Titrasi yang Melibatkan Iodium

pengurangan asam askorbat lebih cepat pada daun yang dipetik dibandingkan yang masih tinggal pada tanaman, kemungkinan penururnan ini lebih diakibatkan oleh aktivitas metabolisme, bukan oksidasi. Keragaman intensitas cahaya dapat mengubah laju pembentukkan prazat dan hal ini tidak mempengaruhi pengubahan prazat menjadi asam askorbat atau jumlah yang terbentuk dalam proses metabolism tanaman. Keragaman suhu dapat mengubah aktivitas metabolisme atau laju pembentukan prazat, tetapi nampaknya tidak berpengaruh penting pada jumlah asam askorbat yang disintesis dari prazat ini. Hal tersebut dapat menjelaskan mengapa sering terjadi dalam pertentangan dalam pustaka tentang pengaruh cahaya terhadap asam askorbat. Cahaya nampaknya merupakan satu-satunya faktor lingkungan yang mempengaruhi kadar asam askorbat dalam sayuran daun dan buah Harris, R., 1989.

2.6. Analisis Titrimetri

Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap disebut titrasi, dan zat yang akan ditetapkan, dititrasi. Titik saat pada mana reaksi itu tepat lengkap disebut titik ekuivalen setara atau titik-akhir teoretis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh larutan standart itu sendiri misalnya kalium permanganate, atau lebih lazimnya lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indkator. Setelah reaksi antara zat dan larutan standar praktis lengkap, indikator harus memberi perubahan visual yang jelas, dalam cairan yang sedang dititrasi. Titik saat pada mana ini terjadi, disebut titik akhir titrasi Vogel, 1994.

2.6.1. Titrasi yang Melibatkan Iodium

Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu titrasi langsung iodimetri dan titrasi tidak langsung iodometri. a Titrasi Langsung Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang merupakan potensial reduksi yang lebih kecil dibandingkan iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium. Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan untuk membakukan larutan natrium tiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir. Dalam farmakope Indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar : asam askorbat; natrium askorbat; metampiron antalgin; serta natrium tiosulfat dan sediaan injeksinya. b Titrasi Tidak Langsung Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO 4 .5H 2 O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodide berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Banyaknya volume natrium tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel Gandjar, G.,2007. I 2 adalah oksidator lemah sedangkan iodida secara relatif merupakan reduktor lemah. Kelarutannya cukup baik dalam air dengan pembentukan triodida KI 3 . Iodium dapat dimurnikan dengan sublimasi. Ia larut dalam KI dan harus disimpan dalam tempat yang dingin dan gelap. Berkurangnya iodium akibat penguapan dan oksidasi udara menyebabkan banyak kesalahan analisis. Biasanya indikator yang digunakan adalah amilum. Iodida pada konsentrasi 10 -5 M dapat dengan mudah ditekan oleh amilum. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Komplek iodium-amilum mempunyai kelarutan yang kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir titrasi Khopkar, S.M., 2003.

2.7. Indikator Amilum