Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan mengenai kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta, penulis menemukan
data-data yang terkait dengan kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta. Data-data tersebut penulis temukan dengan menggunakan
metode dokumentasi dan wawancara. Data-data yang penulis temukan sebagai berikut:
1. Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Provinsi DKI Jakarta
Penyelenggaraan pendidikan inklusif merupakan masalah yang telah menjadi konsen bersama. Kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif merupakan
kebijakan yang mengacu kepada beberapa ketetapan yang telah digariskan oleh kesepakatan di tingkat dunia dan ketetapan yang telah digariskan pemerintah
Indonesia di tingkat pusat. Pendidikan inklusif yang dimaksud dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, danatau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan tersebut secara yuridis dimasukkan ke dalam
jenis pendidikan khusus yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah
92
. Dari sini dapat dipahami bahwa pendidikan inklusif merupakan salah satu
pendidikan yang secara khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang berkelainan.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa disebutkan bahwa peserta didik
92
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15, Pasal 32, dan Penjelasan Pasal 15
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, danatau memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa perlu mendapatkan layanan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya. Layanan pendidikan tersebut dapat diselenggarakan secara inklusif
93
. Layanan pendidikan yang dimaksud dalam peraturan tersebut merupakan sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan danatau
bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya. Pada intinya, semua peserta didik, dalam kondisi bagaimana pun, mendapatkan layanan pendidikan yang sama.
Pendidikan inklusif juga diatur dalam Peraturan Daerah Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan. Dalam Perda tersebut
ditetapkan bahwa warga masyarakat yang memiliki kelainan fisik, mental, emosional, dan mengalami hambatan sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus. Begitu pula dengan warga masyarakat yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa juga berhak mendapatkan pendidikan
khusus. Pendidikan khusus tersebut berfungsi memberikan layanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kendala fisik, emosional, mental, sosial danatau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa. Pendidikan
khusus tersebut diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan khusus formal bagi peserta didik yang memiliki
kendala fisik, emosional, mental, sosial berbentuk Sekolah Luar Biasa SLB danatau kelas inklusif sesuai dengan jenjang masing-masing. Pendidikan
khusus nonformal berbentuk lembaga kursus, kelompok belajar, lembaga
93
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa
pelatihan serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Pendidikan khusus informal berbentuk pendidikan keluarga dan lingkungan. Jenis pendidikan
khusus dapat berupa pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus
94
. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan penyelenggaraan
pendidikan inklusif lewat Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 116 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Inklusif. Hal ini sebagaimana dikatakan Ibu
Septi Novida, Kepala Bidang TK, SD, PLB Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, yaitu:
“…kebijakan tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif di DKI Jakarta berdasarkan hasil kebijakan yang juga sudah ditetapkan oleh pemerintah
pusat melalui Direktorat PSLB Kementrian Pendidikan Nasional. Kebijakan Direktorat PSLB ini terkait dengan kesepakatan di tingkat dunia dimana
anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, khususnya dalam hal fisik dan emosional diberikan kesempatan untuk bersekolah atau mengenyam
pendidikan. Sebenarnya dari dulu, anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus ini sudah diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan di SLB.
Namun kenapa tidak jika pendidikan mereka dijadikan satu di sekolah reguler dari mulai tingkat TK, SD, SMP, dan SMASMK. Terkait dengan
itu, tahun 2007 keluar Peraturan Gubernur Pergub DKI Jakarta Nomor 116 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif dimana di
dalamnya memuat ketentuan bahwa masing-masing kecamatan di Provinsi DKI Jakarta harus memiliki lembaga yang menampung dan melayani anak-
anak berkebutuhan khusus…”
95
Pendidikan inklusif yang diselenggarakan di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus yang memiliki kekurangan dalam hal fisik, mental, dan emosional agar mereka dapat belajar bersama-sama di sekolah reguler bersama-
sama anak-anak normal lain. Hal tersebut didukung dengan pernyataan yang diberikan Dra. Septi Novida, M.Pd yaitu:
94
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan
95
Wawancara dengan Septi Novida, Kepala Bidang TK, SD, PLB Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta 23 November 2010 Pukul 07.30 di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
“…anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, khususnya dalam hal fisik dan emosional diberikan kesempatan untuk bersekolah atau mengenyam
pendidikan. Sebenarnya dari dulu, anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus ini sudah diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan di SLB.
