Manfaat Penelitian Penelitian Terdahulu

11 1. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh Komisaris Independen terhadap Effective tax rateETR 2. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh Profitabilitas Perusahaan terhadap Effective tax rateETR 3. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh Tingkat Hutang terhadap Effective tax rateETR 4. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh Intensitas Aset Tetap terhadap Effective tax rateETR 5. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh Intensitas Persediaan terhadap Effective tax rateETR 6. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan secara simultan oleh Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax RateETR?

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini Penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut : 1. Bagi akademisi dan peneliti, dapat digunakan sebagai bukti empiris ilmu pengetahuan serta dapat menambah wawasan dan referensi untuk penelitian selanjutnya. 12 2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai sikap perusahaan terhadap kewajiban perpajakannya. 3. Bagi penulis, penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peraturan perpajakan pada perusahaan. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham shareholders sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang prinsipal memerintah orang lain agen untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal. Manager bertugas untuk mengelola perusahaan dengan sebaik mungkin sehingga perusahaan akan menghasilkan laba yang cukup signifikan. Jumlah laba tersebut akan dilaporkan oleh pemilik sehingga pemilik dapat mengetahui seberapa efektif dan efisien kinerja manajer perusahaan. Adanya tanggung jawab yang lebih besar tersebut, menjadikan 14 manager menginginkan imbalan yang lebih besar juga. Dengan demikian dalam perusahaan terdapat dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan untuk mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan dan kepentingan bagaimana memegang tanggung jawab yang besar sehingga mendapatkan keuntungan yang besar juga. Tujuan Teori Agensi adalah bagaimana perusahaan menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi yang mengalami ketidakpastian. Teori Agensi pada penelitian ini menjelaskan bahwa adanya konflik yang akan timbul antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan termasuk perusahaan-perusahaan yang telah listing di BEI. Konflik tersebut terjadi ketika pemilik utama perusahaan tersebut adalah fiskuspemerintah sekaligus pembuat regulasi dalam hal perpajakan sementara di sisi lain terdapat pihak manajemen perusahaan sebagai pembayar pajak. Pihak fiskus yang merangkap sebagai pembuat regulasi berharap akan adanya pemasukan yang sebesar-besarnya dari sektor pajak sementara pada pihak manajemen terdapat pandangan bahwa pihak perusahaan harus menghasilkan laba sebesar-besarnya dari sektor pajak sementara manajemen terdapat pandangan bahwa perusahaan harus menghasilkan laba yang signifikan dengan menghasilkan beban pajak yang rendah. Terdapat dua sudut pandang yang berbeda tersebut dapat 15 menyebabkan adanya konflik antara pemilik perusahaan dengan pihak manajemen perusahaan.

2.1.2 Effective Tax RateETR

Effective Tax Rate atau Tarif Pajak efektif pada dasarnya adalah sebuah presentase besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Effective Tax RateETR dihitung atau dinilai berdasarkan informasi keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga Effective tax rateETR merupakan perhitungan tarif pajak pada perusahaan. Effective Tax RateETR digunakan untuk merefleksikan perbedaan antara perhitungan laba buku dengan laba fiscalFrank, et al 2009 Fullerton1983 mengklasifikasikan Effective Tax RateETR sebagai berikut: 1.Average Effective Corporate Tax Rate: biaya pajak tahun berjalan dibagi dengan penghasilan perusahaan yang sebenarnyalaba sebelum pajak. 2.Average Effective Total Tax Rate: Besaran biaya pajak perusahaan ditambah pajak property ditambah bunga atas pajak pribadi dan dividen, dibagi dengan pendapatan total modal. 3.Marginal Effective Corporate Tax Rate Wedge: Besaran tarif penghasilan riil sebelum pajak yang diharapkan atas penghasilan dari investasi marginal, dikurangi penghasilan riil perusahaan sebelum pajak. 4.Marginal Effective Corporate Tax Rate : Pajak marginal efektif perusahaan dibagi penghasilan sebelum pajaktax inclusive rateatau dengan penghasilan setelah pajaktax exclusive rate 5.Marginal Effective Total Tax Wedge : Penghasilan sebelum pajak yang diharapkan dalam marginal investasi dikurangi penghasilan setelah pajak sebagai penghematan atas penghasilan. 16 6. Marginal Effective Total Tax Rate : Total Pajak marginal efektif dibagi penghasilan sebelum pajak atau dengan penghematan pajak penghasilan yang dilakukan perusahaan. Menurut Fullerton 1983 average effective tax rate relative lebih mudah untuk dihitung dan berguna untuk mengukur pendapatan dari pemilik modal,pendapatan pemerintah dan ukuran sektor publik. Sedangkan marginal effective rate lebih spesifik digunakan untuk menyelidiki dampak yang terjadi atas kegiatan investasi yang dilakukan perusahaanHanum,2013.

