1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Hal ini
tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Upaya merealisir tujuan negara itu ditempuh melalui
pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang multi kompleks membawa pemerintah harus banyak turut campur dalam kehidupan rakyat yang mendalam di
semua sektor. Campur tangan itu tertuang dalam ketentuan peraturan perundang- undangan, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan pelaksana
lainnya yang dilaksanakan oleh administrasi negara yang menyelenggarakan tugas pelayanan publik.
1
Pola interaksi dan kolaborasi antara pemerintah dan swasta maupun masyarakat yang sering disebut dengan istilah kemitraan telah banyak dilakukan
di berbagai sektor. Pola pengelolaan program pada umumnya diarahkan untuk menemukan bentuk yang tepat dalam rangka memecahkan berbagai permasalahan
dalam masyarakat atau mungkin juga dalam ragka menemukan format baru dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik.
1
Sjachran Basah, Eksistensi Dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi Di Indonesia, Alumni, Bandung, 1985, hal. 3
Dewasa ini di Indonesia, sejalan dengan komitmen nasional untuk melakukan transformasi dan reformasi di segala bidang, bentuk kemitraan antara
pemerintah dengan swasta dan masyarakat madani secara nyata terlihat dalam berbagai upaya kolaborasi dalam penyusunan peraturan perundang-undangan,
pengendalian dan pengawasan jalannya pemerintahan oleh masyarakat dan swasta, penyelenggaraan program pembangunan dan pelayanan publik, maupun
dalam rangka pengelolaan bersama prasarana publik dan sarana publik antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
2
Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan materi yang baru diatur dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Latar belakang dimasukkannya ketentuan tersebut adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perseroan terhadap lingkungan dan keadaan
masyarakat disekitar tempat usaha perseroan. Ketentuan ini tidak bersifat menyeluruh. Akan tetapi, ketentuan ini memiliki batasan dan keadaan-keadaan
tertentu yang peraturan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Selain itu, ketentuan ini juga bertujuan untuk tetap menciptakan
hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
3
Tanggung jawab sosial perusahaan sering disebut Corporate Social Responsibility CSR. Kesadaran pentingnya melakukan CSR merupakan trend
global, seiring dengan semakin maraknya kepedulian menggunakan stakeholders.
2
Sedarmayati, Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna Meningkatkan Produktifitas Menuju Good Governance, Bagian Kedua Edisi Revisi, Bandung: Mandar Maju,
2012, hal. 23
3
Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007, hal. 93
Persoalan CSR ini juga tidak terlepas dengan prinsip Good Corporate Govermance GCG, yang menerapkan faimess, transparency dan accountability.
Prinsip accountability penekanannya yang signifikan diberikan pada kepentingan stakeholders perusahaan. Perusahaan harus memerhatikan kepentingan dari
stakeholders, menciptakan nilai tambah value added dari produk atau jasa bagi stakeholders, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya.
Gagasan Corporate Social Responsibility diharapkan bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpihak pada single bottom line, yaitu
nilai perusahaan corporate value yang direfleksikan dalam kondisi keuangan financial saja, tetapi juga perusahaan memerhatikan dampak sosial dan
lingkungan triple bottom line.
4
Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan apa yang disebut Corporate Social Responsibility CSR. Penerapan CSR tidak lagi dianggap
sebagai cost atau biaya, melainkan investasi perusahaan untuk meningkatkan reputasi perusahan. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup.
5
Hal ini diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang disahkan pada 20 Juli 2007 yang menyatakan:
Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela atau komitmen yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggung
jawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib atau menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya.
4
Ibid., hal. 94
5
Chairil N. Siregar, Analisis Sosiologis Terhadap Implementasi CSR Pada Masyarakat Indonesia, hal. 285
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan TJSL.
2. TJSL merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6
Dengan adanya peraturan ini, perusahaan khususnya perseroaan terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus
melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat, tetapi kewajiban ini bukan suatu beban yang memberatkan. Perlu diingat pembangunan suatu negara
bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan industri saja, tetapi setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan
kualitas hidup masyarakat. Pendukung konsep tanggung jawab sosial social responsibility memberi
argumentasi bahwa suatu perusahaan mempunyai kewajiban terhadap masyarakat selain mencari keuntungan. Ada berapa definisi tentang definisi CSR, yang pada
dasarnya adalah etika dan tindakan untuk turut berperan dalam keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan.
Ebert sebagaimana dikutip oleh Hardhina Rosmasita, mendefinisikan corporate social responsibility sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan
6
Pasal 74, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
komitmen-komitmennya terhadap kelompok-kelompok dan individual-individual dalam lingkungan perusahaan tersebut, termasuk didalamnya pelanggan,
perusahaan-perusahaan lain, para karyawan, dan investor. CSR memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya
dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab di bidang hukum.
7
Yusuf Wibisono mendefenisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan triple bottom line dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
8
Corporate Social Responsibility sering dianggap inti dari etika bisnis yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi
dan legal artinya kepada pemegang saham atau shareholder tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan
stakeholder yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas ekonomi dan legal. Tanggung jawab sosial dari perusahaan merujuk pada semua hubungan
yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau
investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.
9
7
Hardhina Rosmasita, Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa Eefek, Skripsi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Indonesia, Jakarta, 2007, hal. 8.