Namun kenapa tidak jika pendidikan mereka dijadikan satu di sekolah
reguler dari mulai tingkat TK, SD, SMP, dan SMASMK”
96
. Wawancara yang penulis lakukan dengan guru program inklusif di lingkungan
Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta juga menunjukkan bahwa pendidikan inklusif yang diselenggarakan di Provinsi DKI Jakarta ditujukan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus yang memiliki kekurangan dalam hal fisik, mental, dan emosional. Guru di SMP Negeri 223 Pasar Rebo Jakarta Timur menyatakan:
“…Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang tidak membeda-bedakan kemampuan peserta didik. Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang
merangkul kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam diri peserta
didik…”
97
Ibu Fitri dari Hellen Keller Internasional HKI menyatakan bahwa pendidikan inklusif yaitu:
“…Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memberi kesempatan kepada peserta didik yang memiliki kekurangan dalam hal fisik, mental, dan
emosional untuk dapat belajar bersama di sekolah reguler bersama anak- anak normal lain…”
98
Manajer program inklusi di SMA Negeri 66 Cilandak Jakarta Selatan memberikan pemaparan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan inklusif
yaitu: “…Pendidikan inklusif seringkali salah dipahami oleh sebagian besar
masyarakat. Pendidikan inklusif sebenarnya bukan hanya mengakomodir kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam diri peserta didik seperti
kekurangan dalam hal fisik, emosional, dan mental saja, namun lebih jauh
96
Wawancara dengan Septi Novida
97
Wawancara dengan Sukarto, Guru Inklusi SMP Negeri 223 Pasar Rebo 9 Desember 2010, Pukul 13.00 di ruang guru SMP Negeri 223 Pasar Rebo
98
Wawancara dengan Fitri, Hellen Keller Internasional HKI 26 Nopember 2010 Pukul 10.00 di ruang pelatihan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
pendidikan inklusif harus dimaknai lebih luas dimana seharusnya pendidikan merangkul semua kekurangan karena sejatinya setiap orang memiliki
kekurangan…”
99
Berdasarkan pernyataan-pernyataan
diatas, pendidikan
inklusif yang
diselenggarakan di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta ingin memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan hak yang dimiliki setiap
peserta didik atas perkembangan individu, sosial, dan intelektual, sebagaimana dinyatakan MIF Baihaqi dan M. Sugiarmin. Peserta didik yang memiliki
ketidakmampuan khusus danatau memiliki kebutuhan belajar yang luar biasa diberikan akses terhadap pendidikan yang bermutu di sekolah-sekolah
reguler
100
. Selain itu, penyelenggaraan pendidikan inklusif di lingkungan Dinas
Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, sebagaimana dinyatakan Daniel P. Hallahan, memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta didik berkebutuhan
khusus untuk ditempatkan bersama-sama dengan peserta didik normal lainnya dalam kelas yang sama sepanjang hari
101
. Pendidikan inklusif memang berusaha merangkul semua kekurangan yang terdapat dalam diri peserta didik. Sesuai
dengan yang dinyatakan Gavin Reid bahwa pendidikan inklusif memang dimaksudkan untuk menghilangkan perbedaan dengan berpijak pada prinsip
persamaan, keadilan, dan hak individu
102
. Kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta
dimaksudkan untuk menghilangkan pembedaan yang selama ini terjadi kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Pendidikan segregatif di SLB Sekolah Luar
Biasa yang selama ini diperuntukkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus
99
Wawancara dengan Suparno, Manajer Program Inklusi SMA Negeri 66 Cilandak 17 Desember 2010 Pukul 12.30 di ruang guru SMA Negeri 66 Cilandak
100
MIF. Baihaqi dan M. Sugiarmin, Memahami dan Membantu Anak ADHD, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, h. 75-76.
101
Daniel P. Hallahan dkk., Exceptional Learners: An Introduction to Special Education, Boston: Pearson Education Inc., 2009, cet. ke-10, h. 53.
102
Gavin Reid, Dyslexia and Inclusion, Classroom Approaches for Assesment, Teaching and Learning, London: David Fulton Publisher, 2005, h. 88
memisahkan mereka dari kenormalan, sehingga mereka terbiasa dengan ketidaknormalan yang selama ini dilekatkan kepada mereka. Dengan
penyelenggaraan pendidikan inklusif tersebut, diharapkan agar halangan yang selama ini membatasi akses anak-anak berkebutuhan khusus untuk
mendapatkan pendidikan yang layak dapat teratasi. Hanya saja peraturan perundangan seperti Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 70 Tahun 2009 dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 116 Tahun 2006 memberikan batasan mengenai siapa saja yang
termasuk dalam kategori peserta didik berkebutuhan khusus. Peserta didik yang dimaksud dalam pendidikan inklusif sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 terdiri atas: a. Tunanetra
b. Tunarungu c. Tunawicara
d. Tunagrahita e. Tunadaksa
f. Tunalaras g. Berkesulitan belajar
h. Lamban belajar i. Autis
j. Memiliki gangguan motorik k. Menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif
lainnya l. Memiliki kelainan lainnya
m. Tunaganda
103
103
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
Dalam Pergub Nomor 116 Tahun 2007 disebutkan bahwa peserta didik berkebutuhan khusus yang dimaksud dalam pendidikan inklusif yaitu:
a. Siswa dengan gangguan penglihatan b. Siswa dengan gangguan pendengaran
c. Siswa dengan gangguan wicara d. Siswa dengan gangguan fisik
e. Siswa dengan kesulitan belajar f. Siswa dengan gangguan lambat belajar
g. Siswa dengan gangguan pemusatan pemikiran h. Siswa cerdas istimewa, dan
i. Siswa yang memiliki kebutuhan khusus secara sosial
104
Dengan pembatasan ini, maka tidak semua peserta didik yang memiliki kekurangan dapat menjadi peserta didik pendidikan inklusif. Dalam
implementasi di lapangan ditemukan data bahwa tidak semua kelainan yang dikategorikan pemerintah ke dalam jenis kelainan atau kebutuhan khusus dapat
ditemukan di sekolah sekolah reguler. Hal ini diakui oleh Kepala Bidang TKSDPLB Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dimana sebagian besar
peserta didik yang kelainan atau berkebutuhan khusus yang masuk ke sekolah inklusif yaitu peserta didik kategori A tunanetra. Kelainan lain yang banyak
ditemukan di sekolah-sekolah inklusif yaitu peserta didik dengan kategori B tunarungu dan C tunagrahita, walaupun keduanya juga jarang ditemukan.
Selain itu, peserta didik yang memiliki kelainan fisik dan harus memakai alat bantu seperti kursi roda juga jarang ditemukan. Hingga penelitian skripsi ini
dilakukan untuk mengumpulkan data, penulis tidak menemukan data mengenai jumlah dan kategori kelainan peserta didik yang terdapat di sekolah inklusif.
104
Peraturan Gubernur Nomor 116 Tahun 2007
Di sekolah inklusif seperti SMP Negeri 223 Pasar Rebo Jakarta Timur dan SMA Negeri 66 Cilandak Jakarta Selatan sebagian besar peserta didik
berkebutuhan khusus adalah peserta didik kategori A. Kategori lain yang juga banyak terdapat di sekolah tersebut yaitu anak-anak autis.
