Kecukupan Energi dan Protein serta Sumbangan Energi dan Protein Makanan Jajanan pada Anak SD di SD Negeri No. 060822 Medan Tahun 2010

(1)

KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI

NO. 060822 KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM : 051000123 SHINTYA SARI DEWI NST

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI

NO. 060822 KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 051000123 SHINTYA SARI DEWI NST

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI

NO. 060822 KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 051000123 SHINTYA SARI DEWI NST

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Juni 2010

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima TIM PENGUJI

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si

NIP. 196806161993032003 NIP. 196205291989032001 Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes

Penguji II Penguji III

Dra. Jumirah, Apt. M.Kes

NIP. 195803151988112001 NIP. 197002121995012001 Ernawati Nasution, SKM, M.Kes Medan, 14 Juni 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

NIP. 195310181982032001 dr. Ria Masniari Lubis, M.Si


(4)

ABSTRAK

Anak usia sekolah dasar berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan sangat aktif oleh karena itu mereka membutuhkan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Makanan jajanan menyumbang sebagian besar kebutuhan energi dan protein anak sehari.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional, bertujuan mendeskripsikan tingkat kecukupan energi dan protein anak dan sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan. Populasi adalah seluruh murid kelas IV, V dan VI SDN 060822 Medan berjumlah 119 orang dengan pengambilan sampel secara proporsional dan acak sederhana berjumlah 55 orang. Data konsumsi energi dan protein diperoleh dengan metode food recall 24jam sebanyak 2 kali berturut-turut dan data frekuensi makan jenis jajanan diperoleh dengan metode food

frequency.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan energi 73,7% sampai 88,2% anak berada dalam kategori defisit dan kecukupan protein 21,0% sampai 35,4% anak masih berada dalam kategori defisit. Makanan jajanan menyumbang rata-rata 24,3% sampai 33,0% energi dan 17,2% sampai 25,4% protein dari total konsumsi anak sehari.

Disarankan kepada pihak sekolah dapat menyampaikan informasi kepada orang tua murid untuk lebih memperhatikan konsumsi makanan utama (non jajanan) anak sehari-hari dan mengonsumsi jajanan yang padat kalori sehingga kebutuhan energi dan protein anak terpenuhi.

Kata kunci : Kecukupan Energi dan Protein, Sumbangan Energi dan Protein, Makanan Jajanan, Anak Sekolah.


(5)

Abstract

Primary school students are in the period of rapid growth and very active so they need food both in quality and quantity that meets nutritional requerment. Street food contributed for the majority of energy and protein needs of children a day.

This study is a descriptive with cross-sectional research design that purpose to describe the adequacy of energy and protein levels of children and the contribution of street food to energy and protein. The population of all students from class IV, V and VI SDN 060822 Medan obtained 119 persons with the selection of samples done by proportionally and simple random sampling obtained 55 persons. Energy and protein consumption obtained by using food recall method 24 hours twice recently and type of frequency street food obtained by using food frequency method.

The results of this study showed that energy adequacy level of 73,7% till 88,2% students are in the deficit category and protein adequacy level of 21,0% till 35,4% students are in the moderate category. Street food contributed average 24,3% till 33,0% energy and 17,2% till 25,4% protein of students total daily consumption.

It is recommended that school be able to convey information to parents to pay more attention to primary of food consumption (non-street food) daily of students and consumption full calorie of streed food so that energy and protein needs of students are met.

Keywords: Energy and Protein Adequacy, Energy and Protein, Street Food Contributions, Student.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Shintya Sari Dewi Nst Tempat/Tanggal Lahir : Medan/8 Juni 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang

Alamat Rumah : Jln. Megawati Gg. Damai No. 11 Medan Riwayat Pendidikan :

Tahun 1999 tamat : SD Negeri No. 060822 Medan Tahun 1999-2002 : SLTP Negeri 3 Medan

Tahun 2002-2005 : SMA Negeri 5 Medan

Tahun 2005-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kecukupan Energi dan Protein serta Sumbangan Energi dan Protein Makanan Jajanan pada Anak SD di SD Negeri No. 060822 Medan Tahun 2010.

Selama penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan baik moril maupun materi dari berbagai pihak sehingga akhirnya skripsi ini terselesaikan. Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dan memperkaya materi skripsi ini.

Selanjutnya penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebeser-besarnya kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

2. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan dan saran yang positif untuk penyelesaian skripsi ini,

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan dan saran yang positif untuk penyelesaian skripsi ini,


(8)

4. Dra. Lina Tarigan Apt, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik semasa perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, 5. Dra. Jumirah Apt, MKes selaku Kepala Bagian Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, 6. Seluruh dosen dan staf administrasi di Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat,

7. Ibu Kepala Sekolah SD Negeri No. 060822 Medan beserta para guru yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data, 8. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu sabar, memberi dukungan, doa dan

cintanya di setiap langkah penulis, adik-adikku tersayang beserta keluarga besar yang juga turut memberikan dukungannya,

9. Sahabat-sahabatku (nisa, sri, imuz, rina, inun, yuni, siska, ade, ami, uwa), anak-anak peminatan gizi (stambuk 05 serta kakak dan abang ekstensi maupun reguler), teman-teman di lingkungan rumah serta Mr. 15 (mas dedy) dan keluarga yang telah memberi motivasi dan bantuan kepada penulis. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmat serta kasih sayang-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2010 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Makanan Jajanan ... 7

2.1.1. Pengertian ... 7

2.1.2. Jenis Makanan Jajanan ... 8

2.1.3. Peran Makanan Jajanan ... 9

2.1.4. Makanan Jajanan yang Aman ... 10

2.1.5. Dampak Negatif Makanan Jajanan ... 12

2.2. Anak Usia Sekolah... 13

2.2.1. Gambaran Umum ... 13

2.2.2. Perilaku Makan pada Anak Sekolah ... 14

2.2.3. Kebutuhan Makanan pada Anak Sekolah ... 17

2.2.3.1. Energi ... 19

2.2.3.2. Protein ... 20

2.2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Asupan Makanan Anak ... 21

2.3. Penilaian Konsumsi dan Gizi Makanan ... 23

2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 26


(10)

3.3. Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1. Populasi ... 26

3.3.2. Sampel ... 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4.1. Data Primer ... 28

3.4.2. Data Sekunder ... 28

3.5. Instrumen Penelitian ... 28

3.6. Definisi Operasional ... 29

3.7. Aspek Pengukuran ... 30

3.8. Pengolahan dan Analisa Data ... 31

3.8.1. Pengolahan Data ... 31

3.8.2. Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL ... 33

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.2. Gambaran Umum Penjual Makanan Jajanan di Sekolah ... 35

4.3. Karakteristik Sampel ... 36

4.4. Jenis dan Frekuensi Jajan ... 38

4.5. Konsumsi Energi dan Protein ... 40

4.6. Sumbangan Energi dan Protein Makanan Jajanan... 43

BAB V PEMBAHASAN ... 45

5.1. Pola Konsumsi Jajanan Responden Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makan Makanan Jajanan ... 45

5.2. Konsumsi Energi dan Protein ... 46

5.2.1. Konsumsi Energi ... 46

5.2.2. Konsumsi Protein ... 47

5.3. Sumbangan Energi dan Protein Makanan Jajanan... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :

1. Formulir Food Recall 24 jam 2. Formulir Food Frequency

3. Data Asupan Energi dan Protein Responden

4. Data Frekuensi Makan Makanan Jajanan Responden 5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari SDN 060822 Medan


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) Rata-Rata

yang Dianjurkan untuk Usia 7-19 Tahun (per orang per hari)... 18 Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Ketenagaan di SD Negeri No. 060822

Medan T.A 2009-2010……….. 33 Tabel 4.2. Distribusi Staf Pengajar Berdasarkan Jenis Kelamin dan

Pendidikan SD Negeri No. 060822 Medan T.A 2009-2010……….. 34 Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Murid SD Negeri No. 060822

Medan TA 2009-2010 ... ... 34 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin

Murid SDN 060822 Medan ... 36 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Murid

SDN 060822 Medan ... 36 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Uang Saku Per Hari di

SDN 060822 Medan ... 37 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Responden di SDN 060822 Medan ... 37 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Orang Tua

Responden Per Bulan ... 38 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan

Jenis Makanan Jajanan yang Dikonsumsi Responden

SDN 060822 Medan ... 39 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Tingkat Kecukupan

Energi Menurut Kelas ... 41 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Tingkat Kecukupan

Energi ... 41 Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Tingkat Kecukupan


(12)

Protein Menurut Kelas ... 42 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Tingkat Kecukupan

Protein ... 42 Tabel 4.14. Persentase Sumbangan Energi Jajanan Berdasarkan Total Energi

Konsumsi Makanan Sehari Anak SDN 060822 Medan ... 43 Tabel 4.15. Persentase Sumbangan Protein Jajanan Berdasarkan Total Protein

Konsumsi Makanan Sehari Anak SDN 060822 Medan ... 44 Tabel 4.16. Persentase Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Jajanan serta


(13)

ABSTRAK

Anak usia sekolah dasar berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan sangat aktif oleh karena itu mereka membutuhkan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Makanan jajanan menyumbang sebagian besar kebutuhan energi dan protein anak sehari.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional, bertujuan mendeskripsikan tingkat kecukupan energi dan protein anak dan sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan. Populasi adalah seluruh murid kelas IV, V dan VI SDN 060822 Medan berjumlah 119 orang dengan pengambilan sampel secara proporsional dan acak sederhana berjumlah 55 orang. Data konsumsi energi dan protein diperoleh dengan metode food recall 24jam sebanyak 2 kali berturut-turut dan data frekuensi makan jenis jajanan diperoleh dengan metode food

frequency.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan energi 73,7% sampai 88,2% anak berada dalam kategori defisit dan kecukupan protein 21,0% sampai 35,4% anak masih berada dalam kategori defisit. Makanan jajanan menyumbang rata-rata 24,3% sampai 33,0% energi dan 17,2% sampai 25,4% protein dari total konsumsi anak sehari.

Disarankan kepada pihak sekolah dapat menyampaikan informasi kepada orang tua murid untuk lebih memperhatikan konsumsi makanan utama (non jajanan) anak sehari-hari dan mengonsumsi jajanan yang padat kalori sehingga kebutuhan energi dan protein anak terpenuhi.

Kata kunci : Kecukupan Energi dan Protein, Sumbangan Energi dan Protein, Makanan Jajanan, Anak Sekolah.


(14)

Abstract

Primary school students are in the period of rapid growth and very active so they need food both in quality and quantity that meets nutritional requerment. Street food contributed for the majority of energy and protein needs of children a day.

