Model Analisis Data Pengujian Asumsi Klasik

60 karena rasio utang terhadap modal dapat diukur apakah masih wajar atau tidak. Untuk emiten yang baru pertama kali emisi obligasi dengan jumlah kredit bank yang terbatas maka rasio utang terhadap modal adalah kecil dan resiko utang emiten dapat diprediksi oleh investor melalui rating perusahaan tersebut. Sehubungan dengan tingkat resiko, investor juga apakah emiten merupakan perusahaan swasta atau BUMN. Hal ini terkait dengan jaminan yang diberikan, misalnya BUMN yang dijamin oleh Pemerintah, seperti obligasi PLN, Telkom, dll. f. Return on Equity ROE X 6 mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan yang bersumber dari modal sendiri. Semakin tinggi ROE berarti menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan modal sendiri dengan efisien. g. Return on Investment ROI X 7 , menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat ROI menunjukkan bahwa perusahaan semakin optimal menggunakan seluruh asset perusahaan.

3.7. Model Analisis Data

Untuk menguji Hipotesis digunakan alat regressi linear berganda yang diestimasi dengan metode OLS Ordinary Least Square. Model ini mempunyai sifat yang dapat diunggulkan karena secara teknis sangat akurat, mudah MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 61 menginterpretasikan perhitungannya serta sebagai alat estimasi linear dan unbiased terbaik Gujarati, 1999. Bentuk model yang digunakan adalah: Y = a + B 1 X 1 + B 2 X 2 + B 3 X 3 + B 4 X 4 + B 5 X 5 + B 6 X 6 + B 7 X 7 Di mana: Y = Imbal Hasil Obligasi X 4 = Current Ratio a = Konstanta X 5 = DER X 1 = Tingkat suku bunga X 6 = ROE X 2 = Nilai Tukar X 7 = ROI X 3 = Inflasi Analisis data dilakukan dengan bantuan pengolahan data program software Statistical Package for Social Science SPSS, versi 12, dengan menggunakan tingkat kepercayaan confidence interval sebesar 95 dan dengan tingkat toleransi kesalahan alpha 5.

3.8. Pengujian Asumsi Klasik

3.8.1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov- Smirnov, di mana jika angka signifikansi yang ditunjukkan dalam tabel lebih kecil dari alpha 5 maka dikatakan data tidak memenuhi asumsi normalitas, sedangkan sebaliknya, jika angka signifikansi di dalam tabel lebih besar dari alpha 5 maka data sudah memenuhi asumsi normalitas Ghozali, 2005. MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 62

3.8.2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah ada ditemukan korelasi di antara variabel bebas independent variable. Jika terjadi korelasi maka terdapat problem multikolonieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Gejala ini dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan nilai variance inflation factor VIF. Nilai Tolerance rendah sama dengan Nilai VIF tinggi VIF=1Tolerance. Nilai cutoff atau batas yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ,10 atau sama dengan nilai VF 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai Tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95 Ghozali, 2005: 92

3.8.3. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada auto korelasi atau kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbance yang masuk ke dalam fungsi regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson atau uji d. Nilai d memiliki batas 0 sampai dengan 4, dan juga memiliki batas bawah d 1 dan juga batas atas d u. Pedoman pengambilan keputusan untuk nilai d menurut Ghozali 2005 adalah sebagai berikut: 1. Apabila d d 1 atau d 4-d 1 berarti terdapat autokorelasi. MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 63 2. Apabila d terletak antara d u dan 4–d u berarti tidak terdapat autokorelasi. 3. Apabila nilai d terletak antara d 1 dan d u d 1 d d u atau antara 4 – d u dan 4 – d 1 maka uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti No Decision. Pada nilai ini tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak terdapat autokorelasi.

3.8.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dimaksudkan untuk melihat setiap variabel yang dibatasi oleh nilai tertentu dari variabel bebas konstan, atau sama untuk seluruh observasi. Kondisi heteroskedasitas terjadi apabila nilai varian σ 2 dari variabel tidak bebas meningkat sebagai akibat meningkatnya varian variabel bebas, maka varian variabel bebas adalah tidak sama. Apabila terjadi heteroskedastisitas maka penaksir koefisien regresi menjadi tidak efisien. Untuk menditeksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji Glejser. Model yang digunakan: Ln u 1 2 = Ln u 2 2 + β Ln X + v i Pada uji ini nilai u 2 diregresikan atau diestimasi berdasarkan nilai absolutnya terhadap variabel bebas. Pengambilan keputusannya dengan melihat signifikansi variabel dependen, apabila variabel dependen signifikan mempengaruhi variabel independen berarti terdapat heteroskedasitas. MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 64 Sebelum uji regresi dilakukan, terlebih dulu harus dilakukan uji keberartian masing-masing koefisien regresi, apakah regresi itu linear atau tidak. Jika tidak linear, maka pengujian bisa dilakukan dengan model lainnya. Untuk mempermudah melihat apakah model ini linear atau bentuk lainnya, dapat dibantu dengan melalui diagram pencar scatter plot. Secara kasat mata akan tampak kecenderungan hubungan linear antara nilai-nilai statistik tersebut. Selain itu, dalam aplikasi SPSS, dikenal adanya istilah “koefisien korelasi” r. Harga koefisien korelasi digunakan untuk pengecekan awal apakah benar ada kecenderungan hubungan yang erat antara variabel bebas dan terikat, dan bagaimana bentuk kecenderungan hubungan tersebut. Jika hasil r sama dengan nol, atau mendekati nol, mungkin bentuk kecenderungan hubungan tidak linear. Selanjutnya uji kesesuaian test goodness of fit dilakukan berdasarkan perhitungan nilai koefisien determinasi R 2 , untuk pengujian signifikansi pada masing-masing hubungan dalam regresi akan dilakukan melalui uji t T-test. Kita dapat menarik kesimpulan akan harga regresi tersebut melalui perbandingan nilai t hitung dengan t tabel pada taraf signifikasi tertentu. Untuk pengujian terhadap Multiple Regression dapat digunakan uji F F-test. Prosedur analisis tersebut secara umum adalah sebagai berikut: 1. Penilaian terhadap koefisien determinasi R 2 bertujuan untuk melihat pengaruh variabel bebas independent variable terhadap variabel tak bebas dependent variable. MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 65 2. Uji-F over-all test dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara bersama-sama serempak. 3. Uji-T partial test dimaksudkan untuk mengetahui signifikasi statistik koefisien regresi secara parsial.

3.9. Pengujian Hipotetis