Pada prinsipnya, sesuai dengan konsep dasar pendidikan inklusif, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta memberikan arahan agar semua kelainan atau
kebutuhan khusus yang tertera dalam peraturan baik Peraturan Menteri Pendidikan Nasional maupun Peraturan Gubernur untuk diterima sebagai
peserta didik di sekolah-sekolah inklusif yang telah ditunjuk. Namun sebagaimana ditemukan dalam penelitian, tidak serta merta semua peserta didik
dengan kelainan atau kebutuhan khusus dapat diterima menjadi peserta didik sekolah inklusif. Peserta didik yang ingin mendaftarkan diri di sekolah inklusif
harus melalui tahap identifikasi skrining atau assesment agar diketahui kondisi dan kebutuhan peserta didik tersebut. Peserta didik dengan kelainan
ekstrem tidak dapat diterima menjadi peserta didik di sekolah inklusif karena memang diakui pihak sekolah belum memiliki Sumber Daya Manusia yang
memadai untuk menangani kelainan ekstrem tersebut. Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta lewat Kepala Bidang TKSDPLB
mengakui bahwa sebenarnya pihak Dinas telah menunjuk beberapa guru SLB untuk menjadi Guru Pembimbing Khusus GPK untuk membantu proses
penyelenggaraan pendidikan inklusif di sekolah, namun hingga kini jumlah GPK terus berkurang bahkan keberadaannya tidak jelas.
Selain tidak tertampungnya semua kelainan atau kebutuhan khusus peserta didik di sekolah inklusif, peserta didik dengan kecerdasan luar biasa danatau
bakat istimewa
sebagai peserta
didik yang
diikutsertakan dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif jarang mendapatkan sorotan. Padahal sebagaimana kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional dan Peraturan Gubernur, peserta didik dengan kecerdasan luar biasa danatau baka istimewa merupakan salah satu kategori peserta didik yang
diikutsertakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. Jarangnya sorotan terhadap peserta didik dengan kecerdasan luar biasa danatau bakat istimewa
terlihat dari jarangya penyebutan peserta didik dengan kecerdasan luar biasa danatau bakat istimewa dalam setiap kesempatan yang berkaitan dengan
pendidikan inklusif. Saat wawancara penulis lakukan dengan beberapa narasumber, jarang sekali narasumber menyinggung mengenai peserta didik
dengan kecerdasan luar biasa danatau bakat istimewa. Begitu pula saat pelatihan untuk guru-guru sekolah inklusif penulis ikuti, jarang sekali
pembahasan mengenai peserta didik dengan kecerdasan luar biasa danatau bakat istimewa menjadi salah satu fokus.
Jika mengacu kepada konsep pendidikan inklusif, peserta didik dengan kecerdasan danatau bakat istimewa tidak menjadi salah satu kategori yang
perlu dimasukkan dalam pendidikan inklusif, karena istilah pendidikan inklusif, menurut J. David Smith, digunakan untuk mendeskripsikan penyatuan anak-
anak berkelainan penyandang hambatancacat ke dalam program sekolah. Konsep inklusi memberikan pemahaman mengenai pentingnya penerimaan
anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di sekolah
105
. Dari dokumen yang penulis dapatkan, kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi
DKI Jakarta digambarkan sebagai berikut: Gambar 6
106
Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
105
J. David Smith, Inklusi, Sekolah Ramah untuk Semua, Bandung: Penerbit Nuansa, 2006, h. 45
106
Dinas, Kebijakan Dinas …, h. 3
Seluruh kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta didasarkan atas landasan yang ditetapkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kebijakan
penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta didasarkan atas ketetapan-ketetapan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah Provinsi DKI Jakarta yaitu: a. Pusat
- Undang-Undang UU Kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif didasarkan atas ketetapan
pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
- Peraturan Pemerintah PP Peraturan Pemerintah PP yang mengatur pelaksanaan pendidikan
inklusif yaitu Peraturan Pemerintah PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional.
- Peraturan Menteri
KEBIJAKAN DINAS PENDIDIKAN
LANDASAN
A. PUSAT 1. UU
2. PP 3. Kebijakan
B. PEMERINTAH DAERAH
1. Perda 2. Pergub
3. Kebijakan 4. Program
C. KEADAAN UMUM, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN
Peraturan Menteri Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan danatau Bakat Istimewa mengatur pelaksanaan pendidikan inklusif.
- Kebijakan b. Pemerintah Daerah
- Peraturan Daerah Perda Provinsi DKI Jakarta memiliki Peraturan Daerah Perda yang
didalamnya memuat aturan mengenai pendidikan inklusif. Perda yang dimaksud yaitu Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Sistem
Pendidikan. - Peraturan Gubernur Pergub
Peraturan Gubernur Pergub yang mengatur penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta yaitu Peraturan Gubernur Nomor 116
Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. - Kebijakan
- Program Program pendidikan inklusif di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi
DKI Jakarta berada di bawah koordinasi Bidang TKSDPLB. Program tersebut dimasukkan ke dalam Program Pendidikan Luar Biasa yang
berisi program-program sebagai berikut
107
:
1. Pengembangan penyelenggaraan pendidikan inklusi 2. Pembinaan dan Pemberdayaan SDSMP Model Inklusi
3. Pembinaan SLB sebagai Pusat Sumber Pendidikan Inklusi
107
Dinas, Rencana Strategis.., h. 120
4. Pembinaan Instruktur, Guru Pendamping dan Pembimbing Guru SLB Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi
5. Pembinaan Kepala Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi 6. Pembinaan Pengawas TKSD dalam Penyelenggaraan Inklusi
7. Biaya Operasional Pokja Inklusi 8. Biaya Operasional Penyelenggara Pendidikan Inklusi TK, SD, dan
SMP 9. Operasional Guru Pendamping Khusus untuk Sekolah Inklusi
10. Operasional Guru Pembimbing Khusus Sekolah Inklusi Semua program yang dicanangkan oleh Bidang TKSDPLB terkait pendidikan
inklusif sudah terlaksana. Kepala Bidang TKSDPLB Dra. Septi Novida, M.Pd menyatakan bahwa saat ini Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta sedang
berusaha meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan inklusif setelah kuantitas sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif terpenuhi.
Kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan
dengan menunjuk
sekolah-sekolah reguler
untuk menyelenggarakan program pendidikan inklusif.
Penunjukkan sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan inklusif sudah ditetapkan dari pusat. Berdasarkan Surat Edaran Dirjen
Dikdasmen Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 380C.C6MN2003 Tanggal 20 Januari 2003 Perihal Pendidikan Inklusif,
setiap KabupatenKota sekurang-kurangnya memiliki 4 empat sekolah yang terdiri dari SD, SMP, SMA, dan SMK
108
. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 Tentang
Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
108
Surat Edaran Dirjen Dikdasmen No. 380C.C6MN2003 Tanggal 20 Januari 2003 Perihal Pendidikan Inklusif
Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa disebutkan bahwa Pemerintah KabupatenKota menunjuk paling sedikit 1 satu Sekolah Dasar, dan 1 satu
Sekolah Menengah Pertama pada setiap kecamatan dan 1 satu satuan pendidikan menengah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib
menerima peserta didik berkebutuhan khusus
109
. Sebagai Daerah Khusus Istimewa dan otonom, Provinsi DKI Jakarta
mengeluarkan peraturan khusus berupa Peraturan Gubernur Pergub Nomor 116 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. Dalam Pergub
ini disebutkan bahwa setiap Kecamatan sekurang-kurangnya memiliki 3 tiga TKRA, SDMI dan 1 satu SMPMTs yang menyelenggarakan pendidikan
inklusi. Untuk tingkat SMASMK, MAMAK, setiap Kotamadya sekurang- kurangnya memiliki 3 tiga SMASMK, MAMAK
110
. Pergub inilah yang kemudian dijadikan acuan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta untuk
menunjuk sekolah-sekolah reguler dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif.
Berdasarkan Pergub tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta merealisasikannya
dengan menunjuk
sekolah-sekolah reguler
untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif sejumlah 164 sekolah dari jenjang TK
hingga SMA. Penunjukkan sekolah-sekolah tersebut berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
11902010 Tentang Penunjukkan Nama-nama TK, SD, SMP, dan SMASMK Penyelenggara Pendidikan Inklusif di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010
111
. Sekolah-sekolah yang menyelenggarakan program pendidikan inklusif yaitu
sebagai berikut:
109
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
110
Peraturan Gubernur Nomor 116 Tahun 2007
111
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11902010 Tentang Penunjukkan Nama-nama TK, SD, SMP, dan SMASMK Penyelenggara Pendidikan Inklusif
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010
Tabel 1
112
DAFTAR NAMA TK, SD, SMP, SMASMK NEGERI PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI
PROVINSI DKI JAKARTA
No Nama Sekolah
Alamat Kecamatan
Taman Kanak-Kanak TK
1 TK Negeri Pembina Nasional
Jl. Muchtar Raya Pesanggrahan
2 TK Negeri Cipete
Jl. Cipete VII No. 70 Cilandak
3 TK Pembina Tingkat Provinsi
Jl. Bambu Duri X Pd Bambu
Duren Sawit
Sekolah Dasar SD
1 SDN Johar Baru 29
Jl. Percetakan Negara II Johar Baru
2 SDN Bendungan Hilir 01
Jl. Danau
Toba Pejompongan
Tanah Abang
3 SDN Cempaka Putih Barat 16
Jl. Cempaka Putih Barat 19
Cempaka Putih 4
SDN Kartini 02 Jl. Gotong Royong Gg. E
Sawah Besar 5
SDN Mangga Dua Selatan 01 Pg Jl. Melawai Dalam No. 1 Sawah Besar
6 SDN Pasar Baru 01 Pg
Jl. Pintu Besi I42 Sawah Besar
7 SDN Petamburan 01 Pg
Jl. Petamburan IV Tanah Abang
8 SDN Bendungan Hilir 07
Jl. Danau Limboto No. 9 Tanah Abang
9 SDN Kenari 01
Jl. Kramat IV25 Senen
10 SDN Bungur 01 Pg
Jl. Angsana No. 4 Senen
11 SDN Kebon Sirih 01 Pg
Jl. Kebon Sirih No. 29 Menteng
12 SDN Cikini 01 Pg
Jl. Cidurian No. 2 A Menteng
13 SDN Cempaka Putih Timur 02
Jl. Rawasari Timur IV2 Cempaka Putih
112
Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11902010 Tentang Penunjukkan Nama-nama TK, SD, SMP, dan SMASMK Penyelenggara
Pendidikan Inklusif di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 Tanggal 19-08-2010
