57 8938 8995
28802
11374 40176
11242 9853
21095
6773 9144
15917
3153 12696
15849 30918
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
45000
TK SD
SMP SMA
SMK PKBM
N S
JML
Gambar 5
10
Jumlah Pendidik di Provinsi DKI Jakarta
Jumlah pendidik di Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan gambar di atas, yaitu 102.032 orang yang terdiri dari 50.027 pendidik di sekolah negeri dan
52.005 pendidik di sekolah swasta.
B. Deskripsi dan Analisis Data
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan mengenai kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta, penulis
menemukan data-data yang terkait dengan kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta. Data-data tersebut penulis
temukan dengan menggunakan metode dokumentasi dan wawancara. Data-data yang penulis temukan sebagai berikut:
1. Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Provinsi DKI
Jakarta
Penyelenggaraan pendidikan inklusif merupakan masalah yang telah menjadi konsen bersama. Kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif
10
Dinas, Kebijakan Dinas …, h. 3
merupakan kebijakan yang mengacu kepada beberapa ketetapan yang telah digariskan oleh kesepakatan di tingkat dunia dan ketetapan yang telah
digariskan pemerintah Indonesia di tingkat pusat. Pendidikan inklusif yang dimaksud dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, danatau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan tersebut secara yuridis
dimasukkan ke dalam jenis pendidikan khusus yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar
dan menengah
11
. Dari sini dapat dipahami bahwa pendidikan inklusif merupakan salah satu pendidikan yang secara khusus diselenggarakan bagi
peserta didik yang berkelainan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa disebutkan
bahwa peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, danatau memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa perlu
mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya. Layanan pendidikan tersebut dapat diselenggarakan secara
inklusif
12
. Layanan pendidikan yang dimaksud dalam peraturan tersebut merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Pada intinya, semua
11
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15, Pasal 32, dan Penjelasan Pasal 15
12
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat
Istimewa
peserta didik, dalam kondisi bagaimana pun, mendapatkan layanan pendidikan yang sama.
Pendidikan inklusif juga diatur dalam Peraturan Daerah Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan. Dalam Perda
tersebut ditetapkan bahwa warga masyarakat yang memiliki kelainan fisik, mental, emosional, dan mengalami hambatan sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus. Begitu pula dengan warga masyarakat yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa juga berhak mendapatkan
pendidikan khusus. Pendidikan khusus tersebut berfungsi memberikan layanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kendala fisik, emosional, mental, sosial danatau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
danatau bakat istimewa. Pendidikan khusus tersebut diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan
khusus formal bagi peserta didik yang memiliki kendala fisik, emosional, mental, sosial berbentuk Sekolah Luar Biasa SLB danatau kelas inklusif
sesuai dengan jenjang masing-masing. Pendidikan khusus nonformal berbentuk lembaga kursus, kelompok belajar, lembaga pelatihan serta
satuan pendidikan lain yang sederajat. Pendidikan khusus informal berbentuk pendidikan keluarga dan lingkungan. Jenis pendidikan khusus
dapat berupa pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus
13
. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan penyelenggaraan
pendidikan inklusif lewat Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 116 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Inklusif. Hal ini sebagaimana
dikatakan Ibu Septi Novida, Kepala Bidang TK, SD, PLB Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, yaitu:
“…kebijakan tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif di DKI Jakarta berdasarkan hasil kebijakan yang juga sudah ditetapkan oleh
pemerintah pusat melalui Direktorat PSLB Kementrian Pendidikan
13
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Kebijakan Direktorat PSLB ini terkait dengan kesepakatan di tingkat dunia dimana anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus,
khususnya dalam hal fisik dan emosional diberikan kesempatan untuk bersekolah atau mengenyam pendidikan. Sebenarnya dari dulu, anak-
anak yang memiliki kebutuhan khusus ini sudah diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan di SLB. Namun kenapa tidak jika pendidikan
mereka dijadikan satu di sekolah reguler dari mulai tingkat TK, SD, SMP, dan SMASMK. Terkait dengan itu, tahun 2007 keluar Peraturan
Gubernur Pergub DKI Jakarta Nomor 116 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif dimana di dalamnya memuat
ketentuan bahwa masing-masing kecamatan di Provinsi DKI Jakarta harus memiliki lembaga yang menampung dan melayani anak-anak
berkebutuhan khusus
…”
14
Pendidikan inklusif yang diselenggarakan di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus yang memiliki kekurangan dalam hal fisik, mental, dan emosional agar mereka dapat belajar bersama-sama di sekolah reguler
bersama-sama anak-anak normal lain. Hal tersebut didukung dengan pernyataan yang diberikan Dra. Septi Novida, M.Pd yaitu:
“…anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, khususnya dalam hal fisik dan emosional diberikan kesempatan untuk bersekolah atau
mengenyam pendidikan. Sebenarnya dari dulu, anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus ini sudah diberi kesempatan untuk mengenyam
pendidikan di SLB. Namun kenapa tidak jika pendidikan mereka dijadikan satu di sekolah reguler dari mulai tingkat TK, SD, SMP, dan
SMASMK
”
15
. Wawancara yang penulis lakukan dengan guru program inklusif di
lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta juga menunjukkan bahwa pendidikan inklusif yang diselenggarakan di Provinsi DKI Jakarta
ditujukan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki kekurangan dalam hal fisik, mental, dan emosional. Guru di SMP Negeri 223 Pasar
Rebo Jakarta Timur menyatakan: “…Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang tidak membeda-bedakan
kemampuan peserta didik. Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang
14
Wawancara dengan Septi Novida, Kepala Bidang TK, SD, PLB Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta 23 November 2010 Pukul 07.30 di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
15
Wawancara dengan Septi Novida
merangkul kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam diri peserta didik…”
16
Ibu Fitri dari Hellen Keller Internasional HKI menyatakan bahwa pendidikan inklusif yaitu:
“…Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memberi kesempatan kepada peserta didik yang memiliki kekurangan dalam hal fisik, mental,
dan emosional untuk dapat belajar bersama di sekolah reguler bersama anak-
anak normal lain…”
17
Manajer program inklusi di SMA Negeri 66 Cilandak Jakarta Selatan memberikan pemaparan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan inklusif
yaitu: “…Pendidikan inklusif seringkali salah dipahami oleh sebagian besar
masyarakat. Pendidikan inklusif sebenarnya bukan hanya mengakomodir kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam diri peserta didik seperti
kekurangan dalam hal fisik, emosional, dan mental saja, namun lebih jauh pendidikan inklusif harus dimaknai lebih luas dimana seharusnya
pendidikan merangkul semua kekurangan karena sejatinya setiap orang memiliki kekurangan…”
18
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, pendidikan inklusif yang diselenggarakan di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta ingin
memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan hak yang dimiliki setiap peserta didik atas perkembangan individu, sosial, dan intelektual,
sebagaimana dinyatakan MIF Baihaqi dan M. Sugiarmin. Peserta didik yang memiliki ketidakmampuan khusus danatau memiliki kebutuhan belajar
yang luar biasa diberikan akses terhadap pendidikan yang bermutu di sekolah-sekolah reguler
19
.
