11
1. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang
ditimbulkan oleh Komisaris Independen terhadap Effective tax rateETR 2.
Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh Profitabilitas Perusahaan terhadap Effective tax
rateETR 3.
Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh Tingkat Hutang terhadap Effective tax rateETR
4. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang
ditimbulkan oleh Intensitas Aset Tetap terhadap Effective tax rateETR 5.
Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh Intensitas Persediaan terhadap Effective tax rateETR
6. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang
ditimbulkan secara simultan oleh Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan terhadap
Effective Tax RateETR?
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini Penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut :
1. Bagi akademisi dan peneliti, dapat digunakan sebagai bukti empiris ilmu
pengetahuan serta dapat menambah wawasan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
12
2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai
sikap perusahaan terhadap kewajiban perpajakannya. 3.
Bagi penulis, penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peraturan perpajakan pada perusahaan.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham shareholders sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka
pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang prinsipal memerintah orang lain agen untuk melakukan
suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak
tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai
dengan kepentingan prinsipal. Manager bertugas untuk mengelola perusahaan dengan sebaik
mungkin sehingga perusahaan akan menghasilkan laba yang cukup signifikan. Jumlah laba tersebut akan dilaporkan oleh pemilik sehingga
pemilik dapat mengetahui seberapa efektif dan efisien kinerja manajer perusahaan. Adanya tanggung jawab yang lebih besar tersebut, menjadikan
14
manager menginginkan imbalan yang lebih besar juga. Dengan demikian dalam perusahaan terdapat dua kepentingan yang berbeda, yaitu
kepentingan untuk mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan dan kepentingan bagaimana memegang tanggung jawab yang besar sehingga
mendapatkan keuntungan yang besar juga. Tujuan Teori Agensi adalah bagaimana perusahaan menjelaskan
bagaimana pihak-pihak yang melakukan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya
informasi yang tidak simetris dan kondisi yang mengalami ketidakpastian. Teori Agensi pada penelitian ini menjelaskan bahwa adanya
konflik yang akan timbul antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan termasuk perusahaan-perusahaan yang telah listing di BEI.
Konflik tersebut terjadi ketika pemilik utama perusahaan tersebut adalah fiskuspemerintah sekaligus pembuat regulasi dalam hal perpajakan
sementara di sisi lain terdapat pihak manajemen perusahaan sebagai pembayar pajak. Pihak fiskus yang merangkap sebagai pembuat regulasi
berharap akan adanya pemasukan yang sebesar-besarnya dari sektor pajak sementara pada pihak manajemen terdapat pandangan bahwa pihak
perusahaan harus menghasilkan laba sebesar-besarnya dari sektor pajak sementara manajemen terdapat pandangan bahwa perusahaan harus
menghasilkan laba yang signifikan dengan menghasilkan beban pajak yang rendah. Terdapat dua sudut pandang yang berbeda tersebut dapat
15
menyebabkan adanya konflik antara pemilik perusahaan dengan pihak manajemen perusahaan.
2.1.2 Effective Tax RateETR
Effective Tax Rate atau Tarif Pajak efektif pada dasarnya adalah sebuah presentase besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan.
Effective Tax RateETR dihitung atau dinilai berdasarkan informasi keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga Effective tax
rateETR merupakan perhitungan tarif pajak pada perusahaan. Effective Tax RateETR digunakan untuk merefleksikan perbedaan antara
perhitungan laba buku dengan laba fiscalFrank, et al 2009 Fullerton1983 mengklasifikasikan Effective Tax RateETR
sebagai berikut: 1.Average Effective Corporate Tax Rate: biaya pajak tahun berjalan dibagi
dengan penghasilan perusahaan yang sebenarnyalaba sebelum pajak. 2.Average Effective Total Tax Rate: Besaran biaya pajak perusahaan
ditambah pajak property ditambah bunga atas pajak pribadi dan dividen, dibagi dengan pendapatan total modal.
3.Marginal Effective Corporate Tax Rate Wedge: Besaran tarif penghasilan riil sebelum pajak yang diharapkan atas penghasilan dari
investasi marginal, dikurangi penghasilan riil perusahaan sebelum pajak.
4.Marginal Effective Corporate Tax Rate : Pajak marginal efektif perusahaan dibagi penghasilan sebelum pajaktax inclusive rateatau
dengan penghasilan setelah pajaktax exclusive rate 5.Marginal Effective Total Tax Wedge : Penghasilan sebelum pajak yang
diharapkan dalam marginal investasi dikurangi penghasilan setelah pajak sebagai penghematan atas penghasilan.
16
6. Marginal Effective Total Tax Rate : Total Pajak marginal efektif dibagi penghasilan sebelum pajak atau dengan penghematan pajak penghasilan
yang dilakukan perusahaan.
Menurut Fullerton 1983 average effective tax rate relative lebih mudah untuk dihitung dan berguna untuk mengukur pendapatan dari
pemilik modal,pendapatan pemerintah dan ukuran sektor publik. Sedangkan marginal effective rate lebih spesifik digunakan untuk
menyelidiki dampak yang terjadi atas kegiatan investasi yang dilakukan perusahaanHanum,2013.