8
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility, Salemba Empat, Jakarta, 2007, hal. 10
9
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, www.danluf.files.wordpress.com
, terakhir kali di akses tanggal 8 September 2014
Melihat pada kondisional semacam ini maka penulis mencoba mengangkat permasalahan ini ke permukaan. Penulis menganggap bahwa pengambilan judul
diatas cukup strategis. Pertama, sebab sebenarnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah dikenal sejak awal 1970, yang secara umum diartikan sebagai
kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai- nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat, lingkungan, serta
komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Seiring perjalanan waktu, di satu sisi sektor industri atau korporasi-
korporasi skala besar telah mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi di sisi lain ekploitasi sumber-sumber daya alam oleh
sektor industri sering kali menyebabkan kerusakan lingkungan. Kedua, adalah sebagai upaya untuk menegaskan hubungan perusahaan dengan aktifitas
perniagaan yang diselenggarakan oleh para perusahaan. Dalam konteks perniagaan yang diselenggarakan terdapat hubungan timbal-balik antara personal
perusahaan secara internal dan antara internal perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan. Corporate Social Responsibility adalah suatu bagian hubungan
perniagaan yang melibatkan perusahaan di satu pihak dan masyarakat sebagai lingkungan sosial perusahaan di pihak yang lain. Ketiga, CSR adalah basis teori
tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyrakat domisili.
10
10
Rangga-myteritory.blogspot.com201212csr-corporate-social-responsibility.html, terakhir kali diakses tanggal 5 Mei 2015.
Secara teoritik, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggungjawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholders, terutama
komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja atau operasionalnya.
Pro dan kontra terhadap perkembangan CSR terus bergulir. Salah satunya, apakah tanggungjawab sosial tersebut sifatnya wajib atau sukarela, dimana ketika
kegiatan Corporate Social Responsibility diwajibkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, banyak menuai protes.
Pasalnya aktivitas CSR diasumsikan sebagai aktivitas berdasarkan kerelaan dan bukannya paksaan. Dalam pelaksanannya CSR juga masih memiliki kekurangan.
Program-program CSR yang dijalankan oleh perusahaan banyak yang hanya memiliki pengaruh jangka pendek dengan skala yang terbatas. Program-program
CSR yang dilaksanakan seringkali kurang menyentuh akar permasalahan komunitas yang sesungguhnya. Seringkali pihak perusahan masih mengangap
dirinya sebagai pihak yang paling memahami kebutuhan komunitas, sementara komunitas dianggap sebagai kelompok pinggiran yang menderita sehingga
memerlukan bantuan perusahaan.
11
Lain dari pada hal itu, aktivitas CSR dianggap hanya semata-mata dilakukan demi terciptanya reputasi perusahaan yang pasif bukan demi perbaikan
kualitas hidup komunitas dalam jangka panjang.
12
11
Perusahaan dan Komunitas,
Kritik lain dari pelaksanaan CSR adalah karena seringkali diselenggarakan dengan jumlah biaya yang tidak
sedikit, maka CSR identik dengan perusahan besar yang ternama. Yang menjadi permasalahan adalah dengan kekuatan sumber daya yang dimilikinya, perusahan-
perusahan besar dan ternama ini mampu membentuk opini publik yang mengesankan seolah-olah mereka telah melaksanakan CSR, padahal yang
www.keuanganlsm.comperusahaan-dan-komunitas ,
terakhir kali diakses tanggal 12 September 2014.
12
Ari Margono,” Menuju Corporate Social Leadership”, Suara Pembaruan, 11 Mei 2006
dilakukanya hanya semata-mata hanya aktivitas filantropi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
13
filantropi adalah cinta kasih kedermawanan kepada sesama. Bahkan filantropi dapat juga dilakukan untuk menutupi perilaku-perilaku yang
tidak etis serta perbuatan melanggar hukum.
14
Bank Central Asia adalah bank swasta terbesar di Indonesia. Bank ini
didirikan pada 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV dan pernah merupakan bagian penting dari Grup Salim. Presiden Direktur saat ini masa
jabatan 1999-sekarang adalah Djohan Emir Setijoso. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis
keuangan negara yang terjadi pada tahun 1997.
15
Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun secara khusus, kondisi ini mempengaruhi aliran
dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank
terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan
Perbankan Nasional BPPN lalu mengambil alih BCA pada tahun 1998. Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang baik, BCA berhasil pulih
kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ketiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp. 67.93 triliun,
padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp. 53.36 triliun. Kepercayaan
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http:kbbi.web.idfilantropi
. Terakhir kali di akses pada tanggal 5 September 2014.
14
Perusahaan dan Komunitas, ibid.
15
Sejarah Bank BCA, http:rosady-kampus.blogspot.com201203sejarah-bank-
bca.html?m=1 , Terakhir kali diakses pada tanggal 5 September 2014.
masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia pada tahun 2000.
Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan publik. Penawaran saham perdana berlangsung pada tahun 2000, dengan menjual
saham sebesar 22,55 yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran saham perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30 dari seluruh saham BCA.
Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10 lagi dari saham miliknya di BCA. Dalam tahun 2002,
BPPN melepas 51 dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius,
memenangkan tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko
secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi financial.
16
BCA aktif melaksanakan program tanggung jawab sosial Corporate Social Responsibility di Indonesia. Di bawah naungan program “Bakti BCA”,
BCA memberikan pendanaan dan menyediakan bantuan logistik melalui berbagai program CSR untuk sektor pendidikan, edukasi perbankan, pemberdayaan Usaha
Kecil Menengah UKM, kesehatan, pelestarian lingkungan, dan bantuan penanggulangan bencana alam. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
mengkaji lebih jauh mengenai “Pelaksanaan Corporate Social Responsibility CSR Kepada Masyarakat Kota Medan Oleh Bank Central Asia.”
16
Sejarah Bank BCA, ibid.
B. Permasalahan