Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, PROFITABILITAS,TINGKAT HUTANG,INTENSITAS ASET TETAP DAN INTENSITAS PERSEDIAAN

TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH Desi Fitriani

130522098

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :”Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective

Tax Rate pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, 16 Oktober 2015 Yang membuat pernyataan,

Desi Fitriani NIM : 130522098


(3)

ii ABSTRAK

PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, PROFITABILITAS, TINGKAT HUTANG, INTENSITAS ASET TETAP DAN INTENSITAS PERSEDIAAN

TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan sedangkan variabel dependennya adalah Effective

Tax Rate

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2014 sebanyak 141 perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 64 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 128 unit analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Effective Tax Rate sedangkan secara parsial Komisaris Independen, Tingkat Hutang dan Intensitas Aset Tetap berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Effective Tax Rate, Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap Effective Tax Rate dan Intensitas Persediaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Effective Tax

Rate.

Kata Kunci: Komisaris Independen , Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset tetap, Intensitas Persediaan, Effective Tax Rate.


(4)

iii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE INDEPENDENT COMMICIONER, PROFITABILITY, LEVERAGE, FIXED ASSETS INTENSITY AND INVENTORY INTENSITY IN MANUFACTURING COMPANY LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study aims to examine the factors that affect the company’s effective tax rate. There are several factors used include the independent commicioner, profitability, leverage, fixed assets intensity and inventory intensity in manufacturing companies listed in Indonesia stock exchange.

Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period from 2013 to 2014 as many as 141 companies. The sampling method used is purposive sampling method and acquired 64 companies sample which is the object of research are 128 units of analysis. The analysis technique used in this study is multiple regression analysis.

Results from this study showed simultaneously that Independent Commissioner, profitability, leverage, Intensity Fixed Assets and intensity Inventories have positive and significant impact on the Effective Tax Rate while partially Independent Commissioner, Leverage and Intensity Fixed Asset positive effect is not significant to Effective Tax Rate, Profitability significant negative effect on the Effective Tax Rate and Inventory Intensity significant negative effect on the Effective Tax Rate.

Keyword: Independent Commissioner, profitability, leverage, Intensity Fixed Assets and intensity Inventories, Effective Tax Rate.


(5)

iv KATA PENGANTAR

Bismilahirohmanirohim Puji dan Syukur Atas kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan kehadiratnya yang begitu melimpah, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective

Tax Rate pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.

Selain itu, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dan Bapak Drs. H. Hotmal Ja’far, MM, Ak. Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dan Bapak Drs. Firman Syarif, Msi., Ak. Selaku Ketua Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. Selaku Sekretaris Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

4. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, M.M, Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi bimbingan, arahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(6)

v 5. Bapak Abdillah Arif Nasution SE, M.Si selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan arahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Kedua orangtua tercinta,Ayahanda Asmadi dan Ibunda Safrina serta kepada Kakak dan Abang tercinta Shanty Khalista dan Aria Winanda terima kasih atas dukungan dan doa serta kasih sayang yang telah diberikan selama ini kepada penulis dan kepada Teman-teman seperjuangan S1 Akuntansi Ekstensi terimakasih atas dukungan yang tiada henti diberikan kepada saya dalam pengerjaaan skripsi saya.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 15 Oktober 2015

Desi Fitriani NIM. 130522098


(7)

vi DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 13

2.1.1 Teori Agensi ... ... 13

2.1.2 Effective Tax Rate ... 15

2.1.3 Komisaris Independen ... 16

2.1.4 Profitabilitas ... 18

2.1.5 Tingkat Hutang ... 18

2.1.6 Intensitas Aset Tetap ... 21

2.1.7 Intensitas Persediaan ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

2.3 Kerangka Konseptual ... 25

2.4 Penjelasan Kerangka konseptual dan Hipotesis ... 28

2.4.1 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate ... 29

2.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Effective Tax Rate ... 30

2.4.3 Pengaruh Tingkat Hutang Perusahaan terhadap Effective Tax Rate ... 30


(8)

vii 2.4.4 Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Effective

Tax Rate ... 31

2.4.5 Pengaruh Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Batasan Operasional ... 34

3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 41

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.7 Metode Analisis ... 42

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 42

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 42

3.7.2.1 Uji Multikolinearitas ... 43

3.7.2.2 Uji Autokorelasi ... 43

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 44

3.7.2.4 Uji Normalitas ... 44

3.7.3 Analisis Regresi Berganda ... 46

3.7.3.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 47

3.7.3.2 Uji Parsial Dengan F-Test ... 47

3.7.3.3 Uji Simultan Dengan T-Test ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif ... 49


(9)

viii

4.2.1 Uji Multikolinearitas ... 50

4.2.2 Uji Autokorelasi ... 52

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 55

4.2.4 Uji Normalitas ... 55

4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 56

4.3.1 Analisis Regresi Berganda ... 56

4.3.1.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 59

4.3.3.2 Uji Parsial Dengan F-Test ... 61

4.3.3.3 Uji Simultan Dengan T-Test ... 62

4.4 Pembahasan ... 63

BAB IV PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Keterbatasan ... 67

5.3 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(10)

ix DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian ... 24

4.1 Statistik Deskripftif ... 49

4.2 Uji Multikolonieritas ... 51

4.3 Uji Run Test ... 52

4.4 Uji Kolmogrov-Smirnov Tes... 56

4.5 Analisis Regresi Berganda ... 57

4.6 Koefisien Determinasi ... 59

4.7 Uji F ... 60


(11)

x DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 26

4.1 Grafik Scatterplot ... 53

4.2 Grafik P-Plot ... 54


(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2014 ... 71 2 Daftar hasil pengumpulan data variabel independen

tahun 2014-2013 ... 76 3 Output hasil Pengujian data SPSS ... 80


(13)

ii ABSTRAK

PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, PROFITABILITAS, TINGKAT HUTANG, INTENSITAS ASET TETAP DAN INTENSITAS PERSEDIAAN

TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan sedangkan variabel dependennya adalah Effective

Tax Rate

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2014 sebanyak 141 perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 64 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 128 unit analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Effective Tax Rate sedangkan secara parsial Komisaris Independen, Tingkat Hutang dan Intensitas Aset Tetap berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Effective Tax Rate, Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap Effective Tax Rate dan Intensitas Persediaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Effective Tax

Rate.

Kata Kunci: Komisaris Independen , Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset tetap, Intensitas Persediaan, Effective Tax Rate.


(14)

iii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE INDEPENDENT COMMICIONER, PROFITABILITY, LEVERAGE, FIXED ASSETS INTENSITY AND INVENTORY INTENSITY IN MANUFACTURING COMPANY LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study aims to examine the factors that affect the company’s effective tax rate. There are several factors used include the independent commicioner, profitability, leverage, fixed assets intensity and inventory intensity in manufacturing companies listed in Indonesia stock exchange.

Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period from 2013 to 2014 as many as 141 companies. The sampling method used is purposive sampling method and acquired 64 companies sample which is the object of research are 128 units of analysis. The analysis technique used in this study is multiple regression analysis.

Results from this study showed simultaneously that Independent Commissioner, profitability, leverage, Intensity Fixed Assets and intensity Inventories have positive and significant impact on the Effective Tax Rate while partially Independent Commissioner, Leverage and Intensity Fixed Asset positive effect is not significant to Effective Tax Rate, Profitability significant negative effect on the Effective Tax Rate and Inventory Intensity significant negative effect on the Effective Tax Rate.

Keyword: Independent Commissioner, profitability, leverage, Intensity Fixed Assets and intensity Inventories, Effective Tax Rate.


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, pajak menjadi tumpuan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Waluyo (2011) menyebutkan bahwa salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Peranan pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang terbesar, sehingga pemerintah menaruh perhatian khusus pada sektor pajak. Pemerintah di Indonesia sendiri melakukan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi dalam upaya untuk mengoptimalkan sektor perpajakan. Berdasarkan hal tersebut besar kecilnya penerimaan pajak dapat menentukan besarnya anggaran APBN.

