BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Pasar Modal Indonesia 4.1.1.
Gambaran Umum Bursa Efek Surabaya BES
PT Bursa Efek Surabaya BES sejak tanggal 1 Desember 2007 merger dengan Bursa Efek Jakarta BEJ, dan berubah menjadi Bursa Efek Indonesia BEI
Indonesia Stock Exchange didirikan berdasarkan akta Notaris Kartini Mulyadi, S.H., No. 73 tanggal 30 Maret 1989 dan mulai beroperasi secara komersial pada
tanggal 16 Juni 1989 berdasarkan surat izin usaha yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan No. 654KMK.0101989. Kantor Perusahaan berlokasi di Jakarta, Plaza
Bapindo Menara Mandiri lantai 20 23, dan di Surabaya, Gedung Medan Pemuda lantai 5, Jl. Pemuda 27-31. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan,
Perusahaan didirikan dengan tujuan antara lain melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan Pasar Modal sebagai alternatif
sumber pembiayaan untuk mendukung dunia usaha dalam rangka pembangunan nasional, memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut
memiliki berbagai macam Efek dan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi dunia usaha untuk memperoleh dana dengan cara menawarkan Efek kepada
masyarakat melalui Pasar Modal, serta menyelenggarakan perdagangan Efek yang teratur, wajar dan efisien. Pada tanggal 22 Juli 1995, BES bergabung dengan Bursa
68
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
69
Paralel Indonesia. Saat ini, sistem perdagangan BES dilakukan secara remote trading untuk transaksi instrumen Efek seperti obligasi, derivatif, dan saham.
PT Bursa Efek Surabaya BES, atau dalam Bahasa Inggris disebut Surabaya Stock Exchange SSX adalah bursa saham di Surabaya, Indonesia. BES
merupakan bursa efek swasta pertama di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 16 Juni 1989 berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor 645KMK.0101989, oleh
Menteri Keuangan waktu itu JB Sumarlin. Pendirian BES dimaksudkan untuk mendukung perkembangan ekonomi wilayah Indonesia bagian timur, dengan
mengembangkan industri pasar modal di Surabaya dan Jawa Timur. Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange IPSX,
sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ. Produk BES meliputi saham, obligasi baik swasta maupun pemerintah, serta reksadana
LQ45 futures, Dow Futures, dan Japan Futures. Sedangkan layanan BES antara lain:
1. FATS Futures Automated Trading System, yakni sistem perdagangan jarak
jauh untuk Pasar Reksadana. 2.
OTC-FIS Over The Counter - Fixed Income Service, yakni instrumen perdagangan untuk fixed income.
3. SSX-Net Surabaya Stock Exchange Net, adalah sistem informasi berbasis
internet BES untuk mendukung transparansi pasar modal. 4.
IGSYC Indonesian Government Securities Yield Curve, adalah indikator berbasis analisis statistik untuk memprediksi kejadian ekonomi masa depan.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
70
Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek atau saham perusahaan serta obligasi pemerintah.
Bursa efek tersebut, bersama-sama dengan pasar uang merupakan sumber utama permodalan eksternal bagi perusahaan dan pemerintah. Biasanya terdapat suatu
lokasi pusat, setidaknya untuk catatan, namun perdagangan kini semakin sedikit dikaitkan dengan tempat seperti itu, karena bursa saham modern kini adalah jaringan
elektronik, yang memberikan keuntungan dari segi kecepatan dan biaya transaksi. Perdagangan dalam bursa hanya dapat dilakukan oleh seorang anggota, sang pialang
saham. Permintaan dan penawaran dalam pasar-pasar saham didukung faktor-faktor yang, seperti halnya dalam setiap pasar bebas, mempengaruhi harga saham. Sebuah
bursa saham sering kali menjadi komponen terpenting dari sebuah pasar saham. Tidak ada keharusan untuk menerbitkan saham melalui bursa saham itu sendiri dan
saham juga tidak mesti diperdagangkan di bursa tersebut: hal semacam ini dinamakan off exchange. Penawaran pertama dari saham kepada investor
dinamakan pasar perdana atau pasar primer dan perdagangan selanjutnya disebut pasar kedua sekunder.
Pasar modal menjadi alternatif pendanaan dalam mengembangkan perusahaan di Indonesia, karena melalui pasar modal, dana dapat diperoleh dalam jumlah besar
dibanding dana dari perbankan. Perusahaan yang membutuhkan dana, menjual surat berharganya dalam bentuk saham di pasar modal, melalui penawaran perdana
kepada publik atau initial public offering IPO di pasar primer yang selanjutnya diperdagangkan di pasar sekunder. Bagi investor sendiri, pasar modal selain sebagai
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
71
wahana investasi juga merupakan upaya diversifikasi. Setiap investor dapat memilih berbagai investasi yang ada, di mana setiap jenis investasi memiliki karakteristik
sendiri-sendiri dalam hal tingkat pengembalian return dan risiko.