16
Wawancara dengan Sukarto, Guru Inklusi SMP Negeri 223 Pasar Rebo 9 Desember 2010, Pukul 13.00 di ruang guru SMP Negeri 223 Pasar Rebo
17
Wawancara dengan Fitri, Hellen Keller Internasional HKI 26 Nopember 2010 Pukul 10.00 di ruang pelatihan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
18
Wawancara dengan Suparno, Manajer Program Inklusi SMA Negeri 66 Cilandak 17 Desember 2010 Pukul 12.30 di ruang guru SMA Negeri 66 Cilandak
19
MIF. Baihaqi dan M. Sugiarmin, Memahami dan Membantu Anak ADHD, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, h. 75-76.
Selain itu, penyelenggaraan pendidikan inklusif di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, sebagaimana dinyatakan Daniel P.
Hallahan, memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta didik berkebutuhan khusus untuk ditempatkan bersama-sama dengan peserta didik
normal lainnya dalam kelas yang sama sepanjang hari
20
. Pendidikan inklusif memang berusaha merangkul semua kekurangan yang terdapat dalam diri
peserta didik. Sesuai dengan yang dinyatakan Gavin Reid bahwa pendidikan inklusif memang dimaksudkan untuk menghilangkan perbedaan dengan
berpijak pada prinsip persamaan, keadilan, dan hak individu
21
. Kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta
dimaksudkan untuk menghilangkan pembedaan yang selama ini terjadi kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Pendidikan segregatif di SLB
Sekolah Luar Biasa yang selama ini diperuntukkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus memisahkan mereka dari kenormalan, sehingga
mereka terbiasa dengan ketidaknormalan yang selama ini dilekatkan kepada mereka. Dengan penyelenggaraan pendidikan inklusif tersebut, diharapkan
agar halangan yang selama ini membatasi akses anak-anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan yang layak dapat teratasi.
Hanya saja peraturan perundangan seperti Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 116 Tahun 2006 memberikan batasan mengenai siapa saja yang termasuk dalam kategori peserta didik berkebutuhan khusus. Peserta
didik yang dimaksud dalam pendidikan inklusif sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 terdiri
atas: a. Tunanetra
b. Tunarungu
20
Daniel P. Hallahan dkk., Exceptional Learners: An Introduction to Special Education, Boston: Pearson Education Inc., 2009, cet. ke-10, h. 53.
21
Gavin Reid, Dyslexia and Inclusion, Classroom Approaches for Assesment, Teaching and Learning, London: David Fulton Publisher, 2005, h. 88
c. Tunawicara d. Tunagrahita
e. Tunadaksa f. Tunalaras
g. Berkesulitan belajar h. Lamban belajar
i. Autis j. Memiliki gangguan motorik
k. Menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya
l. Memiliki kelainan lainnya m. Tunaganda
22
Dalam Pergub Nomor 116 Tahun 2007 disebutkan bahwa peserta didik berkebutuhan khusus yang dimaksud dalam pendidikan inklusif yaitu:
a. Siswa dengan gangguan penglihatan b. Siswa dengan gangguan pendengaran
c. Siswa dengan gangguan wicara d. Siswa dengan gangguan fisik
e. Siswa dengan kesulitan belajar f. Siswa dengan gangguan lambat belajar
g. Siswa dengan gangguan pemusatan pemikiran h. Siswa cerdas istimewa, dan
i. Siswa yang memiliki kebutuhan khusus secara sosial
23
Dengan pembatasan ini, maka tidak semua peserta didik yang memiliki kekurangan dapat menjadi peserta didik pendidikan inklusif. Dalam
implementasi di lapangan ditemukan data bahwa tidak semua kelainan yang dikategorikan pemerintah ke dalam jenis kelainan atau kebutuhan khusus
dapat ditemukan di sekolah sekolah reguler. Hal ini diakui oleh Kepala
22
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
23
Peraturan Gubernur Nomor 116 Tahun 2007
Bidang TKSDPLB Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dimana sebagian besar peserta didik yang kelainan atau berkebutuhan khusus yang
masuk ke sekolah inklusif yaitu peserta didik kategori A tunanetra. Kelainan lain yang banyak ditemukan di sekolah-sekolah inklusif yaitu
peserta didik dengan kategori B tunarungu dan C tunagrahita, walaupun keduanya juga jarang ditemukan. Selain itu, peserta didik yang memiliki
kelainan fisik dan harus memakai alat bantu seperti kursi roda juga jarang ditemukan. Hingga penelitian skripsi ini dilakukan untuk mengumpulkan
data, penulis tidak menemukan data mengenai jumlah dan kategori kelainan peserta didik yang terdapat di sekolah inklusif.
