xli 4.
Sasaran masyarakat yang dilihat dari segi tingkat hidup sosial- ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah, miskin dan
seterusnya.
19
Bila dilihat dari psikologis kehidupan masing-masing golongan masyarakat tertentu, maka dapat dilihat bahwa mereka memiliki ciri-ciri
khusus yang menuntut sistem dakwah yang berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu masalah masyarakat ini harus dipelajari dengan
sebaik mungkin sebelum melangkah ke dalam aktivitas dakwah sesungguhnya. Da’i hendaknya melengkapi dirinya dengan beberapa
pengetahuan dan pengalaman yang erat hubungannya dengan masalah masyarakat seperti sosiologis, ekologi, psikologi, ekonominya, serta
mengaplikasikan sabda Rasulullah “bicaralah dengan mereka manusia sesuai dengan kemampuannya.
c. Materi Dakwah
Pada dasarnya materi dakwah hanyalah berlandaskan Al-Qur’an dan As-sunah sebagai sumber utamannya, kuduanya merupakan materi
utama yang harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat. Al-qur’an yang merupakan wahyu Allah mutlak
kebenarannya dan dijaga keutuhan dan kebenarannya, al-quran adalah kitab suci umat Islam yang di turunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup yang harus di taati
19
Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi Jakarta : Bumi Aksara, 1994, h. 3
xlii dan dipatuhi umat manusia sebagai landasan hidup demi keselamatan
hidup di dunia maupun di akhirat Sebagai pedoman hidup, Al-quran mengandung secara lengkap
petunjuk, pedoman, sejarah serta prisip-prinsip baik mengangkat masalah keyakinan, peribadatan, pergaulan, akhlak dan lain-lain.
20
Al-Quran sebagai rujukan asal dakwah Islam, apabila ada da’i yang tidak berpedoman kepada Al-Qur’an, maka ia jauh dari panduan dan
rujukan Islam. Al-Qur’an yang merupakan kitab petunjuk dan pembawa rahmat untuk seluruh alam, segala panduan terhadap aturan hidup dan
kehidupan antara manusia dengan sang khalik, alam, masyarakat, dan diri sendiri termuat dalam Al-quran.
Jadi dengan melihat keluasan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits sedemikian rupa, maka seorang da’i dituntut untuk
memilah dan menentukan topik tertentu yang akan di sampaikan pada mad’u
yang menjadi objek dakwahnya, dengan harapan mad’unya dapat memahami apa yang disampaikan dan sesuai dengan Al-Qur’an.
d. Metode Dakwah
Dari segi bahasa, metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” melalui dan “hodos” jalan, cara.
21
Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode dakwah merepakan cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan.
20
Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, Cet I Surabaya : Usaha Nasional, 1994, h.45
21
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Akasara, 1991, cet. Ke-1 h. 61
xliii Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa
Jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata thariq.
22
Apabila kita artikan secara bebas, metode adalah cara yang telah di atur dan melalui proses pemikiran untuk
mencapai suatu maksud. Dalam memahami metode dakwah, yakni bagaimana cara yang
digunakan oleh para juru dakwah untuk menyampaikan ajaran atau materi dakwah. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat
penting peranannya, suatu pesan walaupun baik, tetapi apabila disampaikan dengan metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja di
tolak oleh si penerima pesan. Metode juga seperti halnya prinsip dimana mengandung pengertian
dasar atau berdasarkan asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir, bertindak, dan sebagainya yang dianggap sebagai sebuah metode dalam
menyampaikan pesan dakwah. Sekalipun dakwah merupakan kewajiban terhadap setiap muslim tanpa memandang apakah ia berasal dari golongan
manapun dan mengesampingkan status sosialnya. Akan tetapi, bukan berarti dakwah dapat dilaksanakan sekehendak hati tanpa mengindahkan
tata cara yang sopan dan juga santun. Secara tersurat prinsip-prinsip dakwah terdapat dalam Al-Qur’an
yang terdapat dalam surat An-Nahl ayat 125, yang di dalamnya terdapat tiga hal penting sebagai acuan dalam melakukan dakwah.
22
Hasanudin, Hukum Dakwah, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya 1996, Cet Ke-1 h. 35
xliv
+,-.
0 123
4 56
7
8
9 :13
5
;
3
8 9
:13 = ?1
;A
Artinya : “Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Qs :
An-Nahl : 125 1.
Bi al-Hikmah dengan cara bijaksana Secara etimologi al-hikmah mempunyai arti : al-adl keadilan, al-
hilmu kesabaran, al-Nubuwah yang dapat mencegah seseorang dari
kebodohan, mencegah seseorang dari kerusakan dan kehancuran, setiap perkataan yang cocok dengan al-haq kebenaran, juga meletakkan sesuatu
pada tempatnya.
23
Secara terminologi, hikmah adalah memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah, materi yang disampaikan tidak memberatkan mad’u,
tidak membebani sesuatu yang memberatkan sebelum jiwa menerimannya, banyak sekali cara yang di tempuh untuk mengajak mereka sesuai dengan
keadaannya, tidak perlu mengebu-gebu dan bernafsu, karena semua itu melampaui batas hikmah.