14 SDN Cempaka Putih Barat 07
Jl. Percetakan Negara Cempaka Putih
15 SDN Tanah Tinggi 11
Jl. Tanah Tinggi I2 Johar Baru
16 SDN Johar Baru 10
Jl. Mardani Raya No. 12 A
Johar Baru 17
SDN Cideng 11 Pt Jl. Cimalaya No. 1
Gambir 18
SDN Petojo Selatan 05 Jl. Petojo Encelek XIV
Gambir 19
SDN Serdang 01 Pt Jl. Lapangan Poros
Kemayoran
20 SDN Sumur Batu 07 Pt
Jl. Sumur Batu Utara No. 2
Kemayoran
21 SDN Kelapa Gading Timur 04
Komplek PT. HI Kelapa Gading
Kelapa Gading
22 SDN Merunda 02
Jl. Marundo Pulo Rt. 0101
Cilincing
23 SDN Pluit 06
Jl. Komplek
Nelayan Muara Angke Rt. 0101
Penjaringan 24
SDN Sungai Bambu 02 Pg Jl. Gadang No. 52
Tanjung Priok
25 SDN Cilincing 05 Pg
Jl. Baru Gg. II Rt. 01102 No. 2
Cilincing 26
SDN Semper Barat 07 Pg Jl. Pepaya V No. 20
Cilincing
27 SDN Tugu Utara 12
Jl. Kramat Jaya Gg. 8 Blok R
Koja 28
SDN Rawa Badak Selatan 11 Pg Jl. Bendungan Selatan Koja
29 SDN Penjaringan 11
Jl. Bandengan Utara No. 80
Penjaringan 30
SDN Kapuk Muara 03 Pg Jl. SMP Negeri 122
Penjaringan 31
SDN Sunter Jaya 07 Pg Jl. Sunter Jaya VI No. 31
Tanjung Priok 32
SDN Sunter Agung 04 Pt Jl. Agung Jaya No. 15
Tanjung Priok 33
SDN Ancol 03 Pg Jl. Kampung Muka Rt. Pademangan
09-04 34
SDN Pademangan Barat 08 Pt Jl. Ampera VII
Pademangan 35
SDN Pegangsaan Dua 03 Pg Jl. Kepu Pegangsaan Dua
Kelapa Gading 36
SDN Slipi 18 Pg Jl. KS Tubun III Dalam
Palmerah 37
SDN Sukabumi Selatan 07 Jl. Pos Pengumben
Kebon Jeruk
38 SDN Meruya Selatan 06 Pg
Jl. Lapangan
Jabek Komp. Mega
Kembangan 39
SDN Kembangan Utara 05 Pg Jl. Kampung Rt. 0503
Kembangan
40 SDN Joglo 04 Pg
Jl. Komplek DKI Rt. 00208
Kembangan 41
SDN Duri Kelapa 06 Pg Jl. Mangga XIV Rt. 0604 Kebon Jeruk
42 SDN Kelapa Dua 04 Pg
Jl. Inpres Rt. 00405 Kebon Jeruk
43 SDN Jatipulo 08 Pg
Jl. Seroja No. 16 Rt. 00401
Palmerah
44 SDN Kota Bambu Selatan 01 Pg
Jl. Komplek PJKA Pndk. Bandung
Palmerah
45 SDN Jembatan Besi 01 Pg
Jl. Jembatan Besi IX No. 31
Tambora 46
SDN Duri Utara 02 Pg Jl. Duri Utara I No. 1
Tambora 47
SDN Pinangsia 02 Pg Jl. Pinangsia I No. 20
Tamansari
48 SDN Krukut 03 Pg
Jl. KH. Zaenal Arifin No. 4
Tamansari
49 SDN Tanjung Duren Utara 01
Pg Jl. Tanjung Duren Utara
III3 Grogol
50 SDN Jelambar 03 Pg
Jl. Jelambar Selatan XVI Grogol
51 SDN Pegadungan 11 Pg
Jl. Peta Utara No. 10 Kalideres
52 SDN Kamal 02 Pg
Jl. Kebon 200 Rt. 0306 Kalideres
53 SDN Cengkareng Timur 01 Pg
Jl. Daan Mogot Km. 14 Cengkareng
54 SDN Rawa Buaya 03 Pg
Jl. Al Barkah Rt. 00103 Cengkareng
55 SDN Menteng Atas 04
Jl. Dr. Saharjo 121 Setiabudi
56 SDN Cipete Utara 12 Pg
Jl. Kirai Ujung Kebayoran Baru
57 SDN Lebak Bulus 02 Pg
Jl. Pertanian Raya No. 59 Cilandak
58 SDN Lebak Bulus 03 Pg
Jl. Pertanian III No. 88 Cilandak
59 SDN Lebak Bulus 06 Pg
Jl. Gunung Balong Cilandak
60 SDN Cipete Selatan 04
Jl. Anggus II Cilandak
61 SDN Pela Mampang 01 Pg
Jl. Bangka II Gg. IV Mampang
Prapatan 62
SDN Pejaten Timur 15 Pg Jl. Siaga Dharma VIII
Pasar Minggu 63
SDN Ragunan 11 Pg Jl. Harsono RM
Pasar Minggu 64
SDN Pondok Labu 01 Pg Jl. RS Fatmawati
Cilandak 65
SDN Gandaria Selatan 01 Pg Jl. Teladan No. 3
Cilandak 66
SDN Pesanggrahan 03 Pg Jl. Kodam
Pesanggrahan 67
SDN Petukangan Selatan 05 Jl. Inpres Rt. 001402
Pesanggrahan 68
SDN Grogol Selatan 03 Jl. Raya Kebayoran Lama Pesanggrahan
69 SDN Grogol Utara 09 Pagi
Jl. Kemandoran I Kebayoran
Lama 70
SDN Pulo 05 Pg Jl. Jembatan Selatan
Kebayoran Baru 71
SDN Gandaria Utara 11 Pagi Jl. BRI Radio Dalam
Kebayoran Baru 72
SDN Pancoran 05 Pg Jl. Pancoran Timur II
Pancoran 73
SDN Pengadegan 08 Pagi Jl. Pengadegan Barat XIII Pancoran
74 SDN Kuningan Barat 03 Pagi
Jl. PLN Kuningan Barat Mampang
Prapatan
75 SDN Mampang Prapatan 05 Pg
Jl. Kapten Tendean Gg. Kamboja
Mampang Prapatan
76 SDN Karet Kuningan 03 Pagi
Jl. Genteng Ijo No. 1 Setiabudi
77 SDN Setiabudi 01
Jl. Setiabudi Barat No. 8 Setiabudi
78 SDN Cipedak 03 Pagi
Jl. Timbul Rt. 00705 Jagakarsa
79 SDN Lenteng Agung 07 Pagi
Jl. Raya Depok Gg. Subur Jagakarsa
80 SDN Gedong 04
Jl. Raya
Condet Rt.