4.1.2. Data Penelitian
Data keuangan dalam penelitian ini adalah berdasarkan Laporan Keuangan emiten perusahaan, baik laporan neraca dan laporan rugi laba, yang telah diterbitkan
oleh perusahaan emiten dan disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia dan dapat diakses oleh publik. Selanjutnya data penelitian ini disajikan dalam bentuk rasio
baik untuk variabel faktor fundamental ekonomi maupun variabel faktor fundamental perusahaan, sebagai berikut:
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
72
Tabel 4.1. Daftar Perusahaan Sampel yang Masuk Kriteria Sampel
No Nama Perusahaan
Thn 2003 Thn 2004
Thn 2005
1 Adhi Karya
√ √
√ 2
Alfa √
√ √
3 Apexindo Pratama Duta
√ √
√ 4
Arpeni Pratama Ocean Line √
√ √
5 Astra Graphia
√ √
√ 6
Bahtera Adimina Samudra √
√ √
7 Bank BNI
√ √
√ 8
Bank Buana Indonesia √
√ √
9 Bank DKI
√ √
√ 10
Bank JATIM √
√ √
11 Bank Mayapada
√ √
√ 12
Bank Nagari √
√ √
13 Bank NISP
√ √
√ 14
Bank Panin √
√ √
15 Beta Inti Multifinance
√ √
√ 16
Branta Mulia √
√ √
17 Charoen Pokphand Indonesia
√ √
√ 18
CMNP √
√ √
19 Duta Pertiwi
√ √
√ 20
Federal International Finance √
√ √
21 HM Sampoerna
√ √
√ 22
Indo Jasa Pratama √
√ √
23 Indofood Sukses Makmur
√ √
√ 24
Indosat √
√ √
25 Indosiar
√ √
√ 26
Jasa Marga √
√ √
27 Jawa Pos
√ √
√ 28
Kalbe Farma √
√ √
29 Lautan Luas
√ √
√ 30
Lontar Papyrus √
√ √
31 Maspion
√ √
√ 32
Matahari Putra Prima √
√ √
33 Oto Multiartha
√ √
√ 34
Panin Sekuritas √
√ √
35 Pindo Deli
√ √
√ 36
Pupuk Kaltim √
√ √
37 Putra Sumber Utama Timber
√ √
√ 38
RCTI √
√ √
39 Sona Topas Tourism Industry
√ √
√ 40
Summarecon Agung √
√ √
41 Surya Citra Televisi
√ √
√ 42
Swadharma Indotama Finance √
√ √
43 Telkom
√ √
√ 44
Tjiwi Kimia √
√ √
45 Trimegah Securiities
√ √
√ 46
Tunas Baru Lampung √
√ √
47 Tunas Financindo Sarana
√ √
√ 48
Waskita Karya √
√ √
49 WIKA
√ √
√ 50
WOM Finance √
√ √
Keterangan :
√
= Laporan Keuangan Lengkap
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
73
Tabel 4.2. Data Rasio Keuangan
No Nama Perusahaan
Rata rata Current
Ratio CR Rata rata Debt
to Equity Ratio DER
Rata rata Return on
Investment ROI
Rata rata Return on
Equity ROE
1 Adhi Karya
1.5058 1.4624 0.2082 0.2082
2 Alfa
1.4702 0.4952 0.7280 0.0232
3 Apexindo Pratama Duta
2.3858 0.8691 2.0735 0.0233
4 Arpeni Pratama Ocean Line
1.2895 0.9313 1.2009 0.1039
5 Astra Graphia
3.3552 0.4864 1.6320 0.1013
6 Bahtera Adimina Samudra
0.4530 20.6701 9.3644 59.2949
7 Bank BNI
1.1530 0.6192 0.7139 0.1488
8 Bank Buana Indonesia
1.2042 0.3937 0.4741 0.1852
9 Bank DKI
1.3807 2.4021 3.3165 0.2051
10 Bank JATIM
1.1279 0.4873 0.5497 0.2860
11 Bank Mayapada
1.1371 0.6112 0.6950 0.0569
12 Bank Nagari
7.5003 0.5734 4.3009 0.2654
13 Bank NISP
1.1566 0.3333 0.3855 0.2741
14 Bank Panin
1.2437 0.3015 0.3749 0.1417
15 Beta Inti Multifinance
80.3504 3.7564 301.8295 0.2107
16 Branta Mulia
2.6371 0.6521 1.7196 0.1071
17 Charoen Pokphand Indonesia
