terutama responden perempuannya dan mereka lebih banyak jajan karena responden umumnya berada pada tingkatan kelas yang lebih tinggi kelas V dan VI yang
memiliki uang saku lebih besar dibandingkan dengan responden yang tingkatan kelasnya lebih rendah. Kemungkinan juga karena perhatian keluarga juga kurang
karena mereka sudah dianggap mulai dewasa sehingga pola makan mereka tidak begitu diatur lagi ataupun karena faktor ekonomi keluarga yang mempengaruhi
ketersediaan makanan di rumah. Keadaan gizi sangat erat kaitannya dengan konsumsi makanan seseorang.
Konsumsi energi anak rendah karena ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kecukupan energi yang dibutuhkan oleh tubuhnya. Apabila hal ini
terus berlanjut maka dapat diperkirakan akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak karena apabila energi yang dikonsumsi tidak mencukupi
kebutuhan tubuh maka protein yang dikonsumsi akan dipergunakan untuk energi sehingga terjadi gangguan pertumbuhan. Ketidakseimbangan energi yang masuk
dengan energi yang dikeluarkan dapat mengakibatkan gangguan pada anak sekolah seperti mengurangi konsentrasi belajar mereka dan juga gangguan pada tubuh yang
secara fisik dapat terlihat dari badan yang lemah, lesu dan tidak bergairah yang ahirnya dapat menurunkan kualitas manusia.
5.2.2. Konsumsi Protein
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein responden umumnya berada dalam kategori sedang 80-90 angka kecukupan gizi yaitu
21,0 sampai 35,4 dari setiap kelompok responden. Tingkat kecukupan protein tertinggi pada kelompok responden kelas IV yaitu rata-rata sebesar 89,1. Jika
Universitas Sumatera Utara
dilihat secara keseluruhan, tingkat kecukupan protein responden bervariasi. Ada yang berada dalam kategori baik, sedang, rendah dan defisit. Ada juga yang tingkat
kecukupan proteinnya baik yaitu 5,3 sampai 26,3 dari masing-masing kelompok responden.
Hasill recall menunjukkan bahwa konsumsi protein pada kelompok responden kelas IV umumnya lebih besar tingkat kecukupannya daripada kelompok responden
kelas V dan VI karena kebutuhan mereka yang lebih kecil sudah lebih terpenuhi terutama dari konsumsi makanan utama non jajanan mereka yang lebih baik. Sesuai
tabel 4.16, tingkat kecukupan protein non jajanan keompok responden kelas IV lebih tinggi yaitu rata-rata 73,9. Konsumsi makanan utama non jajanan yang cukup
baik serta konsumsi jajanan yang juga cukup baik memberi sumbangan protein yang lebih baik daripada responden kelas lainnya umurnya juga lebih tinggi yang lebih
rendah konsumsi non jajanannya namun lebih tinggi konsumsi jajanannya. Hasil survei awal juga terlihat secara visual anak-anak tersebut kelihatan
kurus, kecil dan beberapa anak terkesan kurang mempunyai semangat dan kurang aktif. Informasi dari guru sekolah tersebut anak-anak kelas IV lebih dikategorikan
baik daripada kelas V dan VI dalam hal menerima pelajaran di sekolah. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan tingkat kecukupan energi dan protein yang lebih baik pada
kelompok responden kelas IV yang umumnya berumur 8-9 tahun. Secara umum konsumsi protein anak cukup baik karena cukup mengkonsumsi
makanan sumber protein di rumah seperti ikan dan telur serta dari konsumsi makanan jajanan seperti bakso, tempe goreng, bakwan dan lainnya yang juga turut
menyumbang protein yang diperlukan oleh anak.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Sumbangan Energi dan Protein dari Jajanan