Menurut data penerimaan pajak pada tahun 2014, Direktorat Jenderal Pajak(DJP) hanya mampu mengumpulkan penerimaan pajak sebesar Rp 981,9 triliun atau 91,5 persen dari target Rp 1.072 triliun di APBNP 2014. Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan shortfall pajak Rp 90 triliun disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi, pelemahan impor, dan


(16)

2 penurunan harga minyak sawit (CPO) di pasar internasional.

Menurut Menteri Keuangan, penyumbang terbesar shortfall tahun 2014 adalah pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 70,9 triliun, dengan hanya membukukan penerimaan Rp 404,7 triliun atau 85,1 persen dari target Rp 475,6 triliun. Kemudian diikuti oleh pajak penghasilan (PPh) non-migas yang meleset sebesar Rp 55,9 triliun, dengan pencapaian sebesar Rp 460,1 triliun atau 94,7 persen dari target Rp 486 triliun.

Sementara itu, realisasi penerimaan negara yang dikumpulkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) pada 2014 sebesar Rp 161,63 triliun atau 93,04 persen dari target APBNP Rp 173,73 triliun.

Secara kumulatif, realisasi pendapatan negara sebesar Rp 1.537,2 triliun atau 94 persen dari target APBNP 2014 yang sebesar Rp 1.635,4 triliun. Sementara anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk belanja negara mencapai Rp 1.764,6 triliun atau 94 persen dari pagu Rp 1.876,9 triliun.

Oleh karena penurunan pencapaian penerimaan pajak yang terjadi pada tahun 2014, Kementerian Keuangan diharuskan untuk dapat mencapai target penerimaan pajak sebesar Rp. 1.296 Triliun di tahun 2015. Salah satu target Pajak yang merupakan penyumbang pajak terbesar adalah Pajak Penghasilan dari perusahaan.

Perusahaan adalah salah satu subjek pajak penghasilan, yaitu subjek pajak badan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) huruf b menjelaskan bahwa:


(17)

3 “Subjek pajak badan adalah Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroanlainnya,badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, danapensiun, persekutuan, perkumpulan,yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap lainnya.”

Untuk mendorong pengusaha melakukan usaha yang lebih giat lagi, pemerintah memberikan insentif penurunan tarif Pajak badan dalam negeri. Penjelasan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 2b menjelaskan bahwa :

“Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif 5% lebih rendah dari tarif sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dan ayat 2 yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.”

Tidak hanya itu, dengan adanya berlakunya Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013 tentang penyederhanaan perhitungan pajak, yaitu apabila penghasilan dari usaha yang diperoleh wajib pajak badan tidak lebih dari 4,8 miliar dalam setahun maka akan dikenakan tarif 1%. Dengan turunnya tarif pajak ini, diharapkan dapat menguntungkan wajib pajak sehingga penerimaan dari wajib pajak badan lebih meningkat.

Pajak merupakan beban bagi perusahaan yang dapat mengurangi laba suatu perusahaan. Salah satu Usaha Perusahaan untuk menekan Kewajiban pajaknya adalah dengan cara mengurangi Beban Pajak. Beban pajak merupakan utang pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak, baik yang telah dipotong pihak


(18)

4 lain maupun yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak. Bagi pelaku bisnis, beban pajak akan menjadi pengurang laba. Sehingga mereka akan melakukan berbagai cara untuk mengurangi beban pajak perusahaan.

Dalam bidang perpajakan, dikenal istilah statutory tax rate (STR) atau tarif pajak statutori (TPS) dan effective tax rate (ETR) atau tarif pajak efektif (TPE). Tarif pajak statutori adalah tarif pajak yang ditetapkan oleh hukum atas dasar pengenaan tertentu.Tarif tersebut dapat berupa tarif progresif yaitu nilai tarif yang meningkat setiap peningkatan penghasilan, bisa berupa tarif regresif yaitu nilai tarif yang menurun setiap penurunan tarif, dan bisa juga berupa tarif datar (flat) yang nilai tarifnya tetap berapapun jumlah penghasilan yang dikenakan sebagai dasar penentuan tarif.

Walaupun tarif statuter merupakan tarif yang berlaku diatas kertas secara jelas, akan tetapi secara faktual persentase tarif yang nyata-nyata dikenakan terhadap penghasilan diukur dengan tarif efektif. Tarif efektif dipergunakan untuk menilai berapa besar sebenarnya nilai persentase pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Sebagai contoh, tarif statuter sebesar 25% bukanlah jumlah tarif sebenarnya yang dikenakan terhadap usaha kecil karena ada beberapa pengecualian tertentu semisal untuk usaha kecil dan menengah pada pasal 31E UU PPh terdapat perbedaan penghitungan untuk peredaran usaha (omzet) sampai dengan 4,8 miliar, antara 4,8 − 50 miliar, dan diatas 50 miliar. Walaupun tarif atas usaha kecil tertentu menjadi berubah flat dengan munculnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013, akan tetapi pengurangan atas tarif sesuai pasal 31E tersebut menjadi contoh betapa berbedanya antara tarif efektif dengan tarif


(19)

5 statuter. Tarif juga dapat berbeda tergantung kepada insentif pajak yang berlaku di suatu negara. Sebagai contoh, pengurangan tarif pajak untuk usaha strategis di daerah regional tertentu menjadikan tarif efektif jenis usaha tersebut menjadi lebih rendah dibandingkan dengan jenis usaha lain. Bahkan, jenis usaha yang sama tetapi berada di daerah yang berbeda bisa jadi tarif efektifnya akan berbeda karena perbedaan instentif yang didapat. Selain itu insentif berupa penyusutan dipercepat serta pengurangan atas biaya-biaya tertentu menjadikan tarif pajak efektif akan relatif berbeda. Karena tingkat relativitas perbedaan tarif efektif antara satu entitas usaha dengan entitas usaha lain sangat tinggi, maka penentuan tarif efektif secara umum relatif lebih sulit untuk dilakukan.

Akan tetapi, menentukan tarif efektif secara umum relatif sulit. Hal tersebut terjadi karena perbandingan dengan penghitungan tarif efektif memerlukan riset yang ekstensif. Tambahan lagi, tarif efektif relatif tidak dikenal. Sementara itu tarif pajak statuter suatu negara banyak tersedia dan dapat diketahui dengan mudah. Dengan demikian, pembandingan secara umum dengan menggunakan dasar tarif statuter secara rasional dapat diterima. Hal-hal tersebut menjadikan tarif statuter sebagai pilihan yang lebih baik.

Tarif pajak efektif menunjukan efektivitas manajemen pajak suatu perusahaan. Selain itu, tarif pajak efektif juga menunjukan respon dan dampak insentif pajak terhadap sebuah perusahaan. ETR dapat membantu wajib pajak untuk mengetahui berapa bagian dari penghasilan yang sebenarnya kita bayarkan untuk pajak. GAO [15] menyatakan bahwa rata-rata tarif pajak efektif


(20)

6 yang diukur dari pajak penghasilan yang dibayar dibagi dengan penghasilan sebelum pajak, sangat berguna untuk mengukur beban pajak yang sebenarnya.

Keberadaan nilai effective tax Rate merupakan salah satu bentuk perhitungan nilai tarif ideal pajak yang dihitung dalam sebuah perusahaan, oleh karena itu keberadaan Effective Tax Rate (ETR) menjadi suatu perhatian yang khusus pada berbagai penelitian karena dapat merangkum efek kumulatif dari berbagai insentif pajak dan perubahan tarif efektif pajak Perusahaan.

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1996). Tetapi dalam hal itu harus diperhatikan faktor utama yang mempengaruhi nilai perusahaan terhadap struktur modal yaitu posisi perpajakan perusahaan. Banyak faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan struktur modal yang secara umum terdiri dari faktor stabilitas penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan ( Brigham dan Houston, 2001;39). Hal tersebut menjadi salah satu faktor perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan harus wajib untuk membayar pajak dengan cara hati – hati dalam menggunakan keputusan terhadap pajak, pajak memiliki dampak positif atas penilian total perusahaan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh perusahaan.

Upaya mengurangi beban pajak yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti perencanaan pajak (tax planning), penghindaran pajak(tax avoidance) dan penggelapan pajak (tax evasion).