This study is a descriptive with cross-sectional research design that purpose to describe the adequacy of energy and protein levels of children and the contribution of street food to energy and protein. The population of all students from class IV, V and VI SDN 060822 Medan obtained 119 persons with the selection of samples done by proportionally and simple random sampling obtained 55 persons. Energy and protein consumption obtained by using food recall method 24 hours twice recently and type of frequency street food obtained by using food frequency method.

The results of this study showed that energy adequacy level of 73,7% till 88,2% students are in the deficit category and protein adequacy level of 21,0% till 35,4% students are in the moderate category. Street food contributed average 24,3% till 33,0% energy and 17,2% till 25,4% protein of students total daily consumption.

It is recommended that school be able to convey information to parents to pay more attention to primary of food consumption (non-street food) daily of students and consumption full calorie of streed food so that energy and protein needs of students are met.

Keywords: Energy and Protein Adequacy, Energy and Protein, Street Food Contributions, Student.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perbaikan gizi diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa kehamilan, bayi dan anak balita, pra-sekolah, anak Sekolah Dasar (SD), remaja dan dewasa sampai usia lanjut. Anak SD perlu diperhatikan dengan baik karena disamping jumlahnya banyak yaitu sekitar 30% dari jumlah penduduk, program gizi pada kelompok ini berdampak luas tidak saja pada aspek kesehatan, gizi dan pendidikan masa kini, tetapi juga yang secara langsung mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa datang (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).

Anak-anak usia SD berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan sangat aktif, oleh karena itu mereka membutuhkan makanan yang memenuhi kandungan gizi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Beberapa penelitian membuktikan bahwa peran gizi terhadap peningkatan fisik, mental, dan intelektual cukup kuat, namun dari beberapa data penelitian mengenai keadaan gizi anak sekolah menunjukkan angka gangguan pertumbuhan yang cukup tinggi. Data sejumlah provinsi di Indonesia menunjukkan masalah gizi kurang pada anak sekolah masih memprihatinkan (Pari, 2001).

Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah baik di kota maupun pedesaan di Indonesia, didapatkan kenyataan bahwa pada umumnya berat dan tinggi badan rata-rata anak SD berada di bawah ukuran normal. Tidak jarang pula pada anak SD ditemukan tanda-tanda penyakit gangguan gizi, baik dalam bentuk ringan maupun berat (Moehji, 2003).


(16)

Berdasarkan data Departemen kesehatan, kurang lebih 28,04% anak Indonesia mengalami ketidakcukupan gizi, termasuk diantaranya anak-anak di kota besar. Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2004, gizi baik pada anak usia sekolah dan remaja umur 5-17 tahun sebesar 74 %, gizi kurang 18 % dan gizi lebih sebesar 8 %. Prevalensi gizi kurang paling tinggi pada anak usia sekolah dasar, yaitu sebesar 21% (Anonimous, 2008). Lebih dari sepertiga (36,1%) anak Indonesia juga tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah. Masih tingginya prevalensi anak pendek yang menunjukkan masalah gizi di Indonesia merupakan masalah kronis yang berkaitan dengan kemiskinan, rendahnya pendidikan dan kurang memadainya pelayanan dan kesehatan lingkungan (Dinas Komunikasi dan Informatika Sumut, 2007).

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi yang ada di Indonesia. Pada tahun 1996, untuk mengatasi gizi kurang pada anak-anak sekolah di daerah miskin dan terpencil diselenggarakan Program Pemberian Makanan Tambahan bagi Anak Sekolah (PMT-AS). Melalui program ini siswa-siswi SD memperoleh makanan tambahan minimal 3 kali dalam seminggu. Tiap porsi makanan harus mengandung minimal 300 kalori (Moehji, 2003). Bentuk dan jenis makanan yang disajikan tidak berupa makanan lengkap seperti nasi dan lauk pauknya, tetapi berupa makanan jajanan atau makanan kecil dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan.

Anak-anak umumnya sudah dapat memilih dan menentukan makanan apa yang disukai dan mana yang tidak, serta pada usia ini anak-anak gemar sekali jajan. Jajan yang mereka beli sudah tentu adalah makanan yang mereka senangi saja. Jika


(17)

jajanan yang dipilih kurang nilai gizinya seperti es dan gula-gula maka dapat memengaruhi keadaan gizi anak (Moehji, 2003).

Makanan jajanan umumnya digemari anak sekolah dan diperkirakan meningkat mengingat semakin terbatasnya anggota keluarga mengolah makanan sendiri, disamping karena faktor lain seperti karena makanan jajanan itu praktis, murah serta cita rasa yang lebih menarik, dan juga karena jajan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat itu sendiri (Judarwanto, 2008).

Data pembelian makanan dan minuman jadi berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dikumpulkan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik di seluruh Indonesia memperlihatkan selama tahun 1999-2004 sekitar 80% rumah tangga di Indonesia mengaku jajan (membeli makanan dan minuman jadi). Selama kurun waktu itu persentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan untuk jajan meningkat dari 10,9% pada tahun 1999 menjadi 12,4% pada tahun 2004 (Suleeman, 2006).

Jajan bagi anak sekolah merupakan fenomena yang menarik untuk ditelaah karena memiliki peran sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi sebab aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi), pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan kebiasaan penganekaragaman pangan sejak kecil dan memberikan perasaan meningkatnya gengsi anak di mata teman-temannya di sekolah (Khomsan, 2003). Makanan jajanan menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52% (Judarwanto, 2008). Hasil penelitian Wahyu Nuryati (2005), makanan jajanan di sekolah memberikan sumbangan 12,14% terhadap rata-rata asupan energi


(18)

dalam total makanan yang dikonsumsi sehari pada murid golongan umur 7-9 tahun dan 10,53% pada murid laki-laki dan 9,60% pada murid perempuan golongan umur 10-12 tahun.

Akan tetapi, jajan juga memiliki aspek negatif seperti nafsu makan menurun, kurang gizi sebab kandungan gizi pada jajanan belum tentu terjamin dan makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit (Irianto, 2007). Keamanan makanan jajanan juga masih diragukan sebab sangat beresiko terhadap cemaran biologis maupun kimia yang dapat mengganggu kesehatan. Penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2003 yang dilakukan terhadap 9.465 sampel jajanan sekolah, ternyata hasilnya 80% dari semua jajanan yang diteliti mengandung bahan-bahan yang membahayakan kesehatan, seperti formalin, boraks, natrium siklamat, rhodamin B, dan sakarin (Siswono, 2005).

Umumnya anak-anak SD jajan pada waktu istirahat sekolah karena pada saat itu perut sudah terasa lapar. Kebiasaan jajan pada anak sekolah dikarenakan anak mendapat uang saku dari orang tua, disamping juga karena dorongan rangsangan dari dalam seperti rasa lapar dan rangsangan dari luar seperti bujukan teman dan para pedagang makanan jajanan. Hasil penelitian Ernita Ginting (2007), seluruh murid SD yang menjadi sampel mengaku bahwa mereka jajan setiap hari di sekolah dengan frekuensi membeli makanan jajanan umumnya dua kali dan alasan mereka jajan adalah karena lapar, kepingin, diajak teman, maupun karena iseng.

Survei awal penelitian yang dilakukan pada murid kelas IV, V dan VI SD Negeri no. 060822 kecamatan Medan Area didapatkan bahwa seluruh murid mengaku mendapat uang saku setiap harinya sehingga mereka pasti membeli jajanan di sekolah


(19)

setiap hari pada jam istirahat. Makanan jajanan yang dapat mereka beli beraneka ragam sebab selain pedagang kantin sekolah, ada 7 pedagang yang berjualan di luar pagar sekolah. Adapun makanan jajanan yang dijual di kantin maupun di sekitar lingkungan sekolah antara lain nasi goreng, miesop, mie goreng, gorengan, donat, kue, keripik, jambu biji, es, chiki-chiki, bakso, sosis, nuget, sate, opak, molen, roti bakar, burger, dan lain-lain. Banyaknya jenis jajanan yang dijajakan di lingkungan sekolah tersebut memungkinkan sumbangan energi yang cukup besar bagi anak sekolah dari makanan jajanannya. Dalam hal kesehatan, jika dilihat secara visual, sebagian murid secara fisik kelihatan kurus dan kecil dan menurut informasi pihak sekolah, penjaringan kesehatan juga tidak dilakukan secara teratur (rutin).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui kecukupan energi dan protein anak SD serta sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa anak usia sekolah termasuk kelompok yang rentan gizi. Masalah gizi cukup sering terjadi pada anak usia sekolah sebab perilaku makan yang tidak baik. Perilaku jajan anak walaupun sering menjadi masalah namun jajan juga berperan dalam pemenuhan kecukupan energi dan protein bagi anak sekolah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah seberapa besar pemenuhan kecukupan energi dan protein anak sehari serta sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan pada anak SD di Sekolah Dasar Negeri No. 060822 Kecamatan Medan Area Tahun 2010.


(20)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kecukupan energi dan protein serta sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan pada anak SD di Sekolah Dasar Negeri No. 060822 Kecamatan Medan Area Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis, jumlah dan frekuensi makanan jajanan yang dikonsumsi anak.

2. Untuk mengetahui kecukupan energi dan protein makanan sehari anak.

3. Untuk mengetahui sumbangan energi dan protein dari konsumsi jajanan terhadap total asupan energi dan protein anak sehari.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan bagi pihak sekolah dan orangtua terhadap pengawasan kesehatan anak khususnya dalam hal konsumsi makanan jajanan yang berperan dalam pemenuhan kecukupan energi dan protein anak.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Jajanan

2.1.1. Pengertian

Makanan jajanan menurut FAO didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Judarwanto, 2008). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 942/MENKES/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel.

Makanan kecil atau jajan adalah makanan yang biasanya menemani minum teh, kopi, atau minuman dingin. Dapat dihidangkan pagi sekitar jam 10.00 atau sore hari pukul 16.00 – 17.00, kadang-kadang dapat dihidangkan pada malam hari sebelum tidur. Kira-kira satu kali makan jajan, seseorang cukup 1-2 potong yang mengandung 150-200 kalori (Tarwotjo, 1998).

Pangan jajanan termasuk dalam kategori pangan siap saji yaitu makanan dan minuman yang dijual untuk langsung dikonsumsi tanpa proses pengolahan lebih lanjut. Ragam pangan jajanan antara lain: bakso, mie goreng, nasi goreng, ayam goreng, burger, cakue, cireng, cilok, cimol, tahu, gulali, es jepit, es lilin dan ragam pangan jajanan lainnya (Direktorat Perlindungan Konsumen, 2006).


(22)

2.1.2. Jenis Makanan Jajanan

Jenis makanan jajanan menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi dalam Mariana (2006) dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, seperti kue kecil-kecil, pisang goreng dan sebagainya.

2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso, nasi goreng dan sebagainya.

