Imbal Hasil Obligasi Faktor Fundamental Ekonomi

31

2.3. Imbal Hasil Obligasi

Dalam penilaian obligasi, imbal hasil yang diharapkan investor adalah terdiri dari Kupon Obligasi dan Capital Gain. Seorang investor mempertimbangkan membeli obligasi dengan mengharapkan sebagai berikut Fabozzy, 2000: 1. Periodic coupon interest payment made by the issuer. Kupon Obligasi, merupakan imbal hasil obligasi saat ini yang dihitung berdasarkan kupon obligasi sampai jatuh tempo. Imbal hasil hingga jatuh tempo Yield to maturity, didefinisikan sebagai tingkat bunga yang menjadikan nilai sekarang dari dari pembayaran obligasi sama dengan harganya. Tingkat bunga ini merupakan ukuran atas tingkat imbal hasil yang didapat dari sebuah obligasi jika dibeli saat ini dan dipegang hingga jatuh tempo. 2. Any capital gain or capital loss – negative dollar return when the bond matures, is called, or is sold. Capital Gain, yaitu merupakan selisih positif harga pembelian dan penjualan obligasi atau pemegang obligasi mendapat discount pada saat pembelian obligasi, dengan catatan obligasi tersebut dipegang sampai dengan jatuh tempo, mengingat harga pada saat jatuh tempo harga obligasi akan ditebus sebesar nilai nominalnya. 3. Interest income generated from reinvestment of the periodic cash flow. Reinvestasi dari Kupon, yaitu adanya kesempatan bagi investor penerima kupon untuk meng-investasikan kembali kupon obligasi pada surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito bank. Kesempatan re-investasi tersebut merupakan penghasilan yang dapat diakumulasi sepanjang usia obligasi. MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 32

