Upaya Penanggulangan Kemiskinan URAIAN TEORITIS

2.6. Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan

Upaya mengatasi kemiskinan dan kesenjangan distribusi pendapatan , sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Negara-negara berkembang yang memperoleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sejak tahun 1960- an, ternyata belum memberikan pengaruh yang berarti bagi kesejahteraan masyarakat, bahkan terjadi penurunan riil. Tingkat pengangguran dan pengangguran semu meningkat di daerah pedesaan dan perkotaan, ketimpangan distribusi pendapatan antara kaum kaya dan kelompok miskin, dan ketimpangan regional. Distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapatan antara individu yang paling kaya dengan pendapatan individu miskin. Semakin besar jurang pendapatan semakin besar pula variasi dalam distribusi pendapatan Yustika, 2005:24. Jika ketimpangan terus dibiarkan terjadi antara kelompok kaya dan miskin, maka perekonomian tersebut benar-benar menggambarkan perekonomian yang tidak merata, yangn disebut dengan kesenjangan distribusi pendapatan.

2.7. Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Dalam prakteknya, penanggulangan kemiskinan terbukti tidak selalu efektif, karena cenderung melihat program tersebut sebagai proyek kepentingan bagi oknum-oknum tertentu. Apalagi melihat latar belakang terjadinya masalah kemiskinan yang bersumber dari proyek-proyek yang selalu mengatasnamakan pembangunan dengan menggusur dan menindas hak-hak rakyat.

2.7.1. Perkembangan Konsep Kemiskinan

Universitas Sumatera Utara Pembicaraan mengenai kemiskinan bisa meliputi berbagai aspek.kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan, sumber daya manusia, kekurangan gizi, pendidikan, pelayanan kesehatan, pendapatan per kapita rendah, dan minimnya investasi. Masih banyak variable kemiskinan yang melekat pada orang miskin, dengan begitu konsep kemiskinan perlu didalami karena akan berpengaruh bagi program pengentasan kemiskinan di daerah berdasarkan corak dan karakteristik kemiskinan itu sendiri. Rasanya penyatuan gerak program pengentasan kemiskinan perlu dilakukan, mengingat selama ini banyak ukuran-ukuran kemiskinan yang dipakai. Misalnya kemiskinan dilihat dari sisi pendapatan rata-rata per kepala income per capita dan ada yang melihat dari sudut pandang kebutuhan dasar Ahmad Erani, 2005:25. Ukuran kemiskinan yang terkenal dibuat oleh Sayogyo. Parameter kemiskinan tersebut adalah dengan mengukur kemiskinan dari konsumsi beras per kapita per tahun, yaitu di bawah 420 kg bagi daerah perkotaan dan 320 kg di daerah pedesaan. Perbedaan ini dapat dipahami karena dinamika kehidupan yang berbeda antara keduanya. Penduduk diperkotaan mempunyai kebutuhan yang relative lebih beragam dari pada daerah pedesaan sehingga mempengaruhi pola pengeluaran. Diluar itu terdapat pandangan lain dalam melihat kemiskinan di Indonesia, misalnya mengukur kemiskinan melalui tingkat pendapatan dan pola waktunya. Adanya pula yang mengkategorikan miskin secara absolut, apabila tingkat pendapatannya lebih rendah dari garis kemiskinan absolute, atau ketika pendapatan tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum yang dicerminkan oleh garis kemiskinan absolute tersebut Kartasasmita,2005:26. Universitas Sumatera Utara Lembaga pengembangan Sumber Daya Manusia Lakpesdam mendefinisikan kemiskinan absolute sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup sesuai dengan yang diperlukan untuk memenuhi kehidupan sehari- hari. Kemiskinan absolut ini umumnya disejajarkan dengan kemiskinan relative, yang artinya adalah keadaan perbandingan antara kelompok pendapatan dalam masyarakat. Intinya, kesenjangan antara kelompok yang mungkin tidak miskin dan kelompok masyarakat yang relatif kaya. Dengan menggunakan ukuran pendapatan, keadaan ini dikenal dengan ketimpangan distribusi pendapatan.