3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti es krim, es campur, jus buah dan sebagainya.

Menurut Tarwotjo (1998) ada 2 (dua) jenis makanan kecil (jajanan), yaitu: 1. Makanan jajanan dengan rasa manis

Bila dilihat dari cara memasaknya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu jenis makanan jajanan basah dan kering.

a. Kue basah manis, antara lain sebagai berikut:

- Aneka bubur, seperti: bubur sumsum, bubur candil, dan bubur sagu. - Aneka kolak, seperti: kolak pisang, kolak ubi, dan kolang-kaling.

- Aneka jajan yang dikukus, seperti: nagasari, putu mayang, dan kue lapis. - Jajan yang direbus, seperti: kelepon, ongol-ongol, dan agar-agar.

b. Kue kering manis, antara lain sebagai berikut:

- Aneka goreng-gorengan, seperti: pisang goreng dan ubi kunig goreng. - Aneka kue yang dipanggang, seperti: cake, bolu, kue kering dan yang


(23)

2. Makanan jajanan dengan rasa asin

Makanan jajanan dengan rasa asin, seperti arem-arem, lumpia dan risol. 2.1.3. Peran Makanan Jajanan

Peranan makanan jajanan antara lain: (Khomsan,2003)

1. Merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi).

2. Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan penganekaragaman pangan sejak kecil.

3. Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temannya di sekolah.

Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Marlina (2003) menyebutkan beberapa aspek positif makanan jajanan yaitu:

1. Lebih murah daripada masak sendiri

Diperkirakan setiap keluarga di daerah perkotaan membelanjakan uangnya untuk makanan jajanan bervariasi dari 15% sampai 20% dari seluruh anggaran rumah tangga yang disisihkan untuk makanan. Makanan jajanan ini dapat dijual dengan relatif murah dibandingkan dengan masak sendiri karena bahan-bahan dan bumbu dibeli dengan harga murah di pasar dan dalam jumlah yang banyak. Kadang-kadang untuk mempertahankan harga yang murah para pedagang makanan terpaksa harus membeli bahan makanan yang rendah mutunya.

2. Manfaat makanan jajanan bagi anak sekolah dan pekerja

Makanan yang dikonsumsi di pagi hari akan mengganti zat tenaga dan zat-zat lainnya yang telah digunakan semalaman oleh tubuh. Disamping sebagai cadangan


(24)

makanan yang disimpan dalam tubuh selama jam sekolah kandungan zat gizi yang diperoleh dari makanan pagi tersebut akan menurun. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diperoleh dengan mengkonsumsi makanan jajanan. Bagi kedua kelompok ini makanan memegang peranan penting dalam memenuhi kecukupan gizi, terutama energi.

3. Peranan makanan jajanan dalam pemenuhan kecukupan gizi

Hasil penelitian Sujana dan kawan-kawan terhadap 52 macam jajanan yang sering dikonsumsi oleh orang dewasa maupun anak sekolah yang harganya relatif murah, kandungan zat gizi dari makanan jajanan sumber energi menempati urutan pertama, kemudian diikuti campuran sumber energi dan protein seperti mie bakso. 2.1.4. Makanan Jajanan yang Aman

Menurut Srikandi dalam Marlina (2003), masalah makanan jajanan di Indonesia umumnya terjadi karena pengolahan dan penyajiannya yang tidak higienis. Biasanya diproduksi dan dijual dalam kondisi yang kurang baik sehingga sering terkontaminasi oleh mikroorganisme dan hal ini dapat menimbulkan berbagai penyakit.

Makanan sehat selain mengandung zat gizi yang cukup dan seimbang juga harus aman, yaitu bebas dari bakteri, virus, parasit, serta bebas dari pencemaran zat kimia. Makanan dikatakan aman apabila kecil kemungkinan atau sama sekali tidak mungkin menjadi sumber penyakit atau yang dikenal sebagai penyakit yang bersumber dari makanan (foodborne disease). Oleh sebab itu, makanan harus dipersiapkan, diolah, disimpan, diangkut dan disajikan dengan serba bersih dan telah dimasak dengan benar (Soekirman, 2000).


(25)

Pangan jajanan yang sehat dan aman adalah pangan jajanan yang bebas dari bahaya fisik, cemaran bahan kimia dan bahaya biologis (Direktorat Perlindungan Konsumen, 2006).

1. Bahaya fisik dapat berupa benda asing yang masuk kedalam pangan, seperti isi stapler, batu/kerikil, rambut, kaca.

2. Bahaya kimia dapat berupa cemaran bahan kimia yang masuk ke dalam pangan atau karena racun yang sudah terkandung di dalam bahan pangan, seperti: cairan pembersih, pestisida, cat, jamur beracun, jengkol.

3. Bahaya biologis dapat disebabkan oleh mikroba patogen penyebab keracunan pangan, seperti: virus, parasit, kapang, dan bakteri.

Adapun kiat memilih pangan jajanan yang sehat dan aman yaitu: (Direktorat Perlindungan Konsumen, 2006)

1. Hindari pangan yang dijual di tempat terbuka, kotor dan tercemar, tanpa penutup dan tanpa kemasan

2. Beli pangan yang dijual ditempat bersih dan terlindung dari matahari, debu, hujan, angin dan asap kendaraan bermotor. Pilih tempat yang bebas dari serangga dan sampah.

3. Hindari pangan yang dibungkus dengan kertas bekas atau koran. Belilah pangan yang dikemas dengan kertas, plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman. 4. Hindari pangan yang mengandung bahan pangan sintetis berlebihan atau bahan

tambahan pangan terlarang dan berbahaya. Biasanya pangan seperti itu dijual dengan harga yang sangat murah.


(26)

5. Warna makanan atau minuman yang terlalu menyolok, besar kemungkinan mengandung pewarna sintetis, jadi sebaiknya jangan dibeli.

6. Untuk rasa, jika terdapat rasa yang menyimpang, ada kemungkinan pangan mengandung bahan berbahaya atau bahan tambahan pangan yang berlebihan. 2.1.5. Dampak Negatif Makanan Jajanan

Jajan yang terlalu sering dan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif, antara lain: (Irianto, 2007)

1. Nafsu makan menurun.

2. Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit. 3. Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak.

4. Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jajanan belum tentu terjamin. 5. Pemborosan.

Keamanan makanan jajanan juga masih diragukan. Pada penelitian yang dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella paratyphi A di 25%-50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Penelitian lain yang dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji lab ditemukan borax, formalin, dan rhodamin B pada jajanan tersebut. Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit (Judarwanto, 2008).

Sejumlah ahli sudah meneliti bahaya beberapa jenis bahan tambahan pangan, termasuk yang digunakan dalam makanan jajanan ringan. Misalnya pewarna


(27)

Erythrosin, tartazine dan sunset yellow bisa menimbulkan alergi saluran pernafasan, membuat anak jadi hiperaktif dan menimbulkan efek kurang baik pada otak dan perilaku (Ratnawati, 2001).

2.2. Anak Usia Sekolah 2.2.1. Gambaran Umum

Kelompok anak sekolah (umur 6-12 tahun) termasuk ke dalam kelompok rentan gizi. Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok yang paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rentan karena kekurangan gizi. Kelompok ini berada pada masa pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dan apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya.

Pada umumnya kelompok umur ini mempunyai kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak balita. Masalah-masalah yang timbul pada kelompok ini antara lain berat badan rendah, defisiensi Fe (kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena pada umur-umur ini anak banyak kegiatan di sekolah maupun di lingkungan rumah-tangganya dan sangat aktif bermain yang menguras banyak tenaga seperti berkejar-kejaran, petak-umpet, bermain lompatan atau bermain bola. Dipihak lain, anak kelompok ini kadang-kadang nafsu makannya menurun. Dengan demikian terjadi ketidak-seimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar atau konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang diperlukan (Notoatmodjo, 2003)

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan mengalami proses percepatan pada umur 10-12 tahun. Pada usia sekolah ini secara umum aktivitas fisik


(28)

pada anak semakin tinggi dan memperkuat kemampuan motoriknya. Kemampuan kemandirian anak akan semakin dirasakan dimana lingkungan luar rumah dalam hal ini adalah sekolah cukup besar, sehingga beberapa masalah sudah mampu diatasi dengan sendirinya dan anak sudah mampu menunjukkan penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada. Perkembangan kognitif, psikososial, interpersonal, psikoseksual, moral, dan spiritual sudah mulai menunjukkan kematangan pada masa ini (Hidayat, 2005).

2.2.2. Perilaku Makan pada Anak Sekolah

Pada umumnya anak sekolah tidak hanya sibuk dengan aktivitas di sekolahnya, tetapi juga penuh dengan kegiatan ekstra kurikuler. Untuk menjaga staminanya, anak perlu ditunjang dengan pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Sarapan pagi menjadi sarana utama dari segi gizi untuk memenuhi kebutuhan energinya. Menurut para ahli gizi, sedikitnya 30 persen total energi tubuh harus dipenuhi saat makan pagi (Ratnawati, 2001).

Namun sayangnya ada berbagai alasan yang seringkali menyebabkan anak-anak tidak sarapan pagi. Ada yang merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau tidak ada selera untuk sarapan pagi. Oleh karena itu anak harus dibiasakan sarapan sebelum memulai aktivitas sehari-harinya (Khomsan, 2003).

Tanpa sarapan pagi akan terjadi kekosongan lambung sehingga kadar gula akan menurun. Padahal gula darah merupakan sumber energi utama bagi otak. Dampak negatifnya adalah ketidakseimbangan syaraf pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar, atau rasa lelah. Dalam keadaan demikian anak akan sulit


(29)

untuk dapat menerima pelajaran dengan baik. Gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan menurun (Ratnawati, 2001).

Mengingat aktivitas fisik yang banyak dan tinggi selama di sekolah, wajar kalau anak merasa lapar diantara dua waktu makan (pagi dan siang). Sebagai pengganti sarapan pagi anak jajan di sekolah untuk mengurangi rasa lapar, namun mutu dan keseimbangan gizi jadi tidak seimbang. Meskipun demikian, dengan jajan anak bisa mengenal beragam makanan yang dijual di sekolah. Oleh karena itu jajan dapat membantu seorang anak untuk membentuk selera makan yang beragam sehingga pada saat dewasa nanti dia dapat menikmati aneka ragam makanan. Hal ini sangat baik dari segi gizi (Khomsan, 2003).

