Mukositis Komplikasi Oral Radioterapi pada Kanker Nasofaring

mukositis, kandidiasis, xerostomia, dysgeusia, karies gigi, osteoradionekrosis, dan nekrose pada jaringan lunak. 3,17,18 Komplikasi pada mulut terjadi selama pemberian radioterapi hingga radioterapi telah selesai. Komplikasi ini tergantung pada volume dan daerah yang diradiasi, dosis total, fraksinasi, umur, dan kondisi klinis pasien yang berhubungan dengan perawatan radioterapi. Hanya dengan sedikit kenaikan pada dosis sudah dapat menaikkan insidens komplikasi oral secara signifikan. 3 Komplikasi oral juga tergantung pada keadaan mulut pasien sebelum dan selama terapi. 7,16 Komplikasi akut yang dapat terjadi adalah mukositis, kandidiasis, dysgeusia dan xerostomia mulut kering, sedangkan yang bersifat kronis adalah karies gigi, osteoradionekrosis, dan nekrose pada jaringan lunak. 5 Reaksi akut terjadi selama terapi dan biasanya bersifat reversibel, sedangkan reaksi yang bersifat kronis biasanya terjadi menahun dan bersifat irreversibel. 3,18

2.3.1 Mukositis

Mukositis oral merupakan inflamasi pada mukosa mulut berupa eritema dan adanya ulser yang biasanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan terapi kanker. Biasanya pasien mengeluhkan rasa sakit pada mulutnya dan dapat mempengaruhi nutrisi serta kualitas hidup pasien. 6,7,16,19 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 29-66 dari seluruh sampel yang menerima radioterapi kanker leher dan kepala terdapat mukositis oral. Keadaan ini dapat bertambah parah apabila kanker tersebut terdapat pada rongga mulut, orofaring, atau nasofaring, kemudian pasien yang menerima radioterapi dengan dosis Universitas Sumatera Utara total 5000 cGy, dan juga radioterapi yang dilakukan bersamaan dengan kemoterapi. 6 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jham B C, Reis P M, dkk 2007 mukositis oral ditemukan sebanyak 61,7 dari seluruh sampel dan muncul pada radioterapi yang ke 15 atau minggu ke 3. 7 Namun, penelitian lain mengatakan bahwa rata-rata kemunculan mukositis terjadi pada minggu pertama radiasi. 7 Tanda awal mukositis muncul pada akhir minggu pertama. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa terjadi perubahan warna menjadi putih pada mukosa oral karena adanya plak deskuamasi, yang terasa sakit apabila disentuh, 4,16 yang diikuti dengan adanya eritema. Peneliti lain mempertimbangkan eritema sebagai reaksi awal dari mukositis. 4 Karena banyaknya jaringan yang terkena radiasi, maka sel epitel banyak yang hilang yang terjadi pada kebanyakan kasus mukositis yang parah. Ulser terjadi karena kerusakan langsung pada lapisan sel epitel basal hingga terjadi penggundulan sel epitel tersebut, disamping itu mengakibatkan berkurangnya pembaharuan sel pada lapisan sel epitel basal tersebut. Pembesaran ukuran ulser adalah sebagai hasil pelebaran pseudomembran yang bersebelahan yang menghubungkan ulser tersebut. 16 Gambar 2. Mukositis pada bagian bukal dan lidah. 21 Universitas Sumatera Utara Ulser sering menyebabkan rasa sakit sehingga pasien memerlukan obat- obatan dan perubahan cara makan untuk mengurangi rasa sakit tersebut. 16 Pasien menjadi sulit untuk minum, makan, menelan, dan berbicara. Oleh karena itu, dapat menimbulkan masalah pada gizi pasien. Pada kasus yang parah dapat digunakan nasogastric feeding tube NGT. Sekitar 20-30 dari pasien membutuhkan alat bantu makan. 4 Kadang-kadang pasien juga memerlukan painkiller apabila terasa sangat sakit. Pada saat pasien mencoba makan dan minum, rasa sakit dapat bertambah parah. 3 Pasien yang mendapatkan terapi radiasi ataupun kemoterapi memiliki tingkat keparahan mukositis yang berbeda. Keparahan tergantung pada variasi dari faktor penyebabnya, seperti dosis yang digunakan, volume dari jaringan yang terradiasi, dan tipe radiasi. 6,16,19 Mukositis yang parah mengharuskan penghentian rangkaian radioterapi. Penghentian ini harus dihindari karena dapat memperpanjang waktu terapi dan dapat terjadi penurunan dari efek terapi. 4 Umumnya skala yang digunakan untuk mengukur keparahan mukositis adalah dengan menggunakan ketentuan WHO World Health Organization, dimana terdapat 4 tingkatan, yaitu : 3,16,20 0 = Tidak ada gejala mukositis 1 = Mukosa eritema dan terasa sakit 2 = Adanya ulser dan pasien bisa makan secara normal 3 = Adanya ulser dan pasien hanya bisa minum 4 = Pasien tidak bisa makan dan minum Universitas Sumatera Utara Patogenesis terjadinya oral mukositis yang disebabkan oleh radioterapi terdiri dari 5 fase, yaitu fase inisiasi, sinyal, amplifikasi, ulseratif atau bakteriologi dan fase penyembuhan. 3,16 Pada fase pertama, kerusakan jaringan terjadi secara cepat selama kemoterapi atau radioterapi, dimana menyebabkan kerusakan DNA pada sel epitel basal yang selanjutnya terjadi pemecahan rantai DNA pada sel target. Pada fase ini, mukosa tampak normal. Pada fase kedua dihasilkan pro-inflammatori sitokin, termasuk interleukin 1 IL-1 dan tumor necrosis faktor-a TNF- α yang menengahi respon lokal pada terapi yang diikuti dengan apoptosis dan kerusakan sel. Selama fase ketiga dari mukositis mulut, sitokin inflamasi yang dibuat selama fase ke dua, seperti TNF- α and IL-1, dapat menyebabkan kerusakan langsung pada jaringan, dilatasi pembuluh darah, dan efek inflammatori lain. Rangkaian reaksi biologikal dinamik menyebabkan kerusakan pada mukosa, yang biasanya berupa ulser. Ulser dikelilingi oleh eksudat fibrin yang mengandung bakteri, yang sering disebut dengan pseudomembran. Dinding sel merupakan hasil kolonisasi bakteri yang penetrasi ke sub mukosa, yang merupakan tempat pengaktifan makrofag, dimana makrofag ini menghasilkan sitokin tambahan. Kehilangnya integritas mukosa menghasilkan lesi yang sangat sakit. 16,30 Pada fase akhir dari mukositis, proliferasi, differensiasi, dan migrasi pada epitel sel akan mengembalikan integritas dari mukosa hingga tampak normal. 30 Infeksi sekunder dapat memperlambat proses penyembuhan. Ulser yang besar dan dalam biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk penyembuhannya. Universitas Sumatera Utara Meskipun percobaan klinis terhadap perubahan ini tidak dilakukan pada manusia, ulser yang dalam dan tidak dapat sembuh yang membutuhkan waktu yang lama untuk penyembuhan, kemungkinan besar menyebabkan terjadinya proses lebih lanjut menjadi nekrose jaringan lunak atau tulang. 16 Gambar 3. Patogenesis mukositis. 25

3.2 Kandidiasis Oral