2.4. Faktor Fundamental Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi. Perekonomian makro merupakan lingkungan dimana seluruh perusahaan baik swasta maupun BUMN beroperasi. Faktor perekonomian makro dalam menentukan kinerja operasi dalam pencapaian laba perusahaan termasuk kinerja investasinya dapat dilihat dari kenaikan harga saham atau surat berharga lainnya di pasar uang dan modal di bursa saham. Harga saham akan berkorelasi positif terhadap pencapaian perusahaan dalam pencapaian laba dalam hal ini kemampuan perusahaan memberikan dividen kepada pemegang saham, atau surat berharga lainnya seperti obligasi, misalnya, tercermin dalam kelancaran membayar bunga obligasi. Kondisi perekonomian makro di mana kebijakan- kebijakan makro ekonomi diputuskan oleh pemerintah, secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, Hal ini terlihat misalnya dalam kebijakan suku bunga oleh Bank Sentral, akan berdampak pada pergerakan harga-harga saham atau harga instrumen surat berharga keuangan lainnya, seperti obligasi. Namun secara keseluruhan, perekonomian makro harus dilihat sebagai indikator-indikator utama oleh kalangan perusahaan atau investor sebagai pendukung dalam melakukan perencanaan kegiatan-kegiatan usaha. Beberapa variabel dalam perekonomian makro adalah sebagai berikut: Bodie, Kane dan Marcus, 2006 1. Produk Domestik Bruto – PDB, gross domestic product – GDP – adalah ukuran produksi total barang dan jasa di dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat menunjukkan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang melimpah bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Ukuran MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 33 output perekonomian lain yang popular adalah produksi industri industrial production. Statistik ini menyediakan ukuran dari aktivitas ekonomi yang lebih berfokus pada sisi manufaktur suatu perekonomian. 2. Pekerjaan. Tingkat pengangguran unemployment rate adalah persentase dari angkatan kerja baik yang sedang bekerja atau sedang mencari pekerjaan tetapi belum mendapatkan pekerjaan. Tingkat pengangguran mengukur sampai sejauh mana perekonomian beroperasi beroperasi pada kapasitas penuhnya. Tingkat pengangguran adalah faktor yang hanya terkait dengan pekerja, tetapi gambaran lanjutan tentang kekuatan ekonomi dapat dikumpulkan dari tingkat pengangguran faktor produksi lain. Analis juga memperhitungkan tingkat penggunaan kapasitas capacity utilization rate pabrik, yang merupakan rasio output actual dari pabrik terhadap output potensialnya. 3. Inflasi inflation adalah tingkat kenaikan harga barang-barang secara umum. Inflasi yang tinggi sering dikaitkan dengan perekonomian “terlalu panas” overheated, yaitu perekonomian di mana permintaan atas barang dan jasa melampaui kapasitas produksinya, yang akan mendorong kenaikan harga. Sebagian besar pemerintah menginginkan perjalanan yang baik di dalam kebijakan ekonominya. Mereka berharap dapat mendorong perekonomian yang cukup kuat untuk berproduksi mendekati kapasitas penuhnya, tetapi tidak sampai mendekati tekanan inflasioner. Apa yang dipandang sebagai pertukaran antara inflasi dan pengangguran merupakan inti dari kebijakan ekonomi makro. MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 34 4. Tingkat bunga Interest rate yang tinggi mengurangi nilai sekarang dari arus kas masa depan, sehingga mengurangi daya tarik peluang investasi. Untuk alasan ini, tingkat bunga riil menjadi penentu kunci dari pengeluaran investasi bisnis. Permintaan untuk perumahan serta barang-barang konsumsi berdaya pakai lama yang mahal seperti mobil, yang sering dibiayai melalui pinjaman, juga sangat sensitif terhadap tingkat bunga karena menentukan besarnya pembayaran bunga. Tingkat Suku Bunga dalam penilaian harga dan imbal hasil obligasi terdapat hubungan terbalik yang diakibatkan oleh pengaruh faktor suku bunga. Suku bunga dalam sistem perekonomian terbuka dapat mengalami naik dan turun dan sangat fluktuatif. Obligasi sebagai sekuritas dengan pendapatan tetap secara langsung harganya dipengaruhi oleh suku bunga. Investor dapat mengalami kerugian dan keuntungan apabila suku bunga mengalami kenaikan dan penurunan, meskipun pokok dan bunga obligasi dijamin pembayarannya sampai jatuh tempo. Sensitivitas perubahan suku bunga dalam penilaian obligasi, di mana investor maupun emiten sama-sama memberikan perhatian, mengingat pengaruhnya atas kemungkinan pengambilan keputusan bagi investor untuk menjual apabila suku bunga naik, dan emiten untuk menarik apabila suku bunga turun, dan kebijakan lainnya dalam pengelolaan obligasi. Dalam hubungannya dengan tingkat bunga, terdapat dalil-dalil sesuai dengan pengamatan sebagai berikut Bodie, Kane dan Marcus, 2006; MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 35 a. Harga dan tingkat imbal hasil obligasi berhubungan terbalik: jika tingkat imbal hasil meningkat, harga obligasi turun; jika tingkat imbal hasil turun, harga obligasi meningkat. b. Kenaikan tingkat imbal hasil hingga jatuh tempo obligasi menghasilkan perubahan harga yang lebih kecil dibandingkan penurunan tingkat imbal hasil dengan besaran yang sama. c. Harga obligsi jangka panjang cenderung lebih sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dibandingkan harga obligasi jangka pendek. d. Sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat imbal hasil meningkat pada tingkat yang semakin berkurang ketika jangka waktu bertambah. Dengan kata lain, risiko tingkat bunga lebih rendah secara proporsional dibandingkan dengan jangka waktu. e. Risiko tingkat bunga berhubungan terbalik dengan tingkat bunga kupon obligasi. Harga dari obligasi berbunga tinggi lebih tidak sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dibanding obligasi berbunga rendah. f. Sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat imbal hasilnya berhubungan terbalik dengan tingkat imbal hasil hingga jatuh tempo di waktu obligasi tersebut dijual. 5. Defisit Angaran. Defisit anggaran budget deficit pemerintah federal adalah selisih antara pengeluaran dengan penerimaan pemerintah. Setiap kekurangan anggaran akan ditutupi dengan pinjaman pemerintah. Pinjaman pemerintah MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 36 dalam jumlah besar akan mendorong tingkat bunga karena permintaan kredit di dalam perekonomian. 