Mengingat makanan jajanan terkadang belum terjamin keamanannya, ada baiknya juga anak dibekali roti atau makanan lain untuk dimakan waktu istirahat. Namun adakalanya mereka lebih suka makan di kantin mengikuti jejak kawan-kawannya. Jika kantin yang tersedia di sekolahan bersih, tidak perlu melarang mereka makan di kantin akan tetapi beri petunjuk untuk membeli makanan yang bergizi (Pudjiadi, 2000).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari kebiasaan jajan. Seringkali anak jadi beralasan tidak mau makan di rumah karena masih kenyang akibat jajan di sekolah. Hal ini dikarenakan pada saat jajan, anak umumnya membeli makanan berat atau makanan kecil padat energi terbuat dari karbohidrat (tepung-tepungan), gorengan yang kaya lemak dan murah harganya. Makanan jenis ini tidak cukup menggantikan makan siang di rumah yang biasanya memperhatikan konsep 4 sehat (nasi, lauk, sayur, dan buah). Anak-anak tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya yang


(30)

menarik, rasanya yang menggugah selera dan harganya terjangkau. Makanan ringan, sirup, bakso, mie ayam dan sebagainya menjadi makanan jajanan sehari-hari di sekolah.

Jajanan khususnya yang dijual di pinggir jalan, rentan terhadap polusi debu maupun asap knalpot. Seringkali makanan tersebut tidak disiapkan secara higienis atau juga mempergunakan bahan-bahan yang berbahaya seperti zat pewarna karena alasan harganya murah. Makanan jajanan yang demikian cepat atau lambat akan mendatangkan gangguan kesehatan.

Salah satu yang perlu diwaspadai adalah permen. Permen adalah kesukaan setiap anak. Apalagi kini permen mempunyai aneka cita rasa maupun bentuk sehingga orangtua pun suka. Permen tidak memberikan kontribusi gizi yang berarti karena kandungan gizinya yang hampir nol, kecuali energi. Oleh karena itu, mengkonsumsi permen secara berlebihan dan menjadi pola makan hanya akan menambah masukan energi ke dalam tubuh tanpa memberi zat gizi.

Berbagai jenis keripik atau chips yang termasuk ke dalam junk food umumnya disukai oleh anak-anak. Chips terbuat dari umbi-umbian (kentang) atau serealia (jagung) digoreng minyak dan ditambah garam dan penyedap rasa. Junk food yang kaya kalori dan rendah gizi ini biasa dimakan sebagai snack. Kandungan kalorinya yang tinggi sering membuat anak-anak yang baru makan chips menjadi tidak mau makan karena merasa masih kenyang. Dalam hal ini perlu disadari bahwa berapa bungkus pun chips yang dimakan tidak bisa menggantikan makanan lengkap yang tersaji di meja makan keluarga. Oleh karena itu orangtua harus mempunyai kiat kapan


(31)

anaknya diizinkan untuk makan chips, yaitu sebaiknya sesudah makan (Khomsan, 2003).

Untuk mengimbangi kebiasaan jajan anak, tugas orangtua adalah menyediakan makanan ringan yang bergizi di rumah dan di sekolah diberikan pendidikan gizi oleh guru (Soetjiningsih, 2002). Pendidikan gizi pada golongan umur ini banyak faedahnya. Guru harus menerangkan makanan apa yang bergizi dan hubungan antara yang dimakan dengan pertumbuhan dan kesehatannya. Anak-anak usia sekolah mudah menerima ajaran gurunya bahkan dapat meneruskannya pada orangtuanya (Pudjiadi, 2000).

Program UKS (usaha kesehatan sekolah) sangat tepat untuk membina dan meningkatkan gizi dan kesehatan anak sekolah. Disamping anak sekolah adalah kelompok yang sudah terorganisasi sehingga mudah untuk dijangkau oleh program, juga karena kelompok ini merupakan kelompok yang mudah menerima upaya pendidikan. Ahli pendidikan berpendapat bahwa kelompok umur ini sangat sensitif untuk menerima pendidikan, termasuk pendidikan gizi (Notoatmodjo, 2003).

2.2.3. Kebutuhan Makanan pada Anak Sekolah

Awal usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak-anak mulai masuk ke dalam dunia baru dimana dia mulai banyak berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan dia berkenalan dengan suasana lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja banyak mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini sering menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka (Moehji, 2003).


(32)

Anak sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih sama dengan yang dianjurkan untuk anak pra-sekolah terkecuali porsinya harus lebih besar oleh sebab kebutuhannya lebih banyak mengingat bertambahnya berat badan dan aktivitasnya (Pudjiadi, 2000). Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan asupan pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstra kurikuler, maka saran utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan pagi (Khomsan, 2003). Pentingnya mengkonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah agar kadar gula tetap terkontrol baik sehingga konsentrasi terhadap pelajaran dan aktivitas lainnya dapat tetap dilaksanakan.

Jumlah kebutuhan gizi pada anak ditentukan oleh berbagai faktor antara lain jenis kelamin, berat badan dan aktivitas sehari-hari. Adapun angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan bagi anak umur 10-19 tahun dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) Rata-Rata yang

Dianjurkan untuk Usia 7-19 Tahun (per orang per hari) Umur Berat Badan

(Kg) Tinggi Badan (Cm) Energi (Kkal) Protein (g)

7-9 tahun 25 120 1800 45

Pria : 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 35 46 55 138 150 160 2050 2400 2600 50 60 65 Wanita : 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 37 48 50 145 153 154 2050 2350 2200 50 57 50 Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2004


(33)

2.2.3.1.Energi

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya (Almatsier, 2004).

Di bidang gizi, nilai energi bahan pangan diukur dan dinyatakan dalam satuan kilokalori. Meskipun demikian, dalam penggunaannya secara populer kata kilo sering dihilangkan atau didrop, sehingga menjadi kalori saja. Sebenarnya, yang dimaksud adalah kilokalori (ribuan kalori). Setiap jenis makanan tidak sama nilai energinya. Kelompok karbohidrat dan protein mempunyai nilai energi 4 kkal/gr, sedangkan lemak dan minyak nilainya lebih dari dua kali lipat yaitu 9 kkal/gr. Air dan serat yang ada dalam makanan, tidak mempunyai nilai energi sama sekali, kalorinya nol (Winarno, 1993).

Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat, seperti padi-padian dan umbi-umbian, dan gula murni. Semua bahan makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber energi.

Keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk kedalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan ideal atau normal. Apabila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan, maka akan terjadi kekurangan energi. Akibatnya berat badan akan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada anak-anak


(34)

akan menghambat pertumbuhan. Sebaliknya, kelebihan energi dapat terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga terjadi berat badan lebih atau kegemukan (Almatsier, 2004).

2.2.3.2.Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah adalah protein, separuhnya ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein (Almatsier, 2004).

Tubuh manusia memerlukan protein untuk menjalankan berbagai fungsi antara lain: membangun sel tubuh, mengganti sel tubuh yang mengalami kerusakan, membuat air susu, enzim dan hormon, membuat protein darah, menjaga keseimbangan asam basa cairan tubuh, dan pemberi kalori (Irianto, 2007).

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu. Seperti: telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi.

Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein sering ditemukan bersamaan dengan kekurangan energi yang


(35)

menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak balita (Almatsier, 2004). 2.2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Asupan Makanan Anak

Menurut Soetjiningsih (2002), faktor-faktor yang memengaruhi asupan makanan anak antara lain:

1. Keluarga

Orangtua dan saudara yang lebih tua merupakan model bagi anak yang lebih muda terhadap kebiasaan makannya, makanan favorit dan makanan yang tidak disukai anak sejak usia dini akan terbawa sampai dewasa dan sulit dihilangkan. Menurut Ratnawati (2001), orangtualah yang paling bertanggung jawab terhadap pertumbuhan anak-anaknya, termasuk menyaring dan memilihkan apa yang layak untuk dikonsumsi anak.

2. Media

Media yang paling berperan dalam hal ini adalah televisi (TV). Menurut Ratnawati (2001), kebiasaan menonton televisi akan memberikan dampak langsung pada perilaku makan seorang anak. Hal ini dikarenakan sangat intensifnya acara televisi yang menyertakan berbagai iklan termasuk iklan makanan dan minuman yang menggiurkan. Dari hasil penelitian, anak-anak lebih sering membelanjakan uangnya untuk membeli makanan seperti yang diiklankan di televisi daripada menabung atau mengkonsumsi makanan yang dibuat orangtuanya sendiri.

Dengan gencarnya iklan makanan dalam televisi dapat berpengaruh terhadap asupan makanan anak-anak pra-sekolah karena masih belum dapat berpikir secara kritis terhadap iklan komersial tersebut, sedangkan anak yang usianya lebih tinggi


(36)

sudah menjadi lebih kritis tetapi mereka masih rawan terhadap pengaruh iklan tersebut. Padahal sebagian besar makanan yang diiklankan mengandung tinggi gula, lemak, dan sodium.

3. Teman sebaya

Sejak dengan bertambah luasnya kontak sosial anak dengan lingkungannya, maka tidak dapat dihindari pengaruh teman sebaya terhadap pilihan makanan anak. Hal ini ditandai dengan penolakan yang tiba-tiba terhadap makanan yang biasanya dikonsumsi dan meminta makanan yang sedang populer.

Menurut hasil penelitian yayasan kepedulian untuk konsumen anak (yayasan Kakak) yang dilakukan di Surakarta, tahun 2007, beberapa hal yang mempengaruhi anak-anak banyak mengkonsumsi makanan jajanan adalah: (Muktamar, 2008)

1. Minimnya pemahaman orangtua dan anak tentang makanan sehat. 2. Banyaknya pedagang di sekitar kehidupan anak.

3. Pengaruh orangtua maupun keluarga terhadap pola konsumsi anak, dimana orangtua yang karena merasa tidak ada waktu untuk menyiapkan sarapan dan bekal sebelum anaknya berangkat sekolah memilih setiap hari memberikan uang saku meskipun pemasukan keluarga terbatas sehingga anak leluasa untuk membeli makanan apa saja yang dia suka.

4. Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap pola konsumsi anak, yaitu dengan merebaknya budaya jajan yang tidak saja dilakukan oleh anak-anak tetapi juga oleh orang dewasa, sehingga sangat mempengaruhi pola konsumsi anak terhadap makanan jajanan.


(37)

2.3. Penilaian Konsumsi dan Gizi Makanan

Manusia mengkonsumsi makanan untuk kelangsungan hidupnya. Tubuh manusia memerlukan zat gizi atau zat makanan untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari, memelihara proses tubuh, dan untuk tumbuh dan berkembang khususnya bagi yang masih dalam pertumbuhan (Suhardjo, 1992).

Keadaan gizi seseorang juga tergantung pada konsumsi makannya. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas makanan. Kualitas makanan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam susunan makanan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain, sedangkan kuantitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh (Moore, 1997).

Salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok adalah survei diet atau penilaian konsumsi makanan. Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.

