaran  Islam,  dengan
membentuk  kelompok  bernama  Salafiyah.  Golongan  ini  mempunyai  pengaruh yang  tidak  kecil,  artinya  dalam  alam  pikiran  dan  kehidupan  agama  Islam  di
Indonesia.
36
Di  sisi  lain,  penetrasi  bangsa  Eropa,  khususnya  Belanda  mempunyai pengaruh  buruk  terhadap  perkembangan  Islam  di  Indonesia,  mereka  membawa
misi agama, baik Katolik maupun Protestan, dan bukan hanya di Pulau Jawa tetapi juga  di  luar  jawa  dengan  mendirikan  sekolah-sekolah,  sementara  itu,  lembaga
pendidikan  Islam  tidak  efisien.  Pada  cendikiawan  didikan  Barat  sikapnya  acuh dan  terkadang  memandang  rendah  kepada  umat  Islam.  Mereka  beranggapan
bahwa  Islam  itu  kolot, menghambat  kemajuan,  dan  lain  sebagainya.  Tentu  sikap ini  tidak  dapat  disalahkan  sepenuhnya,  karena  keadaan  umat  Islam  di  Indonesia
sendiri  memang  membenarkannya,  ketika  dalam  keadaan  sehari-hari  yang  tidak dapat  mencerminkan  ketinggian  dan  keluhuran  Islam. Dan  faktor-faktor  tersebut
yang  melatarbelakangi  berdirinya  gerakan-gerakan  Islam  seperti  Sarekat  Dagang Islam 1909, Sarekat Islam 1911 Muhammadiyah 1912 dan Nahdlatul Ulama
1926. Keadaan tersebut terus berjalan sampai zaman kemerdekaan. Setelah  kemerdekaan  dakwah  berjalan  dengan  pasang  surut,  karena
pemerintah  republik  Indonesia  mencurigai  umat  Islam  yang  menginginkan
Ibid., h. 1.
liv berdirinya negara Islam, sehingga kedudukan umat Islam dipinggirkan dan sering
di pojokkan baik pada pemerintahan Orde Lama maupun Orde Baru. Pada  akhir  Orde Baru,  keadaan  umat  Islam  sudah  mengalami  perubahan,
setelah  berdirinya  ICMI  pada tahun 1990 dan  umat  Islam  mulai  ikut  mengambil keputusan. Bahkan kabinet Persatuan Pembangunan VI yang disebut kabinet yang
ijo royo-royo , disebabkan banyak tokoh Islam yang duduk di dalamnya.
Gerakan-gerakan  Islam  pada  zaman  kemerdekaan  sampai  reformasi  ini ditandai dengan usaha membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh-pengaruh
dan  kebiasaan  yang  bukan  Islami  ;  reformasi  ajaran-ajaran  pendidikan  Islam  ; serta mempertahankan Islam dari pengaruh serangan-serangan dari luar termasuk
apologi, yaitu usaha untuk membuktikan kebaikan dan kebenaran Islam. Kegiatan  ini  merupakan  kerangka  modernisme  Islam  di  Indonesia,  hal
tersebut dilakukan untuk memberi pengertian tentang Islam dengan nilai-nilai dan ide-ide kemanusiaan.
Secara umum, peluang dan tantangan dakwah di Indonesia melalui kondisi umat Islam Indonesia saat ini dapat digambarkan pada :
•  Secara  geografis,  umat  Islam  Indonesia  mendiami  wilayah  kepulauan Nusantara yang membentang antara dua benua, Asia dan Australia dengan
luas  wilayah  1.9  juta  mil2  yang  terdiri  lebih  dari  17.000  pulau  dengan ratusan suku dan bahasa.
•  Jumlah  umat  Islam  diperkirakan  sekitar  85    dari  total  penduduk Indonesia yang mencapai 220 juta jiwa atau sekitar 187 juta.
lv •  Background latar belakang keagamaan sebelum kedatangan Islam adalah
Hindu dan animisme. •  Backgroud politik dan sistem pemerintahan adalah kerajaan-kerajaan, baik
sebelum Islam maupun setelah kedatangan Islam. •  Sepanjang  sejarahnya  Indonesia  adalah  satu-satunya  wilayah  Islam  yang
terbesar  yang  belum  pernah  menikmati  sistem  Islam  secara  total  atau sistem Khilafah Islamiyah.
•  Fakta  historisnya,  pernah  dijajah  selama  350  tahun  oleh  Belanda  dan  3.5 tahun  oleh  Jepang.  Nusantara  adalah  wilayah  yang  paling  lama  terjajah
dalam sejarah dunia Islam. •  Setelah  merdeka  dari  jajahan  Jepang  1945,  berubah  dan  bersatu  dalam
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. •  Dalam  masyarakat  Islam  Indonesia  masih  terdapat  berbagai  ragam  kultur
dan  budaya  peninggalan  agama  Hindu,  khususnya  di  pulau  Jawa.  seperti acara-acara  keagamaan  dalam  pernikahan,  kematian  dan  sebaginya,
animisme  khurafat  dan  kepercayaan-kepercayaan  pada  makhluk  halus, kerajaan-kerajaan  dan  peninggalan  penjajahan  Belanda  veodalisme  dan
sebagainya. Aneka ragam kultur dan buadaya tersebut masih mendominasi kehidupan  sebagian  besaar  umat  Islam  Indonesia,  khususnya  di  pulau
Jawa. •  Background  politik  pasca  kemerdekaan  ialah  21  tahun  1945  –  1966
dalam  pemerintahan  Seakarno  Orde  Lama  yang  cenderung  sosialis- komunis,  32  tahun  1966-1998  dalam  kendali  dan  genggaman  Soeharto
lvi Orde  Baru  yang  otoriter,  militeristik,  kapitalis  dan  sekular.  Sejak  1998
sampai  sekarang  2008  dalam  era  reformasi  dan  demokrasi  kacau  balau yang  telah  dipimpin  empat  orang  Presiden  yakni,  Habibie,  Gusdur,
Megawati  Soekarno  Putri  dan  Jendral  Susilo  Bambang  Yudhoyono  yang terkenal  dengan  sebutan  “SBY’.  Pemerintahan  SBY  kemarin  kembali
memenangkan PEMILU 2009 yang kini berlanjut dan diberi nama menjadi Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.