(21)

7 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk membayar pajak, Komisaris Independen misalnya. Dengan adanya komisaris independen yang bertugas untuk menjaga manajemen agar dalam menjalankan kegiatannya tidak bertentangan dengan hukum maupun aturan-aturan yang telah ditetapkan, maka akan dihasilkan laba yang berkualitas. laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan yang nantinya dapat memberikan perlindungan efektif bagi para pemegang saham dan stakeholders.

Ada juga faktor Profitabilitas. Dengan adanya profitabilitas, maka perusahaan akan mendapatkan laba dan hal itu berpengaruh terhadap aset perusahaan dan tingkat hutang perusahaan sehingga berpengaruh terhadap pembayaran pajak.

Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Effective

Tax Rate(ETR) menunjukkan hasil yang beragam. Seperti contoh, penelitian yang

dilakukan oleh Andri Adi Nugroho (2011) menemukan bahwa faktor Reformasi perpajakan yang menurunkan tarif pajak statutory terbukti berpengaruh terhadap penurunan effective tax Rate perusahaan, sedangkan faktor Perusahaan yang terindikasi mempunyai hubungan politik dengan penguasa pemerintahan tidak memiliki tarif pajak efektif yang rendah.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanum (2013) menunjukkan bahwa faktor Corporate Governance yang terdiri dari Kepemilikan institusional, Komite Audit dan Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap Effective Tax Rate. Faktor lain yang berpengaruh terhadap Effective Tax


(22)

8 Rate adalah Kecakapan Manajerial, Set Kesempatan investasi dan Kepemilikan

pemerintah seperti penelitian yang dilakukan oleh Desi Handayani (2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Darmadi (2013) yang menggunakan faktor Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, tingkat hutang, Intensitas Aset tetap, Intensitas Persediaan dan Fasilitas perpajakan terhadap manajemen pajak dengan indikator tarif pajak efektif menemukan bahwa Ukuran perusahaan dan Tingkat Hutang berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif, sedangkan Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Fasilitas Perpajakan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif.

Dari uraian di atas dan banyaknya perbedaan hasil penelitian dari peneliti sebelumnya, saya tertarik untuk menguji kembali penelitian yang telah ada. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu untuk melihat analisis pengaruh Effective Tax Rate pada suatu perusahaan, penulis menggunakan variable Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset tetap dan Intensitas Persediaan. Tahun yang digunakan dalam penelitian sebelumnya yaitu tahun 2011 sampai tahun 2012. Pada penelitian ini tahun yang digunakan adalah tahun 2013 sampai tahun 2014.

Adapun Perbedaan penelitian ini dari penelitian yang terdahulu yaitu :

1. Penelitian ini menggunakan tahun yang lebih up-date yaitu tahun 2013 sampai tahun 2014.

2. Penelitian ini tidak memasukkan variabel independensi Ukuran Perusahaan dan Fasilitas perpajakan sebagai variabel independen. Pada


(23)

9 penelitian ini menggunakan variabel Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset tetap dan Intensitas Persediaan.

3. Pada Penelitian ini menggunakan populasi dan sampel seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena perusahaan mannufaktur cukup mendominasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Penelitian ini menggunakan Effective Tax Rate sebagai variable dependen sedangkan Penelitian sebelumnya menggunakan manajemen pajak sebagai variable dependen dan Tarif pajak efektif nya menjadi Indikator.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penlitian dengan judul: “Pengaruh Komisaris Independen, Profitabilitas,

Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate.”

1.2 Perumusan Masalah

Pemerintah mengharapkan penerimaan pajak sesuai dengan yang ditargetkan, salah satunya berasal dari pajak badan atau perusahaan,namun beberapa perusahaan berusaha untuk meminimalkan pajak dan mengoptimalkan laba perusahaan dengan berbagai cara melalui kebijakan perusahaan tetapi masih dalam koridor pengawasan dan tidak bertentangan dengan hukum.

Banyaknya faktor yang cukup penting dalam meningkatkan efisiensi ekonomi serta memaksimalkan laba yang berkualitas membuat perusahaan melakukan upaya untuk menurunkan beban pajak sehingga biaya yang dikeluarkan untuk


(24)

10 membayaar pajak bisa diminimalisir. Beberapa faktor yang dapat dijadikan acuan untuk melihat tariff pajak efektif adalah Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan. Sesuai dengan Karayan dan Swenson (2007) salah satu cara untuk mengukur seberapa baik perusahaan mengelola pajaknya adalah dengan melihat tariff efektifnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penlitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Komisaris Independen berpengaruh terhadap Effective tax

rate(ETR)?

2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Effective tax rate(ETR)?

3. Apakah Tingkat Hutang Perusahaan berpengaruh terhadap Effective tax

rate(ETR)?

4. Apakah Intensitas Aset Tetap berpengaruh terhadap Effective tax

rate(ETR)?

5. Apakah Intensitas Persediaan berpengaruh terhadap Effective tax

rate(ETR)?

6. Apakah Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan berpengaruh secara simultan terhadap Effective Tax Rate(ETR)?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk:


(25)

11 1. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang

ditimbulkan oleh Komisaris Independen terhadap Effective tax rate(ETR) 2. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang

ditimbulkan oleh Profitabilitas Perusahaan terhadap Effective tax

rate(ETR)

3. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh Tingkat Hutang terhadap Effective tax rate(ETR)

4. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh Intensitas Aset Tetap terhadap Effective tax rate(ETR) 5. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang

ditimbulkan oleh Intensitas Persediaan terhadap Effective tax rate(ETR) 6. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan pengaruh yang

ditimbulkan secara simultan oleh Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan terhadap

Effective Tax Rate(ETR)?

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini Penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut :

1. Bagi akademisi dan peneliti, dapat digunakan sebagai bukti empiris ilmu pengetahuan serta dapat menambah wawasan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.


(26)

12 2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai

sikap perusahaan terhadap kewajiban perpajakannya.

3. Bagi penulis, penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peraturan perpajakan pada perusahaan.


(27)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.

Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.

Manager bertugas untuk mengelola perusahaan dengan sebaik mungkin sehingga perusahaan akan menghasilkan laba yang cukup signifikan. Jumlah laba tersebut akan dilaporkan oleh pemilik sehingga pemilik dapat mengetahui seberapa efektif dan efisien kinerja manajer perusahaan. Adanya tanggung jawab yang lebih besar tersebut, menjadikan


(28)

14 manager menginginkan imbalan yang lebih besar juga. Dengan demikian dalam perusahaan terdapat dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan untuk mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan dan kepentingan bagaimana memegang tanggung jawab yang besar sehingga mendapatkan keuntungan yang besar juga.

Tujuan Teori Agensi adalah bagaimana perusahaan menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi yang mengalami ketidakpastian.

Teori Agensi pada penelitian ini menjelaskan bahwa adanya konflik yang akan timbul antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan termasuk perusahaan-perusahaan yang telah listing di BEI. Konflik tersebut terjadi ketika pemilik utama perusahaan tersebut adalah fiskus(pemerintah) sekaligus pembuat regulasi dalam hal perpajakan sementara di sisi lain terdapat pihak manajemen perusahaan sebagai pembayar pajak. Pihak fiskus yang merangkap sebagai pembuat regulasi berharap akan adanya pemasukan yang sebesar-besarnya dari sektor pajak sementara pada pihak manajemen terdapat pandangan bahwa pihak perusahaan harus menghasilkan laba sebesar-besarnya dari sektor pajak sementara manajemen terdapat pandangan bahwa perusahaan harus menghasilkan laba yang signifikan dengan menghasilkan beban pajak yang rendah. Terdapat dua sudut pandang yang berbeda tersebut dapat


(29)

15 menyebabkan adanya konflik antara pemilik perusahaan dengan pihak manajemen perusahaan.

2.1.2 Effective Tax Rate(ETR)

Effective Tax Rate atau Tarif Pajak efektif pada dasarnya adalah

sebuah presentase besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan.

Effective Tax Rate(ETR) dihitung atau dinilai berdasarkan informasi

keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga Effective tax

rate(ETR) merupakan perhitungan tarif pajak pada perusahaan. Effective Tax Rate(ETR) digunakan untuk merefleksikan perbedaan antara

perhitungan laba buku dengan laba fiscal(Frank, et al 2009)

Fullerton(1983) mengklasifikasikan Effective Tax Rate(ETR) sebagai berikut:

1.Average Effective Corporate Tax Rate: biaya pajak tahun berjalan dibagi dengan penghasilan perusahaan yang sebenarnya(laba sebelum pajak). 2.Average Effective Total Tax Rate: Besaran biaya pajak perusahaan ditambah pajak property ditambah bunga atas pajak pribadi dan dividen, dibagi dengan pendapatan total modal.