2.1.3 Komisaris Independen

Komisaris Independen menurut Penjelasan Pasal 120 ayat 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas UUPT adalah “Komisaris dari pihak luar”. Pasal 120 ayat 2 UUPT juga mengatur bahwa komisaris independen diangkat dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi danatau anggota Dewan Komisaris lainnya. Selanjutnya dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit butir 1 b, diatur bahwa Komisaris Independen adalah anggota komisaris yang: a. Berasal dari Emiten dan Perusahaan Publik. b. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik. 17 c. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau perusahaan public, Komisaris, Direksi, atau pemegang saham Utama Emiten atidau Perusahaan Publik. d. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung ataupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten ataupun Perusahaan Publik. Menurut Pasal 120 ayat 1 UUPT, keberadaan Komisaris Independen bergantung pada Anggaran Dasar Perseroan. “Anggaran dasar Perseroan dapat mengatur adanya 1 satu orang atau lebih komisaris Independen dan 1 satu orang komisaris utusan” Apabila Anggaran Dasar perseroan mengatur bahwa dalam Dewan Komisaris terdapat Komisaris Independen, maka keberadaan Komisaris Independen tersebut menjadi wajib. Akan tetapi hal di atas tidak berlaku bagi perusahaan yang tercatat di bursa saham Indonesia. Untuk perusahaan-perusahaan tersebut, keberadaan Komisaris Independen ini diwajibkan dalam Peraturan Bapepam Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa Efek Jakarta huruf C butir 1, bahwa Perusahaan Tercatat wajib memiliki Komisaris Independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan jumlah Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30 tiga puluh perseratus dari jumlah seluruh anggota komisaris. 18

2.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni 2005:118 profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba perusahaan. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.

