15
menyebabkan adanya konflik antara pemilik perusahaan dengan pihak manajemen perusahaan.
2.1.2 Effective Tax RateETR
Effective Tax Rate atau Tarif Pajak efektif pada dasarnya adalah sebuah presentase besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan.
Effective Tax RateETR dihitung atau dinilai berdasarkan informasi keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga Effective tax
rateETR merupakan perhitungan tarif pajak pada perusahaan. Effective Tax RateETR digunakan untuk merefleksikan perbedaan antara
perhitungan laba buku dengan laba fiscalFrank, et al 2009 Fullerton1983 mengklasifikasikan Effective Tax RateETR
sebagai berikut: 1.Average Effective Corporate Tax Rate: biaya pajak tahun berjalan dibagi
dengan penghasilan perusahaan yang sebenarnyalaba sebelum pajak. 2.Average Effective Total Tax Rate: Besaran biaya pajak perusahaan
ditambah pajak property ditambah bunga atas pajak pribadi dan dividen, dibagi dengan pendapatan total modal.
3.Marginal Effective Corporate Tax Rate Wedge: Besaran tarif penghasilan riil sebelum pajak yang diharapkan atas penghasilan dari
investasi marginal, dikurangi penghasilan riil perusahaan sebelum pajak.
4.Marginal Effective Corporate Tax Rate : Pajak marginal efektif perusahaan dibagi penghasilan sebelum pajaktax inclusive rateatau
dengan penghasilan setelah pajaktax exclusive rate 5.Marginal Effective Total Tax Wedge : Penghasilan sebelum pajak yang
diharapkan dalam marginal investasi dikurangi penghasilan setelah pajak sebagai penghematan atas penghasilan.
16
6. Marginal Effective Total Tax Rate : Total Pajak marginal efektif dibagi penghasilan sebelum pajak atau dengan penghematan pajak penghasilan
yang dilakukan perusahaan.
Menurut Fullerton 1983 average effective tax rate relative lebih mudah untuk dihitung dan berguna untuk mengukur pendapatan dari
pemilik modal,pendapatan pemerintah dan ukuran sektor publik. Sedangkan marginal effective rate lebih spesifik digunakan untuk
menyelidiki dampak yang terjadi atas kegiatan investasi yang dilakukan perusahaanHanum,2013.
2.1.3 Komisaris Independen
Komisaris Independen menurut Penjelasan Pasal 120 ayat 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas UUPT
adalah “Komisaris dari pihak luar”. Pasal 120 ayat 2 UUPT juga mengatur bahwa komisaris independen diangkat dari pihak yang tidak
terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi danatau anggota Dewan Komisaris lainnya.
Selanjutnya dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit butir 1 b,
diatur bahwa Komisaris Independen adalah anggota komisaris yang:
a. Berasal dari Emiten dan Perusahaan Publik.
b. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
Emiten atau Perusahaan Publik.
17
c. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau perusahaan
public, Komisaris, Direksi, atau pemegang saham Utama Emiten atidau Perusahaan Publik.
d. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung ataupun tidak langsung
yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten ataupun Perusahaan Publik.
Menurut Pasal 120 ayat 1 UUPT, keberadaan Komisaris Independen bergantung pada Anggaran Dasar Perseroan.
“Anggaran dasar Perseroan dapat mengatur adanya 1 satu orang atau lebih komisaris Independen dan 1 satu orang komisaris utusan”
Apabila Anggaran Dasar perseroan mengatur bahwa dalam Dewan Komisaris terdapat Komisaris Independen, maka keberadaan Komisaris
Independen tersebut menjadi wajib. Akan tetapi hal di atas tidak berlaku bagi perusahaan yang tercatat
di bursa saham Indonesia. Untuk perusahaan-perusahaan tersebut, keberadaan Komisaris Independen ini diwajibkan dalam Peraturan
Bapepam Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa Efek Jakarta huruf C butir 1, bahwa Perusahaan Tercatat
wajib memiliki Komisaris Independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan
Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan jumlah Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30 tiga puluh perseratus dari jumlah
seluruh anggota komisaris.
18
2.1.4 Profitabilitas