3.Marginal Effective Corporate Tax Rate Wedge: Besaran tarif penghasilan riil sebelum pajak yang diharapkan atas penghasilan dari investasi marginal, dikurangi penghasilan riil perusahaan sebelum pajak. 4.Marginal Effective Corporate Tax Rate : Pajak marginal efektif perusahaan dibagi penghasilan sebelum pajak(tax inclusive rate)atau dengan penghasilan setelah pajak(tax exclusive rate)

5.Marginal Effective Total Tax Wedge : Penghasilan sebelum pajak yang

diharapkan dalam marginal investasi dikurangi penghasilan setelah pajak sebagai penghematan atas penghasilan.


(30)

16 6. Marginal Effective Total Tax Rate : Total Pajak marginal efektif dibagi penghasilan sebelum pajak atau dengan penghematan pajak penghasilan yang dilakukan perusahaan.

Menurut Fullerton (1983) average effective tax rate relative lebih mudah untuk dihitung dan berguna untuk mengukur pendapatan dari pemilik modal,pendapatan pemerintah dan ukuran sektor publik. Sedangkan marginal effective rate lebih spesifik digunakan untuk menyelidiki dampak yang terjadi atas kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan(Hanum,2013).

2.1.3 Komisaris Independen

Komisaris Independen menurut Penjelasan Pasal 120 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas (UUPT) adalah “Komisaris dari pihak luar”. Pasal 120 ayat (2) UUPT juga mengatur bahwa komisaris independen diangkat dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya.

Selanjutnya dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit butir 1 b, diatur bahwa Komisaris Independen adalah anggota komisaris yang:

a. Berasal dari Emiten dan Perusahaan Publik.

b. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik.


(31)

17 c. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau perusahaan

public, Komisaris, Direksi, atau pemegang saham Utama Emiten atidau Perusahaan Publik.

d. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung ataupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten ataupun Perusahaan Publik.

Menurut Pasal 120 ayat (1) UUPT, keberadaan Komisaris Independen bergantung pada Anggaran Dasar Perseroan.

“Anggaran dasar Perseroan dapat mengatur adanya 1 (satu) orang atau lebih komisaris Independen dan 1 (satu) orang komisaris utusan”

Apabila Anggaran Dasar perseroan mengatur bahwa dalam Dewan Komisaris terdapat Komisaris Independen, maka keberadaan Komisaris Independen tersebut menjadi wajib.

Akan tetapi hal di atas tidak berlaku bagi perusahaan yang tercatat di bursa saham Indonesia. Untuk perusahaan-perusahaan tersebut, keberadaan Komisaris Independen ini diwajibkan dalam Peraturan Bapepam Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa Efek Jakarta huruf C butir 1, bahwa Perusahaan Tercatat wajib memiliki Komisaris Independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan jumlah Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah seluruh anggota komisaris.


(32)

18 2.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2005:118) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba perusahaan.

Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.

2.1.5 Tingkat Hutang

Hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi dimana hutang ini merupakan sumber pembiayaan eksternal yang digunakan perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya(Munawir dalam Rahmawati,2012)


(33)

19 Untuk tujuan pelaporan, hutang diklasifikasikan sebagai hutang lancar dan hutang jangka panjang. Suatu hutang yang berasal dari kegiatan operasional akan diklasifikasikan sebagai hutang lancar jika hutang ini akan dilunasi dengan menggunakan harta lancar dalam satu tahun ke depan atau dalam satu siklus operasi normal, yang mana yang lebih lama. Namun hutang yang berasal dari pinjaman bank, atau pinjaman lainnya diklasifikasikan menurut kriteria satu tahun. Suatu hutang yang jatuh tempo dalam satu tahun sejak tanggal neraca akan diklasifikasikan sebagai hutang lancar. Hutang dalam perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rasio leverage atau tingkat hutang dalam perusahaan. Ada dua macam penghitngan rasio leverage menurut Sawir (2004) yaitu

leverage keuangan berdasar nilai buku diukur dengan rasio nilai buku

seluruh hutang (debt = D) terhadap total aktiva (TA) sementara leverage keuangan berdasarkan nilai pasar diukur dengan rasio nilai buku seluruh hutang terhadap total nilai pasar perusahaan (total value = V).

Namun ternyata pengklasifikasian hutang menjadi lancar dan tidak lancar menjadi pertimbangan dalam pengukuran hutang. Secara umum hutang akan diukur sebesar nilai sekarang dari hutang tersebut yang merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan untuk melunasinya sekarang. Aturan ini lebih tepat untuk hutang tidak lancar. Sementara itu hutang yang berasal dari kegiatan operasional misalnya hutang gaji dan hutang usaha, umumnya hutang ini akan segera dilunasi sehingga selisih antara nilai jatuh tempo dengan nilai sekarang hutang tersebut tidak


(34)

20 material. Oleh karena itu hutang yang berasal dari operasional umumnya untuk tujuan praktis disajikan sebesar nilai jatuh temponya.

Untuk tujuan pengukuran, baik hutang lancar maupun tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Hutang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh dari hutang ini adalah nominal dari wesel atau obligasi.

2. Hutang yang jumlahnya harus diestimasi. Dilihat dari kepastiannya, hutang ini pasti terjadi namun jumlahnya belum diketahui secara pasti. Hutang garansi merupakan contohnya.

3. Hutang bersyarat (contingent liablility) yaitu suatu hutang yang akan muncul jika terjadi kejadian lain. Contohnya perusahaan dituntut dipengadilan oleh perusahaan lain. Perusahaan akan berkewajiban membayar uang jika pengadilan memenangkan perusahaan yang menuntut tersebut. Tingkat kemungkinan timbulnya hutang bersyarat dapat dibagi menjadi :

1. Probable : Tingkat kemungkinannya sangat tinggi dan bahkan

dapat dikatakan hampir pasti. Jika jumlah hutangnya dapat diestimasi dengan handal, maka hutang ini dicatat, jika jumlahnya sulit diestimasi maka keberadaan hutang ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.


(35)

21 2. Reasonable posible : Kemungkinan terjadinya 50% atau dapat

terjadi dapat pula tidak. Jika kondisinya demikian cukup diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

3. Remote : Kemungkinan terjadinya sangat kecil sehingga tidak

perlu dicatat dan dilaporkan kecuali untuk hutang jaminan pembayaran hutang walaupun tingkat kemungkinan terjadinya kewajiban kecil tetapi harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan

2.1.6 Intensitas Aset Tetap

Aset adalah kekayaan yang mempunyai manfaat ekonomi berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud yang dapat dikuasai oleh yang berhak akibat transaksi (Nafarin,2007). Aset juga dapat menggambarkan ukuran perusahaan karena jumlah aset yang dimiliki perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan. Aset pada perusahaan dibagi dua yaitu Aset Lancar dan Aset Tetap(Nafarin, 2007). Aset lancar adalah aset perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan dan mempunyai umur ekonomis paling lama yaitu satu tahun dalam siklus kegiatan perusahaan yang normal(Nafarin,2007)

Aset tetap dalam untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Jenis


(36)

22 tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam perlakua aset tetap merupakan subyek da

2.1.7 Intensitas Persediaan

Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999 adalah aktiva:

1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; 2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau

3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa

yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar kegiatan operasi perusahaan, yang harus dilakukan secara berturut-turut


(37)

23 untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen.

Freddy Rangkuty (2004:15), menyebutkan bahwa fungsi-fungsi persediaan adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan

perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam kuantitas dan waktu pengiriman.

2. Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan lot size ini perlu

mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan lain sebagainya).

3. Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman

(seasonal inventories). Di samping itu, perusahaan juga sering

menghadapi ketidakpastian jika waktu pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman


(38)

24 2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu N

o.