2.1.5 Tingkat Hutang

Hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi dimana hutang ini merupakan sumber pembiayaan eksternal yang digunakan perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananyaMunawir dalam Rahmawati,2012 19 Untuk tujuan pelaporan, hutang diklasifikasikan sebagai hutang lancar dan hutang jangka panjang. Suatu hutang yang berasal dari kegiatan operasional akan diklasifikasikan sebagai hutang lancar jika hutang ini akan dilunasi dengan menggunakan harta lancar dalam satu tahun ke depan atau dalam satu siklus operasi normal, yang mana yang lebih lama. Namun hutang yang berasal dari pinjaman bank, atau pinjaman lainnya diklasifikasikan menurut kriteria satu tahun. Suatu hutang yang jatuh tempo dalam satu tahun sejak tanggal neraca akan diklasifikasikan sebagai hutang lancar. Hutang dalam perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rasio leverage atau tingkat hutang dalam perusahaan. Ada dua macam penghitngan rasio leverage menurut Sawir 2004 yaitu leverage keuangan berdasar nilai buku diukur dengan rasio nilai buku seluruh hutang debt = D terhadap total aktiva TA sementara leverage keuangan berdasarkan nilai pasar diukur dengan rasio nilai buku seluruh hutang terhadap total nilai pasar perusahaan total value = V. Namun ternyata pengklasifikasian hutang menjadi lancar dan tidak lancar menjadi pertimbangan dalam pengukuran hutang. Secara umum hutang akan diukur sebesar nilai sekarang dari hutang tersebut yang merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan untuk melunasinya sekarang. Aturan ini lebih tepat untuk hutang tidak lancar. Sementara itu hutang yang berasal dari kegiatan operasional misalnya hutang gaji dan hutang usaha, umumnya hutang ini akan segera dilunasi sehingga selisih antara nilai jatuh tempo dengan nilai sekarang hutang tersebut tidak 20 material. Oleh karena itu hutang yang berasal dari operasional umumnya untuk tujuan praktis disajikan sebesar nilai jatuh temponya. Untuk tujuan pengukuran, baik hutang lancar maupun tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Hutang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh dari hutang ini adalah nominal dari wesel atau obligasi. 2. Hutang yang jumlahnya harus diestimasi. Dilihat dari kepastiannya, hutang ini pasti terjadi namun jumlahnya belum diketahui secara pasti. Hutang garansi merupakan contohnya. 3. Hutang bersyarat contingent liablility yaitu suatu hutang yang akan muncul jika terjadi kejadian lain. Contohnya perusahaan dituntut dipengadilan oleh perusahaan lain. Perusahaan akan berkewajiban membayar uang jika pengadilan memenangkan perusahaan yang menuntut tersebut. Tingkat kemungkinan timbulnya hutang bersyarat dapat dibagi menjadi : 1. Probable : Tingkat kemungkinannya sangat tinggi dan bahkan dapat dikatakan hampir pasti. Jika jumlah hutangnya dapat diestimasi dengan handal, maka hutang ini dicatat, jika jumlahnya sulit diestimasi maka keberadaan hutang ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 21 2. Reasonable posible : Kemungkinan terjadinya 50 atau dapat terjadi dapat pula tidak. Jika kondisinya demikian cukup diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 3. Remote : Kemungkinan terjadinya sangat kecil sehingga tidak perlu dicatat dan dilaporkan kecuali untuk hutang jaminan pembayaran hutang walaupun tingkat kemungkinan terjadinya kewajiban kecil tetapi harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan

2.1.6 Intensitas Aset Tetap

Aset adalah kekayaan yang mempunyai manfaat ekonomi berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud yang dapat dikuasai oleh yang berhak akibat transaksi Nafarin,2007. Aset juga dapat menggambarkan ukuran perusahaan karena jumlah aset yang dimiliki perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan. Aset pada perusahaan dibagi dua yaitu Aset Lancar dan Aset TetapNafarin, 2007. Aset lancar adalah aset perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan dan mempunyai umur ekonomis paling lama yaitu satu tahun dalam siklus kegiatan perusahaan yang normalNafarin,2007 Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Jenis aset 22 tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam perlakuan pajak. Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan.

2.1.7 Intensitas Persediaan

Menurut standar akuntansi keuangan, 1999 pengertian persediaan adalah aktiva: 1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; 2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau 3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan supplies untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar kegiatan operasi perusahaan, yang harus dilakukan secara berturut-turut 23 untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen. Freddy Rangkuty 2004:15, menyebutkan bahwa fungsi-fungsi persediaan adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam kuantitas dan waktu pengiriman. 2. Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya persediaan biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan lain sebagainya. 3. Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman seasonal inventories. Di samping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jika waktu pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman safety stock. 24

