Selain itu terdapat hal penting yang harus di lakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak yaitu menyediakan sumber daya manusia. Dimana dalam pelayanan terbagi atas
dua yaitu pertama petugas inti yang bertugas dalam melakukan pengawasan, petugas di counter pelayanan, serta petugas konsultasi, yang kedua yaitu petugas
pendukung disini berupa petugas satpam dan petugas kebersihan.
2.1.7. Unit Khusus Pelayanan
1. Deskripsi Kerja
Setelah mordernisasi yang dilakukan banyak perubahan yang dilakukan untuk menunjang berjalannya sistem yang bersifat transparansi diciptakan lah suatu
struktur organisasi dalam bidang pelayanan. Deskripsi kerja dari struktur organisasi yang di miliki oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama, khususnya pada
bagian pelayanan :
1. Pengawas
Pengawasan adalah kepala seksi pelayanan KPP Moderen atau Koordinator pelayanan terpadu pada KPP selain KPP Moderen. Juga
mengkoordinasi pelayanan di TPT setiap harinya, memonitor pelaksanaan tugas dan para petugas di TPT secara berkala pada jam kerja, menerima dan
mencocokan surat atau laporan beserta register harian yang bersangkutan dari petugas TPT. Menandatangani berita acara yang dibuat petugas TPT dalam hal
terjadi ketidakcocokan antara surat atau laporan dengan register harian penerimaan surat atau laporan yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2. Petugas di Counter Pelayanan
Petugas di Counter Pelayanan adalah pegawai yang ditugaskan di TPT dan merupsksn ujung tombak pelayanan di KPP. Menyiapak peralatan, sarana
administrasi dan kelengkapan TPT sebelum melaksanakan tugas. Melaporkan sedini mungkin gangguan-gangguan pada aplikasi komputerisasi di TPT kepada
pengawas agar ditangani oleh seksi pengolahan data dan informasi. Mencetak, menerbitkan dan merekam LPADBPS. Merekam surat yang diterima melalui
KP4KP2KP , tanpa menerbitkan LPADBPS.
3. Petugas Counter Konsultasi dan Informasi
Memberikan informasi perpajakan kepada masyarakat dan atau wajib pajak yang membutuhkan pelayanan informasi perpajakan di TPT. Menyiapkan
segala sarana dan prasarana sebelum melaksanakan tugas di TPT pada hari tersebut, siaga melayani pertanyaan WP Wajib Pajak di meja
konsultasihelpdesk, memberikan pelayanan dan informasi tentang pembuatan NPWPNPPKP dan informasi pajak lainnya, jika perlu mintalah nomor telepon
Wajib Pajak yang berkonsultasi, dalam hal petugas tidak dapat menjawab pertanyaan WP wajib Pajak maka petugas menghubungkan WP Wajib Pajak
yang bersangkutan kepada petugas yang berkompeten AR yang bersangkutanAuditorKasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.8.
Penyuluhan Perpajakan
1. Pengertian Penyuluhan Perpajakan. Peran DJP Direktorat Jenderal Pajak sebagai instansi yang
bertanggungjawab atas sisi penerimaan APBN menjadi semakin penting. Kinerjanya menentukan realisasi pembiayaan APBN bahkan besaran komitmen
hutang luar negeri yang akan dibuat pemerintah. Sejalan dengan hal tersebut diatas, modernisasi perpajakan menjadi keharusan. Modernisasi pada beberapa
aspek sudah dilakukan antara lain dengan perubahan struktur Kantor Pelayanan Pajak dan pengajuan RUU Perpajakan. Secara keseluruhan modernisasi
perpajakan direncanakan akan tuntas tahun 2009. Modernisasi juga akan menyentuh kegiatan penyuluhan.
Dimana menurut pengertian penyuluhan perpajakan dalam buku panduan materi perpajakan menyebutkan penyuluhan perpajakan adalah suatu sistem
penyampaian infomasi, konsultasi dan bimbingan yang secara berkesinambungan kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan
msayarakat yang berkaitan dengan hak dan kewajiban dalam melaksanakan perpajakan.