Di sekolah inklusif seperti SMP Negeri 223 Pasar Rebo Jakarta Timur dan SMA Negeri 66 Cilandak Jakarta Selatan sebagian besar peserta didik
berkebutuhan khusus adalah peserta didik kategori A. Kategori lain yang juga banyak terdapat di sekolah tersebut yaitu anak-anak autis.
Pada prinsipnya, sesuai dengan konsep dasar pendidikan inklusif, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta memberikan arahan agar semua kelainan
atau kebutuhan khusus yang tertera dalam peraturan baik Peraturan Menteri Pendidikan Nasional maupun Peraturan Gubernur untuk diterima sebagai
peserta didik di sekolah-sekolah inklusif yang telah ditunjuk. Namun sebagaimana ditemukan dalam penelitian, tidak serta merta semua peserta
didik dengan kelainan atau kebutuhan khusus dapat diterima menjadi peserta didik sekolah inklusif. Peserta didik yang ingin mendaftarkan diri di
sekolah inklusif harus melalui tahap identifikasi skrining atau assesment agar diketahui kondisi dan kebutuhan peserta didik tersebut. Peserta didik
dengan kelainan ekstrem tidak dapat diterima menjadi peserta didik di sekolah inklusif karena memang diakui pihak sekolah belum memiliki
Sumber Daya Manusia yang memadai untuk menangani kelainan ekstrem tersebut.
Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta lewat Kepala Bidang TKSDPLB mengakui bahwa sebenarnya pihak Dinas telah menunjuk beberapa guru
SLB untuk menjadi Guru Pembimbing Khusus GPK untuk membantu proses penyelenggaraan pendidikan inklusif di sekolah, namun hingga kini
jumlah GPK terus berkurang bahkan keberadaannya tidak jelas. Selain tidak tertampungnya semua kelainan atau kebutuhan khusus peserta
didik di sekolah inklusif, peserta didik dengan kecerdasan luar biasa danatau bakat istimewa sebagai peserta didik yang diikutsertakan dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif jarang mendapatkan sorotan. Padahal sebagaimana kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional dan Peraturan Gubernur, peserta didik dengan kecerdasan luar biasa danatau baka istimewa merupakan salah satu kategori peserta didik
yang diikutsertakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. Jarangnya sorotan terhadap peserta didik dengan kecerdasan luar biasa danatau bakat
istimewa terlihat dari jarangya penyebutan peserta didik dengan kecerdasan luar biasa danatau bakat istimewa dalam setiap kesempatan yang berkaitan
dengan pendidikan inklusif. Saat wawancara penulis lakukan dengan beberapa narasumber, jarang sekali narasumber menyinggung mengenai
peserta didik dengan kecerdasan luar biasa danatau bakat istimewa. Begitu pula saat pelatihan untuk guru-guru sekolah inklusif penulis ikuti, jarang
sekali pembahasan mengenai peserta didik dengan kecerdasan luar biasa danatau bakat istimewa menjadi salah satu fokus.
Jika mengacu kepada konsep pendidikan inklusif, peserta didik dengan kecerdasan danatau bakat istimewa tidak menjadi salah satu kategori yang
perlu dimasukkan dalam pendidikan inklusif, karena istilah pendidikan inklusif, menurut J. David Smith, digunakan untuk mendeskripsikan
penyatuan anak-anak berkelainan penyandang hambatancacat ke dalam program sekolah. Konsep inklusi memberikan pemahaman mengenai
pentingnya penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di sekolah
24
. Dari dokumen yang penulis dapatkan, kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi
DKI Jakarta digambarkan sebagai berikut: Gambar 6
25
Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
Seluruh kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta didasarkan atas landasan yang ditetapkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta didasarkan atas ketetapan-ketetapan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat
dan pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta yaitu: a. Pusat
- Undang-Undang UU
24
J. David Smith, Inklusi, Sekolah Ramah untuk Semua, Bandung: Penerbit Nuansa, 2006, h. 45
25
Dinas, Kebijakan Dinas …, h. 3
KEBIJAKAN DINAS PENDIDIKAN
LANDASAN
A. PUSAT 1. UU
2. PP 3. Kebijakan
B. PEMERINTAH DAERAH
1. Perda 2. Pergub
3. Kebijakan 4. Program
C. KEADAAN UMUM, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN
Kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif didasarkan atas ketetapan pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. - Peraturan Pemerintah PP
Peraturan Pemerintah PP yang mengatur pelaksanaan pendidikan inklusif yaitu Peraturan Pemerintah PP Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Pendidikan Nasional. - Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan danatau Bakat Istimewa mengatur pelaksanaan pendidikan inklusif.
- Kebijakan b. Pemerintah Daerah
- Peraturan Daerah Perda Provinsi DKI Jakarta memiliki Peraturan Daerah Perda yang
didalamnya memuat aturan mengenai pendidikan inklusif. Perda yang dimaksud yaitu Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang
Sistem Pendidikan. - Peraturan Gubernur Pergub
Peraturan Gubernur Pergub yang mengatur penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta yaitu Peraturan Gubernur
Nomor 116 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. - Kebijakan
- Program
Program pendidikan inklusif di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta berada di bawah koordinasi Bidang TKSDPLB.