24
23
Muhammad Husain Abdullah, Metodologi Dakwah dalam Al-Quran, cet-I Jakarta : lentera, 1997 h. 40
24
Ghazali Darus Salam, Dakwah Yang Bijak, Cet-II Jakarta : Lentera, h. 26
xlv Selain itu, hikmah sering kali diterjemahkan dalam pengertian
bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di dakwahkan, apakah atas
kemauan sendiri, tidak merasa ada paksaan konflik maupun tertekan. Dalam bahasa komunikasi, hikmah menyangkut apa yang disebut sebagai
frame of reference, field of reference dan field of experience, yakni situasi
total yang mempengaruhi sikap terhadap sikap komunikan objek dakwah.
25
Dengan kata lain, hikmah yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada
kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
2. Mauidzah al-Hasanah dengan cara yang baik
Nasehat yang baik maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah
kebaikan dengan bahasa yang baik dan dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat di terima, yang berkenan di hati dan menyentuh qalbu.
Sedangkan Ali Mustafa Yakqub menyatakan bahwa Mauidzah Hasanah
ialah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik dimana ia dapat bermanfaat bagi siapa saja yang mendengarkannya, seperti pesan
25
Toto Tasmoro, Komunikasi Dakwah Jakarta : Gaya Media Pratama, 1987, h. 37
xlvi dakwah yang memuaskan sehingga mad’u dapat membenarkan apa yang
disampaikan oleh subjek dakwah.
26
Begitu juga dengan filosof Tantowi Jauhari, yang di kutip Faruq Nasution yang mengatakan bahwa Mauidzah Hasanah adalah Mauidzah
Illahiyah , yakni upaya apa saja dalam menyeru manusia kepada jalan
kebaikan dengan cara rangsangan yang menimbulkan cinta dan rangsangan yang menimbulkan waspada.
27
Seorang da’i diwajibkan menyampaikan nasehat-nasehatnya, dengan nasehat-nasehatnya yang faktual berupa Mauidzah Hasanah agar objek
dakwah dapat menentukan pikiran terhadap rangsangan, dengan kata lain bahwa subjek dakwah harus mampu menyesuaikan dan mengarahkan
pesan dakwahnya, agar tujuan dakwah sebagai ikhtiar untuk mengaktualisasikan nilai ajaran Islam kedalam kehidupan pribadi dapat
terwujud dengan benar, dan menjadi khairu ummah, yaitu umat yang adil dan terpilih sehingga terwujudlah umat yang sejahtera lahir batin dan
bahagia dunia akhirat.
28
3. Mujadalah
Kata wajadilhum bi-al-ati hiya ahsan adalah bertukar pikiranlah dengan cara yang baik, melalui ayat tersebut betapa pentingnya
berdakwah, menyeru kebaikan dengan cara diskusi yang baik, selain ayat
26
Ali Mustafa Yakqub, Sejarah Metode Dakwah Nabi, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997, h. 16.
27
Faruq Nasution, Aplikasi Dakwah dalam Studi Kemasyarakatan Jakarta : Bulan Bintang 1986 , h. 2.
28
Dra. Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Cet-I Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2000, h. 48
xlvii tersebut Al-qur’an juga menaruh perhatian besar pada gaya percakapan
dan diskusi. Dari fenomena ini tidaklah mengherankan, karena dakwah merupakan cara yang terbaik dalam meyakinkan dan memberikan
kepuasan hati objek dakwah, rasa puas itulah yang menjadi pondasi iman seseorang, karena iman tidak dapat dipaksakan. Ia timbul dari lubuk hati
manusia itu sendiri, diskusi merupakan salah satu upaya dalam bertukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya
suasana yang mengaharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya. Selain metode diatas, dalam hadits muslim juga di terangkan tentag
dakwah, sebagaimana sabda rasul :
ﻥ ی , ,- . - ﻡ ﻡ 1 ﻡ 2ی 3
ی4 5 6 73 2 ی
, 3 8
Artinya : “Abu Said al-Chudry R.A. berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang melihat
kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengan tanggannya, kalau tidak mampu hendak menasehati dengan lisannya, kalau
tidak mampu hendaklah ingkar dengan hatinya dan itu adalahpaling lemahnya iman.
29
Dari sumber itulah tumbuh metode dakwah yaitu : pertama dakwah dengan lisan yang berupa ceramah, seminar, khutbah dan lain-lain. Kedua,
dengan tulisan yang berupa buku, majalah, surat-surat kabar dan ketiga
29
Salim Bahresi, Terjemahan Riadhus Shalihin, Cet. IV Bandung : PT al-Ma’arif, 1978, h. 199
xlviii dakwah dengan perbuatan yaitu berupa prilaku yang sopan dan sesuai
dengan ajaran Islam. Seorang juru dakwah harus tetap menghormati seseorang yang akan di
ajak bicara tanpa melihat status sosialnya. Yang terpenting adalah harus memiliki prinsip-prinsip yang kokoh dan bahwa kemenangan dalam
berdiskusi bukan menjadi tujuan yang utama. Akan tetapi berdiskusi hanyalah semata-mata menyapaikan sebuah informasi yang benar dan
membawanya ke jalan kebenaran. Salah satu sifat manusia adalah sombong dan berwatak keras kepala.
Maka apabila mereka menempati kedudukan yang terhormat di lingkungannya. Akan tetapi tugas yang terpenting adalah harus selalu
menjaga dan selalu membimbing kepada jalan yang di ridhai oleh Allah. Dengan menggunakan ketiga prinsip di atas, bahwa dakwah dapat
dikatakan berjalan serta mudah di terima oleh masyarakat yang pada waktunya dapat mengantarkan mereka ke pintu kebahagiaan.
e. Media Dakwah