440.4183 0.7603 334.8284 0.1340
18 CMNP
1.2864 0.4043 0.5201 0.1167
19 Duta Pertiwi
1.3610 0.3390 0.4614 0.0447
20 Federal International Finance
9.4720 4.9692 47.0680 0.4186
21 HM Sampoerna
2.6266 0.4872 1.2798 0.3915
22 Indo Jasa Pratama
3.6721 2.2438 8.2392 0.1453
23 Indofood Sukses Makmur
1.6162 1.4895 2.4074 0.0890
24 Indosat
1.6504 0.8381 1.3832 0.2475
25 Indosiar
4.5805 0.8019 3.6733 0.1630
26 Jasa Marga
0.4427 2.7132 1.2010 0.1452
27 Jawa Pos
1.1427 1.2584 1.4380 0.2025
28 Kalbe Farma
2.8393 0.4435 1.2592 0.3211
29 Lautan Luas
1.6937 0.8079 1.3684 0.0796
30 Lontar Papyrus
0.4041 0.8708 0.3519 0.1284
31 Maspion
2.6226 0.6640 1.7413 0.0882
32 Matahari Putra Prima
1.3102 0.4536 0.5943 0.0800
33 Oto Multiartha
2.2473 1.2279 2.7594 0.1804
34 Panin Sekuritas
3.3039 0.9587 3.1676 0.1963
35 Pindo Deli
0.7869 34.6340 27.2550 2.5232
36 Pupuk Kaltim
1.4874 1.0011 1.4890 0.0962
37 Putra Sumber Utama Timber
0.6745 2.3629 1.5936 0.4656
38 RCTI
2.7137 1.5747 4.2731 0.2984
39 Sona Topas Tourism Industry
1.1910 1.2598 1.5004 0.0623
40 Summarecon Agung
1.5232 0.5038 0.7674 0.2139
41 Surya Citra Televisi
2.5614 1.0567 2.7067 0.2577
42 Swadharma Indotama Finance
4.8132 4.2886 20.6418 0.1971
43 Telkom
0.7916 1.0147 0.8032 0.3532
44 Tjiwi Kimia
2.0095 1.3922 2.7977 0.1865
45 Trimegah Securiities
3.0265 0.3732 1.1296 0.1809
46 Tunas Baru Lampung
1.2109 0.9935 1.2031 0.0323
47 Tunas Financindo Sarana
2.4456 2.8802 7.0438 0.2303
48 Waskita Karya
1.6066 0.9660 1.5520 0.1761
49 WIKA
1.3799 1.1995 1.6551 0.2033
50 WOM Finance
5.0755 1.1373 5.7721 0.2918
Sumber: Data diolah 2007.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
74
Tabel 4.2. Data Rasio Keuangan Lanjutan
No Nama Perusahaan
Log Nilai Tukar NT
Log Tingkat Suku Bunga
TSB Log Inflasi
I Imbal Hasil
Obligasi IHO
1 Adhi Karya
10.2227 5.0121
5.4062 0.1388 2
Alfa 9.8128 4.3311
5.5121 0.1375 3
Apexindo Pratama Duta 10.3942
4.4916 4.9238 0.1225
4 Arpeni Pratama Ocean Line
10.2234 4.5582
4.8061 0.1425 5
Astra Graphia 9.7393 4.0859
4.7617 0.1350 6
Bahtera Adimina Samudra 9.6314 4.1402
4.0092 0.1600 7
Bank BNI 12.1044
7.0428 5.9182 0.1331
8 Bank Buana Indonesia
11.1625 6.0872
4.8977 0.1200 9
Bank DKI 10.8112
5.6930 4.8760 0.1100
10 Bank JATIM
10.9130 5.8691
5.0342 0.1280 11
Bank Mayapada 10.3908
5.3164 4.0485 0.1175
12 Bank Nagari
10.4644 5.2388
4.6190 0.1235 13
Bank NISP 11.2131
6.1580 5.1958 0.1280
14 Bank Panin
11.3898 6.2984
5.3545 0.1225 15
Beta Inti Multifinance 8.9317 3.0964
3.3061 0.1600 16
Branta Mulia 10.1812
4.4769 5.1523 0.1275
17 Charoen Pokphand Indonesia
10.3741 4.8021
5.6676 0.1425 18
CMNP 10.1555
4.2471 4.5831 0.1159
19 Duta Pertiwi
10.5965 5.2348
4.9789 0.1450 20
Federal International Finance 10.7991
4.7505 5.2990 0.1355
21 HM Sampoerna
11.0130 5.5252
6.2574 0.1356 22
Indo Jasa Pratama 8.9128 3.4813
3.3793 0.1250 23
Indofood Sukses Makmur 11.1459
