2.11 Pengujian SEM Scanning Electron Microscope
SEM  Scanning  Electron  Microscope  adalah  salah  satu  jenis  mikroscop electron  yang  menggunakan  berkas  electron untuk  menggambarkan  bentuk
permukaan  dari  material  yang  dianalisis.  Prinsip  kerja  dari  SEM  ini  adalah dengan menggambarkan permukaan benda atau  material dengan berkas  electron
yang  dipantulkan  dengan  energy  tinggi.  Permukaan  material  yang  disinari  atau terkena  berkas  electron  akan  memantulkan  kembali  berkas  electron  atau
dinamakan  berkas  electron  sekunder  ke  segala  arah.  Tetapi  dari  semua  berkas electron yang dipantulkan terdapat satu berkas electron yang dipantulkan dengan
intensitas  tertinggi.  Detector yang  terdapat  di  dalam  SEM  akan  mendeteksi berkas electron berintensitas tertinggi yang dipantulkan oleh benda atau material
yang  dianalisis.  Selain  itu  juga  dapat  menentukan  lokasi  berkas  electron  yang berintensitas tertinggi itu.
Ketika dilakukan pengamatan terhadap material, lokasi permukaan benda yang  ditembak  dengan  berkas  elektron  yang  ber  intensitas  tertinggi  di – scan
keseluruh  permukaan  material  pengamatan.  Karena  luasnya  daerah  pengamatan kita  dapat  membatasi  lokasi  pengamatan  yang  kita  lakukan  dengan  melakukan
zoon – in  atau  zoon – out.  Dengan  memanfaatkan  berkas  pantulan  dari  benda tersebut  maka  informasi  dapat  di  ketahui  dengan  menggunakan  program
pengolahan citra yang terdapat dalam computer. SEM Scanning Electron Microscope memiliki resolusi yang lebih tinggi
dari  pada  mikroskop  optic.  Hal  ini  di  sebabkan  oleh  panjang  gelombang  de Broglie  yang memiliki electron lebih pendek daripada  gelombang optic.  Karena
makin  kecil  panjang  gelombang  yang  digunakan  maka  makin  tinggi  resolusi mikroskop.
Prinsip kerja SEM Scanning Electron Microscope 1. Electron  gun menghasilkan electron  beam dari  filamen.  Pada  umumnya
electron  gun banyak  yang  digunakan  adalah tungsten  hairpin  gun dengan filamen berupa lilitan tungsten yang berfungsi sebagai katoda. Tegangan yang
diberikan  kepada  lilitan  mengakibatkan  terjadinya  pemanasan.  Anoda
kemudian akan membentuk gaya yang dapat menarik elektron melaju menuju ke anoda.
2. Lensa  magnetik  memfokuskan  elektron  menuju  suatu  titik  pada  permukaan sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus  memindai  scan  keseluruhan  sampel  dengan diarahkan  oleh koil pemindai.
4. Ketika electron mengenai sampel, maka akan terjadi hamburan elektron, baik Secondary Electron SE atau Back Scattered Electron BSE dari permukaan
sampel  dan  akan  dideteksi oleh  detektor  dan  dimunculkan  dalam  bentuk gambar  pada  monitor  CRT. Berikut  ini  merupakan  Gambar  2.15.    Electron
SE  atau  Back  Scattered  Electron    BSE  dan  secara  lengkap  skema SEM diterangkan oleh Gambar 2.13. dibawah ini:
Gambar 2.13 Mekanisme SEM Scanning Electron Microscope Sanjoto,A.,2014
2.12 Pengujian EDS Electron Dispersive Spectroscopy
Energi-dispersif  spektroskopi  sinar-X  EDS  atau  EDAX  adalah  sebuah teknik  analisis  yang  digunakan  untuk  elemen  analisis  atau  karakterisasi  kimia
sampel.  Ini  adalah  salah  satu  varian  dari  fluoresensi  sinar-X  spektroskopi  yang bergantung  pada    penyelidikan  sampel  melalui  interaksi  antara  radiasi
elektromagnetik dan materi, menganalisis sinar-X  yang dipancarkan oleh materi dalam menanggapi pukulan dengan partikel bermuatan.