Ada berbagai metode dalam pengukuran konsumsi makanan. Berdasarkan sasaran pengamatan atau pengguna dibedakan menjadi tiga, yaitu tingkat nasional (Food Balance Sheet / FBS), tingkat rumah tangga (pencatatan atau food account, metode pendaftaran atau food list, metode inventaris atau inventory method dan pencatatan makanan rumah tangga atau household food record) dan tingkat individu atau perorangan (metode recall 24 jam, metode estimated food records, metode


(38)

penimbangan makanan atau food weighing, metode dietary history dan metode frekuensi makanan atau food frequency). Masing-masing metode mempunyai keunggulan dan kelemahan sehingga tidak ada satu metode yang paling sempurna untuk satu tujuan survei. Akan tetapi, untuk setiap tujuan tentunya memiliki salah satu metode yang paling mendekati.

Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode secara kuantitatif dimksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi.

Hasil survei konsumsi makanan kemudian dapat dianalisis dengan cara komputerisasi ataupun secara manual. Setelah diketahui jumlah bahan makanan dan makanan yang dikonsumsi, maka dilakukan perhitungan nilai gizi dan bahan makanan tersebut. Analisis kandungan zat gizi dilakukan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang memuat susunan kandungan zat-zat gizi berbagai jenis bahan makanan dan Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan (DKGJ) yang memuat angka-angka kandungan zat gizi berbagai jenis makanan jajanan (Supariasa, 2002).


(39)

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Konsumsi makanan jajanan:

- Jenis jajanan

- Jumlah zat gizi jajanan - Frekuensi jajan

Konsumsi non jajanan

- Jumlah zat gizi non jajanan

Sumbangan Energi dan Protein

dari Jajanan

Kecukupan Energi dan Protein Total Asupan

Energi dan Protein

Sumbangan Energi dan Protein


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian

cross sectional untuk mendapatkan gambaran Kecukupan Energi dan Protein serta

Sumbangan Energi dan Protein Makanan Jajanan pada Anak SD di Sekolah Dasar Negeri No. 060822 tahun 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri no. 060822 yang terletak di Kecamatan Medan Area dengan alasan banyaknya jenis makanan jajanan yang dijajakan di sekitar lingkungan sekolah sehingga memungkinkan sumbangan energi yang cukup dari makanan jajanan, secara visual sebagian murid secara fisik kelihatan kurus dan kecil serta menurut informasi pihak sekolah penjaringan kesehatan tidak dilakukan secara rutin sehingga dengan penelitian ini dapat juga dilihat gambaran kesehatan murid dengan menilai pemenuhan kebutuhan gizi harian mereka.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan Juni 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anak kelas IV, V, dan VI di SD Negeri No. 060822 tahun ajaran 2009-2010 yang berjumlah 119 orang dengan alasan karena murid pada kelas tersebut cukup mengerti diwawancarai untuk memperoleh


(41)

informasi serta jam belajar mereka lebih panjang dengan aktivitas yang lebih tinggi dari pada kelas dibawahnya.

3.3.2. Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus: (Notoatmodjo, 2005)

n = 2

) ( 1 N d

N +

n = 2

) 1 , 0 ( 119 1 119 + n = 19 , 2 119

n = 54,3 ≈ 55 Keterangan: n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan, ditetapkan sebesar 0,1

Berdasarkan perhitungan di atas, maka didapat sampel sebanyak 54 orang. Sampel yang diambil berdasarkan pembagian kelas dihitung menggunakan metode proporsional dengan memakai rumus:

sampel total populasi total kelas per siswa jumlah kelas per sampel

Jumlah = ×

Dengan menggunakan rumus di atas, maka sampel dari masing-masing kelas adalah:


(42)

Kelas Populasi (Orang) Sampel (Orang)

IV 42 19

V 42 19

VI 35 17

Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana yaitu dengan mengundi anggota populasi berdasarkan nomor absensi.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diambil oleh peneliti tentang konsumsi jajanan anak yang meliputi jenis, jumlah dan frekuensi jajan anak serta konsumsi makanan utama (non jajanan) anak dalam sehari dengan menggunakan formulir food

recall 24 jam yang dilakukan sebanyak dua kali secara berturut-turut dan formulir food frequency khusus untuk makanan jajanan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari bagian administrasi sekolah tersebut, seperti jumlah siswa dan profil sekolah.

3.5. Instrumen Penelitian

1. Formulir food recall 24 jam 2. Formulir food frequency

3. Daftar komposisi bahan makanan (DKBM) 4. Daftar kecukupan gizi yang dianjurkan (DKGA)


(43)

3.6. Definisi Operasional

1. Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang dibeli dalam bentuk siap saji, yang dikonsumsi anak selama di sekolah maupun di luar jam sekolah.

2. Konsumsi makanan jajanan adalah tindakan nyata yang dilakukan anak dalam mengkonsumsi makanan jajanan dalam sehari, yang meliputi jenis, jumlah dan frekuensinya.

3. Jenis jajanan adalah berbagai macam jajanan yang dikonsumsi anak.

4. Jumlah zat gizi jajanan adalah kuantitas unsur yang terkandung dalam makanan jajanan yang dikonsumsi anak.

5. Frekuensi jajan adalah berapa kali setiap jenis makanan jajanan dikonsumsi anak, yaitu: 1x/hari, 4-6x/minggu, 1-3x/minggu, dan tidak pernah.

6. Konsumsi non jajanan adalah asupan makanan anak sehari selain dari makanan jajanan, yang meliputi jenis dan jumlah zat gizinya.

7. Jumlah zat gizi non jajanan adalah kuantitas unsur yang terkandung dalam makanan non jajanan yang dikonsumsi anak.

8. Sumbangan energi dan protein dari jajanan adalah besar energi dan protein yang dihasilkan dari makanan jajanan yang dikonsumsi anak dalam sehari. 9. Sumbangan energi dan protein dari non jajanan adalah besar energi dan

protein yang dihasilkan dari makanan utama (bukan jajanan) yang dikonsumsi anak dalam sehari.


(44)

10.Total asupan energi dan protein adalah jumlah energi dan protein yang dihasilkan dari makanan jajanan serta makanan non jajanan yang dikonsumsi anak.

11.Kecukupan energi dan protein adalah nilai persentase rata-rata asupan energi dan protein anak yang dibandingkan dengan kecukupan energi dan protein yang dianjurkan.

3.7. Aspek Pengukuran

Jenis dan jumlah makanan jajanan dan makanan non jajanan diperoleh dengan menggunakan formulir food recall 24 jam yang dilakukan sebanyak dua kali berturut-turut. Data hasil recall dikonversikan menjadi zat gizi (energi dan protein) beradasarkan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) dan dihitung zat gizi dari konsumsi makanan jajanan serta non jajanan. Hasilnya (rata-rata total energi dan protein harian) dibandingkan dengan DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan) dan selanjutnya pencapaian AKG (Angka Kecukupan Gizi) dinilai ke dalam bentuk persentase (%) dan kategori, dengan menggunakan rumus: (Supariasa, 2002)

% 100

× =

KC K TK

Dimana: TK = Tingkat kecukupan K = Konsumsi


(45)

Kategori:

- Baik : ≥ 100% AKG - Sedang : 80%-99% AKG - Rendah : 70%-79% AKG - Defisit : < 70% AKG

Frekuensi jajan diperoleh dengan menggunakan formulir food frequency yang datanya terdiri dari: 1x/hari, 4-6x/minggu, 1-3x/minggu, dan tidak pernah.

3.8. Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data

Data diolah secara manual dengan langkah editing (memeriksa kembali data yang dikumpulkan) dan tabulating (menghitung dan menjumlahkan data).

Data hasil food recall 24 jam yang dilakukan sebanyak dua kali berturut-turut yang telah dikumpulkan diolah secara manual dengan menggunakan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) dan nutrisurvey sehingga dihasilkan nilai zat gizi (energi dan protein) yang dkonsumsi. Hasilnya dirata-ratakan sehingga didapat nilai rata-rata asupan zat gizi energi dan protein. Sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan dan non jajanan masing-masing dihitung, dibandingkan dengan total asupan energi dan protein sehari, dikalikan 100% untuk mengetahui persentase besar sumbangannya. Selanjutnya, total asupan energi dan protein sehari dibandingkan dengan DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan) tahun 2004 dan selanjutnya pencapaian AKG (Angka Kecukupan Gizi) dinilai ke dalam bentuk persentase (%) dan kategori. Data frekuensi jajan diolah menjadi 4 jenis data yaitu: 1x/hari, 4-6x/minggu, 1-3x/minggu dan tidak pernah.


(46)

3.8.2. Tehnik Analisa Data

Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri No. 060822 merupakan salah satu SD yang berada di Jalan Megawati, Kelurahan Pasar Merah Timur, Kecamatan Medan Area. Sekolah ini didirikan pada tahun 1968 di tanah seluas 1143 m2 dengan Nomor Statistik Sekolah 101076010031. SD Negeri No. 060822 memiliki fasilitas yang terdiri dari: 1 ruangan kepala sekolah, 1 ruangan guru, 7 ruangan belajar, 1 ruangan musholla, dan 1 ruangan kamar mandi dengan 3 kamar kecil.

Sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh 12 orang guru, yang mana seorang guru diantaranya masih dinyatakan guru honor. Jumlah murid tahun ajaran 2009-2010 kelas I, II, III, IV, V, dan VI sebanyak 252 orang yang terdiri dari 37 orang kelas I, 52 orang kelas II, 44 orang kelas III, 42 orang kelas IV, 42 orang kelas V, dan 35 orang kelas VI. Untuk lebih jelasnya distribusi jumlah pegawai dan murid SD Negeri No.060822 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Ketenagaan di SD Negeri No. 060822 Medan T.A

2009-2010

No Jabatan Jumlah

1 Kepala Sekolah 1

2 Guru Kelas 9

3 Guru Agama 1

4 Guru Olahraga 1

5 Guru Bahasa Inggris 1

6 TU 1

7 Penjaga Sekolah 1

Jumlah 15


(48)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah ketenagaan di SDN 060822 tersebut sebesar 15 orang, yang terdiri dari seorang kepala sekolah, 12 staf pengajar, seorang tata usaha, dan seorang penjaga sekolah.

Tabel 4.2. Distribusi Staf Pengajar Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan SDNegeri No. 060822 Medan T.A 2009-2010

Staf Pengajar Pendidikan Terakhir Jumlah

SPG D2 S1

Laki-laki - - 1 1

Perempuan 2 2 7 11

Jumlah 2 2 8 12

Sumber: Tata Usaha SDN 060822 Medan

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa staf pengajar di SDN 060822 terdiri dari 1 orang laki-laki dan 11 orang perempuan dengan 8 orang berpendidikan terakhir sarjana (S1), 2 orang D2 dan 2 orang SPG.

Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Murid SD Negeri No. 060822 Medan Tahun Ajaran 2009-2010

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki % Perempuan %

I 24 64,9 13 35,1 37

II 26 50,0 26 50,0 52

III 22 50,0 22 50,0 44

IV 25 59,5 17 40,5 42

V 20 47,6 22 52,4 42

VI 19 54,3 16 45,7 35

Jumlah 114 45,2 138 54,8 252


(49)

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 252 orang murid SDN 060822, terdapat 136 orang (54,0%) berjenis kelamin laki-laki dan 116 orang (46,0%) berjenis kelamin perempuan.

4.2. Gambaran Umum Penjual Makanan Jajanan di Sekolah

Pangan jajanan termasuk dalam kategori pangan siap saji yaitu makanan dan minuman yang dijual untuk langsung dikonsumsi. Ada beragam pangan jajanan yang dijajakan di sekitar lingkungan SD Negeri no. 060822 Medan. Kantin sekolah, beberapa pedagang kaki lima yang berdagang di depan pagar sekolah dan kedai milik masyarakat setempat yang ada di depan sekolah menawarkan berbagai macam jajanan untuk anak sekolah tersebut. Umumnya jajanan dijual dengan harga Rp 500 sampai dengan Rp 2000.

Kantin sekolah dikelola oleh istri penjaga sekolah yang bertempat tinggal di lingkungan sekolah tersebut dibuka selama hari sekolah yang bertujuan untuk menyediakan makanan bagi anak sekolah maupun guru-guru di sekolah tersebut. Jajanan yang dijual di kantin tersebut banyak macamnya, yaitu: nasi goreng, miesop, bihun goreng, gorengan (tempe, bakwan, ubi, risol), keripik ubi sambal, kerupuk mie, kue (dadar, bakpau, donat), buah-buahan (jambu biji, nenas dan bengkoang), es (sirop, kacang hijau, salak).

Pedagang di luar pagar sekolah ada 7 pedagang keliling dan 1 warung milik masyarakat. Jajanan yang dijual antara lain: roti bakar, bakso kojak, bakso goreng, sosis goreng, nuget goreng, molen, bakwan, tahu goreng, tempe goreng, telur dadar, opak ataupun daging dengan kuah sate padang. Jenis jajanan yang dijual di warung


(50)

depan sekolah adalah chiki-chiki, kacang-kacangan, permen, coklat, minuman botol, dan lain-lain yang umumnya hasil olahan pabrik.

4.3. Karakteristik Sampel

Sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah murid kelas IV, V, dan VI sebanyak 55 orang. Distribusi kelompok responden dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin Murid SDN 060822 Medan

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki % Perempuan %

IV 11 20,0 8 14,5 19

V 7 12,7 12 21,8 19

VI 9 16,5 8 14,5 17

Jumlah 27 49,1 28 50,9 55

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa dari 55 orang responden, terdapat 27 orang (49,1%) berjenis kelamin laki-laki dan 28 orang (50,9%) berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.5. Distribusi Responden berdasarkan Umur Murid SDN 060822 Medan Umur

(tahun)

Jumlah

n %

8 – 9 17 30,9

10 – 12 38 69,1

Jumlah 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa dari 55 orang responden, terdapat 17 orang berumur 8-9 tahun (30,9%) dan 38 orang berumur 10-12 tahun (69,1%).


(51)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Uang Saku Perhari di SDN 060822 Medan

No Uang Saku Responden Sehari Jumlah

n %

1 ≤ Rp 2.000 22 40,0

2 > Rp 2.000 – Rp 5.000 33 60,0

Jumlah 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 55 orang responden, terdapat 22 orang (40%) uang sakunya kurang atau sama dengan Rp 2000 dan 33 orang (60%) uang sakunya lebih dari Rp 2.000 sampai Rp 5000.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Responden di SDN 060822 Medan

No Pekerjaan Orang Tua Responden Jumlah

n %

1 PNS 9 16,4

2 Pegawai Swasta 3 5,4

3 Wiraswasta 34 61,8

4 Buruh 3 5,4

5 Tukang becak 4 7,4

6 Supir 1 1,8

8 Pensiunan 1 1,8

Jumlah 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 55 responden sebagian besar orang tua responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta (umumnya berjualan/ pedagang kecil) yaitu 33 responden (61,8%), sedangkan yang terendah adalah orang tua responden yang bekerja sebagai supir dan pensiunan yaitu masing-masing 1 orang (1,8%).


(52)

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Orang Tua Responden per bulan

Besar Pendapatan Orang tua Jumlah

n %

< Rp 965.000 21 38,2

≥ Rp 965.000 34 61,8

Jumlah 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa dari 55 responden, sebagian besar orang tua responden memiliki pendapatan per bulan di atas atau sama dengan Rp 965.000 yaitu sebanyak 34 orang (61,8%).

4.4. Jenis dan Frekuensi Jajan

Jenis makanan jajanan dapat dibedakan menjadi makanan jajanan yang berbentuk panganan, minuman serta buah-buahan. Jenis jajanan yang dikonsumsi responden antara lain: nasi goreng, miesop, mie goreng, burger, roti bakar, kue, gorengan, bakso, sosis goreng, nuget goreng, molen, opak atau daging dengan kuah sate padang, telur dadar, kerupuk, keripik, chiki, wafer, biscuit, roti, permen, coklat, es dan buah-buahan.

Jajanan-jajanan tersebut umumnya merupakan sumber karbohidrat sehingga cukup memberikan sumbangan energi. Responden umumnya memilih jajanan yang mengenyangkan dan enak rasanya. Dalam sehari, kebanyakan responden mengkonsumsi jajanan hanya ketika berada di sekolah saja. Hanya ada beberapa responden yang mempunyai kegiatan di luar jam sekolah seperti mengaji atau les privat. Jika dilihat dari konsumsi jajanan responden maka pola jajan responden sudah cukup baik, yaitu dengan memanfaatkan uang saku mereka untuk membeli jajanan yang cukup mengisi perut atau mengenyangkan dan memberi sumbangan energi.


(53)

Akan tetapi, pola makan utama di rumah (non jajanan) mereka yang kurang baik. sehingga asupan energi sehari mereka masih kurang dari kecukupan yang dianjurkan. Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis

Makanan Jajanan yang Dikonsumsi Responden SDN 060822 Medan Jenis Jajanan Frekuensi Jumlah 1x/hari (Selalu) 4-6x/minggu (Sering) 1-3x/minggu (jarang) Tidak Pernah

n % n % n % n % n %

Nasi goreng 0 0 7 12,7 45 81,8 3 5,5 55 100,0 Miesop 0 0 12 21,8 41 74,6 2 3,6 55 100,0 Mie goreng 0 0 13 23,6 40 72,8 2 3,6 55 100,0 Burger 0 0 4 7,3 46 83,6 5 9,1 55 100,0 Roti bakar 0 0 6 10,9 45 81,8 4 7,3 55 100,0

Kue 0 0 7 12,7 48 87,3 0 0 55 100,0

Gorengan 3 5,5 31 56,3 21 38,2 0 0 55 100,0 Bakso 5 9,1 37 67,3 11 20,0 2 3,6 55 100,0 Sosis goreng 0 0 5 9,1 41 74,6 9 16,3 55 100,0 Nuget goreng 0 0 4 7,3 44 80,0 7 12,7 55 100,0 Molen 4 7,3 34 61,8 17 30,9 0 0 55 100,0 Opak, daging

dengan kuah sate 0 0 6 10,9 41 74,6 8 14,5 55 100,0 Telur dadar 0 0 4 7,3 38 69,1 13 23,6 55 100,0 Keripik/kerupuk 0 0 27 49,1 28 50,9 0 0 55 100,0 Chiki 2 3,6 19 34,6 34 61,8 0 0 55 100,0 Wafer 0 0 9 16,4 46 83,6 0 0 55 100,0 Biscuit 0 0 11 20,0 44 80,0 0 0 55 100,0 Roti 0 0 5 9,1 50 90,9 0 0 55 100,0 Permen 2 3,6 22 40,0 31 5,4 0 0 55 100,0 Coklat 0 0 8 14,5 47 85,5 0 0 55 100,0 Es 3 5,5 11 20,0 41 74,5 0 0 55 100,0 Buah-buahan 0 0 10 18,2 45 81,8 0 0 55 100,0


(54)

Gambaran pola konsumsi makanan jajanan diperoleh dari hasil wawancara dengan mempergunakan daftar frekuensi makan menurut jenis makanan jajanan yang dikonsumsi anak yang dikategorikan menjadi 1x/hari (selalu), 4-6x/minggu (sering), 1-3x/minggu (jarang), dan tidak pernah.

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa jenis jajanan yang umumnya dikonsumsi setiap hari adalah bakso (9,1%). Jajanan yang umumnya sering dikonsumsi atau 4-6 kali seminggu adalah bakso (67,3%), molen (61,8%) dan gorengan (56,3%). Jajanan yang jarang dikonsumsi atau umumnya dikonsumsi 1-3 kali seminggu adalah kue (87,3%) dan burger (83,6%). Jajanan yang umumnya tidak pernah dikonsumsi adalah telur dadar (23,6%).

4.5. Konsumsi Energi dan Protein

Energi dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Anak sekolah berada pada masa pertumbuhan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dan apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya. Zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh anak diperoleh dari makanan yang dikonsumsi anak sehari-hari, berasal dari makanan yang dimasak maupun disediakan oleh orang-tuanya dan makanan selingan yang dibeli dengan uang saku yang dimilikinya. Energi yang masuk melalui makanan harus seimbang dengan kebutuhan energi seseorang. Konsumsi energi dan protein responden diperoleh dari hasil Food Recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali berturut-turut kemudian dirata-ratakan hasilnya.


(55)

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Tingkat Kecukupan Energi Menurut Kelas

Kelas

Rata-rata Konsumsi Energi Sehari

(Kal)

Rata-rata Tingkat Kecukupan Energi

(%)

Kategori

IV 1178,9 64,7 Defisit

V 1271,5 62,0 Defisit

VI 1258,0 60,9 Defisit

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi responden pada setiap kelompok umur termasuk dalam kategori defisit (yaitu < 70% dari angka kecukupan). Persentase tingkat konsumsi energi terendah pada kelompok responden kelas VI yaitu 60,9% dari kecukupan (rata-rata 1258 kalori per hari).

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Tingkat Kecukupan Energi

Kelas

Tingkat Kecukupan Energi

Total

Baik Sedang Rendah Defisit

n % n % n % n % n %

IV 0 0 1 5,3 4 21,0 14 73,7 19 100

V 0 0 1 5,3 2 10,5 16 84,2 19 100

VI 0 0 1 5,9 1 5,9 15 88,2 17 100

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan energi pada setiap kelompok responden umumnya berada dalam kategori defisit yaitu 73,7% sampai 88,2% setiap kelompoknya. Persentase tingkat kecukupan energi kategori defisit terbanyak pada responden kelas VI yaitu 88,2%. Tidak ada responden yang termasuk dalam kategori baik pada setiap kelas (0%).