5.5950 6.2385 0.1150
24 Indosat
11.4398 5.6314
5.9824 0.1379 25
Indosiar 10.1674
4.3072 4.9749 0.1010
26 Jasa Marga
10.8606 4.9724
5.1920 0.1453 27
Jawa Pos 10.0323
4.3952 4.8949 0.1800
28 Kalbe Farma
10.4897 4.9549
5.5871 0.1788 29
Lautan Luas 10.1151
4.7198 5.2118 0.1380
30 Lontar Papyrus
10.8862 5.5724
5.3876 0.1475 31
Maspion 10.5441
4.7811 5.2601 0.1713
32 Matahari Putra Prima
10.5676 5.0509
5.7472 0.1216 33
Oto Multiartha 10.4110
5.0787 4.7424 0.1394
34 Panin Sekuritas
9.5195 4.0229 3.7320 0.1825
35 Pindo Deli
11.3098 5.9532
5.8800 0.1368 36
Pupuk Kaltim 10.7416
4.9952 5.5813 0.1446
37 Putra Sumber Utama Timber
9.8931 4.588 4.8379 0.1513
38 RCTI
10.2152 4.6481
5.0646 0.1322 39
Sona Topas Tourism Industry 9.5488 4.0244
4.3367 0.0878 40
Summarecon Agung 10.1659
4.7605 4.7855 0.1475
41 Surya Citra Televisi
10.0331 4.4223
4.9516 0.1475 42
Swadharma Indotama Finance 9.9173 4.2607
4.4041 0.1150 43
Telkom 11.7123
6.0614 6.5140 0.1700
44 Tjiwi Kimia
11.2495 5.7686
5.8968 0.1338 45
Trimegah Securiities 9.7476 4.2768
4.2769 0.1283 46
Tunas Baru Lampung 10.0825
4.4591 4.9968 0.1325
47 Tunas Financindo Sarana
10.1551 4.8071
4.5510 0.1266 48
Waskita Karya 10.0426
4.8258 5.2868 0.1588
49 WIKA
10.1381 4.9006
5.2440 0.2735 50
WOM Finance 10.0201
4.3939 4.6938 0.1421
Sumber: Data diolah 2007.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
75
4.1.3 Deskripsi Data Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil analisis deskriptif menunjukkan nilai tertinggi maximum, nilai terendah minimum, rata-rata mean dan standar deviasi dari
setiap variabel yang diteliti, baik faktor fundamental ekonomi maupun fundamental perusahaan. Hasil analisa deskriptif dapat dilihat seperti dalam Tabel 4.3. berikut:
Tabel 4.3. Deskripsi Data Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation
CR 50
,40 440,42
12,5068 62,75525
DER 50
,30 34,63
2,2683 5,51477
ROI 50
,35 334,83
16,5497 62,80652
ROE 48
,01 59,29
1,4529 8,53372
NTU 50
8,91 12,10
10,4118 ,65439
INFLASI 50
3,31 6,51
5,0448 ,68113
IHO 50
,09 ,27
,1399 ,02731
Valid N listwise 48
Berdasarkan Tabel 4.3. maka dapat disimpulkan bahwa, rata-rata rasio
Current Ratio CR adalah 12,5068, rasio terendah adalah sebesar 0,40 dan
tertinggi adalah sebesar 440,42, dengan standar deviasi sebesar 62,75525. Keseluruhan current ratio ini mencerminkan bahwa dalam operasional perusahaan
cukup aman dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Namun dalam analisis current rasio ini harus dilihat lebih jauh, mengingat unsur persediaan menjadi faktor
kritis apakah perusahaan memiliki kas yang cukup dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, khususnya pembayaran bunga obligasi. Investor melihat bahwa unsur
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
76
ketersediaan kas dan kelancaran pembayaran hutang-hutang menjadi pertimbangan pada perusahaan emiten obligasi.
