Teori tersebut didukung dengan adanya studi epidemiologik mengenai angka kejadian dari kanker nasofaring. Kanker nasofaring banyak ditemukan pada
masyarakat keturunan Tionghoa.
2
c. Faktor Lingkungan Ikan yang diasinkan kemungkinan sebagai salah satu faktor etiologi terjadinya
kanker nasofaring. Teori ini didasarkan atas insiden kanker nasofaring yang tinggi pada nelayan tradisionil di Hongkong yang mengkonsumsi ikan kanton yang
diasinkan dalam jumlah yang besar dan kurang mengkonsumsi vitamin, sayur, dan buah segar.
10
Faktor lain yang diduga berperan dalam terjadinya kanker nasofaring adalah debu, asap rokok, uap zat kimia, asap kayu bakar,
12
asap dupa, serbuk kayu industri, dan obat-obatan tradisional, tetapi hubungan yang jelas antara zat-zat tersebut dengan
kanker nasofaring belum dapat dijelaskan.
10
Belakangan ini penelitian dilakukan terhadap pengobatan alami chinese herbal medicine atau CHB menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
terjadinya kanker nasofaring, infeksi Virus Epstein Barr EBV, dan penggunaan CHB.
2
Kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama juga mempunyai resiko yang tinggi menderita kanker nasofaring.
10
2.1.3 Stadium
Terdapat beberapa cara untuk menentukan stadium kanker nasofaring. Di Amerika dan Eropa lebih disukai penentuan stadium sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan AJCCUICC American Joint Committe on Cancer International Union
Universitas Sumatera Utara
Against Cancer. Cara penentuan stadium kanker nasofaring yang terbaru adalah menurut AJCCUICC edisi ke-6 tahun 2002, yaitu :
12,13
Tumor di nasofaring T Tx
: Tumor primer tidak dapat ditentukan To
: Tidak ditemukan adanya tumor primer Tis
: Carcinoma in situ T1
: Tumor terbatas di nasofaring T2
: Tumor meluas ke jaringan lunak T2a : Tumor meluas sampai daerah orofaring danatau fossa nasalis tanpa
perluasan ke depan parafaring T2b : Dengan perluasan ke parafaring
T3 : Tumor menginvasi struktur tulang danatau sinus paranasal
T4 : Tumor meluas ke intrakranial danatau mengenai saraf kranial, fossa
infratemporal, hipofaring, orbita, atau ruang mastikator Kelenjar limfe regional N
Nx : Pembesaran KGB regional tidak dapat ditentukan
No : Tidak ada pembesaran KGB regional
N1 : Metastasis ke KGB unilateral, ukuran
≤ 6 cm, terletak di atas fossa supraklavikula
N2 : Metastasis ke KGB bilateral, ukuran
≤ 6 cm, terletak di atas fossa supraklavikula
Universitas Sumatera Utara
N3 : Metastasis ke KGB :
N3a : Ukuran KGB 6 cm, di atas fossa supraklavikula N3b : Terletak pada fossa supraklavikula
Metastasis jauh M Mx
: Adanya metastasis jauh tidak dapat ditentukan Mo
: Tidak ada metastasis jauh M1
: Ada metastasis jauh Stadium Kanker Nasofaring
: Tis No Mo I
: T1 No Mo IIa
: T2a No Mo IIb
: T1-2a N1 Mo, T2b No-1 Mo III
: T1-2b N2 Mo, T3 No-2 Mo IVa
: T4 No-2 Mo IVb
: Semua T N3 Mo IVc
: Semua T No-3 M1
2.1.4 Gejala
Pada awalnya pasien mengeluh pilek biasa, kadang-kadang disertai dengan rasa tidak nyaman di telinga, pendengaran sedikit menurun serta mendesing.
2
Gejala karsinoma nasofaring ini dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu gejala nasofaring
sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis atau gejala di leher.
12,14
Universitas Sumatera Utara
Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan pada hidung. Pada keadaan lanjut hidung akan menjadi mampet sebelah atau keduanya. Penjalaran
tumor ke selaput lendir hidung dapat mencederai dinding pembuluh darah pada daerah ini dan tentunya akan terjadi pendarahan pada hidung mimisan.
2
Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor
dekat muara tuba eustachius fossa Rosenmuller. Keluhan ini dapat berupa tinitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga otalgia.
8,12
Nasofaring berhubungan dekat dengan rongga tengkorak melalui beberapa lubang, maka gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut
karsinoma nasofaring ini.
12
Saraf yang paling sering terkena adalah saraf penggerak bola mata, sehingga tidak jarang pasien mengeluhkan adanya gejala diplopia
penglihatan ganda.
2,12,14
Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher biasanya yang mendorong pasien untuk berobat, karena sebelumnya tidak terdapat keluhan lain.
12
Manakala pasien merasa bahwa kelenjar leher menjadi semakin besar, maka dapat dipastikan bahwa penyakitnya telah menjadi kian lanjut. Pembesaran kelenjar leher
merupakan pertanda penyebaran kanker nasofaring ke daerah ini yang tidak jarang didiagnosis sebagai tuberkulosis kelenjar.
2
2.1.5 Diagnosis