Program tersebut dimasukkan ke dalam Program Pendidikan Luar Biasa yang berisi program-program sebagai berikut
26
:
1. Pengembangan penyelenggaraan pendidikan inklusi 2. Pembinaan dan Pemberdayaan SDSMP Model Inklusi
3. Pembinaan SLB sebagai Pusat Sumber Pendidikan Inklusi 4. Pembinaan Instruktur, Guru Pendamping dan Pembimbing Guru
SLB Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi 5. Pembinaan Kepala Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi
6. Pembinaan Pengawas TKSD dalam Penyelenggaraan Inklusi 7. Biaya Operasional Pokja Inklusi
8. Biaya Operasional Penyelenggara Pendidikan Inklusi TK, SD, dan SMP
9. Operasional Guru Pendamping Khusus untuk Sekolah Inklusi 10. Operasional Guru Pembimbing Khusus Sekolah Inklusi
Semua program yang dicanangkan oleh Bidang TKSDPLB terkait pendidikan inklusif sudah terlaksana. Kepala Bidang TKSDPLB Dra. Septi
Novida, M.Pd menyatakan bahwa saat ini Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta sedang berusaha meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan
inklusif setelah kuantitas sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif terpenuhi.
Kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan
dengan menunjuk
sekolah-sekolah reguler
untuk menyelenggarakan program pendidikan inklusif.
Penunjukkan sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan inklusif sudah ditetapkan dari pusat. Berdasarkan Surat Edaran Dirjen
Dikdasmen Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No.
26
Dinas, Rencana Strategis.., h. 120
380C.C6MN2003 Tanggal 20 Januari 2003 Perihal Pendidikan Inklusif, setiap KabupatenKota sekurang-kurangnya memiliki 4 empat sekolah
yang terdiri dari SD, SMP, SMA, dan SMK
27
. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa disebutkan
bahwa Pemerintah KabupatenKota menunjuk paling sedikit 1 satu Sekolah Dasar, dan 1 satu Sekolah Menengah Pertama pada setiap
kecamatan dan
1 satu
satuan pendidikan
menengah untuk
menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib menerima peserta didik berkebutuhan khusus
28
. Sebagai Daerah Khusus Istimewa dan otonom, Provinsi DKI Jakarta
mengeluarkan peraturan khusus berupa Peraturan Gubernur Pergub Nomor 116 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. Dalam
Pergub ini disebutkan bahwa setiap Kecamatan sekurang-kurangnya memiliki 3 tiga TKRA, SDMI dan 1 satu SMPMTs yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi. Untuk tingkat SMASMK, MAMAK, setiap Kotamadya sekurang-kurangnya memiliki 3 tiga
SMASMK, MAMAK
29
. Pergub inilah yang kemudian dijadikan acuan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta untuk menunjuk sekolah-sekolah
reguler dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif.
Berdasarkan Pergub tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta merealisasikannya dengan menunjuk sekolah-sekolah reguler untuk
menyelenggarakan pendidikan inklusif sejumlah 164 sekolah dari jenjang TK hingga SMA. Penunjukkan sekolah-sekolah tersebut berdasarkan
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11902010 Tentang Penunjukkan Nama-nama TK, SD, SMP,
27
Surat Edaran Dirjen Dikdasmen No. 380C.C6MN2003 Tanggal 20 Januari 2003 Perihal Pendidikan Inklusif
28
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
29
Peraturan Gubernur Nomor 116 Tahun 2007
dan SMASMK Penyelenggara Pendidikan Inklusif di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010
30
. Sekolah-sekolah yang
menyelenggarakan program pendidikan inklusif yaitu sebagai berikut:
Tabel 1
31
DAFTAR NAMA TK, SD, SMP, SMASMK NEGERI PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI
PROVINSI DKI JAKARTA
No Nama Sekolah
Alamat Kecamatan
Taman Kanak-Kanak TK
1 TK Negeri Pembina Nasional
Jl. Muchtar Raya Pesanggrahan
2 TK Negeri Cipete
Jl. Cipete VII No. 70 Cilandak
3 TK Pembina Tingkat Provinsi
Jl. Bambu Duri X Pd Bambu
Duren Sawit
Sekolah Dasar SD
1 SDN Johar Baru 29
Jl. Percetakan Negara II Johar Baru
2 SDN Bendungan Hilir 01
Jl. Danau
Toba Pejompongan
Tanah Abang
3 SDN Cempaka Putih Barat 16
Jl. Cempaka Putih Barat 19
Cempaka Putih 4
SDN Kartini 02 Jl. Gotong Royong Gg. E
Sawah Besar 5
SDN Mangga Dua Selatan 01 Pg Jl. Melawai Dalam No. 1 Sawah Besar
6 SDN Pasar Baru 01 Pg
Jl. Pintu Besi I42 Sawah Besar
7 SDN Petamburan 01 Pg
Jl. Petamburan IV Tanah Abang
8 SDN Bendungan Hilir 07
Jl. Danau Limboto No. 9 Tanah Abang
9 SDN Kenari 01
Jl. Kramat IV25 Senen
10 SDN Bungur 01 Pg
Jl. Angsana No. 4 Senen
30