6. Sentimen Pasar. Sikap optimis atau pesimis konsumen dan produsen yang berkaitan dengan perekonomian merupakan penentu dari kinerja perekonomian. Jika konsumen yakin dengan tingkat pendapatan mereka di masa depan, misalnya, mereka akan lebih bersedia untuk membeli barang-barang mahal. Demikian pula dengan pebisnis yang akan meningkatkan produksi dan persediaan jika mereka mengantisipasi permintaan yang lebih tinggi atas produk mereka. Dengan cara ini, keyakinan akan mempengaruhi berapa banyak konsumsi dan investasi yang akan dilakukan dan memengaruhi permintaan agregat atas barang dan jasa. 7. Nilai Tukar Rupiah. Ketika perusahaan akan melakukan investasi atau meminjam dari pasar keuangan internasional, salah satu pertimbangan adalah pasar nilai tukar internasional untuk memperoleh mata uang yang dibutuhkan. Karenanya kegiatan investasi dan peminjaman internasional membutuhkan pasar nilai tukar internasional. Dengan demikian, pasar nilai tukar internasional memfasilitasi perdagangan dan transaksi internasional. Perusahaan membutuhkan pasar nilai tukar internasional untuk membeli produk impor atau melakukan investasi langsung dalam suatu negara. Perusahaan mengandalkan pasar nilai tukar internasional untuk menukarkan mata uang asal dengan mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli produk impor atau melakukan investasi langsung. Sebuah perusahaan dalam melakukan transaksi internasional MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 37 sangat berkepentingan dengan pergerakan nilai mata uang yang dikenal dengan Kurs Mata Uang. Pergerakan kurs mata uang sangat berpengaruh terhadap jumlah kas masuk dan keluar yang diterima dari kegiatan perdagangan ekspor dan impor. Perdagangan internasional, transaksi keuangan internasional dan arus modal masuk dan keluar dari suatu negara sangat dipengaruhi oleh tingkat kurs dari mata uang negara yang bersangkutan terhadap mata uang tujuan aktivitas ekonomi. Kebijakan pemerintah khususnya kebijakan moneter oleh Bank Sentral dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang sekaligus kondisi ekonomi dan pasar keuangan pasar uang dan pasar modal. Dalam sistem perekonomian terbuka, dimana interaksi dari berbagai variabel ekonomi khususnya variabel makroekonomi saling mempengaruhi, dengan demikian kinerja sebuah perusahaan akan terpengaruh baik oleh kondisi makroekonomi maupun oleh kebijakan atas variabelnya, seperti; kebijakan nilai tukar mata uang. Dalam perekonomian, terdapat beberapa sistem nilai tukar yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi secara langsung perekonomian, yaitu: Madura, 2006 1. Sistem Tetap Fixed Rate: Dalam sebuah sistem nilai tukar tetap fixed exchange rate system, nilai tukar mata uang dibuat konstran ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang diinginkan. Pada kondisi tertentu bila diperlukan pemerintah akan melakukan pemotongan nilai MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 38 mata uangnya devalue terhadap mata uang negara lain. Pada kondisi lain, pemerintah dapat mengembalikan nilai mata uang revalue atau meningkatkan nilai mata uangnya terhadap mata uang lain. Tindakan Bank Sentral dalam melakukan pemotongan nilai mata uangnya bisa disebut sebagai devaluasi devaluation. Istilah devaluasi biasanya digunakan dalam konteks yang berbeda dengan istilah depresiasi. Devaluasi mengacu pada penyesuaian kebawah downward dari mata uang yang dilakukan oleh bank Sentral. Sedangkan tindakan penyesuaian keatas upward biasa disebut sebagai revaluasi revaluation. Keuntungan sistem nilai tukar tetap adalah perusahaan dapat melakukan kegiatan bisnis tanpa khawatir terhadap perubahan nilai mata uang di kemudian hari. Dengan demikian perusahaan dapat melakukan proyeksi bisnis ke masa yang akan datang. Sementara kerugiannya adalah risiko pemerintah akan melakukan perubahan nilai mata uang secara mendadak, dan membuat kondisi perekonomian sebuah negara menjadi sangat tergantung dari kondisi ekonomi dari negara lain. 2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas freely floating exchange rate system, yaitu nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi pemerintah. Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilitas secara penuh, pada sistem mengambang bebas memperolehkan adanya fleksibilitas secara penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar akan disesuaikan secara terus menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut. Keuntungan sistem mengambang bebas adalah kondisi ekonomi MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 39 suatu negara akan lebih terlindung dari dari kondisi ekonomi di negara lain. Sementara kerugiannya adalah bila suatu negara mengalami inflasi yang tinggi maka nilai mata uangnya akan menurun, demikian juga apabila inflasi rendah maka kecenderungan meningkatnya nilai mata uangnya akan menguat. Dari konsisi tersebut dapat dilihat bahwa berbagai permasalahan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pergerakan nilai tukar mata uang dalam sistem mengambang bebas. Dalam sistem seperti ini, perusahaan yang berhubungan dengan ekspor impor harus mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk mengukur dan mengelola risiko-risiko akibat fluktuasi nilai tukar 3. Sistem mengambang terkendali Managed floated. Sistem nilai tukar yang ada pada saat ini sebagian besar mata uang berada diantara sistem tetap dan mengambang bebas. Fluktuasi nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari kehari dan tidak ada batasan resmi. Hal ini sama dengan sistem tetap, dalam pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. Sistem inilah yang disebut sistem mengambang terkendali managed float. Kelemahan sistem ini adalah bahwa pemerintah dapat melakukan manipulasi terhadap nilai tukar untuk menguntungkan negaranya dan merugikan negara lain. 4. Sistem Nilai Tukar Terikat Pegged exchange rate yaitu dimana mata uang lokal diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tertentu. MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008. 40

2.5. Faktor Fundamental Perusahaan