(56)

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Tingkat Kecukupan Protein Menurut Kelas

Kelas

Rata-rata Konsumsi Protein Sehari

(gr)

Rata-rata Tingkat Kecukupan Protein

(%)

Kategori

IV 40,5 89,1 Sedang

V 40,0 80,1 Sedang

VI 41,8 83,0 Sedang

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan protein responden pada setiap kelompok termasuk kategori sedang (80-90% dari angka kecukupan) dan tertinggi pada responden kelas IV yaitu 89,1% dari angka kecukupan (rata-rata 40,5 gr sehari).

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Tingkat Kecukupan Protein

Kelas

Tingkat Kecukupan Protein

Total

Baik Sedang Rendah Defisit

n % n % n % n % n %

IV 5 26,3 6 31,7 4 21,0 4 21,0 19 100 V 1 5,3 9 47,4 5 26,3 4 21,0 19 100 VI 4 23,5 4 23,5 3 17,6 6 35,4 17 100

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan protein masih terdapat dalam kategori defisit yaitu 21,0% sampai 35,4% dari masing-masing kelompok responden, namun terdapat juga tingkat kecukupan protein dalam kategori baik (≥100% dari angka kecukupan) yaitu 5,3% sampai 26,3% dari masing -masing kelompok responden. orang kelas V dan 4 orang kelas VI) atau 34,5% dari total responden.


(57)

4.6. Sumbangan Energi dan Protein Makanan Jajanan

Makanan jajanan berperan dalam memenuhi kebutuhan energi bagi anak sekolah. Makanan yang dikonsumsi anak di pagi hari akan mengganti zat tenaga dan zat-zat lainnya yang telah digunakan semalaman oleh tubuh dan sebagai cadangan makanan yang disimpan dalam tubuh untuk beraktivitas di awal hari. Kandungan zat gizi yang diperoleh dari makan pagi tersebut pada umumnya akan menurun ketika anak beraktivitas di sekolah.

Anak sekolah biasanya akan merasa lapar ketika jam istirahat sekolah, terutama bagi anak yang tidak sarapan di rumah. Dalam hal ini, makanan jajanan berperan untuk memenuhi kebutuhan energi yang mereka butuhkan untuk beraktivitas selama jam sekolah.

Tabel 4.14. Persentase Sumbangan Energi Jajanan Berdasarkan Total Energi Konsumsi Makanan Sehari Anak SDN 060822

Kelas

Rata-rata Konsumsi Energi Jajanan Sehari

(Kal)

Rata-rata Konsumsi Energi Makanan Sehari

(Kal)

Sumbangan Energi Jajanan

(%)

IV 290,7 1178,9 24,3

V 358,3 1271,5 28,3

VI 411,6 1258,0 33,0

Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata sumbangan energi jajanan responden adalah 24,3% sampai 33,0%. Sumbangan energi jajanan tertinggi adalah pada responden kelas VI yaitu 411,6 kalori (33,0% dari total asupan energi sehari). Sumbangan energi jajanan terendah pada responden kelas IV yaitu rata-rata 290,7 kalori (24,3% dari total asupan energi sehari).


(58)

Tabel 4.15. Persentase Sumbangan Protein Jajanan Berdasarkan Total Protein dalam Konsumsi Makanan Sehari Anak SDN 060822 Medan Kelas

Rata-rata Konsumsi Protein Jajanan Sehari

(gr)

Rata-rata Konsumsi Protein Makanan Sehari

(gr)

Sumbangan Protein Jajanan

(%)

IV 6,9 40,5 17,2

V 7,4 40,4 18,8

VI 10,4 41,8 25,4

Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata sumbangan protein jajanan responden adalah 17,2% sampai 25,4%. Sumbangan protein jajanan tertinggi pada responden kelas VI yaitu 10,4 gr (25,4% dari total asupan protein sehari). Sumbangan protein jajanan terendah pada responden kelas IV yaitu 6,9 gr (17,2% dari total asupan protein sehari).

Tabel 4.16. Persentase Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Jajanan Serta Non Jajanan Anak SDN 060822 Medan

Kelas Rata-rata Tingkat Kecukupan Energi Jajanan (%) Rata-rata Tingkat Kecukupan Energi Non Jajanan

(%) Rata-rata Tingkat Kecukupan Protein Jajanan (%) Rata-rata Tingkat Kecukupan Protein Non Jajanan (%)

IV 16,0 48,7 15,2 73,9

V 17,5 44,5 14,9 65,2

VI 20,0 41,0 20,7 62,3

Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein jajanan berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein responden tertinggi pada responden kelas VI yaitu 20,0% dan 20,7%. Tingkat kecukupan energi dan protein non jajanan tertinggi pada responden kelas IV yaitu 48,7% dan 73,9%.


(59)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pola Konsumsi Jajanan Responden Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makan Makanan Jajanan

Jenis jajanan yang dijual di kantin maupun luar pagar sekolah sudah cukup beragam dan dapat memberi sumbangan energi yang cukup baik untuk responden selama jam sekolahnya. Setiap responden meminta uang saku dari orang-tuanya setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Walaupun terkadang responden membawa bekal makanan, uang jajan tetap harus diberi. Hal ini sudah menjadi kebiasaan dan dapat dimaklumi mengingat walaupun di rumah telah makan pada jam-jam tertentu tambahan makanan masih diperlukan karena 3-4 jam setelah makan, zat tenaga yang diperoleh dari makanan akan menurun. Tambahan energi selama jam sekolah dapat diperoleh dari makanan jajanan. Dengan demikian jelas bahwa mengkonsumsi makanan jajanan bermanfaat dan mempunyai pengaruh untuk mempertahankan kadar glukosa darah dapat normal sepanjang hari.

Responden sudah cukup baik dalam menggunakan uang sakunya untuk memilih jenis jajanan yang cukup memberikan sumbangan energi bagi tubuh. Jajanan yang dikonsumsi ketika istirahat umumnya sudah cukup memberikan energi bagi anak selama beraktivitas di sekolah. Di luar jam sekolah umumnya mereka jarang jajan. Hal ini kemungkinan karena tidak ada kegiatan lain setelah jam sekolah (seperti mengaji atau les) dan faktor ekonomi keluarga sehingga tidak ada uang saku diberikan kepada anak selain untuk sekolah. Beberapa responden yang jajan di luar jam sekolah umumnya memilih jenis jajanan seperti chiki, wafer, biscuit dan coklat.


(1)

066056 P. Mandala Tahun 1997”. Skripsi Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM

USU.

Siswono, 2005. Jajanan yang Sehat, Belum Tentu Enak!.

Diakses tanggal 16 Mei 2009.

Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktoral Jenderal Pendidikan

Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Soetjiningsih, dkk, 2002. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. CV.

Sagung Seto, Jakarta.

Suleeman, Sulastri, 2006. Jajanan Favorit Separuh Rumahtangga Di Indonesia

Mengandung Zat Berbahaya.

2009.

Supariasa, dkk, 2001. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.

Tarwotjo, S, 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner. PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

Jakarta.

Winarno, F.G., 1993. Pangan, Gizi, Teknologi, dan Konsumen. PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.


(2)

Kecukupan Energi dan Protein Serta Sumbangan Energi dan Protein Makanan

Jajanan Pada Anak SD Negeri No. 060822 Kecamatan Medan Area Tahun 2010

No responden

:

Nama

:

Jenis kelamin

:

Tanggal lahir

:

Besar uang saku

:

Pekerjaan orang tua :

Formulir Food Recall 24 Jam Makanan Jajanan

Waktu

Jajan

Nama

Makanan

Jumlah

(Banyaknya)

Harga

(Rp)

Berat

(gr)

Energi

(kal)

Protein

(gr)

Jam

Sekolah

Luar Jam

Sekolah


(3)

Formulir Food Recall 24 Jam Non Jajanan

Waktu

Makan

Nama

Makanan

Jumlah

(Banyaknya)

Berat

(gr)

Energi

(kal)

Protein

(gr)

Pagi

Siang

Sore


(4)

Formulir Food Frequency Makanan Jajanan

Jenis

Jajanan

Frekuensi

1x/hari (Selalu)

4-6x/minggu (Sering)

1-3x/minggu

(jarang) Tidak Pernah

Nasi goreng

Miesop

Mie goreng

Burger

Roti bakar

Kue

Gorengan

Bakso

Sosis goreng

Nuget goreng

Molen

Opak, daging dengan kuah sate

Telur dadar

Keripik/kerupuk

Chiki

Wafer

Biscuit

Roti

Permen

Coklat

Es


(5)