01203 Pasar Rebo
81 SDN Kramatjati 24
Jl. Langgar Rt. 00810 Kramatjati
82 SDN Kebon Pala 03 Pagi
Jl. Raya Condet Makasar
83 SDN Batu Ampar 04
Jl. Batu Ampar III Kramatjati
84 SDN Gedong 12
Jl. Raya Condet Gg. Masjid
Pasar Rebo 85
SDN Gedong 03 Jl. Raya Condet
Pasar Rebo 86
SDN Cipinang Muara 24 Pt Jl. Cipinang Muara
Jatinegara 87
SDN Cipayung 09 Pt Jl. SMU 64 Cipayung
Cipayung 88
SDN Cakung Barat 18 Pt Jl. Raya Bekasi Km. 23
Cakung 89
SDN Jatinegara 05 Pg Jl. Raya Bekasi Km. 17
Cakung 90
SDN Jatinegara Kaum 03 Pg Jl. Raya Bekasi Km. 18
Pulo Gadung 91
SDN Pisangan Timur 16 Pt Jl. Mugeni I
Pulo Gadung 92
SDN Rawabunga 16 Pg Jl. Jatinegara Timur IV
Jatinegara 93
SDN Bidaracina 04 Pt Jl. Setia No. 10
Jatinegara
94 SDN Pisangan Baru 02 Pg
Jl. Jenderal A. Yani No. 30
Matraman 95
SDN Pisangan Baru 10 Pt Jl. Pisangan Baru I
Matraman 96
SDN Pondok Bambu 03 Pg Jl. Pahlawan Revolusi
Duren Sawit 97
SDN Klender 17 Pt Jl. Pertanian Utara
Duren Sawit 98
SDN Ciracas 13 Pt Jl. Kramat Rt. 1210
Ciracas 99
SDN Susukan 13 Pt Jl. Makmur IV Rt. 00902 Ciracas
100 SDN Cawang 06 Pt Jl. Dewi Sartika No. 200
Kramat Jati
101 SDN Dukuh 02 Pt Jl. Raya Pondok Gede Rt.
00101 Kramat Jati
102 SDN Kebon Pala 08 Pt Jl. Permata Rt. 07005
Makasar 103 SDN Kebon Pala 15 Pg
Jl. SD Inpres Rt. 00304 Makasar
104 SDN Cijantung 09 Pt Jl. Gongseng Raya Rt.
01001 Pasar Rebo
105 SDN Kalisari 10 Pt Jl. Kalisari Rt. 00602
Pasar Rebo 106 SDN Ceger 03 Pt
Jl. SMP 222 Rt. 0502 Cipayung
107 SDN Lubang Buaya 02 Pt Jl. Yusufiah Rt. 01001
Cipayung 108 SDN Cijantung 01
Jl. Pertengahan Pasar Rebo
109 SDN Kramat Jati 01 Jl. Masjid Al Amin
Kramatjati 110 SDN Kramat Jati 16
Jl. Langgar Rt. 008010 Kramatjati
111 SDN Rambutan 01 Jl. HM. Sabar No. 49
Ciracas 112 SDN Cilangkap 01
Jl. Mabes ABRI Cipayung
113 SDN Halim Perdanakusuma 01 Jl. Halim Golf
Makasar
114 SDN Cipayung 02 Jl. Komp. Perwira TNI
AD Cipayung
115 SDN Kebon Pala 01 Pagi Jl. Cakrawala No 01
Makasar
116 SDN Balimester 01 Jl. Matraman Raya No.
226 Jatinegara
117 SDN Kampung Melayu 02 Pt Jl. Kebon Pala I No. 34
Jatinegara
118 SDN Cipinang Besar Utara 01
Pg Jl. Bekasi Timur IV No. 1 Jatinegara
119 SDN Duren Sawit 01 Pagi Jl. Kelurahan I
Duren Sawit 120 SDN Klender 03 Pagi
Jl. Raden Inten II Buaran Duren Sawit
Sekolah Menengah Pertama SMP
1 SMPN 118
Jl. Pramuka Sari I Cempaka Putih
2 SMPN 183
Jl. Cempaka Baru VII47 Kemayoran
3 SMPN 269
Jl. Harapan
Mulia Kemayoran
Cempaka Putih
4 SMPN 4
Jl. Perwira No. 10-11 Sawah Besar
5 SMPN 70
Jl. H. Awaludin IV Tanah Abang
6 SMPN 42
Jl. Pademangan Timur 3 Pademangan
7 SMPN 120
Jl. Kamal Muara Raya No. 9
Penjaringan 8
SMPN 122 Jl. SMP 122 Penjaringan
Penjaringan
9 SMPN 114
Jl. HM. Darpi Plum Semper
Koja 10
SMPN 266 Jl. Cilincing Batik VI
Cilincing
11 SMPN 270
Jl. Kompi Udin Rt. 0101 Pgangs Dua
Kelapa Gading
12 SMPN 264
Jl. Barkah I Rt. 00103 Rawa Buaya
Cengkareng
13 SMPN 191
Jl. Duta Raya Kebon Jeruk
Kebon Jeruk
14 SMPN 248
Jl. Kamal
Raya Cengkareng Timur
Cengkareng 15
SMPN 207 Jl. Meruya Utara
Kembangan 16
SMPN 63 Jl. Perniagaan No. 31
Tambora
17 SMPN 271
Jl. Pahlawan Sukabumi Selatan VIF1
Kebon Jeruk 18
SMPN 226 Jl. Kayu Kapur No. 2
Pondok Labu 19