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11902010 Tentang Penunjukkan Nama-nama TK, SD, SMP, dan SMASMK Penyelenggara
Pendidikan Inklusif di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010
31
Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11902010 Tentang Penunjukkan Nama-nama TK, SD, SMP, dan SMASMK
Penyelenggara Pendidikan Inklusif di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 Tanggal 19-08-2010
11 SDN Kebon Sirih 01 Pg
Jl. Kebon Sirih No. 29 Menteng
12 SDN Cikini 01 Pg
Jl. Cidurian No. 2 A Menteng
13 SDN Cempaka Putih Timur 02
Jl. Rawasari Timur IV2 Cempaka Putih
14 SDN Cempaka Putih Barat 07
Jl. Percetakan Negara Cempaka Putih
15 SDN Tanah Tinggi 11
Jl. Tanah Tinggi I2 Johar Baru
16 SDN Johar Baru 10
Jl. Mardani Raya No. 12 A
Johar Baru 17
SDN Cideng 11 Pt Jl. Cimalaya No. 1
Gambir 18
SDN Petojo Selatan 05 Jl. Petojo Encelek XIV
Gambir 19
SDN Serdang 01 Pt Jl. Lapangan Poros
Kemayoran
20 SDN Sumur Batu 07 Pt
Jl. Sumur Batu Utara No. 2
Kemayoran
21 SDN Kelapa Gading Timur 04
Komplek PT. HI Kelapa Gading
Kelapa Gading
22 SDN Merunda 02
Jl. Marundo Pulo Rt. 0101
Cilincing
23 SDN Pluit 06
Jl. Komplek
Nelayan Muara Angke Rt. 0101
Penjaringan 24
SDN Sungai Bambu 02 Pg Jl. Gadang No. 52
Tanjung Priok
25 SDN Cilincing 05 Pg
Jl. Baru Gg. II Rt. 01102 No. 2
Cilincing 26
SDN Semper Barat 07 Pg Jl. Pepaya V No. 20
Cilincing
27 SDN Tugu Utara 12
Jl. Kramat Jaya Gg. 8 Blok R
Koja 28
SDN Rawa Badak Selatan 11 Pg Jl. Bendungan Selatan Koja
29 SDN Penjaringan 11
Jl. Bandengan Utara No. 80
Penjaringan 30
SDN Kapuk Muara 03 Pg Jl. SMP Negeri 122
Penjaringan 31
SDN Sunter Jaya 07 Pg Jl. Sunter Jaya VI No. 31
Tanjung Priok 32
SDN Sunter Agung 04 Pt Jl. Agung Jaya No. 15
Tanjung Priok
33 SDN Ancol 03 Pg
Jl. Kampung Muka Rt. 09-04
Pademangan 34
SDN Pademangan Barat 08 Pt Jl. Ampera VII
Pademangan 35
SDN Pegangsaan Dua 03 Pg Jl. Kepu Pegangsaan Dua
Kelapa Gading 36
SDN Slipi 18 Pg Jl. KS Tubun III Dalam
Palmerah 37
SDN Sukabumi Selatan 07 Jl. Pos Pengumben
Kebon Jeruk
38 SDN Meruya Selatan 06 Pg
Jl. Lapangan
Jabek Komp. Mega
Kembangan 39
SDN Kembangan Utara 05 Pg Jl. Kampung Rt. 0503
Kembangan
40 SDN Joglo 04 Pg
Jl. Komplek DKI Rt. 00208
Kembangan 41
SDN Duri Kelapa 06 Pg Jl. Mangga XIV Rt. 0604 Kebon Jeruk
42 SDN Kelapa Dua 04 Pg
Jl. Inpres Rt. 00405 Kebon Jeruk
43 SDN Jatipulo 08 Pg
Jl. Seroja No. 16 Rt. 00401
Palmerah
44 SDN Kota Bambu Selatan 01 Pg
Jl. Komplek PJKA Pndk. Bandung
Palmerah
45 SDN Jembatan Besi 01 Pg
Jl. Jembatan Besi IX No. 31
Tambora 46
SDN Duri Utara 02 Pg Jl. Duri Utara I No. 1
Tambora 47
SDN Pinangsia 02 Pg Jl. Pinangsia I No. 20
Tamansari
48 SDN Krukut 03 Pg
Jl. KH. Zaenal Arifin No. 4
Tamansari
49 SDN Tanjung Duren Utara 01
Pg Jl. Tanjung Duren Utara
III3 Grogol
50 SDN Jelambar 03 Pg
Jl. Jelambar Selatan XVI Grogol
51 SDN Pegadungan 11 Pg
Jl. Peta Utara No. 10 Kalideres
52 SDN Kamal 02 Pg
Jl. Kebon 200 Rt. 0306 Kalideres
53 SDN Cengkareng Timur 01 Pg
Jl. Daan Mogot Km. 14 Cengkareng
54 SDN Rawa Buaya 03 Pg
Jl. Al Barkah Rt. 00103 Cengkareng
55 SDN Menteng Atas 04
Jl. Dr. Saharjo 121 Setiabudi
56 SDN Cipete Utara 12 Pg
Jl. Kirai Ujung Kebayoran Baru
57 SDN Lebak Bulus 02 Pg
Jl. Pertanian Raya No. 59 Cilandak
58 SDN Lebak Bulus 03 Pg
Jl. Pertanian III No. 88 Cilandak
59 SDN Lebak Bulus 06 Pg
Jl. Gunung Balong Cilandak
60 SDN Cipete Selatan 04
Jl. Anggus II Cilandak
61 SDN Pela Mampang 01 Pg
Jl. Bangka II Gg. IV Mampang
Prapatan 62
SDN Pejaten Timur 15 Pg Jl. Siaga Dharma VIII
Pasar Minggu 63
SDN Ragunan 11 Pg Jl. Harsono RM
Pasar Minggu 64
SDN Pondok Labu 01 Pg Jl. RS Fatmawati
Cilandak 65
SDN Gandaria Selatan 01 Pg Jl. Teladan No. 3
Cilandak 66
SDN Pesanggrahan 03 Pg Jl. Kodam
Pesanggrahan 67
SDN Petukangan Selatan 05 Jl. Inpres Rt. 001402
Pesanggrahan 68
SDN Grogol Selatan 03 Jl. Raya Kebayoran Lama Pesanggrahan
69 SDN Grogol Utara 09 Pagi
Jl. Kemandoran I Kebayoran
Lama 70
SDN Pulo 05 Pg Jl. Jembatan Selatan
Kebayoran Baru 71
SDN Gandaria Utara 11 Pagi Jl. BRI Radio Dalam
Kebayoran Baru 72
SDN Pancoran 05 Pg Jl. Pancoran Timur II
Pancoran 73
SDN Pengadegan 08 Pagi Jl. Pengadegan Barat XIII Pancoran
74 SDN Kuningan Barat 03 Pagi
Jl. PLN Kuningan Barat Mampang
Prapatan
75 SDN Mampang Prapatan 05 Pg
Jl. Kapten Tendean Gg. Kamboja
Mampang Prapatan
76 SDN Karet Kuningan 03 Pagi
Jl. Genteng Ijo No. 1 Setiabudi
77 SDN Setiabudi 01
Jl. Setiabudi Barat No. 8 Setiabudi
78 SDN Cipedak 03 Pagi
Jl. Timbul Rt. 00705 Jagakarsa
79 SDN Lenteng Agung 07 Pagi
Jl. Raya Depok Gg. Subur Jagakarsa 80
SDN Gedong 04 Jl.