2.1.3 Komisaris Independen
Komisaris Independen menurut Penjelasan Pasal 120 ayat 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas UUPT
adalah “Komisaris dari pihak luar”. Pasal 120 ayat 2 UUPT juga mengatur bahwa komisaris independen diangkat dari pihak yang tidak
terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi danatau anggota Dewan Komisaris lainnya.
Selanjutnya dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit butir 1 b,
diatur bahwa Komisaris Independen adalah anggota komisaris yang:
a. Berasal dari Emiten dan Perusahaan Publik.
b. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
Emiten atau Perusahaan Publik.
17
c. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau perusahaan
public, Komisaris, Direksi, atau pemegang saham Utama Emiten atidau Perusahaan Publik.
d. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung ataupun tidak langsung
yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten ataupun Perusahaan Publik.
Menurut Pasal 120 ayat 1 UUPT, keberadaan Komisaris Independen bergantung pada Anggaran Dasar Perseroan.
“Anggaran dasar Perseroan dapat mengatur adanya 1 satu orang atau lebih komisaris Independen dan 1 satu orang komisaris utusan”
Apabila Anggaran Dasar perseroan mengatur bahwa dalam Dewan Komisaris terdapat Komisaris Independen, maka keberadaan Komisaris
Independen tersebut menjadi wajib. Akan tetapi hal di atas tidak berlaku bagi perusahaan yang tercatat
di bursa saham Indonesia. Untuk perusahaan-perusahaan tersebut, keberadaan Komisaris Independen ini diwajibkan dalam Peraturan
Bapepam Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa Efek Jakarta huruf C butir 1, bahwa Perusahaan Tercatat
wajib memiliki Komisaris Independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan
Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan jumlah Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30 tiga puluh perseratus dari jumlah
seluruh anggota komisaris.
18
2.1.4 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk mencapai laba. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni 2005:118 profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba
perusahaan. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri
dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan
selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.
2.1.5 Tingkat Hutang
Hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi dimana hutang ini merupakan sumber pembiayaan
eksternal yang digunakan perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananyaMunawir dalam Rahmawati,2012
19
Untuk tujuan pelaporan, hutang diklasifikasikan sebagai hutang lancar dan hutang jangka panjang. Suatu hutang yang berasal dari kegiatan
operasional akan diklasifikasikan sebagai hutang lancar jika hutang ini akan dilunasi dengan menggunakan harta lancar dalam satu tahun ke
depan atau dalam satu siklus operasi normal, yang mana yang lebih lama. Namun hutang yang berasal dari pinjaman bank, atau pinjaman lainnya
diklasifikasikan menurut kriteria satu tahun. Suatu hutang yang jatuh tempo dalam satu tahun sejak tanggal neraca akan diklasifikasikan sebagai
hutang lancar. Hutang dalam perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rasio leverage atau tingkat hutang dalam perusahaan. Ada
dua macam penghitngan rasio leverage menurut Sawir 2004 yaitu leverage keuangan berdasar nilai buku diukur dengan rasio nilai buku
seluruh hutang debt = D terhadap total aktiva TA sementara leverage keuangan berdasarkan nilai pasar diukur dengan rasio nilai buku seluruh
hutang terhadap total nilai pasar perusahaan total value = V.
Namun ternyata pengklasifikasian hutang menjadi lancar dan tidak lancar menjadi pertimbangan dalam pengukuran hutang. Secara umum
hutang akan diukur sebesar nilai sekarang dari hutang tersebut yang merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan untuk melunasinya
sekarang. Aturan ini lebih tepat untuk hutang tidak lancar. Sementara itu hutang yang berasal dari kegiatan operasional misalnya hutang gaji dan
hutang usaha, umumnya hutang ini akan segera dilunasi sehingga selisih antara nilai jatuh tempo dengan nilai sekarang hutang tersebut tidak
20
material. Oleh karena itu hutang yang berasal dari operasional umumnya untuk tujuan praktis disajikan sebesar nilai jatuh temponya.
Untuk tujuan pengukuran, baik hutang lancar maupun tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Hutang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh dari hutang ini adalah
nominal dari wesel atau obligasi. 2.
Hutang yang jumlahnya harus diestimasi. Dilihat dari kepastiannya, hutang ini pasti terjadi namun jumlahnya belum diketahui secara pasti.
Hutang garansi merupakan contohnya. 3.