SMPN 240 Jl. H. Raya No. 16 B
Gandaria Utara 20
SMPN 235 Jl. Pondok Indah
Pesanggrahan
21 SMPN 16
Jl. Palmerah Barat 59 Grogol Utara
Kebayoran Lama
22 SMPN 276
Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa
23 SMPN 15
Jl. Profesor
Supomo Tebet
Menteng 24
SMPN 223 Jl. Surilang No. 6
Pasar Rebo 25
SMPN 36 Jl. Pedati
Jatinegara 26
SMPN 62 Jl. Jatinegara Timur IV
Jatinegara 27
SMPN 259 Jl. Komplek TMII
Cipayung 28
SMPN 165 Jl. Balai Rakyat III16
Duren Sawit 29
SMPN 287 Jl. Balai Rakyat III16
Makasar
30 SMPN 90
Jl. Raya Bekasi Km. 18 Jatinegara
Cakung
31 SMPN 232
Jl. Gading Raya No. 16 Pisang Timur
Pulo Gadung
Sekolah Menengah Atas SMASekolah Menengah Kejuruan SMK
1 SMA Negeri 5
Jl. Raya Sumur Batu Kemayoran
2 SMK Negeri 27
Jl. Dr. Sutomo No. 1 Senen
3 SMA Negeri 40
Jl. Budi Mulia Raya Pademangan
Pademangan
4 SMK Negeri 33
Jl. Gading Timur Kelapa Gading
Kelapa Gading
5 SMA Negeri 112
Jl. Senggrehan Meruya Utara
Kembangan 6
SMK Negeri 13 Jl. Rawa Belong II E
Palmerah
7 SMA Negeri 66
Jl. Bango III Pondok Labu
Cilandak 8
SMK Negeri 30 Jl. Pakubuwono 6
Kebayoran Baru 9
SMA Negeri 54 Jl. Jatinegara Timur IV
Jatinegara
10 SMK Negeri 58
Jl. SMIK Bambu Apus TMII
Cipayung
Sebagai Daerah Khusus Istimewa dan daerah otonom, Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan peraturan daerah dalam bentuk Peraturan Gubernur Nomor
116 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. Secara umum, tidak ada perbedaan antara Pergub tersebut dengan peraturan-peraturan di
atasnya seperti Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa. Kedua peraturan tersebut secara teknis memberikan ketentuan-ketentuan umum mengenai
pelaksanaan pendidikan inklusif. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional berlaku secara nasional, sedangkan
Peraturan Gubernur berlaku hanya di Provinsi DKI Jakarta. Yang membedakan keduanya
yaitu pada
penunjukkan sekolah-sekolah
reguler yang
menyelenggarakan program pendidikan inklusif. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 disebutkan bahwa Pemerintah
KabupatenKotamadya menunjuk paling sedikit 1 satu Sekolah Dasar dan 1 satu Sekolah Menengah Pertama pada setiap kecamatan dan 1 satu satuan
pendidikan menengah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib menerima peserta didik berkebutuhan khusus. Adapun dalam Peraturan
Gubernur disebutkan bahwa setiap Kecamatan sekurang-kurangnya memiliki 3 tiga TKRA dan SDMI dan 1 satu SMPMTs yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi. Untuk tingkatan SMASMK atau MAMAK, setiap kotamadya sekurang-kurangnya memiliki 3 tiga SMASMK atau MAMAK
yang menyelenggarakan pendidikan inklusif. Di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta telah terdapat sejumlah
164 sekolah yang ditunjuk untuk menyelenggarakan program pendidikan inklusif dari mulai tingkat SD hingga SMA. Jumlah TK penyelenggara program
pendidikan inklusif berjumlah 3 sekolah. SD yang menyelenggarakan program pendidikan inklusif berjumlah 120 sekolah. SMP yang menyelenggarakan
program pendidikan inklusif berjumlah 31 sekolah. Di tingkat SMASMK, jumlah penyelenggara program pendidikan inklusif mencapai 10 sekolah.