Selain itu pengertian penyuluhan perpajakan adalah seorang pegawai perpajakan yang menyampaikan informasi kepada masyarakat yang membutuhkan
suatu gambaran tentang perpajakan berdasarkan undang-undang yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan dan Sasaran Penyuluhan Perpajakan Tujuan penyuluhan perpajakan adalah agar masyarakat pada umumnya
mengerti pentingnya peran pajak dalam keuangan negara. Dimana pajak memiliki peran penting dalam melakukan pembangunan nasional guna mewujudkan tingkat
kesejahtraan, kemakmuran dan pemerataan pendapatan bagi masyarakat yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Selain itu penyuluhan perpajakan juga
memiliki tujuan agar masyarakat sadar akan hak dan kewajiban dalam melaksanakan sistem perpajakan, serta bendahara pemerintah yang mengawasi
keuang yang di tunjuk untuk memotong, menyetorkan dan melaporkan pajak. Sasaran yang di prioritaskan dalam penyuluhan pajak adalah masyarakat
pada umumnya, perusahaan yang melakukan kegiatan usaha, serta aparatur negara yang mengelola keuangan negara. Secara umum sasaran penyuluhan adalah agar
masyarakat yang belum mengetahui sistem perpajakan, konsultan pajak yang membantu masyarakat, instansi pemerintah yang melakukan pemotongan dan
penyetoran pajak atas kegiatan yang dilakukan. Di zaman modernisasi sekarang ini penyuluhan pajak akan dilakukan
dalam bentuk perluasan media dan target sasaran penyuluhan. Untuk itu beberapa kegiatan penting akan dilakukan yaitu: penyuluhan langsung ke sekolah dan
instansi pemerintah, optimalisasi web-site, pembuatan buku panduan untuk Wajib Pajak WP bisnis tertentu, pemuatan materi pajak pada kurikulum sekolah hingga
pembentukan call centre .
2.2. Review Peneliti Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Nasucha 2003 menguji pengaruh reformasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak, hasilnya
variable
Universitas Sumatera Utara
reformasi administrasi perpajakan berpengaruhi positif atas variabel
kepatuhan wajib pajak.
Penelitian Handayani 2008 meneliti analisa hubungan tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan penerimaan pajak pada KPP Pekan Baru, dan
hasilnya
variabel tingkat kepatuhan berpengaruhi positif atas penerimaan pajak
Penelitian Prahastuti 1999 meneliti peranan penyuluhan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, dan hasilnya
variable penyuluhan mempengaruhi secara positif kewajiban perpajakan.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu dan Hasil Penelitian NO
Nama Tahun
Penelitian Judul
Variabel Hasil Yang
Diperoleh
1
Chaizi Nasucha
tahun 2003
Pengaruh Reformasi Administrasi
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak
1. Dependen Variabel :
Reformasi administrasi Perpajakan yang terdiri
dari subvariabel Struktur Organisasi, Prosedur
Organisasi, Strategi Organisasi, dan Budaya
Organisasi
2. Idependen Variabel: Kepatuhan Wajib Pajak
Variabel Reformasi administrasi
Perpajakan berpengaruhi
positif atas variabel
Kepatuhan Wajib Pajak.
2
Desi Handayani
tahun 2008 Analisa Hubungan
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi Dengan Penerimaan Pajak
Pada KPP Pekan baru
1. Dependen Variabel:
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
2. Independen variabel:
Penerimaan Pajak
Variabel Tingkat Kepatuhan
berpengaruhi positif atas
Penerimaan Pajak
3
Prahastuti tahun 1999
Peranan Penyuluhan Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Memenuhi Kewajiban
Perpajakan
1. Dependen Variabel:
Penyuluhan Perpajakan 2.
Independen variabel:
Kewajiban Perpajakan
Variable Penyuluhan
mempengaruhi secara positif
Kewajiban Perpajakan
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Melalui reformasi administrasi perpajakan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak DJP yang berfokus pada perbaikan pada tindakan yang sopan,
pendidikan khusus, independensi, fasilitas, serta unit khusus pelayanan yang diambil guna meningkatkan pelayanan serta kepatuhan wajib pajak dalam
membayar dan melaporkan SPT ke kantor pelayanan yang ada di wilayah kerja wajib pajak, terutama di KPP Pratama Waingapu.
Tindakan yang sopan merupakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat Wajib Pajak selaku stacholder yang membutuhkan informasi,
sehingga dapat memenuhi kewajibanya dalam menyampaikan SPT masa atau SPT tahunan.
Pendidikan khusus merupakan salah kunci utama pegawai pajak dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak. Pendidikan yang harus
diterima adalah ilmu pajak yang mengikuti perkembangan zaman, dimana masyarakat yang mengalami kendala dalam memperhitungkan besaran pajak yang
harus dibayarkan ke negara, sehingga dapat memacu kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya.