2.7.2. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Pembangunan diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi ini mengandung tiga unsure yaitu: • Suatu proses yang berate perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi. • Usaha peningkatan perkapita. • Berlangsung dalam jangka panjang. Perkembangan ekonomi selalu dipandang sebagi kenaikan dalam pendapatan perkapita merupakan suatu pencerminan dari timbulny perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat namun masalah pembangunan merupakan suatu jalinan eksistensi dari masalah social dan ekonomi, oleh karena itu kebijakan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan perlu pertimabngan faktor-faktor yang bersifat non-ekonomi. Universitas Sumatera Utara Pembangunan nasiaonal merupakan usah a peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu kepada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, keadlian, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya. Dalam pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial disebutkan bahwa usaha kesejahteraan social mempunyai raung lingkup yang khusus tertuju pada manusia sebagai perorangan manusia atau faktor-faktor dari luar mengatasi kehilangan kemampuan untuk melaksannakan peran sosialnya dfungsi sosial. Dunkam 1999 mengemukakan yang dimaksud kesejahteraan social adalah bagian kegiatan yang terorganisir dengan tujuaan meningkatkan kesejahteraan dari segi social melalui pembangunan dn bantuan kepada oorang untuk memenuhi kebutuhan di dalam berbagai situasi seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang dan hubungan sosial. Dari pengertian tentang kesejahteraan sosial di atas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat adalah suatu cara dan penghidupan social materil dan spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentrasman lahir batin yang meningkat abgi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial bagi diri, keluarga dan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Adapun tahap keluarga sejahtera menrut kantor mentri Negara kependudukan BKKBN dibagi lima tahap yaitu: a. Keluarga prasejahtera Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal seperti kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, dan keluarga berencana. b. Keluarga prasejahtera I Yaitu keluaga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kegiatan sosial psikologisnya seperti kbutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan linkungan tempat tinggal dan transportasi. c. Keluarga prasejahtera II Yaitu keluaga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik, sosial psikologisnya dan pengembangan namun kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan informasi. d. Keluarga prasejahtera III Yaitu keluaga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik, sosial psikologisnya dan pengembangan namun belum dapat memberikan sumbangan dan peran serta aktif menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan yang ada. e. Keluarga prasejahtera plus Universitas Sumatera Utara Yaitu keluarga yang telah memenuhi seluruh kebutuhan serta memiliki suatu kepedulian yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga sekitar.

2.7.3. Kebijakan Kesejahteraan Mayarakat

Pelaksanaan pembangunan tidak semata-mata diarahkan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga ditekankan pada peningkatan pemerataan pendapatan, yang pada gilirannya diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pendapatan yang juga nantinya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kaitannya dengan penanggulangan kemiskinan, pemerintah telah melaksanakan berbagai penanggulangan kemiskinan. Secara teoritis, semakin banyaknya program penanggulangan kemiskinan menjadikan jumlah kemiskinan dapat ditekan serendah mungkin. Sistem desentralisasi juga memungkinkan pelayanan kepada masyarakat miskin semakin cepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sayangnya, dari sejumlah hasil penelitian tentang program-program pengentasan kemiskinan, ternyata hasilnya sama dengan sebelum digulirkan program pengentasan kemiskinan tersebut. Dalam rangka menerjemahkan paradigma baru yang memaklumatkan bahwa orang miskin merupakan aktor utama, ada isu sentral yang menjadi focus perhatian bagi upaya penanggulangan kemiskinan yakni sebagai berikut : a. Upaya penanggulangan kemiskinan harus bersifat local specific. Maksudnya bahwa penanggulangan kemiskinan harus dapat dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat lokal sesuai dengan kondisi daerah tersebut. b. Upaya penanggulangan kemiskinan dalam era otonomi daerah harus diikuti dengan perbaikan melalui a penetapan kebijakan land reform melalui Universitas Sumatera Utara peraturan daerah; b terciptanya demokrasi ekonomi rakyat dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan; c terbentuknya lembaga keuangan mikro untuk membiayai usaha ekonomi rakyat; dan d perlunya partisipasi yang lebih proporsional bagikaum wanita dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pemantauan dari kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan. c. Upaya penanggulangan kemiskinan harus dilakukan dengan pendekatan pembangunan ekonomi rumah tangga. d. Program penanggulangan kemiskinan harus merupakan program pembangunan yang produktif dan memberi sumbangan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat miskin di tingkat akar rumput secara berkelanjutan dan dengan pendampingan yang intensif. e. Agenda penanggulangan kemiskinan harus menjadi agenda nasional dengan dua arena sasaran aksi yakni a menciptakan kebijaksanaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin melalui upaya peningkatan pendapatan; dan b meningkatkan pelayanan masyarakat yang efektif dan tepat menjangkau penduduk miskin. f. Penanggulangan kemiskinan merupakan gerakan masyarakat yang dilakukan sendiri oleh masyarakat dan hasilnya untuk masyarakat penduduk miskin sebagai pelaku penanggulangan kemiskinan. g. Dalam suasana demokrasi dan desentralisasi, upaya penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan tidak dapat lepas dari berbagai hal yang terkait, yaitu; a terselenggaranya praktik pemerintahan yang baik; b pembagian peran yang jelas antara pemerintahan pusat dan daerah; c Universitas Sumatera Utara kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil dalam penanggulangan kemiskinan; dan d upaya pemberdayaan masyarakat yang bertumpu pada kekuatan setempat. h. Strategi penanggulangan kemiskinan dalam era otonomi harus memenuhi syarat a sederhana agar mudah dipahami serta dapat menggerakkan aktivitas ekonomi setempat; b masyarakat lokal diberi ruang otonom untuk menentukan aktifitas ekonomi yang dibutuhkan; c partisipasi yang menyeluruh; d keterbukaan informasi agar masyarakat dapat mengetahui dan memberikan kontribusi, bahkan kompetisi; dan e pengelolaan program dan dana yang harus transparan. i. Operasional strategi penanggulangan kemiskinan harus dilaksanakan dengan menerapkan a koordinasi; b katalisasi; c mediasi; d fasilitasi.

