6.Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa. Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari subjek dan predikat baik
disertai objek, pelengkap, dan keterangan ataupun tidak. Contoh : Ayah playing foodball
Dalam penelitian mengenai bentuk-bentuk campur kode ini peneliti mengambil pendapat Suwito sebagai acuan karena hanya pendapat ahli tersebut yang sesuai dengan
penelitian peneliti. Poplack 1980 dalam Dani 2007: 200 memanfaatkan data dari percakapan penutur-
penutur dwibahasa Spanyol-Inggris di Amerika Serikat yang sejalan dengan pendapat Suwito. Contoh dari kajian Poplack 1980: 615 sebagai berikut:
1I went to the chiquita house. 2I went to la casa chiquita.
Saya telah pergi ke rumah yang kecil itu Pada contoh pertama salah karena kata adjektiva chiquita memisahkan unit sintaksis
pada contoh yaitu berpola FN + FN. Peraturan pola FN +FN, kata adjektiva bahasa Spanyol chiquita tidak boleh hadir dengan kata nomina house dalam bahasa Inggris. Frase nomina
pada contoh pertama diganti dengan frase nomina bahasa Spanyol seperti contoh kedua.
2.3 Tinjauan Pustaka
Menurut KBBI 2003: 1198 tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari. Pustaka adalah kitab, buku, primbon. Berdasarkan
tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, adapun sumber tesebut adalah sebagai berikut :
Tarihoran 2000 dalam skripsinya yang berjudul Analisis Campur Kode dalam Majalah Tempo. Dalam skripsinya Tarihoran membahas bentuk-bentuk campur kode dalam
Universitas Sumatera Utara
majalah Tempo dan latar belakang penutur menggunakan campur kode. Dikemukannya bahwa bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam majalah Tempo berupa penyisipan
unsur-unsur kebahasaan yang berbentuk kata, frase, dan klausa. Peneliti juga berpendapat bahwa peranan dan fungsi kebahasaan sangat menentukan di dalam melakukan campur kode
tersebut. Peranan yang dimaksud siapa yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa yang hendak dicapai penutur dan tuturannya.
Siregar 2003 yang mengkaji campur kode dalam rapat organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat di Universitas Sumatra Utara mengatakan bahwa
unsur-unsur yang disisipkan dalam campur kode dalam rapat organisasi tersebut terdiri atas frase, bentuk blaster, dan pengulangan kata dalam bahasa Arab. Jenis kata yang disisipkan
tersebut adalah kata benda nomina, kata kerja verba, kata sifat adjektiva, dan kata ganti pronomina.
Para peneliti sebelumya membahas terjadinya campur kode akibat situasi formal dan informal, maupun akibat faktor kebiasaan. Namun, pada penelitian ini campur kode yang
terjadi diteliti dari sisi keterbatasan kemampuan linguistik yang masih sangat sederhana dalam situasi formal yakni saat proses belajar mengajar di sekolah. Campur kode yang akan
diteliti dikhususkan pada remaja yang duduk di bangku SMP kelas 3, di pesantren Ar- Raudhatul Hasanah.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan letak atau tempat KBBI, 2005: 680. Yang menjadi lokasi penelitan penulis adalah di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.
3.1.2 Waktu Penelitan
Penelitian ini akan dilakukan dari bulan Juli – Agustus 2010.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi menurut Arikunto 1998: 130 adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang duduk dibangku kelas 3 SMP yang
berjumlah 200 orang.
3.2.2 Sampel
Sampel penelitian menurut Arikunto 1998: 120 adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Simple Random Sample
sampel acak sederhana. Sebuah sampel dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jumlah populasi sebanyak 200 orang yaitu santri dan santriwati
yang terbagi dalam delapan kelas yang masing-masing santri terdiri dari 94 orang dan 106 orang santriwati satu kelas. Menurut Arikunto 1998: 120 apabila populasi lebih 100, maka
dapat diambil 10 - 15 atau 15 - 20 sebagai sampel. Dalam penelitian, penulis
Universitas Sumatera Utara