Nama Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Hanum(2013) Pengaruh Karakteristik Corporate Governance terhadap Effective Tax Rate Mempunyai variabel dependen berupa

Effective Tax Rate

Mempunyai variabel independen berupa komponen dari Corporate Governance yaitu Komisaris Independen Menggunakan sampel seluruh perusahaan BUMN Tahun 2009 – 2011 yang terdaftar di BEI, Mempunyai variabel independen Karakteristik dari Corporate Governance Menemukan hubungan yang positif antara Komisaris Independen,Komit e Audit dan Investor Institutional terhadap Effective

Tax Rate.

2. Desi Handayani (2013) Pengaruh kecakapan manajerial, set kesempatan investasi dan kepemilikan pemerintah terhadap tarif pajak efektif

Mempunyai variabel dependen berupa

Effective Tax Rate

Menggunakan sampel perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 Mempunyai variabel independen berupa Pengaruh kecakapan manajerial, set kesempatan investasi dan kepemilikan pemerintah Menemukan pengaruh yang positif antara tarif pajak efektif dengan set kesempatan investasi dan kepemilikan pemerintah, sedang kan set kesempatan investasi memiliki hubungan negative terhadap tariff pajak efektif 3. Andri Adi

Nugroho(2011) Pengaruh Hubungan Politik dan Reformasi Perpajakan Terhadap Tarif Pajak Efektif Mempunyai variabel dependen berupa Tarif Pajak Efektif Mempunyai Variabel Kontrol yaitu Profitabilitas

Menggunakan sampel semua perusahaan yang terdaftar di BEI Tahun 2008- 2009 yang berbasis Industri. Pengukuran Variabel independen Penguasa yang memiliki hubungan politik dengan pemerintah tidak berpengaruh terhadap effective tax rate dan Reformasi perpajakan


(39)

25 Sumber : Hasil Olahan peneliti, 2015.

menggunakan Hubungan Politik dan. Reformasi Perpajakan. Menggunakan

variable Kontrol yaitu ukuran

perusahaan,tingkat pendanaan,tingkat investasi,profitabilitas dan jenis industry.

berpengaruh terhadap effective tax Rate

perusahaan.

4. Darmadi (2013)

Analisis Faktor yang mempengaruhi Manajemen Pajak dengan indikator Tarif Pajak Efektif

variable independen yang digunakan yaitu Profitabilitas, Tingkat hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan. Variabel dependen adalah manajemen pajak dengan indikator yang digunakan Tarif Pajak Efektif. Menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2012 Mempunyai variabel Independen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Fasilitas Perpajakan.

Ukuran perusahaan dan Tingkat hutang memiliki pengaruh yang negative terhadap Tarif pajak efektif sedangkan Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Fasilitas Perpajakan memiliki pengaruh positif terhadap tarif pajak efektif


(40)

26 2.3 Kerangka Konseptual

Perusahaan akan menggunakan manajemen pajak untuk menekan beban pajaknya agar tidak memberatkan keuangan perusahaan. Dengan adanya teori agensi, maka manajer sebagai agent berusaha untuk memaksimalkan laba perusahaan dengan membuat beban pajak menjadi kecil sehingga manajer akan mendapat kompensasi kinerja yang maksimal. Perusahaan akan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan untuk menekan beban pajak dan mengefektifkan manajemen pajaknya. Beberapa cara yang mungkin dilakukan oleh perusahaan adalah dengan memanfaatkann Komisaris Independ, memanfaatkan tingkat hutang perusahaan, memanfaatkan profitabilitas perusahaan, memanfaatkan intensitas aset tetap dan intensitas persediaan. Berdasarkan penjabaran di atas, maka disusun kerangka penelitian pada gambar 2.1


(41)

27 H1

H2

H3

H4 H5

H6

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Profitabilitas (X2)

Tingkat Hutang (X3) Komisaris Independen

( X1)

Intensitas Aset Tetap (X4)

Effective Tax Rate

(Y)

Intensitas persediann(X5)


(42)

28 2.4 Penjelasan Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tarif Pajak Efektif

Komisaris Independen diperlukan untuk meningkatkan independensi Dewan Komisaris dari manajemen. Komisaris independen merupakan bagian yang berasal dari luar manajemen sehingga komisaris independen cenderung untuk tidak terpengaruh oleh tindakan manajemen, mereka cenderung mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas kepada para stakeholder-nya. Minnick dan Noga (2010) melihat aspek dari sisi positif yang menyangkut pada nilai perusahaan setelah pajak, yang kemudian meningkatkan kekayaan pemegang saham serta memberikan dorongan yang signifikan dari bottom line performance.

Penelitian yang dilakukan oleh Sabli dan Noor (2012) menyimpulkan bahwa komisaris independen melakukan pengawasan yang sangat baik dengan mengarahkan perusahaan berdasarkan pada aturan yang telah ditetapkan. Komisaris independen bersama dewan komisaris yang lain bersama-sama melaksanakan tugas pengawasan dan menentukan strategi kebijakan jangka panjang maupun jangka pendek yang menguntungkan bagi perusahaan namun tidak melanggar hukum termasuk dalam penentuan strategi yang terkait dengan pajak. asimetri informasi yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan para stakeholder. Dengan adanya komisaris independen maka dalam setiap perumusan


(43)

29 strategi perusahaan yang dilakukan oleh dewan komisaris beserta manajemen perusahaan dan para stakeholder akan memberikan jaminan hasil yang efektif dan efisien termasuk pada kebijakan mengenai besaran tarif pajak efektif perusahaan, sehingga mengarah ke hipotesis pertama sebagai berikut:

H1: Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap Effective Tax Rate (ETR)

2.4.2 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Tarif Pajak Efektif

Adanya teori agensi akan memacu para manajer untuk meningkatkan laba perusahaan. Ketika laba yang diperoleh membesar, maka secara otomatis jumlah pajak penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan laba perusahaan.

Manajer sebagai agent dalam agensi teori akan berusaha meminimalisir pajak agar tidak mengurangi kompensasi kinerja manajer sebagai akibat dari tergerusnya laba perusahaan oleh beban pajak.

Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat membayar pajak lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah. Penyebabnya adalah karena pajak penghasilan perusahaan akan dikenakan berdasarkan besarnya penghasilan yang diterima oleh Undang-undang No. 36 Tahun 2008


(44)

30 pasal 1 menjelaskan bahwa pajak penghasilan dibebankan kepada subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam tahun pajak. Richardson dan Lanis (2007) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih rendah.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Roman dan Lanis (2007) profitabilitas digambarkan dengan ROA. Tingkat ROA perusahaan yang semakin tinggi menyebabkan tarif pajak efektif semakin tinggi, karena adanya dasar pengenaan pajak penghasilan adalah penghasilan yang diperoleh dan diterima oleh perusahaan. Dari uraian diatas didapat hipotesa ketiga yaitu:

H3: Tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap Effective Tax Rate (ETR)

2.4.3 Pengaruh Tingkat Hutang Perusahaan Terhadap Tarif Pajak Efektif

Berdasarkan teori keagenan, hutang dapat digunakan oleh manajer untuk menekan biaya pajak perusahaaan dengan memanfaatkan biaya bunga hutang. Jika biaya bunga hutang dapat digunakan untuk menekan beban pajak, maka ada kemungkinan manajer memilih menggunakan hutang untuk pendanaan guna mendapatkan benefit berupa biaya bunga hutang. Biaya bunga hutang yang timbul perusahaan. Ketika manajer dapat meningkatkan kinerja perusahaan, maka manajer akan mendapat


(45)

31 keuntungan peningkatan kompensasi.

Biaya hutang yang timbul karena adanya hutang dapat menjadi faktor pengurang pajak. Prabowo (2006) menjelaskan bahwa bunga pinjaman baik yang dibayar maupun yang belum dibayar pada saat jatuh tempo adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003), dijelaskan bahwa hutang perusahaan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif yang menggambarkan bahwa hutang perusahaan dapat membantu mengurangi beban pajak perusahaan. Dari uraian diatas dapat diambil hipotesa kedua yaitu:

H2: Hutang perusahaan berpengaruh negatif terhadap Effective Tax Rate (ETR)

2.4.4 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Perusahaan Terhadap Tarif Pajak Efektif

Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan banyaknya investasi perusahaan terhadap aset tetap perusahaan. Intensitas aset tetap perusahaan dapat mengurangi pajak karena adanya depresiasi yang melekat dalam aset tetap. Seperti yang dijelaskan oleh Blocher (2007) yaitu beban depresiasi memiliki pengaruh pajak dengan bertindak sebagai pengurang pajak.