Raya Condet
Rt. Pasar Rebo
01203 81
SDN Kramatjati 24 Jl. Langgar Rt. 00810
Kramatjati 82
SDN Kebon Pala 03 Pagi Jl. Raya Condet
Makasar 83
SDN Batu Ampar 04 Jl. Batu Ampar III
Kramatjati
84 SDN Gedong 12
Jl. Raya Condet Gg. Masjid
Pasar Rebo 85
SDN Gedong 03 Jl. Raya Condet
Pasar Rebo 86
SDN Cipinang Muara 24 Pt Jl. Cipinang Muara
Jatinegara 87
SDN Cipayung 09 Pt Jl. SMU 64 Cipayung
Cipayung 88
SDN Cakung Barat 18 Pt Jl. Raya Bekasi Km. 23
Cakung 89
SDN Jatinegara 05 Pg Jl. Raya Bekasi Km. 17
Cakung 90
SDN Jatinegara Kaum 03 Pg Jl. Raya Bekasi Km. 18
Pulo Gadung 91
SDN Pisangan Timur 16 Pt Jl. Mugeni I
Pulo Gadung 92
SDN Rawabunga 16 Pg Jl. Jatinegara Timur IV
Jatinegara 93
SDN Bidaracina 04 Pt Jl. Setia No. 10
Jatinegara
94 SDN Pisangan Baru 02 Pg
Jl. Jenderal A. Yani No. 30
Matraman 95
SDN Pisangan Baru 10 Pt Jl. Pisangan Baru I
Matraman 96
SDN Pondok Bambu 03 Pg Jl. Pahlawan Revolusi
Duren Sawit 97
SDN Klender 17 Pt Jl. Pertanian Utara
Duren Sawit 98
SDN Ciracas 13 Pt Jl. Kramat Rt. 1210
Ciracas 99
SDN Susukan 13 Pt Jl. Makmur IV Rt. 00902 Ciracas
100 SDN Cawang 06 Pt Jl. Dewi Sartika No. 200
Kramat Jati
101 SDN Dukuh 02 Pt Jl. Raya Pondok Gede Rt.
00101 Kramat Jati
102 SDN Kebon Pala 08 Pt Jl. Permata Rt. 07005
Makasar 103 SDN Kebon Pala 15 Pg
Jl. SD Inpres Rt. 00304 Makasar
104 SDN Cijantung 09 Pt Jl. Gongseng Raya Rt.
01001 Pasar Rebo
105 SDN Kalisari 10 Pt Jl. Kalisari Rt. 00602
Pasar Rebo
106 SDN Ceger 03 Pt Jl. SMP 222 Rt. 0502
Cipayung 107 SDN Lubang Buaya 02 Pt
Jl. Yusufiah Rt. 01001 Cipayung
108 SDN Cijantung 01 Jl. Pertengahan
Pasar Rebo 109 SDN Kramat Jati 01
Jl. Masjid Al Amin Kramatjati
110 SDN Kramat Jati 16 Jl. Langgar Rt. 008010
Kramatjati 111 SDN Rambutan 01
Jl. HM. Sabar No. 49 Ciracas
112 SDN Cilangkap 01 Jl. Mabes ABRI
Cipayung 113 SDN Halim Perdanakusuma 01
Jl. Halim Golf Makasar
114 SDN Cipayung 02 Jl. Komp. Perwira TNI
AD Cipayung
115 SDN Kebon Pala 01 Pagi Jl. Cakrawala No 01
Makasar
116 SDN Balimester 01 Jl. Matraman Raya No.
226 Jatinegara
117 SDN Kampung Melayu 02 Pt Jl. Kebon Pala I No. 34
Jatinegara
118 SDN Cipinang Besar Utara 01
Pg Jl. Bekasi Timur IV No. 1 Jatinegara
119 SDN Duren Sawit 01 Pagi Jl. Kelurahan I
Duren Sawit 120 SDN Klender 03 Pagi
Jl. Raden Inten II Buaran Duren Sawit
Sekolah Menengah Pertama SMP
1 SMPN 118
Jl. Pramuka Sari I Cempaka Putih
2 SMPN 183
Jl. Cempaka Baru VII47 Kemayoran
3 SMPN 269
Jl. Harapan
Mulia Kemayoran
Cempaka Putih 4
SMPN 4 Jl. Perwira No. 10-11
Sawah Besar 5
SMPN 70 Jl. H. Awaludin IV
Tanah Abang 6
SMPN 42 Jl. Pademangan Timur 3
Pademangan
7 SMPN 120
Jl. Kamal Muara Raya No. 9
Penjaringan 8
SMPN 122 Jl. SMP 122 Penjaringan
Penjaringan 9
SMPN 114 Jl. HM. Darpi Plum Koja
Semper 10
SMPN 266 Jl. Cilincing Batik VI
Cilincing
11 SMPN 270
Jl. Kompi Udin Rt. 0101 Pgangs Dua
Kelapa Gading
12 SMPN 264
Jl. Barkah I Rt. 00103 Rawa Buaya
Cengkareng
13 SMPN 191
Jl. Duta Raya Kebon Jeruk
Kebon Jeruk