Hampir  sama  dengan  SEM  hanya  saja  pada  SEM  EDX  merupakan  dua perangkat  analisis  yang  digabungkan  menjadi  satu  panel  analitis  sehingga
mempermudah  proses  analitis  dan  lebih  efisien.  Pada  dasarnya  SEM  EDX merupakan pengembangan SEM. Analisa SEM EDX dilakukan untuk memproleh
gambaran  permukaan  atau  fitur  material  dengan  resolusi  yang  sangat  tinggi hingga  memperoleh  suatu  tampilan  dari  permukaan  sampel  yang  kemudian  di
komputasikan  dengan  software  untuk  menganalisis  komponen  materialnya baik dari  kuantitatif  mau  pun  dari  kualitalitatifnya.  Lebih  jelasnya  dapat  dilihat  pada
Gambar 2.14 dibawah ini
Gambar 2.14 Teknik EDS Proses Kontras Hasil EDS Sanjoto,A.,2014
Pengujian EDS  kita  juga  bisa  membuat  elemental  mapping  pemetaan elemen dengan memberikan warna berbeda – beda dari masing – masing elemen
di  permukaan  bahan.  EDS  bisa  digunakan  untuk  menganalisa  secara  kunatitatif dari persentase masing – masing elemen. Contoh dari aplikasi EDS pada Gambar
2.15 dibawah ini.
Gambar 2.15 Contoh dari aplikasi EDS Sanjoto,A.,2014
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab  ini  berisikan  metode  yang  digunakan  untuk  menyelesaikan permasalahan  pada  skripsi  ini.  Dalam  penelitian  ini  berisikan  beberapa  tahapan
yang dilakukan yaitu pembuatan alat uji centrifugal casting, pembuatan spesimen uji kekerasan,  uji  foto  mikrostruktur,  uji  SEM,  uji  EDM  dengan  menggunakan
bahan A356, Magnesium dan palm oil fly ash.
3.1 Tempat dan Waktu
Tempat dan waktu penelitian seperti terlihat pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Tempat dan waktu penelitian
No Kegiatan
Tempat Waktu
1 Persiapan Alat dan
Bahan Laboratorium  teknologi
mekanik  teknik  Mesin USU
17 Juli 2015 sd 20 Juli 2015
2 Penimbangan dan
Peleburan Laboratorium
foundry teknik Mesin USU
22 Juli 2015 sd 25 Juli 2015
3 Pembuatan Sampel Uji
Laboratorium teknologi mekanik  teknik  Mesin
USU 27 Juli 2015
sd 1 Agust 2015
4 Pengujian SEM dan
EDS Laboratorium  Metalurgi
UI dan
laboratorium metalurgi USU
03 agust 2015 sd 11 Agust 2015
5 Pengujian Heat
Treatment Laboratorium
Teknik Mesin Unimed
13 Agust 2015
6 Pengujian Impak
Laboratorium MIPA
USU 20 Agust 2015
7 Pengujian Kekerasan
dan Mikro Laboratorium  Metalurgi
USU 24 Agust 2015
3.2 Bahan, Peralatan dan Metode 3.2.1 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Aluminium ingot tipe A 356
Aluminium yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluminium tipe A 356 dalam  bentuk  ingot dengan  komposisi  kandungan  didalamnya  seperti
ditunjukkan  pada  tabel  3.2 dan  terlebih  dahulu  dipotong  sebelum  dilebur. Adapun untuk aluminium yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada
gambar 3.1
Tabel 3.2 Komposisi Aluminium A356
Al Si
Fe Cu
Mn Mg
Zn Ni
Cr Pb
92 7,44 0,147 0,0098
0,044 0,135 0,012 0,004 0,001
0,002
Gambar 3.1 Aluminium seri A356
2. Magnesium Magnesium yang di gunakan pada penelitian ini juga dalam bentuk ingot, agar
memudahkan  dalam  proses  peleburan  maka  magnesium  juga  di potong.Adapun  untuk  magnesium  yang  digunakan  dapat  dilihat  pada  gambar
3.2
Gambar 3.2 Magnesium
3. Palm oil fly ash Palm  oil  fly  ash POFA berasal dari  Pabrik Kelapa Sawit Merbau  Lubuk
Pakam  berbentuk Serbuk  hitam dan  digunakan  sebagai penguat yang sebelumnya sudah di uji oleh peneliti sebelumnya Ramadhan Daulay, 2014
dengan hasil pengujian seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.3. Adapun untuk palm oil  fly  ash yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  dapat  dilihat  pada
gambar 3.2 Tabel 3.3 Chemical composition of Palm Oil Fly Ash Daulay,R.,2014
Chemical Consituents
Silicon Dioxide SiO
2
Aluminium Oxide Al
2
O
3
Ferric Oxide Fe
2
O
3
Calsium Oxide CaO Magnesium Oxide MgO
Missing 70,37
10,55 3,18
1,12 0,44
±15
Gambar 3.3 Palm oil fly ash
4. Cover fluks Cover  fluks digunakan  untuk  mengikat  kotoran – kotoran  berupa  oksida –
oksida  dan  impurities  lainnya    berada  pada  material  aluminium..  Kotoran – kotoran  tersebut  kemudian  di  buang  dengan  menggunakan  sendok  plat  besi.
Cover fluks dapat ditunjukkan pada gambar 3.4