(46)

32 manajer untuk menekan jumlah beban pajak perusahaan. Manajer akan menginvestasikan dana menganggur perusahaan untuk berinvestasi dalam aset tetap, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa depresiasi yang dapat digunakan sebagai pengurang pajak. Dengan memanfaatkan adanya depresiasi, manajer dapat meningkatkan kinerja perusahaan untuk tercapainya kompensasi kinerja manajer yang diinginkan. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan Derashid dan Zhang (2003), Richardson dan Lanis (2007) dan Noor et al.(2010) mendapatkan hasil bahwa variabel intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif sehingga variabel intesitas aset tetap berpengaruh positif manajemen pajak. Dengan adanya uraian diatas didapat hipotesa keempat yaitu:

H4: Intensitas Aset Tetap perusahaan berpengaruh negatif terhadap Effective Tax Rate (ETR)

2.4.5 Pengaruh Intensitas Persediaan perusahaan Terhadap Tarif Pajak Efektif

Intensitas persediaan menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan kekayaannya pada persediaan. Besarnya Intensitas persediaan dapat menimbulkan biaya tambahan antara lain adanya biaya penyimpanan dan biaya yang timbul akibat adanya kerusakan barang (Herjanto, 2007). PSAK No. 14 mengatur biaya yang timbul atas kepemilikan persediaan yang besar harus dikeluarkan dari dari biaya


(47)

33 persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya biaya. Biaya tambahan atas adanya persediaan yang besar akan menyebabkan penurunan laba perusahaan.

Dalam agensi teori, manajer akan berusaha meminimalisir beban tambahan karena banyaknya persediaan agar tidak mengurangi laba perusahaan. Disisi lain, manajer akan memaksimalkan biaya tambahan yang terpaksa ditanggung untuk menekan beban pajak. Cara yang akan digunakan manajer adalah dengan membebankan biaya tambahan persediaan untuk menurunkan laba perusahaan sehingga dapat menurunkan beban pajak perusahaan. Jika laba perusahaaan mengecil, maka akan menyebabkan menurunnya pajak yang dibayarkan oleh perusahaan. Dari uraian diatas dapat diambil hipotesa kelima yaitu:

H5: Intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap Effective Tax Rate (ETR)


(48)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian eksplanatif

(explanative research) yang berguna untuk menjelaskan hubungan antar suatu

fenomena atau variabel. Hubungan tersebut bisa berupa hubungan korelasional atau saling berhubungan, sumbangan atau kontribusi suatu variabel terhadap variabel lainnya. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain kausal yang berguna untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya, dalam hal ini yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini yaitu Komisaris Independen, Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan. Sedangkan variabel dependennya yaitu Effective Tax

Rate(ETR).

3.2 Batasan Operasional

Batasan operasional yaitu penarikan batasan yang menjelaskan ciri-ciri spesifik dengan lebih substantif dari suatu konsep. Hal ini bertujuan untuk mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya. Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah bahwa data yang digunakan adalah adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2014. Selain itu,


(49)

elemen-35 elemen dari hal perusahaan mekanisme corporate governance yang akan diteliti adalah komisaris independen dan adanya variabel independen tambahan yaitu Profitabilitas, Tingkat Hutang, Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan.

3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, telah dirumuskan beberapa hipotesis, untuk mendukung hipotesis yang dibuat, maka diperlukan tujuh variabel. Yaitu lima variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain baik secara positif maupun negatif (Sekaran, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Komisaris Independen (X1), Tingkat Hutang (X2), Profitabilitas (X3), Intensitas Aset Tetap (X4), dan Intensitas Persediaan (X5). Variabel dependen dijelaskan oleh Sekaran (2007) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Effective Tax

Rate (ETR).

Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1.Effective Tax Rate (ETR)

Effective tax rate semakin baik apabila nilai effective tax rate semakin

rendah. Deviani [12]dalam penelitiannya membedakan beban pajak perusahaan atas beban pajak kini dan beban pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan mencerminkan besarnya beda waktu yang dikalikan dengan suatu tarif pajak marginal. Beban pajak tangguhan ini muncul karena adanya perbedaan waktu


(50)

36 pengakuan penghasilan menurut akuntansi dan pajak. Beban pajak kini mencerminkan adanya perbedaan waktu dan perbedaan tetap sebagai akibat adanya perbedaan aturan perpajakan dengan standar akuntansi. Price waterhouse Cooper(PWC) merumuskan tarif pajak efektif sebagai total pajak terutang dibagi dengan penghasilan sebelum pajak. Total pajak penghasilan terutang merupakan beban pajak yang dibayarkan pada tahun berjalan.

Menurut Rodriguez dan Arias (2012) effective tax rate dapat dihitung dari beban pajak kini dibagi dengan laba sebelum pajak. Digunakan beban pajak kini karena dengan beban pajak kini dimungkinkan untuk melakukan pemilihan kebijakan-kebiajakan yang terkait dengan perpajakan akuntansi sehingga dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Beban Pajak Penghasilan Tarif Pajak Efektif =

Laba Sebelum Pajak 2. Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan komisaris yang berasal dari luar perusahaan yang tidak mempunyai saham dalam perusahaan, dan tidak mempunyai hubungan baik langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan kegiatan perusahaan. Variabel ini diukur dengan membagi jumlah komisaris independen dengan jumlah jumlah dewan komisaris (Bakri, 2008)

Jumlah Komisaris Independen KOMISARIS INDEPENDEN =


(51)

37 3. Tingkat Hutang Perusahaan

Definisi hutang adalah salah satu sumber pendanaan yang dapat digunakan perusahaan untuk membiayai pengeluarannya. Rasio hutang digunakan untuk menggambarkan total aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang.

Hutang dalam penelitian ini di proxy dengan rasio hutang perusahaan. Rasio hutang dapat dihitung dengan cara membandingkan nilai buku seluruh hutang (debt = D) dibagi dengan total aktiva. Berdasarkan penjelasan diatas, maka pengukuran tingkat hutang perusahaan dapat diukur dengan cara:

Total Hutang

RASIO HUTANG =

Total Aset

Total hutang yang digunakan untuk menghitung rasio hutang adalah total hutang perusahaan yang tertera dalam neraca baik hutang jangka pendek dan jangka panjang. Total aset yang digunakan adalah total aset perusahaan baik aset lancar maupun aset tidak lancar sesuai dengan yang tertera dalam neraca keuangan perusahaan.

4. Profitabilitas

Definisi profitabilitas adalah ukuran untuk menilai efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara modal yang digunakan dengan laba operasi yang dicapai. Penelitian ini menggunakan proxy rasio return on aset (ROA) untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan dapat dihitung dengan cara:


(52)

38 Laba Sebelum Pajak

ROA =

Total Aset

Laba sebelum pajak yang digunakan dalam penghitungan rasio ROA adalah laba sebelum pajak yang tercantum dalam laporan laba/rugi perusahaan. Untuk total aset, digunakan total aset baik aset lancar maupun aset tidak lancar yang tercantum dalam neraca. Dasar penggunaan laba sebelum pajak yang digunakan untuk menghitung ROA adalah karena dengan menggunakan laba sebelum pajak, dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas operasi tanpa terpengaruh keputusan investasi dan pajak.

5. Intensitas Aset Tetap

Definisi intensitas aset tetap adalah gambaran besarnya aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan proxy intensitas aset tetap untuk menggambarkan intensitas aset tetap perusahaan. Intensitas aset tetap perusahaan dalam penelitian ini dapat dihitung dengan cara total aset tetap yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total aset perusahaan, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

Total Aset Tetap INTENSITAS ASET TETAP =

Total Aset

Total aset tetap adalah jumlah aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang tercantum dalam neraca mencakup tanah, bangunan dan peralatan. Total aset dalam penghitungan intensitas aset tetap menggunakan nilai total aset perusahaan


(53)

39 yang tercantum dalam neraca perusahaan.

