Dampak Pembangunan Irigasi terhadap Keadaan Sosial Masyarakat

juga menunjukkan 16 orang responden 16 mengatakan bahwa kelancaran irigasi tahun 2006 sangat kurang. Pada tahun 2011, 84 orang responden 84 mengemukakan bahwa kelancaran irigasi cukup baik, sementara 7 orang responden 7 mengatakan kelancaran irigasi kurang baik. Tabel 15. juga menunjukkan 3 orang responden 3 menjawab kelancaran air irigasi berlebih, sementara 6 orang responden 6 mengatakan sangat kurang. Pembangunan jaringan irigasi sangat membantu masyarakat dalam mengairi sawah mereka. Dari data di atas, terlihat bahwa keterkecukupan air untuk persawahan semakin baik. Jaringan irigasi sangat berguna terutama di saat musim kemarau. Adanya jaringan irigasi membuat petani tidak lagi mengalami kekurangan air. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan jaringan irigasi seperti yang diutarakan Direktorat Pengelolaan Air,tahun 2010 dalam Pedoman Teknis Rehabilitasi Jaringan Tingkat Usaha Tani JITUTJaringan Irigasi Desa JIDES, Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air bahwa pembangunan jaringan irigasi diperlukan untuk pengaturan air irigasi yang mencakup penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.