14 SMPN 248
Jl. Kamal
Raya Cengkareng Timur
Cengkareng 15
SMPN 207 Jl. Meruya Utara
Kembangan 16
SMPN 63 Jl. Perniagaan No. 31
Tambora
17 SMPN 271
Jl. Pahlawan Sukabumi Selatan VIF1
Kebon Jeruk 18
SMPN 226 Jl. Kayu Kapur No. 2
Pondok Labu 19
SMPN 240 Jl. H. Raya No. 16 B
Gandaria Utara 20
SMPN 235 Jl. Pondok Indah
Pesanggrahan
21 SMPN 16
Jl. Palmerah Barat 59 Grogol Utara
Kebayoran Lama
22 SMPN 276
Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa
23 SMPN 15
Jl. Profesor
Supomo Menteng
Tebet 24
SMPN 223 Jl. Surilang No. 6
Pasar Rebo 25
SMPN 36 Jl. Pedati
Jatinegara 26
SMPN 62 Jl. Jatinegara Timur IV
Jatinegara 27
SMPN 259 Jl. Komplek TMII
Cipayung 28
SMPN 165 Jl. Balai Rakyat III16
Duren Sawit 29
SMPN 287 Jl. Balai Rakyat III16
Makasar
30 SMPN 90
Jl. Raya Bekasi Km. 18 Jatinegara
Cakung
31 SMPN 232
Jl. Gading Raya No. 16 Pisang Timur
Pulo Gadung
Sekolah Menengah Atas SMASekolah Menengah Kejuruan SMK
1 SMA Negeri 5
Jl. Raya Sumur Batu Kemayoran
2 SMK Negeri 27
Jl. Dr. Sutomo No. 1 Senen
3 SMA Negeri 40
Jl. Budi Mulia Raya Pademangan
Pademangan
4 SMK Negeri 33
Jl. Gading Timur Kelapa Gading
Kelapa Gading
5 SMA Negeri 112
Jl. Senggrehan Meruya Utara
Kembangan 6
SMK Negeri 13 Jl. Rawa Belong II E
Palmerah
7 SMA Negeri 66
Jl. Bango III Pondok Labu
Cilandak 8
SMK Negeri 30 Jl. Pakubuwono 6
Kebayoran Baru 9
SMA Negeri 54 Jl. Jatinegara Timur IV
Jatinegara
10 SMK Negeri 58
Jl. SMIK Bambu Apus TMII
Cipayung
Sebagai Daerah Khusus Istimewa dan daerah otonom, Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan peraturan daerah dalam bentuk Peraturan Gubernur
Nomor 116 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. Secara umum, tidak ada perbedaan antara Pergub tersebut dengan peraturan-
peraturan di atasnya seperti Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang
Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa. Kedua peraturan tersebut secara teknis memberikan ketentuan-
ketentuan umum mengenai pelaksanaan pendidikan inklusif. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional berlaku secara nasional, sedangkan
Peraturan Gubernur berlaku hanya di Provinsi DKI Jakarta. Yang
membedakan keduanya yaitu pada penunjukkan sekolah-sekolah reguler yang menyelenggarakan program pendidikan inklusif. Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 disebutkan bahwa Pemerintah KabupatenKotamadya menunjuk paling sedikit 1 satu Sekolah
Dasar dan 1 satu Sekolah Menengah Pertama pada setiap kecamatan dan 1 satu satuan pendidikan menengah untuk menyelenggarakan pendidikan
inklusif yang wajib menerima peserta didik berkebutuhan khusus. Adapun dalam Peraturan Gubernur disebutkan bahwa setiap Kecamatan sekurang-
kurangnya memiliki 3 tiga TKRA dan SDMI dan 1 satu SMPMTs yang menyelenggarakan pendidikan inklusi. Untuk tingkatan SMASMK
atau MAMAK, setiap kotamadya sekurang-kurangnya memiliki 3 tiga SMASMK atau MAMAK yang menyelenggarakan pendidikan inklusif.