•  Kondisi  ekonomi  mayoritas  umat  Islam  sangat  lemah  di  mana  mereka hidup  di  bawah  garis  kemiskinan.  Tingkat  kemiskinan  semakin  hari
semakin meningkat. Bahakn sudah menembus angka 100 juta orang  yang pendapatan harian mereka hanya sekitar Rp 5.000,-.
•  Kondisi  pendidikan  mayoritas  Umat  Islam  adalah  berpendidikan  rendah, bahkan banyak yang tidak tamat SD, khususnya yang tinggal di pedesaan.
•  Kondisi  pemahaman  keagaman  sangat  hiterogen,  kendati  mazhab  Imam Syafii’e  yang  menjadi  panutan  dalam  Fiqih  Hukum  Islam  dan
Ahlussunnah Wal-Jama’ah dalam masalah ‘Aqidah dan keimanan. Tariqat atau  Tasawuf  sangat  diminati  dan  mudah  tersebar  luas  tanpa  melihat
apakah menyimpang dari ajaran Islam atau tidak. •  Umat Islam Indonesia terpolarisasi ke dalam banyak Ja’mah dan kelompok
organisasi  sosial  keagamaan  seperti  Muhammadiyah,  Nahdlatul  Ulama NU,  Dewan  Dakwah  Islam  iyah  Indonesia  DDII  Persatuan  Islam
Persis,  Al-Irsyad  kelompok  keturunan  Arab,  Persatuan  Umat  Islam PUI, Al-Jam’iyyatul Al-Washliyah dan lain sebaginya.
lvii •  Di  era  Reformasi  ini,  secara  politik,  umat  Islam  terpolarisai  ke  dalam
banyak  partai,  baik  yang  menamakan  diri  Partai  Islam  seperti  Partai Keadilan  Sejahtera  PKS,  Partai  Persatuan  Pembanguna  PPP,  Partai
BulanBintang  PBB,  Partai  Bintang  Reformasi  PBR,  ataupun  partai nassionalis sekular seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP,
Partai  Golkar,  Partai  Demokrat  PD,  Partai  Kebangkitan  Bangsa  PKB dan Partai Amanat Nasional PAN serta berbagai partai gurem lainnya.
•  Secara  Gerakan  Dakwah  Pergerakan  Dakwah  umat  Islam  Indonesia terpolarisasi  kedalam banyak  kelompok dan jama’ah  seperti,  Hizbuttahrir
Indonesia  HTI,  Kelompok  TarbiyahIkhwanul  Muslimin,  Kelompok Salafi,  Majlis  Mujahidin  Indonesia  MMI,  Front  Pembela  Islam  FPI,
Hidayatullah dan lain sebagainya. •  Secara psikologis, mayoritas  Umat  Islam Indonesia trauma dengan  sistem
pemerintahan  otoriter  Orde  Baru  dan  merindukan  perubahan  dan perbaikan  dalam  berbagai  lapangan  kehidupan.  Pemerintahan  di  era
Reformasi,  khususnya  setelah  SBY-JK  dan  kini  SBY-Boediono  saat  ini, belum  ada  harapan  yang  besar  dalam  melakukan  berbagai  upaya  untuk
macapa perubahan karena kurang mampu mengatasi berbagai bentuk krisis yang diahadapi negara dan bangsa pasca kejatuhan Orde Baru tahun 1998.
lviii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bentuk  penelitian  skripsi  ini,  adalah  penelitian  lapangan  field  research, dimana  penulis  melakukan  penelitian  langsung  ke  lapangan  guna  mendapatkan
data  yang  dibutuhkan  dalam  penulisan  skripsi  ini.  Dan  penelitian  ini menggunakan  penelitian  kualitatif,  yaitu  penelitian  yang  memberikan  gambaran
secara objektif suatu masalah dalam skripsi ini. Sedangkan teknik penulisan saya menggunakan  teknik  deskriptif  analisis  yaitu  memberikan  gambaran  terhadap
subjek dan objek penelitian.
A. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek  penelitian  adalah  tempat  memperoleh  keterangan
37
,  yaitu Andi  Mappetahang  dan  referensi-referensi  pendukung,  serta  dokumen-
dokumen yang berkaitan baik dari buku, tulisan serta aktivitasnya terutama dalam  berdakwah.    Dan  yang  menjadi  objek  penelitian  ini  adalah  Andi
Mappetahang Fatwa atau lebih di kenal dengan A.M. Fatwa. Sumber  data  adalah  mereka  yang  memberikan  informasi  tentang
objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi narasumber adalah H. Andi  Mappetahang  Fatwa  dan  semua  yang  terlibat  atau  memiliki
hubungan  baik  secara  organisasi  maupun  kerabat  dekat  A.M.  Fatwa dengan alasan mereka layak menjadi subjek penelitian.