Secara terperinci, sebaran sekolah-sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif di masing-masing kecamatan se-Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai
berikut: Tabel 2
Sebaran Sekolah Inklusif di Provinsi DKI Jakarta
No Kecamatan
KotamadyaKabupaten Sekolah Inklusif
TK SD
SMP SMASMK
1 Gambir
Jakarta Pusat -
2 -
- 2
Tanah Abang Jakarta Pusat
- 3
1 -
3 Menteng
Jakarta Pusat -
2 -
- 4
Senen Jakarta Pusat
- 2
- 1
5 Cempaka
Putih Jakarta Pusat
- 3
2 -
6 Johar Baru
Jakarta Pusat -
3 -
- 7
Kemayoran Jakarta Pusat
- 2
1 1
8 Sawah Besar
Jakarta Pusat -
3 1
-
Jumlah -
20 5
2
9 Tamansari
Jakarta Barat -
2 -
- 10 Tambora
Jakarta Barat -
2 1
- 11 Palmerah
Jakarta Barat -
3 -
1 12
Grogol Petamburan
Jakarta Barat -
2 -
- 13 Kebon Jeruk
Jakarta Barat -
3 2
- 14 Kembangan
Jakarta Barat -
3 1
1 15 Cengkareng
Jakarta Barat -
2 2
-
16 Kalideres Jakarta Barat
- 2
- -
Jumlah -
19 6
2
17 Kebayoran
Baru Jakarta Selatan
- 3
1 1
18 Kebayoran
Lama Jakarta Selatan
- 1
1 -
19 Pesanggrahan Jakarta Selatan
1 2
1 -
20 Cilandak Jakarta Selatan
1 6
1 1
21 Pasar Minggu Jakarta Selatan
- 2
- -
22 Jagakarsa Jakarta Selatan
- 2
1 -
23 Mampang
Prapatan Jakarta Selatan
- 2
- -
24 Pancoran Jakarta Selatan
- 2
- -
25 Tebet Jakarta Selatan
- -
1 -
26 Setiabudi Jakarta Selatan
- 2
- -
Jumlah 2
22 6
2
27 Matraman Jakarta Timur
- 2
- -
28 Pulo Gadung Jakarta Timur
- 2
1 -
29 Jatinegara Jakarta Timur
- 5
2 1
30 Duren Sawit Jakarta Timur
1 4
1 -
31 Kramat Jati Jakarta Timur
- 4
- -
32 Makasar Jakarta Timur
- 5
- -
33 Pasar Rebo Jakarta Timur
- 6
1 -
34 Ciracas Jakarta Timur
- 3
- -
35 Cipayung Jakarta Timur
- 5
1 1
36 Cakung Jakarta Timur
- 2
1 -
Jumlah 1
38 7
2
37 Cilincing Jakarta Utara
- 3
1 -
38 Koja Jakarta Utara
- 2
1 -
39 Kelapa
Gading Jakarta Utara
- 2
1 1
40 Tanjung Priok Jakarta Utara
- 3
- -
41 Pademangan Jakarta Utara
- 2
1 1
42 Penjaringan Jakarta Utara
- 3
2 -
Jumlah -
15 6
2
43 Kepulauan
Seribu Utara Kepulauan Seribu
- -
- -
44 Kepulauan
Seribu Selatan Kepulauan Seribu
- -
- -
Jumlah -
- -
- Jumlah Total
3 120
31 10
Provinsi DKI Jakarta memiliki 5 Kotamadya dan 1 Kabupaten yang terdiri dari 44 Kecamatan
113
. Tabel di atas menunjukkan sebaran sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai penyelenggara program pendidikan inklusif di kecamatan-
kecamatan yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta. 164 sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif hanya tersebar di 5 Kotamadya di Provinsi DKI
Jakarta yaitu Kotamadya Jakarta Pusat, Kotamadya Jakarta Barat, Kotamadya Jakarta Selatan, Kotamadya Jakarta Timur, dan Kotamadya Jakarta Utara. Di 2
kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan tidak terdapat satu sekolah pun yang
menyelenggarakan program pendidikan inklusif. Tidak semua kecamatan memiliki TK penyelenggara program pendidikan
inklusif. Jumlah TK yang ditunjuk Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
113
Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, dari http:www.depdagri.go.idmediafilemanager201001291111__dki_jakarta.pdf, 23 Januari 2011
hanya berjumlah 3 TK yang terdapat di Kecamatan Pesanggrahan dan Kecamatan Cilandak. Kedua Kecamatan tersebut terdapat di Kotamadya Jakarta
Selatan. Satu TK lagi terdapat di Kecamatan Duren Sawit Kotamadya Jakarta Timur.
Jumlah SD penyelenggara program pendidikan inklusif di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 120 sekolah. Jumlah tersebut tersebar di 41 Kecamatan dari jumlah
total 44 Kecamatan yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta. 3 Kecamatan yang tidak memiliki SD yaitu Kecamatan Tebet Kotamadya Jakarta Selatan,
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu, dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan.
Di tingkat SMP, sebaran sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif hampir merata di setiap Kecamatan karena tidak setiap Kecamatan memiliki
sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif di tingkat SMP. Di Kotamadya Jakarta Pusat yang memiliki 8 Kecamatan, terdapat 5 SMP
penyelenggara program pendidikan inklusif yang tersebar di 4 Kecamatan. Kotamadya Jakarta Barat yang memiliki 8 Kecamatan, terdapat 6 SMP
penyelenggara program pendidikan inklusif yang tersebar di 4 Kecamatan. Kotamadya Jakarta Selatan yang memiliki 10 Kecamatan, terdapat 6 SMP
penyelenggara program pendidikan inklusif yang tersebar di 6 Kecamatan. Di Kotamadya Jakarta Timur, SMP penyelenggara program pendidikan inklusif
berjumlah 7 sekolah yang tersebar di 6 Kecamatan dari 10 Kecamatan yang terdapat di Kotamadya Jakarta Timur. Adapun di Kotamadya Jakarta Utara
yang memiliki 6 Kecamatan terdapat 6 SMP penyelenggara program pendidikan inklusif yang tersebar di 5 Kecamatan.
Dengan demikian, 120 SMP penyelenggara program pendidikan inklusif tersebut tersebar di 25 Kecamatan dari total 44 Kecamatan yang terdapat di
Provinsi DKI Jakarta. Sehingga terdapat 19 Kecamatan di Provinsi DKI Jakarta yang tidak memiliki SMP penyelenggara program pendidikan inklusif.
Di tingkat SMASMK terdapat 10 sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif. 10 SMASMK tersebut tersebar di 10 Kecamatan di 5 Kotamadya.
Masing-masing Kotamadya memiliki 2 SMASMK penyelenggara program pendidikan inklusif. Dengan demikian, terdapat 34 Kecamatan yang tidak
memiliki SMASMK penyelenggara program pendidikan inklusif.
2. Implementasi Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Provinsi