Hutang bersyarat contingent liablility yaitu suatu hutang yang akan muncul jika terjadi kejadian lain. Contohnya perusahaan dituntut
dipengadilan oleh perusahaan lain. Perusahaan akan berkewajiban membayar uang jika pengadilan memenangkan perusahaan yang
menuntut tersebut. Tingkat kemungkinan timbulnya hutang bersyarat dapat dibagi menjadi :
1. Probable : Tingkat kemungkinannya sangat tinggi dan bahkan
dapat dikatakan hampir pasti. Jika jumlah hutangnya dapat diestimasi dengan handal, maka hutang ini dicatat, jika
jumlahnya sulit diestimasi maka keberadaan hutang ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
21
2. Reasonable posible : Kemungkinan terjadinya 50 atau dapat
terjadi dapat pula tidak. Jika kondisinya demikian cukup diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
3. Remote : Kemungkinan terjadinya sangat kecil sehingga tidak
perlu dicatat dan dilaporkan kecuali untuk hutang jaminan pembayaran hutang walaupun tingkat kemungkinan terjadinya
kewajiban kecil tetapi harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan
2.1.6 Intensitas Aset Tetap
Aset adalah kekayaan yang mempunyai manfaat ekonomi berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud yang dapat dikuasai oleh
yang berhak akibat transaksi Nafarin,2007. Aset juga dapat menggambarkan ukuran perusahaan karena jumlah aset yang dimiliki
perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan. Aset pada perusahaan dibagi dua yaitu Aset Lancar dan Aset TetapNafarin, 2007.
Aset lancar adalah aset perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan dan mempunyai umur ekonomis paling lama yaitu satu tahun dalam siklus
kegiatan perusahaan yang normalNafarin,2007 Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki
untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Jenis aset
22
tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah
properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya
memperoleh keringanan dalam perlakuan pajak. Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan.
2.1.7 Intensitas Persediaan
Menurut standar akuntansi keuangan, 1999 pengertian persediaan adalah aktiva:
1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan supplies untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa
Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk
dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan
bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar kegiatan operasi perusahaan, yang harus dilakukan secara berturut-turut
23
untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen.
Freddy Rangkuty 2004:15, menyebutkan bahwa fungsi-fungsi persediaan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar
perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam kuantitas dan waktu pengiriman.
2. Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan lot size ini perlu
mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah, dan lain sebagainya.
Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena
besarnya persediaan biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan lain sebagainya.
3. Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman.
Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman seasonal inventories. Di samping itu, perusahaan juga sering
menghadapi ketidakpastian jika waktu pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan
memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman safety stock.
24
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
N o.
Nama Peneliti Tahun
Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Perbedaan
1. Hanum2013
Pengaruh Karakteristik
Corporate Governance
terhadap Effective Tax Rate
Mempunyai variabel dependen berupa
Effective Tax Rate Mempunyai variabel
independen berupa komponen dari
Corporate Governance yaitu
Komisaris Independen
Menggunakan sampel seluruh
perusahaan BUMN Tahun 2009 – 2011
yang terdaftar di BEI, Mempunyai variabel
independen Karakteristik dari
Corporate Governance
Menemukan hubungan yang
positif antara Komisaris
Independen,Komit e Audit dan
Investor Institutional
terhadap Effective Tax Rate.
2. Desi
Handayani 2013
Pengaruh kecakapan manajerial, set
kesempatan investasi dan
kepemilikan pemerintah terhadap
tarif pajak efektif Mempunyai variabel
dependen berupa Effective Tax Rate
Menggunakan sampel perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2009-2011 Mempunyai variabel
independen berupa Pengaruh kecakapan
manajerial, set kesempatan investasi
dan kepemilikan pemerintah
Menemukan pengaruh yang
positif antara tarif pajak efektif
dengan set kesempatan
investasi dan kepemilikan
pemerintah, sedang kan set kesempatan
investasi memiliki hubungan negative
terhadap tariff pajak efektif
3. Andri Adi
Nugroho2011 Pengaruh Hubungan
Politik dan Reformasi
Perpajakan Terhadap Tarif
Pajak Efektif Mempunyai variabel
dependen berupa Tarif Pajak Efektif
Mempunyai Variabel Kontrol
yaitu Profitabilitas Menggunakan sampel
semua perusahaan yang terdaftar di BEI
Tahun 2008- 2009 yang berbasis
Industri. Pengukuran Variabel
independen Penguasa yang
memiliki hubungan politik
dengan pemerintah tidak berpengaruh
terhadap effective tax rate dan
Reformasi perpajakan
25
Sumber : Hasil Olahan peneliti, 2015.
menggunakan Hubungan Politik
dan. Reformasi Perpajakan.
Menggunakan variable Kontrol yaitu
ukuran perusahaan,tingkat
pendanaan,tingkat investasi,profitabilitas
dan jenis industry. berpengaruh
terhadap effective tax Rate
perusahaan.
4. Darmadi
2013 Analisis Faktor yang
mempengaruhi Manajemen Pajak
dengan indikator Tarif Pajak Efektif
variable independen yang digunakan
yaitu Profitabilitas, Tingkat hutang,
Intensitas Aset Tetap dan Intensitas
Persediaan. Variabel dependen
adalah manajemen pajak dengan
indikator yang digunakan Tarif
Pajak Efektif. Menggunakan sampel
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI pada tahun 2011-2012
Mempunyai variabel Independen Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Tingkat
Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas
Persediaan dan Fasilitas Perpajakan.
Ukuran perusahaan dan Tingkat hutang
memiliki pengaruh yang negative
terhadap Tarif pajak efektif
sedangkan Profitabilitas,
Tingkat Hutang, Intensitas Aset
Tetap, Intensitas Persediaan dan
Fasilitas Perpajakan
memiliki pengaruh positif terhadap
tarif pajak efektif
26
2.3 Kerangka Konseptual