Secara umum, reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap utama disebut reaksi terang dan tahap kedua disebut reaksi gelap.
1. Reaksi terang Reaksi terang pada fotosintesis ini mengikuti cara yang sama seperti mekanisme
penangkapan elektron oleh mitokondria. Mekanisme reaksi terang meliputi : •
Produksi elektron pada tingkat energi yang lebih tinggi. •
Sistem perpindahan elektron yang menangkap energi dari elektron dan digunakan untuk membentuk H
+
. •
Penggunaan H
+
sebagai sumber energi untuk sintesis ATP. Karena mekanisme pada tahap ini tergantung pada cahaya, dan berhenti jika sumber cahaya
terhambat, maka reaksi ini disebut reaksi terang. 2. Reaksi gelap
Dalam tahap ini, CO
2
direduksi dan diubah menjadi senyawa organik kompleks. Reaksi pada tahap ini sangat tergantung pada produksi ATP, NADPH dan O
2
dan tidak memerlukan cahaya secara langsung, sehingga reaksi ini disebut reaksi gelap.
ATP dan NADPH yang dihasilkan pada reaksi terang, dengan hadirnya CO
2
akan berperan sebagai pereaksi untuk reaksi gelap. Selanjutnya ADP, Pi dan NADP
+
yang dihasilkan oleh reaksi gelap, dengan hadirnya H
2
O akan bertindak sebagai pereaksi untuk reaksi terang. Dalam reaksi terang dan reaksi gelap akan membentuk siklus dimana H
2
O dan CO
2
berfungsi sebagai sumber utama untuk menghasilkan molekul organik karbohidrat dan O
2
Wolfe,S.L, 1993.
2.5. Pengaruh Intensitas Cahaya
Cahaya bukan merupakan faktor esensial untuk sintesis asam askorbat dalam tanaman. Dalam tanaman terdapat suatu mekanisme yang mengubah sukrosa, heksosa, dan
prazat lain menjadi asam askorbat. Cahaya, suhu, dan karbondioksida mempengaruhi akumulasi asam askorbat dalam tanaman. Suatu prazat asam askorbat dihasilkan oleh proses
fotosintesis dan senyawa ini kemudian diubah secara hayati menjadi asam askorbat. Karena
Universitas Sumatera Utara
pengurangan asam askorbat lebih cepat pada daun yang dipetik dibandingkan yang masih tinggal pada tanaman, kemungkinan penururnan ini lebih diakibatkan oleh aktivitas
metabolisme, bukan oksidasi. Keragaman intensitas cahaya dapat mengubah laju pembentukkan prazat dan hal ini
tidak mempengaruhi pengubahan prazat menjadi asam askorbat atau jumlah yang terbentuk dalam proses metabolism tanaman. Keragaman suhu dapat mengubah aktivitas metabolisme
atau laju pembentukan prazat, tetapi nampaknya tidak berpengaruh penting pada jumlah asam askorbat yang disintesis dari prazat ini. Hal tersebut dapat menjelaskan mengapa sering
terjadi dalam pertentangan dalam pustaka tentang pengaruh cahaya terhadap asam askorbat. Cahaya nampaknya merupakan satu-satunya faktor lingkungan yang mempengaruhi kadar
asam askorbat dalam sayuran daun dan buah Harris, R., 1989.
2.6. Analisis Titrimetri
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap disebut titrasi, dan zat yang akan ditetapkan, dititrasi. Titik saat pada mana reaksi itu tepat lengkap disebut titik
ekuivalen setara atau titik-akhir teoretis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh larutan standart itu sendiri misalnya kalium permanganate, atau lebih lazimnya lagi, oleh
penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indkator. Setelah reaksi antara zat dan larutan standar praktis lengkap, indikator harus memberi perubahan visual yang jelas,
dalam cairan yang sedang dititrasi. Titik saat pada mana ini terjadi, disebut titik akhir titrasi Vogel, 1994.
2.6.1. Titrasi yang Melibatkan Iodium
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu titrasi langsung iodimetri dan titrasi tidak langsung iodometri.
a Titrasi Langsung Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang merupakan potensial reduksi yang
lebih kecil dibandingkan iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium.
Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan untuk membakukan larutan natrium tiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir. Dalam farmakope Indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar :
asam askorbat; natrium askorbat; metampiron antalgin; serta natrium tiosulfat dan sediaan injeksinya.
b Titrasi Tidak Langsung Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO
4
.5H
2
O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodide berlebihan dan
akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Banyaknya volume natrium tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iodium
yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel Gandjar, G.,2007.
I
2
adalah oksidator lemah sedangkan iodida secara relatif merupakan reduktor lemah. Kelarutannya cukup baik dalam air dengan pembentukan triodida KI
3
. Iodium dapat dimurnikan dengan sublimasi. Ia larut dalam KI dan harus disimpan dalam tempat yang
dingin dan gelap. Berkurangnya iodium akibat penguapan dan oksidasi udara menyebabkan banyak kesalahan analisis. Biasanya indikator yang digunakan adalah amilum. Iodida pada
konsentrasi 10
-5
M dapat dengan mudah ditekan oleh amilum. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Komplek iodium-amilum mempunyai kelarutan
yang kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir titrasi Khopkar, S.M., 2003.
2.7. Indikator Amilum
Warna larutan 0,1N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung yang kuat
kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu
larutan amilum, karena biru tua dari kompleks amilum-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam daripada dalam
larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Larutan amilum mudah terurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat diperlambat
dengan jalan sterilisasi atau penambahan zat pengawet. Hasil-hasil peruraian memakai iodium dan berubah menjadi kemerah-merahan. MerkuriII iodida, asam borat atau asam
Universitas Sumatera Utara
furoat dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Keadaan-keadaan yang menyebabkan hidrolisa atau koagulasi dari amilum harus dihindarkan. Kepekaan indikator berkurang
dengan kenaikan suhu dan oleh beberapa zat organik, seperti metal dan etil alkohol Underwood, A.L, 1986.
Asam Askorbat + I
2
O O
C C
OH C
C O
O + I
2
O + 2HI C
C OH
C C
O H
H 5CHOH
CHOH 6CH
2
OH CH
2
OH
L-asam askorbat L-dehidro asam askorbat
Amilum + I
2
CH
2
OH CH
2
OH H O H H O H
H H OH H OH H + 2I
2
O O O H OH H OH
Larutan Bening n
CH
2
OI CH
2
OI H O H H O H
H H OH H OH H + nHI
O O O H OH H OH
Larutan biru n
2.7.1 Reaksi antara vitamin C dan Iodin dengan menggunakan indikator amilum Andarwulan,N,1992.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
BAHAN DAN METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Bahan-bahan