NO

Master Data

Nama JK U HASIL RECALL I & II KHUSUS JAJANAN HASIL RECALL I & II KHUSUS NON JAJANAN

E1 E2 ER %ER P1 P2 PR %PR E1 E2 ER %ER P1 P2 PR %PR

1 Andi P L 9 304.3 260.9 282.6 24.0 5.2 6.7 6.0 19.2 912.6 881.3 897.0 76.0 28.5 21.6 25.1 80.8 2 M. Idrus L 10 242.2 195.3 218.8 18.9 8.1 5.4 6.8 19.7 966.5 909.4 938.0 81.1 31.6 23.3 27.5 80.3 3 M. Riski L 9 223.2 209.2 216.2 18.7 6.8 1.0 3.9 8.5 1014.5 863.7 939.1 81.3 46.8 37.6 42.2 91.5 4 Ilham W L 8 534.8 291.8 413.3 35.9 7.4 10.4 8.9 24.9 617.0 856.6 736.8 64.1 22.6 31.0 26.8 75.1 5 M. Fahri L 9 558.0 326.8 442.4 30.3 19.9 7.6 13.8 23.6 1072.2 961.8 1017.0 69.7 48.8 40.3 44.6 76.4 6 Sigit A L 9 414.0 226.0 320.0 24.8 13.6 3.8 8.7 20.8 898.1 1040.0 969.1 75.2 28.7 37.7 33.2 79.2 7 Aldi S L 9 134.4 146.0 140.2 12.6 0.0 4.6 2.3 4.4 978.8 973.3 976.1 87.4 50.9 50.1 50.5 95.6 8 Yahdi A L 9 255.7 324.8 290.3 23.6 5.8 10.2 8.0 22.6 923.0 953.1 938.1 76.4 26.4 28.3 27.4 77.4 9 Ibnu H L 9 205.8 198.0 201.9 16.9 4.0 6.1 5.1 12.1 1197.2 793.3 995.3 83.1 46.9 26.5 36.7 87.9 10 Yogina A L 10 176.9 192.6 184.8 16.1 3.5 3.9 3.7 11.1 978.7 953.1 965.9 83.9 30.3 28.3 29.3 88.9 11 Amar L 9 237.2 45.4 141.3 19.3 3.0 0.0 1.5 4.7 529.5 651.7 590.6 80.7 35.1 26.3 30.7 95.3 12 Zahratun N P 9 208.7 120.6 164.7 16.2 5.7 0.0 2.9 7.2 882.3 825.9 854.1 83.8 39.0 34.7 36.9 92.8 13 Ade A P 9 264.1 219.3 241.7 21.1 2.7 6.0 4.4 13.6 878.1 930.1 904.1 78.9 27.1 28.1 27.6 86.4 14 Fadhillah T P 9 279.6 248.2 263.9 23.6 2.2 4.6 3.4 8.7 955.0 755.0 855.0 76.4 37.6 33.9 35.8 91.3 15 Nurasa S P 9 454.7 240.9 347.8 36.2 13.1 6.3 9.7 31.1 632.4 591.1 611.8 63.8 24.5 18.4 21.5 68.9 16 Mayuni P 9 279.6 365.9 322.8 26.0 7.0 14 10.4 18.5 996.2 844.3 920.3 74.0 53.9 38.2 46.1 81.5 17 Sandra D P 9 280.9 739.8 510.4 37.6 3.7 23.0 13.4 33.1 845.4 848.3 846.9 62.4 24.3 29.6 27.0 66.9 18 Vitari R P 9 270.3 432.3 351.3 25.8 8.4 8.9 8.7 18.2 998.1 1022.3 1010.2 74.2 44.2 33.3 38.8 81.8 19 Sarah A P 9 627.1 312.3 469.7 34.1 12.3 7.9 10.1 25.0 917.3 902.0 909.7 65.9 34.1 26.3 30.2 75.0

20 Syaiful A L 10 137.6 383.0 260.3 19.2 3.4 9.5 6.5 13.6 997.7 1194.2 1096.0 80.8 46.8 35.4 41.1 86.4

21 M. Wahid L 10 426.6 454.5 440.6 24.8 8.1 7.2 7.7 13.3 1987.0 689.3 1338.2 75.2 79.1 20.9 50.0 86.7 22 Rizky R L 11 398.1 377.5 387.8 30.2 7.2 7.3 7.3 17.9 857.3 931.3 894.3 69.8 38.3 28.2 33.3 82.1 23 M. Ridho L 10 776.7 455.0 615.9 37.9 10.9 9.9 10.4 22.3 1012.7 1008.2 1010.5 62.1 38.5 34.0 36.3 77.7 24 Riski S L 10 346.9 242.2 294.6 20.8 7.4 4.0 5.7 15.8 1014.2 1235.3 1124.8 79.2 22.2 38.5 30.4 84.2 25 Ihsan A L 10 226.5 209.1 217.8 17.1 2.7 7.0 4.9 13.3 871.1 1236.3 1053.7 82.9 23.1 39.9 31.5 86.7 26 Denny I L 11 334.2 373.1 353.7 30.6 7.6 9.0 8.3 19.2 758.0 843.1 800.6 69.4 33.7 36.3 35.0 80.8 27 Annisa W P 10 254.5 220.5 237.5 25.8 4.3 2.3 3.3 13.8 631.3 735.3 683.3 74.2 19.2 22.1 20.7 86.2 28 Nia S P 10 353.3 447.8 400.6 33.2 6.8 12.2 9.5 23.5 889.3 719.4 804.4 66.8 32.1 29.6 30.9 76.5 29 Rizka M P 10 406.2 287.3 346.8 30.8 12.5 10.5 11.5 30.9 717.9 842.5 780.2 69.2 20.9 30.6 25.8 69.1 30 Fitri J P 10 284.5 358.7 321.6 25.2 5.8 5.7 5.8 14.7 922.3 987.6 955.0 74.8 31.6 35.3 33.5 85.3 31 Lulu T P 10 451.4 535.9 493.7 36.1 5.7 10.9 8.3 21.1 859.5 884.5 872.0 63.9 36.2 25.8 31.0 78.9 32 Mia E P 11 338.2 262.7 300.5 33.7 6.7 9.5 8.1 23.8 550.0 632.1 591.1 66.3 18.7 33.1 25.9 76.2 33 Dea P P 10 187.6 567.4 377.5 33.8 4.4 14.7 9.6 27.8 772.5 707.5 740.0 66.2 30.4 19.3 24.9 72.2 34 Sri R P 10 235.3 342.1 288.7 24.7 4.5 8.9 6.7 15.7 1016.6 746.5 881.6 75.3 36.6 35.1 35.9 84.3 35 Mega S P 10 195.3 555.9 375.6 25.8 3.3 12.8 8.0 18.1 1025.2 1130.8 1078.0 74.2 28.9 43.6 36.3 81.9 36 Sintia P P 10 539.8 446.3 493.1 37.4 8.2 7.4 7.8 22.8 701.3 951.7 826.5 62.6 24.9 27.9 26.4 77.2 37 Nurul A P 10 343.0 249.5 296.3 23.7 4.8 4.3 4.6 11.4 977.3 932.1 954.7 76.3 48.3 22.7 35.5 88.6 38 Tita S P 10 368.7 244.1 306.4 26.2 11.5 3.7 7.6 17.5 884.1 845.8 865.0 73.8 36.2 35.1 35.7 82.5

39 Andre L 11 292.9 330.9 311.9 27.1 6.4 7.7 7.1 18.5 723.9 953.8 838.9 72.9 24.3 37.8 31.1 81.5

40 Dicky L 11 623.1 656.0 639.6 46.0 33.5 19.0 26.3 45.8 780.6 718.4 749.5 54.0 29.8 32.3 31.1 54.2 41 Rizky F L 11 390.2 354.2 372.2 33.4 11.6 5.5 8.6 25.1 722.7 760.5 741.6 66.6 24.2 26.7 25.5 74.9


(6)

43 Vicky P L 11 402.3 329.2 365.8 28.7 12.5 7.6 10.1 22.5 714.3 1105.5 909.9 71.3 28.0 41.1 34.6 77.5 44 Dede R L 11 363.6 283.7 323.7 23.0 9.9 4.7 7.3 14.0 1133.4 1027.8 1080.6 77.0 52.3 37.3 44.8 86.0 45 Riswandi L 12 368.3 260.5 314.4 29.4 10.5 4.0 7.2 19.7 728.6 779.2 753.9 70.6 29.4 29.5 29.5 80.3 46 M. Saputra L 11 652.1 584.1 618.1 53.6 16.4 11.9 14.2 44.6 381.0 687.6 534.3 46.4 13.3 21.9 17.6 55.4 47 Ramadhani L 10 238.6 278.8 258.7 17.8 4.6 5.1 4.8 9.6 1300.0 1086.1 1193.1 82.2 49.7 41.0 45.4 90.4 48 Nurul Fitri P 11 652.1 584.1 618.1 48.3 16.4 11.9 14.2 38.5 587.5 738.2 662.9 51.7 21.7 23.5 22.6 61.5 49 Mella A P 11 238.6 278.8 258.7 23.3 4.6 5.1 4.8 14.5 802.3 905.3 853.8 76.7 29.1 27.7 28.4 85.5 50 Amelia C P 12 201.4 487.2 344.3 27.8 3.6 13.2 8.4 21.8 676.3 1108.4 892.4 72.2 23.7 36.7 30.2 78.2 51 Billa O P 10 459.6 425.5 442.6 32.9 14.9 7.7 11.3 25.3 705.5 1102.1 903.8 67.1 25.6 41.3 33.5 74.7 52 Adinda P P 11 564.4 420.3 492.4 47.9 12.6 9.7 11.2 42.1 386.1 683.0 534.6 52.1 9.8 20.9 15.4 57.9 53 Beby R P 11 428.1 551.2 489.7 35.0 12.3 14.4 13.4 27.1 1017.4 804.5 911.0 65.0 32.2 39.5 35.9 72.9 54 Elviani P 11 458.2 304.8 381.5 29.7 16.3 5.6 11.0 26.4 875.6 929.1 902.4 70.3 26.9 34.3 30.6 73.6 55 Atika S P 12 512.0 465.6 488.8 29.0 14.1 11.2 12.7 19.8 1245.7 1148.4 1197.1 71.0 56.5 46.2 51.4 80.2


Dokumen yang terkait

Pemeriksaan Protein, Kolesterol dan Laktat Dehidrogenase Cairan Pleura sebagai Parameter dalam Membedakan Efusi Pleura Transudat dan Eksudat

6 134 99

Pemenuhan Kebutuhan Energi Dan Protein Yang Bersumber Dari Makanan Jajanan Dihubungkan Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar (SD) Negeri No. 060923 Simpang Marindal Medan Tahun 2005

5 45 79

Kecukupan Gizi dan Pola Kegiatan Serta Status Gizi Remaja SMU Santo Thomas 1 Medan Tahun 2005

0 24 89

Pemenuhan Kebutuhan Energi Dan Protein Yang Bersumber Dari Makanan jajanan Dihubungkan Dengan Status gizi Anak sekolah dasar (SD)Negeri No. 060923 Simpang Marindal Medan Tahun 2005

4 46 78

Pengaruh Konsumsi Makanan Jajanan terhadap tingkat Kecukupan Energi, Protein, Vitamin A dan Fe serta Status Gizi Anak Umur 3-5 Tahun

0 10 80

KONTRIBUSI MAKANAN JAJANAN TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA ANAK SEKOLAH YANG MENDAPAT PMT- AS Kontribusi Makanan Jajanan Terhadap Tingkat Kecukupan Asupan Energi Dan Protein Pada Anak Sekolah Yang Mendapat PMT-AS Di SD Negeri P

0 4 17

PENDAHULUAN Kontribusi Makanan Jajanan Terhadap Tingkat Kecukupan Asupan Energi Dan Protein Pada Anak Sekolah Yang Mendapat PMT-AS Di SD Negeri Plalan 1 Kota Surakarta.

0 1 4

DAFTAR PUSTAKA Kontribusi Makanan Jajanan Terhadap Tingkat Kecukupan Asupan Energi Dan Protein Pada Anak Sekolah Yang Mendapat PMT-AS Di SD Negeri Plalan 1 Kota Surakarta.

0 6 5

JURNAL PUBLIKASI Kontribusi Makanan Jajanan Terhadap Tingkat Kecukupan Asupan Energi Dan Protein Pada Anak Sekolah Yang Mendapat PMT-AS Di SD Negeri Plalan 1 Kota Surakarta.

0 2 14

SUMBANGAN MAKANAN RINGAN TERHADAP KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN ANAK DI TK ABA ADE IRMA, KRATON, YOGYAKARTA.

1 9 100