lxxii
C. Dakwah menurut A. M. Fatwa
Dakwah merupakan suatu aktivitas yang sifatnya mengajak dan merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan oleh seorang muslim guna
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini sudah menjadi suatu tradisi sejak Allah SWT menurunkan surat an-Nahl ayat 125 sebagai perintah kepada rasul-
Nya dan kemudian untuk dilanjutkan kepada generasi penerus umat warisatul anbiya’
.
42
Kata ud’u yang artinya diterjemahkan dengan “serulah” atau “ajaklah” adalah fiil amr. Dalam kaidah atau aturan ushul fiqih menjadi wajib hukumnya
selama belum ada ketentuan lainnya yang dapat menggantikan hukum tersebut. Sebagaimana dijelaskan Prof. H.M. Toha Yahya Omar, MA “…setiap fiil amr
menjadi perintah wajib yang harus dipatuhi selama tidak ada dalil-dalil lain yang memalingkannya dari wajib itu kepada “sunnat” dan lainnya
...”.
43
Secara definitif banyak sekali para pakar ilmu dakwah yang memberikan pengertian tentang apa itu dakwah. Dari berbagai pengertian yang mereka buat
dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah mengajak seluruh umat manusia untuk selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya
berdasarkan al-Quran dan hadis yang telah diwariskan oleh nabi Muhammad SAW.
Berbicara mengenai definisi, A. M. Fatwa juga memiliki definisinya sendiri. Sebagai seorang praktisi dakwah yang bergelut di dunia politik, A. M.
7
; 3 0
, 1
0 + 3 =
+ +
, :
3 8
, -0
0 +
+ 788 :
3
lxxiii Fatwa melihat dakwah merupakan “segala aktivitas yang bersifat mengajak atau
menyeru kepada kebenaran dan kebaikan yang diajarkan agama dengan tujuan untuk menciptakan taraf kehidupan yang bahagia, baik di dunia maupun di
akhirat.”
44
Definisinya tentang dakwah bisa kita telisik lebih dalam bahwa ajakan yang diserukan oleh para da’i saat berdakwah pada hakikatnya merupakan untuk
kemaslahatan seluruh umat manusia. Karena pesan-pesan yang disampaikan oleh para da’i adalah nilai-nilai ilahiyah yang selalu dianjuran Tuhan untuk
menghindari umat manusia dari segala bentuk kerugian, baik materil maupun non materil.
A. M. Fatwa merupakan tokoh Islam di Indonesia yang lahir dari rahim organisasi Muhamadiyyah. Dalam menjalankan aktivitas dakwahnya, ranah
politik merupakan kendaraan strategis yang beliau gunakan untuk menyebarkan pesan kebenaran. Karena target utamanya dalam berdakwah pada saat itu sejak
tahun 1970-an adalah meluruskan rezim otoriter orde baru yang selalu berlaku lalim terhadap amanat yang diembannya dalam memimpin masyarakat Indonesia.
Nasionalisme di Indonesia, merupakan hasil dari intensitas pergumulan nilai-nilai agama dan konstruksi kenegaraan. Pancasila dan UUD 1945 begitu
transparan meletakkan agama sebagai panduan kehidupan berbangsa dan bernegara. Inilah corak nasionalisme nationhood religius. Nasionalisme religius
ini merupakan mainstream dalam perjalanan nasionalisme diberbagai Negara,
9 = 1 + +
. 788
lxxiv setelah sekian lama berada dalam cengkraman sekularisme
45
dan menjadi suatu kewajiban bagi semua individu untuk mencintai bangsa dan Negara yang
merupakan tempat lahir, tumbuh dan juga untuk menikmati hasil bumi yang dipijak dan pada akhirnya akan meninggal dalam tanah air yang sama. Tak hanya
itu A.M. Fatwa menambahkan bahwa landasan nasionalisme kecintaan terhadap tanah air bagi setiap muslim sudah cukup kuat. Dengan landasan tersebut maka
ketika memaknai dan mengaplikasikan semangat nasionalisme tidak akan terdapat keraguan lagi, serta menjadikan suatu nilai ibadah.