Independensi merupakan bukti berpihakan dari pegawai dalam memberikan pelayanan. Hal ini merupakan cermin dari sikap Direktorat Jenderal
Pajak dalam mencegah korupsi, sehingga dapat menimbulkan kesadaran bagi Wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya.
29
Universitas Sumatera Utara
Fasilitas merupakan sarana dan prasarana yan disediakan kantor dalam mempelancar proses pelayanan pajak, sarana dan prasarana yang disediakan
berupa alat-alat pendukung pelaporan, seperti blako SPT masa atau SPT tahunan, brosur-brosur informasi pengisian dan perhitungan dari SPT yang dilaporkan,
sehingga Wajib Pajak dapat dengan mudah memenuhi kewajibannya. Bila melihat kondisi alam Indonesia dan Sumber Daya Manusia yang ada
sehingga untuk memperlancar Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya di perlukan unit khusus pelayanan. Unit khusus pelayanan berperan dalam
membantu Wajib Pajak. Penyuluhan merupakan suatu cara yang dikukan Direktorat Jendral Pajak
untuk menayampaikan apa yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Penyuluhan dilakukan ke Wajib Pajak yang belum
terdaftar dan Wajib Pajak memiliki potensi besar. Berdasarkan uraian teori diatas dan rumusan masalah penelitian
mengidentifikasi 5 independen variable yaitu tindakan yang sopan X
1
, pendidikan khusus X
2
, independensi X
3
, fasilitas X
4
, dan unit khusus pelayanan X
5
Dimana kerangka konseptual yang dilakukan penulis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
yang diperkirakan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak Y secara simultan dan parsial , serta variable moderating yaitu penyuluhan pajak
Z.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Dalam Reformasi Administrasi Perpajakan X
1
terdapat lima fokus utama yang berpengaruh yaitu tindakan yang sopan X
1
, pendidikan khusus X
2
, independensi X
3
, penggajian X
4
, dan unit khusus pelayanan X
5
dimana akan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak Y dalam menyampaikan
kewajibannya dimana penyuluhan pajak Z juga mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak Y.
3.2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dikembangkan dari telaah teroritis dan penelitian terdahulu sebagai jawaban sementara dari masalah atau pernyataan
yang memerlukan pengujian secara empiris. Dengan demikian dikemukakan hipotesis yang berkaitan dengan penulisan ini yaitu:
Tingkat Kepatuhan WP
Y
Penyuluhan Pajak Z Reformasi Administrasi
Perpajakan X
Tindakan yang sopan X
1
Unit khusus pelayanan X
5
Pendidikan khusus X
2
Independensi X
3
Fasilitas X
1
Universitas Sumatera Utara
H
1
: Reformasi administrasi Perpajakan tindakan yang sopan X
1
, pendidikan khusus X
2
, independensi X
3
, fasilitas X
4
, dan unit khusus pelayanan X
5
H berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak Y di KPP
Pratama Waingapu,
2
: Penyuluhan pajak Z sebagai variable moderating mempengaruhi hubungan antara reformasi administrasi Perpajakan tindakan yang sopan
X
1
, pendidikan khusus X
2
, independensi X
3
, fasilitas X
4
, dan unit khusus pelayanan X
5
terhadap tingkat kepatuhan pajak di KPP Pratama Waingapu.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, menurut umar 2008
menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna penelitan yang bersifat eksperimen
dimana variabel independen di perlukan secara terkendali oleh penelitian untuk melihat dampak pada variabel dependen secara langsung.