6. Intensitas Persediaan

Intensitas persediaan merupakan cerminan dari seberapa besar perusahaan berinvestasi terhadap persediaan yang ada dalam perusahaan. Variabel intensitas aset tetap menggunakan proxy rasio intensitas persediaan. Rasio Intensitas persediaan dapat dihitung dengan cara nilai persediaan yang ada dalam perusahaan dibandingkan dengan total aset perusahaan. Melalui penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa intensitas persediaan dapat diukur dengan cara:

Persediaan INTENSITAS PERSEDIAAN =

Total Aset

Total aset dalam penghitungan intensitas persediaan menggunakan nilai total aset perusahaan yang tercantum dalam neraca perusahaan. Persediaan yang digunakan dalam penghitungan adalah persediaan yang tercantum dalam neraca.

3.4 Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian faktor yang mempengaruhi Effective tax rate adalah metode purposive sampling. Jogiyanto (2004) menjelaskan bahwa

purposive sampling dilakukan dengan non random sampling mengambil sampel


(54)

40 Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2013-2014

2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dengan lengkap dan telah diaudit oleh Auditor Independen.

Kelengkapan laporan keuangan sangat diperlukan dalam penilaian variabel-variabel penelitian, sehingga perusahaan yang tidak lengkap laporan keuangannya tidak termasuk dalam sampel penelitian.

3. Perusahaan yang mengalami laba selama dua tahun berturut-turut.

Kriteria ini digunakan karena pajak penghasilan dikenakan atas laba yang diperoleh perusahaan, sehingga ketika perusahaan merugi, perusahaan tidak dikenai pajak penghasilan.

4. Perusahaan manufaktur yang mempunyai Komisaris Independen.

5. Mengunakan mata uang rupiah dalam penilaian laporan keuangannya

Kriteria ini digunakan untuk pemilihan sampel karena sebagian besar perusahaan di Indonesia menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangannya. Perusahaan yang menggunakan mata uang dolar dalam laporan keuangannya kurang mewakili keadaan perusahaan manufaktur di Indonesia.


(55)

41 6. Perusahaan yang beban pajak penghasilannya negatif

Perusahaan yang memiliki beban pajak penghasilannya negatif menggambarkan bahwa beban pajak penghasilan merupakan pengurang penghasilan. Oleh karena itu, perusahaan yang beban pajaknya positif tidak temasuk dalam sampel penelitian ini.

Berdasarkan kriteria penelitian sampel tersebut maka didapat sampel perusahaan berjumlah 64 perusahaan dengan 2 tahun pengamatan, sehingga total sampel keseluruhan menjadi 128 sampel.

3.5 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dibuat atau dikumpulkan oleh pihak luar (Sekaran, 2007). Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Annual report, dan mengakses website Bursa Efek Indonesia melalui internet(www.idx.co.id)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka dan dokumentasi.

1. Studi pustaka, yaitu dilakukan dengan cara membaca buku-buku atau jurnal di dalam perpustakaan dimana terdapat referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian.


(56)

42 2. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji

dokumen-dokumen tentang data keuangan pada perusahaan manufaktur periode 2013-2014 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.

3.7 Metode Analisis

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Pengujian statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai

mean, maksimum, minimum dan standar deviasi. Dengan menggunakan

statistik deskriptif data dapat tersaji dengan ringkas sehingga dapat terlihat ukuran persebaran datanya normal atau tidak.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

3.7.2.1 Uji Multikolonieritas

Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

1. Matrik korelasi variabel independen.

Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan


(57)

43 adanya multikolonieritas (Ghozali, 2011)

2. Nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF)

Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregresikan terhadap variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai

tolerance<0,10 atau sama dengan nilai VIF >10 (Ghozali, 2011).

3.7.2.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dalam model regresi linear. Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan Uji Run Test. Run test sebagai bagian dari statistic non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat


(58)

44 apakah data residual terjadi secara random atau tidak.

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance tetap maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Salah satunya adalah dengan melihat pola tertentu pada grafik scatterplot antara residualnya dengan variabel terikat.

3.7.2.4 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan distribusi variabel pengganggu atau residual. Menurut Ghozali (2011) ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan cara berikut:


(59)

45 1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.

2. Analisis Statistik

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati, karena secara visual kelihatan normal. Oleh sebab itu sebaiknya uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji Komlogorov-Kolmogorov-Smirnov (K-S) dilakukan

dengan melihat angka probabilitasnya dengan ketentuan (Ghozali, 2011) :

1. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi dikatakan tidak normal.

2. Nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya > 0,05 maka distribusi dikatakan normal.


(60)

46 3.7.3 Analisis Regresi Berganda

Metode regresi berganda diterapkan dalam penelitian ini karena selain untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antar variabel, apakah memiliki hubungan positif atau negatif. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

effective tax rate. Sedangkan untuk variabel independen yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu karakter Komisaris Independen, Profitabilitas, Hutang Perusahaan, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan. Model regresi dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ETR = α + β1INDEP + β2PROF + β TINGHUT + β 4INASTEP + β 5INPERS + € Dimana:

ETR = effective tax rate

α = konstanta

β = koefisien garis regresi INDEP = komisaris independen

PROF = profitability

TINGHUT = Tingkat Hutang

INASTEP = Intensitas Aset Tetap

INPERS = Intensitas Persediaan


(61)

47 3.7.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).

Apabila koefisien daterminasi (R2 )=0 berarti tidak ada hubungan antara variable independen dengan variabel dependen, sebaliknya untuk koefisien determinasi (R2 )=1 maka terdapat hubungan yang sempurna. Digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi apabila regresi variabel bebas lebih dari dua.

3.7.2 Uji Simultan dengan F-Test

Berdasarkan Ghozali (2011) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan menggunakan tingkat signifikasi 0,05. Penolakan atau penerimaan hipotesis berdasarkan kriteria sebagai berikut: Pengujian Hipotesis Distribusi F pada model regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Rumusan hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:


(62)

48 1.Terima H0 (tolak Ha) bila Fhitung ≤ Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya apabila > 0.05; artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

2.Tolak H0 (terima Ha) bila Fhitung> Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat

3.7.3 Uji Parsial dengan T-Test

Uji statistik T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Penolakan atau penerimaan hipotesis berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. H0 diterima bila ttabel > thitung, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya apabila > 0.05; artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. 2. Ha diterima bila thitung> ttabel, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya

apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.


(63)

49 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dari data-data dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Statistik Deskiptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KIND 128 .0000 1.0000 .391012 .1271132

PROF 128 .0036 .8849 .118790 .1153241

THUT 128 .0662 3.4300 .419649 .3251931

INASEP 128 .0143 .8431 .343980 .1879508

INPERS 128 .0190 .9740 .220786 .1462089

ETR 128 .0000 .9611 .289635 .1731692

Valid N (listwise) 128

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dideskripsikan bahwa Effective Tax Rate sebagai variabel Y memiliki nilai minimum 0,00000 nilai maksimum 0,9611 nilai rata – rata 0,289635 dan standar deviasinya 0.1731692 dengan jumlah pengamatan 128 unit analisis

Pada variabel Komisaris Independen yang diukur dengan jumlah komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris sebagai variabel X1 menunjukkan nilai minimum 0 nilai maksimum 1 nilai rata – rata 0,391012 dan standar deviasinya 0, 1271132 dengan jumlah pengamatan 128 unit analisis


(64)

50 Pada variabel Profitabilitas yang diukur dengan jumlah laba sebelum pajak terhadap jumlah total aset sebagai variabel X2 menunjukkan nilai minimum 0,0036 nilai maksimum 0,8849 nilai rata – rata 0,118790 dan standar deviasinya 0,1153241 dengan jumlah pengamatan 128 unit analisis.

Pada variabel Tingkat Hutang yang diukur dengan jumlah total hutang terhadap jumlah total aset sebagai variabel X3 menunjukkan nilai minimum 0,0662 nilai maksimum 3,4300 nilai rata – rata 0,4196494 dan standar deviasinya 0,3251931 dengan jumlah pengamatan 128 unit analisis.