A.M. Fatwa pun mengungkapkan bahwa makna genetik dari kata Islam adalah damai atau kedamaian, dari ajaran-ajaran Islam yang komperhensif dapat
dipahami bahwa Islam mengajarkan sikap dan prilaku untuk menciptakan perdamaian. Islam pun melarang tindakan kekerasan dan perusakan baik terhadap
sesama manusia maupun pada alam, karena Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi sekalian alam rahmatan li al-amiin
Banyak saat ini sering terjadi konflik dan tindakan kekerasan dan bahkan aliran-aliran sempalan yang mengatasnamakan agama dan ajaran Islam, baik
menggunakan simbol-simbol tertentu atau pengungkapan secara verbal, yang mengakibatkan agama Islam mendapat image negatif. Ini adalah sebuah realitas
kontradiktif antara idealitas ajaran dengan realitas perilaku pemeluknya dalam kehidupan keseharian
Dalam pandangannya A.M. Fatwa mengungkapkan bahwa, tindakan tersebut dapat terjdai dalam lingkungan masyarakat disebabkan oleh beberapa
. ?
+ =
0 6 1 = 0
+ = +
01 788
lxxv faktor. Pertama karena pesoalan politik, hal ini terlihat dari beberapa peristiwa
perusakan dan tindak kekerasan karena persaingan politik maupun rekayasa yang bernuansa politik, sehingga emosi masyarakat naik dan memuncak untuk saling
berhadapan dengan saudaranya sendiri. Kedua, karena kekecewaan terhadap kensenjangan sosial yang tidak sejalan dengan harapannya, baik dalam masalah
ekonomi, politik, hukum, maupun budaya. Ketiga, karena pemahaman sepihak terhadap ajaran keagamaan yang mendorongnya bertindak dan berlaku ekstrem
tanpa mempertimbangkan maslahat dan madharatnya bagi kehidupan masyarakat yang sangat beragam, baik dari segi suku, agama, maupun golongan.
46
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal seorang da’i harus benar-benar mempersiapkan segala kebutuhan yang ia perlukan untuk berdakwah. Hal ini
ditegaskan juga oleh A. M. Fatwa saat penulis melakukan wawancara kepadanya. Dari hasil wawancara tersebut ternyata secara praktis beliau juga sangat
memperhatikan segala sesuatu yang dibutkan oleh seorang da’i saat berdakwah, yaitu unsur dakwah.
Dalam kerangka epistemologi ilmu dakwah, kita semua mungkin sudah mengenal bahkan akrab dengan unsur-unsur dakwah. Unsur dakwah merupakan
hal yang harus diperhatikan oleh para praktisi dakwah yang ingin melaksanakan aktivitas dakwah. Semua unsur tersebut merupakan salah satu kunci sukses yang
. =
. 1
= =
1 01
+ 1
1 +
0= +
1 +
0= = +
+ .
= + 788 1
0= + ; =
= =
+ + 1
= + 1
+ +
1 0 788
7 7
lxxvi harus dikuasai oleh seorang da’i yang ingin mencurahkan keseluruhan hidupnya
untuk benar-benar berdakwah, guna mencapai hasil yang maksimal. Sistem merupakan perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan
sehingga membentuk sebuah totalitas. Karena antara unsur yang satu dengan yang lain saling berkesinambungan, maka kesemua unsur tersebut harus dipersiapkan
dengan baik dan paripurna. Unsur dakwah tidak dapat terpisahkan antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Apabila ada satu unsur yang tidak terpenuhi,
sangat mustahil dakwah yang dialakukan oleh seorang da’i bisa berjalan dengan baik.
Unsur-unsur dakwah ini terbagi dalam enam bagian,
47
yang terdiri dari: da’i
, mad’u, materi maddah, media wasilah, metode thariqah, yaitu cara atau model yang digunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan pesan-pesan
dakwahnya agar dapat diserap atau diterima oleh khalayak luas, efek atsar. Da’i
merupakan subjek dakwah yang melaksanakan kegiatan dakwah, menyebarkan pesan-pesan keagamaan kepada umat Islam. Selain itu, seorang da’i
merupakan regenerasi atau pewaris tugas kenabian dalam menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia di dunia. Mereka merupakan orang-orang
pilihan Allah SWT yang diciptakan untuk menjadi agent of change. Seorang da’i disebut ideal dalam pandangan A. M. Fatwa bukan hanya
memiliki kemampuan teknik dan kepandaian dalam menguasai materi dakwah, seperti pemahaman terhadap kandungan – dan – kefasihan membaca ayat dan
hadis, tetapi juga harus mampu menampilkan keteladanan dalam kehidupan
+ 9
3 788 :
3 7
lxxvii keseharian dakwah bi al-hal. Selain itu, seorang da’i di tuntut untuk memahami
perkembangan kontemporer agar dapat mengkontekstualisasikan ajaran-ajaran Islam, sehingga ajaran Islam dapat dijadikan sebagai rujukan dalam
menyelesaikan masalah-masalah kehidupan nyata yang di hadapi oleh umat. Seorang da’i yang baik adalah yang dapat menampilkan wajah Islam yang
memudahkan, bukan yang menyulitkan umat.