Di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta telah terdapat sejumlah 164 sekolah yang ditunjuk untuk menyelenggarakan program
pendidikan inklusif dari mulai tingkat SD hingga SMA. Jumlah TK penyelenggara program pendidikan inklusif berjumlah 3 sekolah. SD yang
menyelenggarakan program pendidikan inklusif berjumlah 120 sekolah. SMP yang menyelenggarakan program pendidikan inklusif berjumlah 31
sekolah. Di tingkat SMASMK, jumlah penyelenggara program pendidikan inklusif mencapai 10 sekolah. Secara terperinci, sebaran sekolah-sekolah
penyelenggara program pendidikan inklusif di masing-masing kecamatan se-Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Sebaran Sekolah Inklusif di Provinsi DKI Jakarta
No Kecamatan
KotamadyaKabupaten Sekolah Inklusif
TK SD
SMP SMASMK
1 Gambir
Jakarta Pusat -
2 -
- 2
Tanah Abang Jakarta Pusat
- 3
1 -
3 Menteng
Jakarta Pusat -
2 -
-
4 Senen
Jakarta Pusat -
2 -
1 5
Cempaka Putih
Jakarta Pusat -
3 2
- 6
Johar Baru Jakarta Pusat
- 3
- -
7 Kemayoran
Jakarta Pusat -
2 1
1 8
Sawah Besar Jakarta Pusat
- 3
1 -
Jumlah -
20 5
2
9 Tamansari
Jakarta Barat -
2 -
- 10 Tambora
Jakarta Barat -
2 1
- 11 Palmerah
Jakarta Barat -
3 -
1 12
Grogol Petamburan
Jakarta Barat -
2 -
- 13 Kebon Jeruk
Jakarta Barat -
3 2
- 14 Kembangan
Jakarta Barat -
3 1
1 15 Cengkareng
Jakarta Barat -
2 2
- 16 Kalideres
Jakarta Barat -
2 -
-
Jumlah -
19 6
2
17 Kebayoran
Baru Jakarta Selatan
- 3
1 1
18 Kebayoran
Lama Jakarta Selatan
- 1
1 -
19 Pesanggrahan Jakarta Selatan
1 2
1 -
20 Cilandak Jakarta Selatan
1 6
1 1
21 Pasar Minggu Jakarta Selatan
- 2
- -
22 Jagakarsa Jakarta Selatan
- 2
1 -
23 Mampang
Prapatan Jakarta Selatan
- 2
- -
24 Pancoran Jakarta Selatan
- 2
- -
25 Tebet Jakarta Selatan
- -
1 -
26 Setiabudi Jakarta Selatan
- 2
- -
Jumlah 2
22 6
2
27 Matraman Jakarta Timur
- 2
- -
28 Pulo Gadung Jakarta Timur
- 2
1 -
29 Jatinegara Jakarta Timur
- 5
2 1
30 Duren Sawit Jakarta Timur
1 4
1 -
31 Kramat Jati Jakarta Timur
- 4
- -
32 Makasar Jakarta Timur
- 5
- -
33 Pasar Rebo Jakarta Timur
- 6
1 -
34 Ciracas Jakarta Timur
- 3
- -
35 Cipayung Jakarta Timur
- 5
1 1
36 Cakung Jakarta Timur
- 2
1 -
Jumlah 1
38 7
2
37 Cilincing Jakarta Utara
- 3
1 -
38 Koja Jakarta Utara
- 2
1 -
39 Kelapa
Gading Jakarta Utara
- 2
1 1
40 Tanjung Priok Jakarta Utara -
3 -
- 41 Pademangan
Jakarta Utara -
2 1
1 42 Penjaringan
Jakarta Utara -
3 2
-
Jumlah -
15 6
2
43 Kepulauan
Seribu Utara Kepulauan Seribu
- -
- -
44 Kepulauan
Seribu Selatan Kepulauan Seribu
- -
- -
Jumlah -
- -
- Jumlah Total
3 120
31 10
Provinsi DKI Jakarta memiliki 5 Kotamadya dan 1 Kabupaten yang terdiri dari 44 Kecamatan
32
. Tabel di atas menunjukkan sebaran sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai penyelenggara program pendidikan inklusif di
kecamatan-kecamatan yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta. 164 sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif hanya tersebar di 5 Kotamadya
di Provinsi DKI Jakarta yaitu Kotamadya Jakarta Pusat, Kotamadya Jakarta Barat, Kotamadya Jakarta Selatan, Kotamadya Jakarta Timur, dan
Kotamadya Jakarta Utara. Di 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan tidak terdapat satu
sekolah pun yang menyelenggarakan program pendidikan inklusif. Tidak semua kecamatan memiliki TK penyelenggara program pendidikan
inklusif. Jumlah TK yang ditunjuk Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta hanya berjumlah 3 TK yang terdapat di Kecamatan Pesanggrahan dan
Kecamatan Cilandak. Kedua Kecamatan tersebut terdapat di Kotamadya Jakarta Selatan. Satu TK lagi terdapat di Kecamatan Duren Sawit
Kotamadya Jakarta Timur. Jumlah SD penyelenggara program pendidikan inklusif di Provinsi DKI
Jakarta sebanyak 120 sekolah. Jumlah tersebut tersebar di 41 Kecamatan dari jumlah total 44 Kecamatan yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta. 3
Kecamatan yang tidak memiliki SD yaitu Kecamatan Tebet Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan
Seribu, dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Di tingkat SMP, sebaran sekolah penyelenggara program pendidikan
inklusif hampir merata di setiap Kecamatan karena tidak setiap Kecamatan memiliki sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif di tingkat
SMP. Di Kotamadya Jakarta Pusat yang memiliki 8 Kecamatan, terdapat 5 SMP penyelenggara program pendidikan inklusif yang tersebar di 4
32
Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, dari http:www.depdagri.go.idmediafilemanager201001291111__dki_jakarta.pdf,
23 Januari
2011
Kecamatan. Kotamadya Jakarta Barat yang memiliki 8 Kecamatan, terdapat 6 SMP penyelenggara program pendidikan inklusif yang tersebar di 4
Kecamatan. Kotamadya Jakarta Selatan yang memiliki 10 Kecamatan, terdapat 6 SMP penyelenggara program pendidikan inklusif yang tersebar di
6 Kecamatan. Di Kotamadya Jakarta Timur, SMP penyelenggara program pendidikan inklusif berjumlah 7 sekolah yang tersebar di 6 Kecamatan dari
10 Kecamatan yang terdapat di Kotamadya Jakarta Timur. Adapun di Kotamadya Jakarta Utara yang memiliki 6 Kecamatan terdapat 6 SMP
penyelenggara program pendidikan inklusif yang tersebar di 5 Kecamatan. Dengan demikian, 120 SMP penyelenggara program pendidikan inklusif
tersebut tersebar di 25 Kecamatan dari total 44 Kecamatan yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta. Sehingga terdapat 19 Kecamatan di Provinsi DKI
Jakarta yang tidak memiliki SMP penyelenggara program pendidikan inklusif.
Di tingkat SMASMK terdapat 10 sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif. 10 SMASMK tersebut tersebar di 10 Kecamatan di 5
Kotamadya. Masing-masing
Kotamadya memiliki
2 SMASMK
penyelenggara program pendidikan inklusif. Dengan demikian, terdapat 34 Kecamatan yang tidak memiliki SMASMK penyelenggara program
pendidikan inklusif.
2. Implementasi Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di