Pada variabel Intensitas Aset Tetap yang diukur dengan jumlah total aset tetap terhadap jumlah total aset sebagai variabel X4 menunjukkan nilai minimum 0,0143 nilai maksimum 0,8431 nilai rata – rata 0,343980 dan standar deviasinya 0,1879508 dengan jumlah pengamatan 128 unit analisis.

Pada variabel Tingkat Intensitas Persediaan yang diukur dengan jumlah persediaan terhadap jumlah total Aset sebagai variabel X5 menunjukkan nilai minimum 0,0190 nilai maksimum 0,9740 nilai rata – rata 0,220786 dan standar deviasinya 0, 1462089 dengan jumlah pengamatan 128 unit analisis.

4.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.1 Uji Multikolonieritas

Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian ini menggunakan matriks korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar variabel independen. Hasil Tabel 4.2 menunjukkan tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.


(65)

51 Tabel 4.2

Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .246 .066 3.724 .000

KIND .124 .119 .091 1.039 .301 .951 1.052

PROF -.414 .129 -.276 -3.205 .002 .982 1.018

THUT .041 .058 .077 .705 .482 .608 1.645

INASEP .118 .093 .128 1.274 .205 .722 1.386

INPERS -.060 .133 -.051 -.455 .650 .580 1.724

a. Dependent Variable: ETR

Dari tabel di atas menunjukkan hasil sebagai berikut :

a. Variabel Komisaris Independen (KIND) tidak terjadi multikolinearitas karena nilai tolerance sebesar 0,951 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,052 < 10.

b. Variabel Profitabilitas (PROF) tidak terjadi multikolinearitas karena nilai tolerance sebesar 0,982 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,018 < 10.

c. Variabel Tingkat Hutang(THUT) tidak terjadi multikolinearitas karena nilai tolerance sebesar 0,608 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,645 < 10.

d. Variabel Intensitas Aset Tetap(INASEP) tidak terjadi multikolinearitas karena nilai tolerance sebesar 0,722 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,386 < 10.


(66)

52 e. Variabel Intensitas Persediaan (INPERS) tidak terjadi

multikolinearitas karena nilai tolerance sebesar 0,580 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,724 < 10.

4.2.2 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu sama lainnya. (Ghozali,2005).

Uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Run Test.

Tabel 4.3 Uji Run Test

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.01233

Cases < Test Value 64 Cases >= Test Value 64

Total Cases 128

Number of Runs 60

Z -.887

Asymp. Sig.

(2-tailed) .375


(1)

79

30 PRAS 0.33 0.02 0.49 0.56 0.19

31 SMSM 0.33 0.27 0.41 0.29 0.23

32 RICY 0.33 0.01 0.66 0.24 0.37

33 UNIT 0.50 0.01 0.47 0.80 0.10

34 TRIS 0.33 0.14 0.36 0.20 0.29

35 BATA 0.40 0.09 0.42 0.31 0.41

36 STAR 0.25 0.01 0.35 0.44 0.09

37 JECC 0.67 0.04 0.88 0.11 0.37

38 KBLI 0.33 0.08 0.34 0.29 0.22

39 KBLM 0.33 0.02 0.59 0.46 0.16

40 SCCO 0.33 0.47 3.43 0.83 0.97

41 CEKA 0.33 0.08 0.51 0.20 0.34

42 DLTA 0.40 0.31 0.22 0.11 0.20

43 ICBP 0.43 0.14 0.38 0.23 0.13

44 INDF 0.38 0.05 0.51 0.29 0.11

45 MLBI 0.43 0.88 0.45 0.57 0.09

46 MYOR 0.40 0.14 0.60 0.32 0.15

47 ROTI 0.33 0.12 0.57 0.64 0.02

48 SKLT 0.33 0.05 0.54 0.42 0.23

49 ULTJ 0.33 0.16 0.28 0.34 0.19

50 ADES 0.33 0.13 0.40 0.32 0.19

51 SKBM 0.33 0.16 0.60 0.30 0.18

52 GGRM 0.33 0.12 0.42 0.29 0.60

53 WIIM 0.33 0.14 0.36 0.18 0.56

54 DVLA 0.29 0.15 0.23 0.20 0.17

55 KAEF 0.40 0.12 0.34 0.20 0.26

56 KLBF 0.33 0.23 0.25 0.26 0.27

57 MERK 0.33 0.28 0.27 0.09 0.36

58 PYFA 0.33 0.05 0.46 0.01 0.20

59 TSPC 0.75 0.15 0.29 0.22 0.19

60 SIDO 0.33 0.20 0.11 0.19 0.10

61 SIPD 0.67 0.00 0.59 0.50 0.16

62 MBTO 0.33 0.04 0.26 0.22 0.09

63 TCID 0.40 0.15 0.19 0.47 0.23


(2)

80 LAMPIRAN III

OUTPUT HASIL PENGUJIAN DATA SPSS REGRESI BERGANDA

Hasil Uji Deskriptif Statistik

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KIND 128 .0000 1.0000 .391012 .1271132

PROF 128 .0036 .8849 .118790 .1153241

THUT 128 .0662 3.4300 .419649 .3251931

INASEP 128 .0143 .8431 .343980 .1879508

INPERS 128 .0190 .9740 .220786 .1462089

ETR 128 .0000 .9611 .289635 .1731692

Valid N (listwise) 128

Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .246 .066 3.724 .000

KIND .124 .119 .091 1.039 .301 .951 1.052

PROF -.414 .129 -.276 -3.205 .002 .982 1.018

THUT .041 .058 .077 .705 .482 .608 1.645

INASEP .118 .093 .128 1.274 .205 .722 1.386

INPERS -.060 .133 -.051 -.455 .650 .580 1.724


(3)

81 Uji Run Test

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.01233

Cases < Test Value 64 Cases >= Test Value 64

Total Cases 128

Number of Runs 60

Z -.887

Asymp. Sig.

(2-tailed) .375

a. Median


(4)

82 Grafik P-Plot


(5)

83 Uji Kolmogrov-smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz ed Residual

N 128

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .16323460

Most Extreme Differences

Absolute .188

Positive .188

Negative -.132

Kolmogorov-Smirnov Z 2.130

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal.

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .334a .111 .075 .1665460

a. Predictors: (Constant), INPERS, PROF, KIND, INASEP, THUT


(6)

84 Uji F (Simultan)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .424 5 .085 3.060 .012a

Residual 3.384 122 .028

Total 3.808 127

a. Predictors: (Constant), INPERS, PROF, KIND, INASEP, THUT

b. Dependent Variable: ETR

Uji T (Parsial)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .246 .066 3.724 .000

KIND .124 .119 .091 1.039 .301 .951 1.052

PROF -.414 .129 -.276 -3.205 .002 .982 1.018

THUT .041 .058 .077 .705 .482 .608 1.645

INASEP .118 .093 .128 1.274 .205 .722 1.386

INPERS -.060 .133 -.051 -.455 .650 .580 1.724


Dokumen yang terkait

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, PROFITABILITAS, INTENSITAS ASET TETAP, INTENSITAS PERSEDIAAN DAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)

12 65 144

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, PROFITABILITAS, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN RASIO TOBIN Q TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 37

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, INTENSITAS MODAL, INTENSITAS PERSEDIAAN, DAN REFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE DI PERUSAHAAN INDUSTRI DAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2006 – 2011.

0 0 19

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, INTENSITAS MODAL, INTENSITAS PERSEDIAAN, DAN REFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE DI PERUSAHAAN INDUSTRI DAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2006 – 2011.

0 1 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - PENGARUH UKURAN PERUSAHAN, LEVERAGE, INTENSITAS MODAL, INTENSITAS PERSEDIAAN, DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE PERUSAHAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDO

0 1 16

PENGARUH INTENSITAS ASET TETAP DAN TINGKAT HUTANG PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN PAJAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 13

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Effective Tax Rate Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia - Ubharajaya Repository

0 0 15

BAB I - Pengaruh Profitabilitas Terhadap Effective Tax Rate Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia - Ubharajaya Repository

0 0 7

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, INTENSITAS ASET TETAP, INTENSITAS PERSEDIAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015)

0 0 14

HALAMAN JUDUL - PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS ASET TETAP, UKURAN PERUSAHAAN, KONEKSI POLITIK DAN PROFITABILITAS TERHADAP TAX AVOIDANCE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

0 0 17