54
3.4. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data runtun waktu time series selama kurun waktu 2003 sd 2005. Data yang
digunakan berasal dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Imbal Hasil
Obligasi dalam bentuk persentase, tingkat bunga persen, nilai tukar rupiah, inflasi persen. Jenis data keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Data tersebut berasal dari publikasi Bursa Efek Jakarta BEJ yang telah dipublikasikan dalam situs resminya http:www.bes.co.id. Data yang
digunakan merupakan gabungan data antar perusahaan cross section dan data antar waktu time series, yang disebut dengan pooling data
3.5. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Surabaya, Bank Indonesia,
Departemen Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal, serta dokumen berupa buletin yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Surabaya.
3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
3.6.1. Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: a.
Variabel terikat Y
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
55
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah imbal hasil obligasi perusahaan.
b. Variabel bebas X Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor fundamental ekonomi
dan perusahaan yang terdiri dari: Tingkat suku bunga, Nilai tukar, Inflasi, Rasio lancar CR, Debt to equity ratio DER, Return on Equity ROE,
Return on Investment ROI.
Tabel 3.3. Definisi Operasional Variabel Variabel
Indikator Rasio
Pengukuran
Tak bebas Y Imbal Hasil Obligasi
Rasio Bebas X
Tingkat Suku Bunga Rasio
Nilai Tukar
Rasio Inflasi
Rasio Rasio
Lancar Rasio
Debt to Equity Ratio DER Rasio
Return on Equity ROE Rasio
Return on Investment ROI Rasio
3.6.2. Definisi Operasional Variabel
Untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasikan, maka definisi operasional variabel adalah sebagai berikut:
1. Imbal Hasil Obligasi Y
Imbal hasil obligasi merupakan tingkat bunga kupon yang diberikan oleh perusahaan pada saat emiten melakukan emisi obligasi pada pasar perdana,
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
56
sebagaimana yang dilaporkan dalam prospektus emisi obligasi dan dilaporkan kepada otoritas Bursa Efek Surabaya.
2. Faktor Fundamental X
1
yang terdiri dari faktor fundamental ekonomi dan faktor fundamental perusahaan terdiri dari:
a. Tingkat suku bunga, X
1
, yaitu tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI dengan jangka waktu 1 bulan. Dalam penelitian ini, tingkat suku bunga
adalah sama bagi semua perusahaan. Maka untuk dapat menilai faktor tingkat suku bunga dalam proses komputasi statistik, maka tingkat suku
bunga dinilai dengan mengalikan terhadap total utang. Hal ini dilakukan mengingat apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan, maka akan
mengakibatkan biaya utang yang meningkat. Hal ini akan membuat kewajiban emiten dalam membayar kewajibannya pokok dan bunga
menjadi semakin besar, dan dapat menyulitkan emiten. Tingkat suku bunga mempengaruhi imbal hasil obligasi, mengingat apabila terjadi kenaikan suku
bunga maka akan menurunkan nilai obligasi dan sebaliknya apabila terjadi penurunan suku bunga akan menaikkan imbal hasil obligasi. Agar variabel
tingkat suku bunga dapat digunakan dalam menilai imbal hasil obligasi, maka tingkat suku bunga diproksikan dengan total utang. Mengingat setiap
pengukuran hasil proksi tersebut sangat besar dengan hasil rasio lain yang diperoleh, maka dilakukan penarikan logaritma 10.
b. Nilai tukar, X
2
yaitu nilai tukar mata uang mata rupiah terhadap mata uang asing yaitu dolar Amerika. Dalam penelitian ini, nilai tukar rupiah terhadap
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
57
US Dolar adalah sama bagi semua perusahaan. Maka untuk dapat menilai faktor nilai tukar dalam proses komputasi statistik, maka nilai tukar rupiah
dinilai dengan mengalikan terhadap total aktiva. Sebagian besar bisnis mengharuskan pertukaran satu mata uang dengan mata uang lain untuk
melakukan pembayaran. Karena kurs mata uang berfluktuasi sepanjang waktu, maka arus kas keluar yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran
juga berubah, misalnya pembayaran untuk barang impor dan pembayaran bunga pinjaman dalam mata uang asing. Untuk keperluan ekspor misalnya,
fluktuasi kurs berpengaruh permintaan atas produk perusahaan di luar negeri. Pada saat mata uang negara asal meningkat maka produk yang menggunakan
mata uang tersebut menjadi mahal di negara asing, sehingga menyebabkan penurunan permintaan dan berakibat pada penurunan arus kas masuk.