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu N o. Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Hanum2013 Pengaruh Karakteristik Corporate Governance terhadap Effective Tax Rate Mempunyai variabel dependen berupa Effective Tax Rate Mempunyai variabel independen berupa komponen dari Corporate Governance yaitu Komisaris Independen Menggunakan sampel seluruh perusahaan BUMN Tahun 2009 – 2011 yang terdaftar di BEI, Mempunyai variabel independen Karakteristik dari Corporate Governance Menemukan hubungan yang positif antara Komisaris Independen,Komit e Audit dan Investor Institutional terhadap Effective Tax Rate. 2. Desi Handayani 2013 Pengaruh kecakapan manajerial, set kesempatan investasi dan kepemilikan pemerintah terhadap tarif pajak efektif Mempunyai variabel dependen berupa Effective Tax Rate Menggunakan sampel perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 Mempunyai variabel independen berupa Pengaruh kecakapan manajerial, set kesempatan investasi dan kepemilikan pemerintah Menemukan pengaruh yang positif antara tarif pajak efektif dengan set kesempatan investasi dan kepemilikan pemerintah, sedang kan set kesempatan investasi memiliki hubungan negative terhadap tariff pajak efektif 3. Andri Adi Nugroho2011 Pengaruh Hubungan Politik dan Reformasi Perpajakan Terhadap Tarif Pajak Efektif Mempunyai variabel dependen berupa Tarif Pajak Efektif Mempunyai Variabel Kontrol yaitu Profitabilitas Menggunakan sampel semua perusahaan yang terdaftar di BEI Tahun 2008- 2009 yang berbasis Industri. Pengukuran Variabel independen Penguasa yang memiliki hubungan politik dengan pemerintah tidak berpengaruh terhadap effective tax rate dan Reformasi perpajakan 25 Sumber : Hasil Olahan peneliti, 2015. menggunakan Hubungan Politik dan. Reformasi Perpajakan. Menggunakan variable Kontrol yaitu ukuran perusahaan,tingkat pendanaan,tingkat investasi,profitabilitas dan jenis industry. berpengaruh terhadap effective tax Rate perusahaan. 4. Darmadi 2013 Analisis Faktor yang mempengaruhi Manajemen Pajak dengan indikator Tarif Pajak Efektif variable independen yang digunakan yaitu Profitabilitas, Tingkat hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan. Variabel dependen adalah manajemen pajak dengan indikator yang digunakan Tarif Pajak Efektif. Menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2012 Mempunyai variabel Independen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Fasilitas Perpajakan. Ukuran perusahaan dan Tingkat hutang memiliki pengaruh yang negative terhadap Tarif pajak efektif sedangkan Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Fasilitas Perpajakan memiliki pengaruh positif terhadap tarif pajak efektif 26

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, PROFITABILITAS, INTENSITAS ASET TETAP, INTENSITAS PERSEDIAAN DAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)

12 65 144

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, PROFITABILITAS, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN RASIO TOBIN Q TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 37

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, INTENSITAS MODAL, INTENSITAS PERSEDIAAN, DAN REFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE DI PERUSAHAAN INDUSTRI DAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2006 – 2011.

0 0 19

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, INTENSITAS MODAL, INTENSITAS PERSEDIAAN, DAN REFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE DI PERUSAHAAN INDUSTRI DAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2006 – 2011.

0 1 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - PENGARUH UKURAN PERUSAHAN, LEVERAGE, INTENSITAS MODAL, INTENSITAS PERSEDIAAN, DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE PERUSAHAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDO

0 1 16

PENGARUH INTENSITAS ASET TETAP DAN TINGKAT HUTANG PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN PAJAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 13

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Effective Tax Rate Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia - Ubharajaya Repository

0 0 15

BAB I - Pengaruh Profitabilitas Terhadap Effective Tax Rate Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia - Ubharajaya Repository

0 0 7

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, INTENSITAS ASET TETAP, INTENSITAS PERSEDIAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015)

0 0 14

HALAMAN JUDUL - PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS ASET TETAP, UKURAN PERUSAHAAN, KONEKSI POLITIK DAN PROFITABILITAS TERHADAP TAX AVOIDANCE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

0 0 17