4.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakuka di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Waingapu. Adapun rencana waktu penelitian yakni selama 16 minggu Oktober s.d Desember
2012
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam peneitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Waingapu yang berjumlah 20.794 orang. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatives sesuai dengan kriteria yang di tentukan. Adapun
kriteria sampel yang akan digunakan sebagai berikut: 1. Menyampaikan SPT Tahunan orang pribadi maupun badan selama tahun
pajak 2009 s.d 2011
33
Universitas Sumatera Utara
2. Tepat waktu menyampaikan SPT masa PPh dan PPN 3. Memiliki data lengkap yang ada di SIDJP
Dari kriteria diatas di dapat bahwa Jumlah sampel sebanyak 200 Wajib Pajak.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Dimana sumber data
dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Sermayanti dan Syarifudin Hidayat 2011 menyebutkan data primer merupakan data yang dikumpulkan
melalui pihak pertama biasanya dapat melalui angket, wawancara, jajak pendapat dan lain-lain. Dimana penelitian ini menggunakan kuesioner yang memodifikasi
dari kuesioner yang peneliti terdahulu Nasucha 2003
4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas indenpendent variable, variabel terikat dependent variable dan variabel moderating
moderating variable. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tindakan yang sopan, pendidikan khusus, independensi, fasilitas, dan unit khusus pelayanan
sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan wajib pajak di kantor pelayanan pajak pratama waingapu serta penyuluhan Pajak
sebagai variable moderating. Adapun definisi operasionalnya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Operasional Variabel Variabel
Definisi Operasional
Instrument Skala
Pengukuran Variabel Dependen
Tindakan yang sopan X
1
Sikap yang diberikan kepada Wajib Pajak
Kuesioner Interval
Pendidikan khusus X
2
Pemberian tambahan pengetahuan dalam
memberikan pelayanan kepada
Wajib Pajak Kuesioner
Interval
IndependensiX
3
Ketidak berpihakan pegawai
Kuesioner Interval
Fasilitas X
4
Penyediaan alat-alat pendukung
Kuesioner Interval
Unit khusu pelayanan X
5
Badan yang dibentuk untuk mempermudah
pelayanan Kuesioner
Interval
Variable Independen Tingkat kepatuhan
Wajib Pajak Y
Bagaina tingkat kepatuhan WP dala,
mendaftar dan melaporkan SPT
Masa maupun SPT Tahunan
Kuesioner Interval
Variable Moderating
Penyuluhan Pajak Z
Penyampaian informasi perpajakan
kepada Wajib Pajak Kuesioner
Interval
4.6 Metode Analisa Data
Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah regresi linier berganda Multipple Regression Analysis. Untuk
membuktikan hipotesis maka digunakan alat uji sebagai berikut :
Y = a + b
1
x
1
+ b
2
x
2
+ b
3
x
3
+ b
4
x
4
+ b
5
x
5
+ z + ε
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : Y = Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
X
1
X = Tindakan yang Sopan
2
X = Pendidikan Khusus
3
X = Independensi
4
X = Fasilitas
5
Z = Penyuluhan Pajak = Unit Khusus Pelayanan
α = Konstanta ε = Error Term
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen digunakan uji anova atau F-test. Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen digunakan t-test. Sebelum dilakukan uji F dan uji t dilakukan
uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
4.6.1. Uji Asumsi Klasik
Suatu instrumen pengamatan dinyatakan layak untuk diteliti bila variabel penelitian terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, antara lain asumsi
multikolinieritas, heteroskesdastisitas dan autokorelasi.
a. Uji Heteroskesdastisitas
Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi menunjukkan variansi antar variabel tersebar dan tidak sama. Untuk mendeteksi
gejala heteroskedastisitas dapat menggunakan gambar Scatterplot. Gambar Scatterplot dapat dimaknai apabila titik-titik menyebar dibawah sumbu 0 dan
Universitas Sumatera Utara
diatas sumbu 0 maka dapat dikatan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Ghozali, 2005
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variable bebas independent. Model yang baik seharusnya tidak terjadsi adanya
korelasi antara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinieritas, yaitu dengan menganalisis nilai tolerance serta Variance Inflation Factor VIF
10 dan nilai tolerance 1.
c. Uji Autokorelasi
Digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi, yaitu dengan Durbin Watson DW, yaitu dengan membandingkan
nilai DW statistik dengan DW table. Apabila nilai DW statistik terletak pada daerah no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi Sujoko
et.al. 2008. Uji ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan
adanya autokorelasi, yaitu dengan Durbin Watson DW, yaitu dengan membandingkan nilai DW statistic dengan DW table. Untuk mengetahui adanya
autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria menurut Santoso 2005 : 242 dengan cara melihat besaran Durbin-Watson sebagai berikut :
• Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif. • Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
• Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
Universitas Sumatera Utara
4. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut
Erlina 2007, ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal yaitu : 1. Melakukan transformasi data ke bentuk lainnya.
2. Melakukan trimming yaitu membuang data out lier 3. Melakukan winsonizing yaitu mengubah nilai data out lier ke suatu nilai
tertentu. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal yakni
dengan analisis grafik grafik PP Plot dan Histogram dan uji statistik Uji Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov
Smirnov, distribusi data dikatakan normal jika signifikansi 0,05. Apabila nilai signifikansi 0,05 maka distribusi data tidak normal.
4.6.2 Uji Hipotesis
Cara yang dapat dilakukan untuk membuktikan hipotesis maka digunakan alat uji sebagai berikut :
1. Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variable bebas