Selanjutnya rata-rata rasio Debt to Equity Ratio DER adalah sebesar
2,2683, rasio terendah adalah sebesar 0,30 dan tertinggi adalah sebesar 34,63,
dengan standar deviasi sebesar 5,51477. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa hutang perusahaan melebihi modal sendiri. Hal ini dapat mencerminkan
bahwa investor dapat merasa tidak aman dalam investasi obligasi yang diterbitkan emiten. Namun hal ini harus dilihat lebih jauh mengingat jumlah obligasi yang
diterbitkan emiten dapat melampaui jumlah modal sendiri. Namun secara umum emiten obligasi memiliki rasio DER yang aman. DER yang tinggi mencerminkan
bahwa perusahaan mengambil kebijaksanaan investasi baik untuk investasi ekspansi maupun untuk proyek-proyek baru dengan sumber dana hutang khususnya jangka
panjang. Hal ini dapat dilihat dari penerbitan obligasi perusahaan. Secara umum DER merupakan rasio hutang dengan modal sendiri, dengan demikian modal
merupakan jaminan atas hutang apabila perusahaan likuidasi. Namun modal sendiri tidak selalu menjadi jaminan atas penerbitan obligasi, faktor lainnya seperti jaminan
pemerintah menjadi jaminan khusus terhadap emiten obligasi khususnya emiten BUMN.
Selanjutnya, rata-rata rasio Ruturn on Investment ROI sebesar 16,5497,
rasio terendah adalah sebesar 0,35 dan tertinggi adalah sebesar 334,83, dengan standar deviasi sebesar 62,80652. Hal ini menunjukkan secara keseluruhan tingkat
ROI dari emiten obligasi sangat menjanjikan, mengingat tingkat ROI yang tertinggi
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
77
dapat mencapai sebesar 334,83, dan hal ini dapat menjadi jaminan investor bahwa bunga obligasi menjanjikan tingkat ROI yang wajar bagi investor. Selain tingkat
ROI, obligasi merupakan investasi yang kurang berisiko dibandingkan dengan saham. Kualitas aktiva perusahaan menjadi penilaian dalam menghitung tingkat ROI
perusahaan.
Selanjutnya, rata-rata rasio Return on Equity ROE sebesar 1,4529, rasio
terendah adalah sebesar 0,01 dan tertinggi adalah sebesar 59,29, dengan standar deviasi sebesar 8,53372. Hal ini mencerminkan bahwa secara keseluruhan tingkat
return atau pengembalian modal para pemegang saham cukup baik, dan hal ini menjadi salah satu faktor bahwa para pemegang saham diperkirakan mendapat
deviden setiap tahunnya. Dengan tingkat ROE yang cukup, maka para pemegang saham dapat diyakinkan untuk menanamkan keuntungan bersih hak pemegang
saham untuk diinvestasikan kembali dan tidak untuk dibagikan.
Selanjutnya rata-rata rasio Nilai Tukar Rupiah NTU sebesar 10,4118,
rasio terendah adalah sebesar 8,91, dan tertinggi adalah sebesar 12,10, dengan standar deviasi sebesar 0,65439. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar sangat
cukup stabil, mengingat jarak antara rata-rata, tertinggi dan terendah tidak berbeda jauh. Hal ini didukung oleh fakta bahwa pemerintah sangat menjaga kestabilan nilai
tukar dalam menjaga tingkat kepercayaan masyarakat atas nilai tukar rupiah. Kestabilan nilai tukar sangat berpengaruh atas obligasi khususnya obligasi dengan
dalam mata uang asing yang diterbitkan dan diperdagangkan di bursa luar negeri. Emiten yang menerbitkan obligasi dalam mata uang asing biasanya adalah BUMN.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
78
Selanjutnya, rata-rata rasio Inflasi I adalah sebesar 5,0448. rasio terendah adalah sebesar 3,31 dan tertinggi adalah sebesar 6,51, dengan standar deviasi
sebesar 0,68113. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah melalui instrument moneter menjaga tingkat inflasi yang stabil dengan memanfaatkan perekonomian
yang mulai bertumbuh seiring dengan tingkat investasi yang semakin baik. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor untuk merangsang investor dalam berinvestasi pada
obligasi, serta merangsang emiten-emiten baru menerbitkan obligasi. Selanjutnya, rata-rata rasio Imbal Hasil Obligasi IHO perusahaan sampel
adalah sebesar 0,1399, rasio terendah adalah sebesar 0,09 dan tertinggi adalah sebesar 0,27, dengan standar deviasi sebesar 0,02731. Hal ini menunjukkan
bahwa obligasi dapat menjadi alternatif investasi selain deposito. Dengan tingkat rata-rata imbal hasil sebesar 13,99 diatas tingkat bunga deposito dengan rata-rata
sebesar 9, maka berinvestasi dalam obligasi menjadi investasi yang cukup
menarik. Kecenderungan imbal hasil obligasi yang tidak berfluktuasi juga menjadi daya tarik karena dengan demikian investor menjadi lebih aman.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
79
4.2. Hasil Uji Asumsi Klasik