48
Dakwah sebagai komunikasi keagamaan adalah salah satu kebutuhan batiniah manusia yang sangat mendasar.
49
Tanpa agama, maka kita akan kembali kepada kehidupan jahiliyah. Sebab itu, seorang da’i harus mengerahkan segala
usaha dan kemampuannya untuk bisa memberikan pencerahan spiritual kepada umat Islam di tanah air.
Untuk merealisasikan hal tersebut, maka saat menyampaikan materi dakwah seorang da’i harus pandai mengartikulasikan bahasa, cakap dalam
beretorika, dan pandai mengolah bahasa, agar apa yang ia sampaikan mudah dipahami, ditangkap, diserap dan tidak membingungkan mad’u. Apabila bahasa
yang digunakan oleh seorang da’i tidak dimengerti dan tidak dipahami oleh mad’u
, dakwah yang ia lakukan jangan harap mendapat perhatian dari para pemirsa mad’u. Salah satu usaha tersebut menurut penulis adalah seorang da’i
9 =
+ .
788 9 1
00 0 +
00
3 +
1 +
1 =
1
+ 0=
= =
+ 1
+ 1 0
+ = + ;
30
6 +
: 3 7
lxxviii yang berdakwah harus pandai memilah kata sesuai dengan objek dakwah mad’u
yang dihadapi.
50
Saat berdakwah, metode merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh seorang da’i. Karena terkadang metode menjadi lebih penting daripada
pesan yang ingin disampaikan oleh seorang da’i ketika berdakwah. Metode adalah cara atau model yang digunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan pesan-
pesan dakwahnya agar dapat diserap atau diterima oleh khalayak luas. Negara kita merupakan negara multikultur yang tiap wilayahnya memiliki
karakteristik berbeda. Penerapan metode dakwah yang tepat terkait dengan konteks Indonesia menurut A. M. Fatwa adalah metode yang dapat
mengakomodasi budaya lokal masyarakat tanpa mendistorsi ajaran substansi Islam. Dengan demikian, masyarakat akan lebih mudah untuk memahami ajaran-
ajaran Islam karena terasa menyentuh secara langsung kehidupan keseharian mereka.
51
Selain metode, saat berdakwah media merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Media adalah alat bantu yang digunakan oleh seorang da’i saat
melaksanakan aktivitas dakwah. Seorang da’i harus mampu beradaptasi dengan media dakwah yang terus berkembang seiring berkembangnya teknologi
komunikasi, terutama media massa, baik catak maupun elektronik.
8
4 +
0 + 4
; 9 1
+ =
+ +
+ + 1
1 +
1 1
1 + =
+ +
= 1
1 + =
; ++
30
7 7 0 +
; 1
= 0 + 0 0
1 +
= =
+ 1
1 +
+ 1
+ =
0 + =
1 0 +
0 0 +
= + +
A +
= =
+ +
+ 9
= 1 + + .
1 788
lxxix Seiring dengan perkembangan teknologi yang selalu dinamis, terdapat
banyak sekali media yang dapat digunakan untuk berdakwah. Pemilihan media dakwah yang tepat akan membantu seorang da’i saat menyampaikan pesan-pesan
dakwahnya kepada mad’u. Pemilihan media dakwah yang tepat bisa kita lihat dari medan dakwah yang akan dihadapi da’i. Untuk konteks di Indonesia, mungkin
televisi merupakan salah satu media komunikasi yang efektif. Karena televisi mampu mengatasi hambatan aktivitas dakwah, yaitu jarak, ruang, dan waktu.