Pengaruh dari nilai tukar terhadap daya beli adalah apabila nilai tukar menguat maka mengakibatkan daya beli meningkat, sebaliknya apabila nilai
tukar melemah maka daya beli semakin berkurang. Akibat pengaruh nilai tukar terhadap daya beli produk tersebut akan berpengaruh kepada nilai aset
perusahaan, termasuk ekspor barang hasil produksi, arus kas masuk dan keluar, nilai mesin-mesin dan peralatan untuk keperluan produksi. Pengaruh
nilai tukar berpengaruh langsung terhadap perubahan nilai sekuritas dan imbal hasilnya. Menguatnya atau melemahnya nilai tukar akan berpengaruh
terhadap minat investor berinvestasi. Agar variabel nilai tukar dapat digunakan dalam menilai imbal hasil obligasi, maka nilai tukar diproksikan
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
58
dengan total aktiva. Mengingat setiap pengukuran hasil proksi tersebut sangat besar dengan hasil rasio lain yang diperoleh, maka dilakukan
penarikan logaritma 10. c.
Inflasi, X
3
yaitu tingkat inflasi sesuai laporan Bank Indonesia. Dalam penelitian ini Inflasi adalah sama bagi semua perusahaan. Maka untuk dapat
menilai faktor inflasi dalam dalam proses komputasi statistik, maka inflasi dinilai dengan mengalikan terhadap total sales. Hal ini dilakukan mengingat
apabila inflasi mengalami kenaikan, maka harga-harga produk cenderung mengalami kenaikan, sehingga mengakibatkan penjualan menurun dan
tingkat pendapatan menurun. Akibat lain dari inflasi menyebabkan harga produk yang di ekspor menjadi lebih mahal dan tidak kompetitif.
Menurunnya tingkat permintaan barang akan mengakibatkan pendapatan perusahaan yang semakin berkurang dalam hal ini arus kas masuk dan akan
mengurangi kemampuan emiten untuk membayar biaya operasi perusahaan khususnya biaya-biaya tetap perusahaan, seperti bunga dan pokok obligasi
atau hutang kredit bank yang menjadi kewajibannya. Agar variabel inflasi dapat digunakan dalam menilai imbal hasil obligasi, maka inflasi
diproksikan dengan total penjualan. Mengingat setiap pengukuran hasil proksi tersebut sangat besar dengan hasil rasio lain yang diperoleh, maka
dilakukan penarikan logaritma 10. Selengkapnya perhitungan Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan Inflasi yang telah diproksi terlihat seperti dalam
Tabel Lampiran.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
59
d. Rasio likuiditas X
4
adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, atau untuk menganalisa posisi
keuangan jangka pendek dan modal kerja untuk membayar utang-utang jangka pendek yang telah jatuh tempo.
e. Debt to equity ratio DER X
5
adalah untuk mengukur sampai seberapa jauh total aktiva aktiva jangka pendek + aktiva jangka panjang dibiayai dengan
utang jangka panjang. Rasio Leverage adalah jumlah utang jangka panjang dibagi dengan total aktiva. Perusahaan disebut solvable jika total harta lebih
besar dari total panjang dengan modal yang ada dalam perusahaan. Pertimbangan memasukkan variabel DER dalam analisis adalah mengingat
obligasi merupakan hutang jangka panjang yang tujuannya lebih fleksibel daripada hutang kredit bank. Obligasi selain ditujukan untuk pembiayaan
proyek, dapat juga digunakan untuk tujuan penambahan modal dan pembayaran hutang yang jatuh tempo, atau kombinasi dari tujuan investasi
peningkatan modal atau pelunasan hutang kredit bank. Alokasi dana dari emisi obligasi secara jelas dapat dilihat dari prospektus obligasi dari emiten.
Dengan pertimbangan, apabila emisi obligasi dengan tujuan untuk melunasi hutang kredit bank, maka rasio utang terhadap modal dapat dikurangi.
Demikian juga apabila emisi obligasi adalah untuk tujuan penambahan modal, maka rasio hutang terhadap modal dapat dikurangi. Namun apabila
emisi obligasi adalah untuk tujuan investasi, meskipun rasio utang terhadap modal meningkat, hal itu tidak mengurangi investor untuk membeli obligasi
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
60
karena rasio utang terhadap modal dapat diukur apakah masih wajar atau tidak. Untuk emiten yang baru pertama kali emisi obligasi dengan jumlah
kredit bank yang terbatas maka rasio utang terhadap modal adalah kecil dan resiko utang emiten dapat diprediksi oleh investor melalui rating perusahaan
tersebut. Sehubungan dengan tingkat resiko, investor juga apakah emiten merupakan perusahaan swasta atau BUMN. Hal ini terkait dengan jaminan
yang diberikan, misalnya BUMN yang dijamin oleh Pemerintah, seperti obligasi PLN, Telkom, dll.
f. Return on Equity ROE X
6
mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan yang bersumber dari modal sendiri. Semakin tinggi ROE
berarti menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan modal sendiri dengan efisien.
g. Return on Investment ROI X
7
, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh total asset yang dimiliki
oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat ROI menunjukkan bahwa perusahaan semakin optimal menggunakan seluruh asset perusahaan.
3.7. Model Analisis Data