Diagnosis Terapi Kanker Nasofaring .1 Definisi

Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan pada hidung. Pada keadaan lanjut hidung akan menjadi mampet sebelah atau keduanya. Penjalaran tumor ke selaput lendir hidung dapat mencederai dinding pembuluh darah pada daerah ini dan tentunya akan terjadi pendarahan pada hidung mimisan. 2 Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba eustachius fossa Rosenmuller. Keluhan ini dapat berupa tinitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga otalgia. 8,12 Nasofaring berhubungan dekat dengan rongga tengkorak melalui beberapa lubang, maka gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma nasofaring ini. 12 Saraf yang paling sering terkena adalah saraf penggerak bola mata, sehingga tidak jarang pasien mengeluhkan adanya gejala diplopia penglihatan ganda. 2,12,14 Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher biasanya yang mendorong pasien untuk berobat, karena sebelumnya tidak terdapat keluhan lain. 12 Manakala pasien merasa bahwa kelenjar leher menjadi semakin besar, maka dapat dipastikan bahwa penyakitnya telah menjadi kian lanjut. Pembesaran kelenjar leher merupakan pertanda penyebaran kanker nasofaring ke daerah ini yang tidak jarang didiagnosis sebagai tuberkulosis kelenjar. 2

2.1.5 Diagnosis

Anamnesis dilakukan berdasarkan keluhan penderita kanker nasofaring. Limfadenopati servikal pada leher bagian atas merupakan keluhan yang paling sering yang menyebabkan penderita kanker nasofaring berobat. Gejala hidung, telinga, Universitas Sumatera Utara gangguan neurologi juga sering dikeluhkan penderita kanker nasofaring. Untuk menegakkan diagnosis, selain keluhan tersebut, juga perlu dilakukan pemeriksaan klinis dengan melihat secara langsung dinding nasofaring dengan alat endoskopi, CT scan, atau MRI nasofaring dan sekitarnya. 2 Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring. Biopsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dari hidung atau dari mulut. 12 Pemeriksaan lain seperti foto paru, USG hati, pemindaian tulang dengan radioisotop dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya metastasis di organ-organ tersebut. 2

2.1.6 Terapi

Terapi standar kanker nasofaring adalah radioterapi. Namun, biasanya sebagian besar penderita datang dengan stadium lanjut stadium III dan IV, bahkan sebagian lagi datang dengan keadaan umum yang jelek. Keberhasilan terapi sangat dipengaruhi oleh stadium. Keterlambatan untuk mendapatkan penanganan yang adekuat menyebabkan hasil terapi jauh dari menggembirakan. Kemoterapi merupakan alternatif lain untuk mengobati penderita kanker nasofaring, bisa berupa ajuvan tambahan atau dikombinasikan. 12 Kombinasi pengobatan dengan kemoterapi diperlukan apabila kanker sudah tumbuh sedemikian besarnya sehingga menyulitkan radioterapi. Selain itu, pemberian kemoterapi diharapkan dapat meningkatkan kepekaan jaringan tumor terhadap radiasi serta membunuh sel-sel kanker yang sudah berada di luar jangkauan radioterapi. 2 Imunoterapi dilakukan dengan memberikan vaksin anti virus Epstein Barr pada Universitas Sumatera Utara populasi yang rentan sebelum terinfeksi virus Epstein Barr untuk mencegah terjadinya kanker nasofaring. Pembedahan diseksi leher radikal dilakukan jika masih ada sisa kelenjar paska radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi, serta tidak ditemukannya metastasis jauh. 12 2.2 Radioterapi pada Kanker Nasofaring Radioterapi merupakan terapi standar dari kanker nasofaring. Radioterapi juga dapat dilakukan bersamaan dengan kemoterapi dan atau pembedahan, ataupun dilakukan ketiga-tiganya. 4,15 Radioterapi mencegah pertumbuhan dan pembelahan sel dengan sangat cepat. 16 Radioterapi berbeda dengan radiologi, dimana radiologi hanya sebagai alat bantu untuk menegakkan diagnosa sedangkan radioterapi sebagai metode pengobatan. 15

2.2.1 Definisi