Komentar A. M. Fatwa mengenai media dakwah memang cukup mengesankan. Menurutnya pemilihan media dakwah yang tepat tergantung pada
segmen audiensi yang dihadapi oleh seorang da’i saat berdakwah. Saat penulis wawancarai beliau menanggapi hal ini demikian:
”Jika untuk masyarakat awam, tentu saja dakwah bil-lisan dengan melakukan ceramah-ceramah di masjid, mushala, dan majelis ta’lim tetap
relevan. Dan untuk menjangkau masyarakat luas, ceramah-ceramah tersebut bisa disebarkan melalui media elektronik. Namun, untuk
masyarakat kelas menengah terpelajar, media massa cetak dan media lain dalam bentuk tulisan juga sangat efektif untuk menyampaikan pesan. Dan
bagi masyarakat yang melek teknologi, tentu dakwah akan lebih mudah di akses melalui media internet, baik melalui blog, facebook, dan lain
sebagainya. Yang jelas, media dakwah senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan para da’i
dituntut untuk mengikuti perkembangan tersebut agar dapat menjangkau seluruh masyarakat yang membutuhkan bimbingan agama agar berada
dalam rel yang digariskan”
52
. Pemahaman A. M. Fatwa mengenai dakwah memang sangat luas. Untuk
mempermudah memahami pemikiran A. M. Fatwa tentang dakwah, penulis akan coba menyimpulkannya dalam bentuk tabel sebagai berikut:
7
9 +
. = +
788
lxxx Tabel. 1
Da’i yang ideal dalam pandangan A.M. Fatwa ; Pertama, Tidak hanya memiliki kepandaian dalam menguasai materi dakwah seperti kandungan maupun
kefasihan dalam membaca ayat dan hadits, akan tetapi harus mampu, Kedua, Menampilkan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari dakwah bi al-hal di
masyarakat. Ketiga, Harus bisa memahami perkembangan kontemporer agar dapat mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam agar ajaran tersebut dijadikan rujukan
dalam menyelesaikan masalah-masalah kehidupan nyata yang di hadapi oleh umat.
Dan juga materi yang akan di sampaikan oleh da’i haruslah bersifat DAKWAH MENURUT
A. M. FATWA
Da’i ;
Kompeten dan memi- liki kapasitas keilmu-
an yang mumpu-ni keislaman dan IPTEK.
Mad’u pemirsa;
Universal seluruh umat manusia
Materi; 1.
Informatif 2.
Edukatif 3.
Menghibur 4.
Relevan Metode;
1. Dialogis
2. Akomodatif, dan
3. Adaptif
Media; da’i harus mengikuti perkembangan
teknologi komunikasi
Tujuan; amar ma’ruf nahi munkar
lxxxi a.
Informatif dimana isi materi menjelaskan memaparkan apa yang sebenar-benarnya
terjadi sehingga
mad’u masyarakat
mengetahuinya b.
Edukatif, yaitu mengajarkan kepada mad’u masyarakat apa yang seharusnya dilakukan.
c. Menghibur, dimana materi yang disampaikan juga tidak monoton
sehingga mad’u tidak jenuh untuk menerima pesan yang disampaikan hingga selesai.
d. Bahasa yang digunakan relevan, sehingga dalam penyampaian harus
mudah diserap, dipahami dan tidak membingungkan. Dan seorang da’i pun di tuntut harus menggunakan metode-metode yang
efektif dalam menyampaikan pesan dakwah seperti : a.
Metode Dialogis : dimana seorang da’i harus memiliki keterbukaan dalam penyamapaian pesan, dan tidak ada yang dirahasiakan
b. Metode Akomodatif : dimana da’i diharuskan untuk mampu
menjembatani permasalahan yang terjadi di masyarakat c.
Metode Adaptif : seorang da’i harus mengetahui dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi mad’u agar pesan yang
disampaikan mudah dipahami. Menurut A.M. Fatwa pemilihan ataupun penggunaan media dakwah yang
tepat yaitu tergantung pada audience yang dihadapi oleh da’i saat berdakwah. Dimana media merupakan sebagai alat bantu sehingga sangat penting untuk
lxxxii digunakan oleh da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya. Saat ini para da’i
harus bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi, terutama media massa baik cetak maupun elektronik agar dapat menjangkau seluruh
masyarakat yang membutuhkan bimbingan agama agar berada dalam rel yang digariskan
Di masa orde baru dakwah Islam selalu dicurigai rezim Soeharto. Sering kali dakwah Islam dianggap sebagai upaya penentangan terhadap ideologi negara.
Tidak sedikit da’i yang sesungguhnya menyampaikan ajaran agama sebagaimana yang diyakini, dianggap sebagai penentang ideologi negara, sehingga kemudian
ditangkap dan dipenjarakan. Tapi saat ini, kejadian-kejadian semacam itu sudah tidak ada lagi. Karena itu, sudah saatnya dan sudah seharusnya seorang da’i saat
ini harus lebih nyaring menyuarakan pesan kebenaran. Satu hal penting agar para da’i memiliki kontribusi yang signifikan dalam
pembangunan umat adalah menjadi motivator yang baik. Umat Islam perlu diberi motivasi agar mereka menjadi umat yang maju. Motivasi tersebut sangat
diperlukan mengingat sebagian umat Islam masih mengidap inferiority complex atau kompleks rendah diri. Umat harus di dorong untuk memahami ajaran Islam
sebagai sumber nilai yang ingin menciptakan masyarakat yang berperadaban tinggi.
53
9 = 1 + +
. 1
788
lxxxiii
D. Aktivitas Dakwah A. M Fatwa