BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia mengalami kontak dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.
Menyadari kenyataan tersebut, masyarakat sadar bahwa pentingnya mempelajari bahasa asing yang dirasakan berguna bagi bermacam bidang kehidupan seperti agama, ilmu pengetahuan,
perdagangan maupun ekonomi. Bahasa merupakan suatu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu
kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Oleh karena itu, bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi, pikirian, alat untuk berinteraksi, alat untuk
mengekspresikan diri, dan alat untuk menampung kebudayaan. Kemajuan ilmu dan teknologi juga menuntut setiap orang untuk terus menerus
melakukan usaha peningkatan diri. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu aspek penting sebagai modal utama keunggulan sumber daya manusia berkualitas. Bilingualisme
adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian Fishman, 1975 : 73. Untuk dapat menggunakan dua bahasa
seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Bahasa pertama adalah bahasa ibu B1, dan bahasa kedua adalah bahasa lain B2. Weinrich dalam Chaer dan Agustina 1995: 87
mengatakan menguasai dua bahasa dapat berarti menguasai dua sistem kode, dua dialek atau ragam dari bahasa yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Membicarakan suatu bahasa tidak terlepas membicarakan katagori kebahasaan yaitu variasi bahasa. Bahasa merupakan suatu kebulatan yang terjadi dari beberapa unsur. Unsur-
unsur ini disebut variasi bahasa. Selanjutnnya varasi bahasa memiliki beberapa keanggotaan yang disebut varian. Tiap-tiap varian bahasa inilah yang disebut dengan kode. Hal ini
menunjukkan adanya semacam hierarki kebahasaan yang dimulai dari bahasa sebagai level yang paling atas disusul dengan kode yang terdiri dari varian-varian dan ragam-ragam. Istilah
kode dalam hal ini dimasudkan untuk menyebut salah satu varian dalam hierarki bahasa. Weinrich dalam Chaer dan Agustina, 1995 : 87 mengatakan bahasa dan kode mempunyai
hubungan timbal balik artinya bahasa adalah kode dan sebuah kode dapat saja berupa bahasa. Untuk memperkuat pendapat ini penulis mengutip pendapat sarjana linguistik seperti
Harimurti Kridalaksana 1982 mengatakan kode merupakan : 1.
Lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu. Bahasa manusia adalah sejenis kode.
2. Sistem bahasa dalam masyarakat.
3. Variasi tertentu dalam suatu bahasa.
Situasi kebahasaan, perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan serta teknologi yang semakin canggih, baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri mengakibatkan
terjadinya campur kode dalam berbahasa. Campur kode sering dilakukan oleh masyarakat umum Indonesia dalam bentuk lisan maupun tulisan, khususnya remaja pesantren Ar-
Raudhatul Hasanah. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang
berjalan antara umur dua belas tahun sampai dua puluh satu tahun. Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan modern yang mempelajari pengetahuan agama dan pengetahuan
umum, sekaligus sebagai tempat tinggal remaja yang duduk di bangku SMP.
Universitas Sumatera Utara
Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah adalah salah satu pendidikan untuk santri dan santriwati yang memiliki kemampuan berbahasa, baik itu bahasa Arab, bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia. Remaja pesantren Ar-Raudhatul Hasanah diwajibkan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris, sebagian dari remaja pesantren banyak yang menggunakan dua
bahasa yakni bahasa Indonesia B1 dan bahasa kedua adalah bahasa Arab B2. Dalam penelitian ini penulis melihat peristiwa kebahasaan yang terjadi di dalam
pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, yakni penggunaan dua bahasa atau lebih secara bergantian dengan memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa lain secara konsisten
yang disebut dengan campur kode. Campur kode sebagai salah satu fenomena yang terjadi pada pembelajaran B2 tidak mungkin dihindarkan.
Penggunaan serpihan-serpihan dari bahasa lain yang bisa berupa kata, frase, dan dalam berbahasa Indonesia menyelipkan bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan
campur kode. Peristiwa campur kode ini secara sederhana dapat terjadi pada setiap penutur bahasa yang mampu menggunakan bahasa lain di luar bahasa ibunya baik secara sempurna
maupun tidak. Peristiwa ini lazim terjadi pada masyarakat yang bilingual Chaer dan Agustina, 1995 : 164-165.
1.2 Rumusan Masalah