4.6. Dampak Pembangunan Irigasi terhadap Keadaan Sosial Masyarakat

Kecamatan Medang Deras Dampak pembangunan irigasi terhadap keadaan sosial masyarakat dilihat intensitas masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan seperti gotong royong dan pesta panen sebelum maupun sesudah pembangunan jaringan irigasi. Universitas Sumatera Utara Tabel 15. Frekuensi Responden Mengikuti Kegiatan Gotong-Royong Membersihkan Irigasi No Gotong Royong Membersihkan Sungai 2006 2011 Jumlah Orang Jumlah Orang 1 Sering 78 78 39 39 2 Jarang 22 22 58 58 3 Tidak pernah 3 3 Jumlah 100 100 100 100 Sumber data: Data Primer 2011 Data pada Tabel 15. memperlihatkan perbandingan tanggapan responden mengenai frekuensi pelaksanaan gotong-royong sebelum dan sesudah pembangunan jaringan irigasi. Pada tahun 2006, 78 orang responden 78 mengatakan bahwa gotong-royong membersihkan sungai masih sering dilakukan. Jumlah responden yang mengatakan gotong-royong sudah jarang dilakukan adalah sebanyak 22 orang responden 22. Pada tahun 2011, 39 orang responden 39 mengatakan bahwa gotong-royong membersihkan sungai masih sering dilakukan, sementara 58 orang responden 38 mengatakan gotong-royong membersihkan sungai sudah jarang dilakukan. 3 orang responden 3 mengatakan gotong-royong tidak pernah lagi dilakukan. Data di atas menunjukkan bahwa setelah pembangunan jaringan irigasi di Kecamatan Medang Deras, pelaksanaan gotong-royong membersihkan sungai semakin jarang dilakukan. Penurunan intensitas pelaksanaan gotong royong ini disebabkan karena saat ini kegiatan pembersihan aliran sungai sudah dilakukan oleh tenaga kerja upahan. Tenaga kerja upahan ini dibayar dengan menggunakan iuran air irigasi. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Mardjuki 2001. Universitas Sumatera Utara Menurut Mardjuki 2001, peningkatan hubungan finansial akan diikuti oleh peningkatan hubungan sosial yang kuat antara pemakai air. Terutama untuk daerah dengan kepemimpinan yang sangat kuat, pemeliharaan jaringan irigasi dilakukan melalui pembayaran iuran irigasi dan disertai dengan kegiatan gotong royong. Iuran irigasi dipergunakan untuk membeli peralatan yang akan digunakan untuk pemeliharaan jaringan irigasi, sedangkan pengerjaannya akan dilakukan oleh petani melalui gotong royong. Pada kenyataannya yang terjadi di Kecamatan Medang Deras, iuran irigasi dipergunakan untuk membayar tenaga kerja untuk memelihara jaringan irigasi, sehingga intensitas gotong royong menurun. Dari aspek frekuensi pelaksanaan penyuluhan, dapat dilihat bahwa tidak terjadi perubahan yang besar terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Data pada Tabel 16. memperlihatkan perbandingan intensitas kegiatan sosial penyuluhan pertanian pada tahun 2006 dan 2011. Pada tahun 2006, kegiatan penyuluhan pertanian sering dilakukan, hal ini dijawab oleh 70 orang responden 70. Jumlah responden yang mengatakan bahawa penyuluhan pertanian tahun 2006 jarang dilakukan adalah sebanyak 11 orang responden 11. Pada tahun 2011, 66 orang responden 66 mengutarakan bahwa penyuluhan pertanian sering dilakukan, 29 orang responden 29 mengatakan jarang, dan 5 responden 5 menyatakan bahwa penyuluhan tidak pernah dilakukan. Gagasan bahwa kelembagaan irigasi petani termasuk subak perlu dikembangkan menjadi organisasi yang tidak saja berorientasi pada pengelolaan irigasi tetapi juga pada bisnis, sudah pernah dicetuskan oleh beberapa ahli seperti Ambler 1991, Soediro 1992, dan Helmi 1995. Universitas Sumatera Utara Tabel 16. Jawaban Responden tentang Frekuensi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi No Penyuluhan Pertanian 2006 2011 Jumlah Orang Jumlah Orang 1 Sering 70 70 66 66 2 Jarang 28 28 29 29 3 Tidak pernah 2 2 5 5 Jumlah 100 100 100 100 Sumber data: Data Primer 2011 Aspek lain yang juga berubah akibat pembangunan jaringan irigasi adalah pelaksanaan ritual dalam rangka pertanian. Data jawaban responden tentang pelaksanaan ritual dalam rangka pertanian sebelum dan sesudah pembangunan jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Jawaban Responden tentang Pelaksanaan Ritual Dalam Rangka Pertanian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi No Ritual Dalam Rangka Pertanian 2006 2011 Jumlah Orang Jumlah Orang 1 Sering 28 28 9 9 2 Jarang 67 67 82 82 3 Tidak pernah 5 5 9 9 Jumlah 100 100 100 100 Sumber data: Data Primer 2011 Dari Tabel 17., dapat dilihat bahwa 67 orang responden 67 menjawab ritual dalam rangka pertanian jarang dilakukan di tahun 2006, 28 orang responden 28 menjawab ritual masih sering dilakukan, sedangkan 5 orang responden 5 mengatakan ritual tidak pernah dilakukan pada tahun 2006. Universitas Sumatera Utara Kemudian, 82 orang responden 82 mengatakan bahwa pada tahun 2011 ritual sudah semakin jarang dilakukan. Jumlah responden yang menjawab ritual dalam rangka pertanian masih sering dilakukan yaitu sebanyak 9 orang responden 9, sedangkan jumlah yang sama yakni 9 orang responden 9 dijumpai juga pada responden yang mengatakan ritual tidak pernah lagi dilakukan tahun 2011. Analisis pada tabel di atas menunjukkan bahwa kegiatan ritual dalam rangka pertanian semakin jarang dilakukan setelah pembangunan jaringan irigasi. Pembangunan jaringan irigasi juga berdampak terhadap kegiatan sedekah Bumi. Analisis data menunjukkan bahwa setelah pembangunan jaringan irigasi, kegiatan sedekah bumi semakin jarang dilakukan di Kecamatan Medang Deras. Data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Jawaban Responden tentang Frekuensi Pelaksanaan Sedekah Bumi Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi No Sedekah Bumi 2006 2011 Jumlah Orang Jumlah Orang 1 Sering 32 32 8 8 2 Jarang 43 43 51 51 3 Tidak pernah 25 25 41 41 Jumlah 100 100 100 100 Sumber data: Data Primer 2011 Data pada Tabel 18. menunjukkan bahwa 32 orang responden 32 mengatakan bahwa tahun 2006 sedekah bumi masih sering dilakukan, sedangkan 43 orang responden 43 mengatakan jarang. 25 orang responden 25 mengatakan bahwa sedekah bumi tidak pernah dilakukan. Pada tahun 2011 terjadi perubahan, dimana 41 orang responden 41 mengatakan bahwa sedekah bumi tidak pernah Universitas Sumatera Utara lagi dilakukan, sedangkan 51 orang responden 51 menjawab sedekah bumi sesudah jarang dilakukan. Hanya 8 orang responden 8 yang menjawab sedekah bumi masih dilakukan hingga tahun 2011. Kegiatan-kegiatan ritual pertanian dan sedekah bumi saat ini sudah jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan, sebelum ada jaringan irigasi, petani berpendapat bahwa untuk meningkatkan produksi padi mereka, mereka harus memberikan sebahagian hasil yang mereka peroleh kembali ke alam. Saat ini, setelah adannya jaringan irigasi, petani mengetahui bahwa peningkatan produksi yang diperoleh disebabkan karena adanya jaringan irigasi, intensitas petani melakukan kegiatan ritual dan sedekah bumi sudah berkurang. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Soetomo 1995, bahwa pembangunan tidak hanya memberikan efek positif tetapi juga efek negatif yaitu memudarnya nilai-nilai sosial masyarakat, merosotnya berbagai kekuatan yang mengikat norma-norma sosial. Demikian juga halnya dengan yang diutarakan oleh Selo Soemarjan dalam kata pengantar untuk buku Colleta dan Umar Kayam 1987, mengemukakan, bahwa disamping hasil-hasil yang cukup menggembirakan dalam pembangunan ekonomi gaya modern, masyarakat sedang berkembang juga merasakan kemerosotan yang tidak mengenakkan dari identitas budaya mereka. Universitas Sumatera Utara

4.7. Dampak Pembangunan Irigasi terhadap Keadaan Ekonomi Masyarakat