dan hanya memiliki 10 persen aktivitas vitamin C. Biasanya D-asam askorbat ditambah ke dalam bahan pangan sebagai antioksidan, bukan sebagai sumber vitamin C.
O O
C C
OH C
C O
O O
C C
OH C
C O
H H
CHOH CHOH
CH
2
OH CH
2
OH
L-asam askorbat L-dehidro asam askorbat
Andarwulan, N, 1992.
2.3.2. Sifat-sifat Umum Vitamin C
Vitamin C yang mempunyai rumus empiris C
6
H
8
O
6
dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192
C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam.
Vitamin C sangat mudah larut dalam air 1 gram dapat larut sempurna dalam 3 ml air, sedikit larut dalam alcohol 1 gram dalam 50 ml alcohol absolute atau 100 ml gliserin
dan tidak larut dalam benzene, eter, kloroform, minyak dan sejenisnya. Walaupun vitamin C stabil dalam bentuk kristal tetapi mudah rusak atau terdegradasi jika berada dalam bentuk
larutan, terutama jika terdapat udara, logam-logam seperti Cu dan Fe dan cahaya terutama jika vitamin C terdapat bersama-sama dengan riboflavin. Sifat yang paling utama dari
vitamin C adalah kemampuan mereduksinya yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam, terutama Cu dan Ag Andarwulan, N., 1992.
Vitamin berperan dalam reaksi-reaksi metabolism dalam tubuh, bertindak sebagai katalisator atau sebagai koenzim. Kebanyakan vitamin tidak dapat disintesis oleh tubuh. Oleh
karena itu, bersifat esensial sehingga harus disediakan dalam pangan atau pakan. Hanya ada beberapa vitamin yang dapat disintesis oleh hewan yaitu vitamin D oleh semua ternak
vitamin C oleh unggas Prawirokusumo, S,1993.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Sumber Vitamin C
Vitamin C tidak terdistribusi secara luas dalam bahan makanan seperti kebanyakan vitamin yang lain. Vitamin C hamper sepenuhnya dalam makanan nabati, yaitu sayuran dan
buah-buahan segar, tetapi tidak ditemukan dalam serealia atau sayuran kacang-kacangan yang kering. Jumlah yang sangat sedikit dalam terdapat dalam makanan hewani seperti hati
da ginjal mentah. Susu segar mengandung sedikit vitamin C dan beberapa dari vitamin C ini tidak rusak setelah pasteurisasi Gaman, P.M., 1992.
2.3.4. Fungsi Vitamin C
Salah satu fungsi utama dari vitamin C adalah berperan dalam pembentukan kolagen. Kolagen adalah sejenis protein yang merupakan salah satu komponen utama dari jaringan
ikat, tulang-tulang rawan, matriks tulang, lapisan endothelium pembuluh darah dan lain-lain. Vitamin ini bertindak sebagai koenzim atau kofaktor pada proses hidroksilasi, baik secara
aktif sebagai zat reduktor. Vitamin C sangat esensial dalam proses penyembuhan luka dan
kemampuan tubuh untuk menghadapi stress dari injeksi Tjokronegoro,1985. 2.3.5. Metabolisme Vitamin C
Bila jaringan tubuh ada dalam kondisi jenuh oleh vitamin C maka dari dosis yang diberikan parenteral, sebagian besar akan dieksresikan di dalam urine, sebaliknya bila suplai
vitamin ini di dalam jaringan tidak mencukupi, maka sebagaian besar dari dosis vitamin C yang diberikan akan diretensi di dalam tubuh dan sedikit sekali yang dieksresikan di dalam
urine Sediaoetama,A.D.,2004.
2.3.6. Biosintesis Vitamin C