2.7.4. Iptek Untuk Penuntasan Kemiskinan

Salah satu tantangan terbesar pembangunan kita dewasa ini adalah penanggulangan kemiskinan melalui usaha pemerataan kesejahteraan rakyat. Jadi, persoalan ini terkait dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. Misalnya, pembangunan masyarakat desa harus senantiasa dikaitkan atau bermuara pada peningkatan pendapatan masyarakat dan menurunkan jumlah penduduk miskin. Jika pembangunan tidak mengarah pada pemberdayaan ekonomi rakyat sesungguhnya pemabangunan itu salah sasaran. Oleh karena itu pembangunan diarahkan kepada pencapaian potensi dan kebutuhan rakyat desa berkembang sesuai kapasitas masyarakat dalam kegiatan sosial ekonomi produktif. Agar pembangunan tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas rakyat, dukungan iptek menjadi salah satu kunci yang tidak dapat Universitas Sumatera Utara diabaikan keberadaannya. Demikian pula dukungan dan peranan aparat pemerintah tingkat bawah sebagai ujung tombak atau agen dalam melaksanakan tugas pelayanan publik. Kualitas iptek yang tepat guna dan aparat yang fleksibel, akomodatif, paham nilai-nilai sosial masyarakat setempat barangkali merupakan kunci penting yang sering diabaikan keberadaanya oleh para pengambil kebijakan yang teknis ekonomis dan sering mengecilkan arti pentingnya nilai dan kearifan tradisional setempat. Dengan demikian setiap upaya penuntasan kemiskinan yang sasarannya ekonomi rakyat memerlukan aparat pemerintah yang paham betul kebutuhan, kapasitas, dan nilai-nilai serta kearifan tradisional masyarakat setempat. jadi tidak hanya persoalan teknologi semata yang harus tepat guna. Aparat yang diturunkan hendaknya menjaga fungsi lembaga pemerintahan, dengan begitu perlu adanya peningkatan kualitas dan pola pikirnya. Pemberdayaan aparat pemerintahan mendesak sekali urgensinya, terutama kemampuan lembaga dan aparat di tingkat desa dan kecamatan. Sebagai langkah pertama, peningkatan kualitas aparat dimaksudkan agar kemampuannya sejajar dengan peningkatan kemampuan masyarakat dibidang perencanaan prasarana dan sarana pedesan yang dibangun. Setelah itu diperlukankemampuan peningkatan kemampuan yang sinergi agar dapat meningkatkan kegiatan sosial ekonomi dan pembentukan modal produktif di pedesaan. Selanjutnya dengan sinergi itu akan memperluas kesempatan dan lapangan pekerjaan serta meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana yang secara langsung mendukung kegiatan sosialekonomi masyarakat antar desa disuatu wilayah kecamatan. semuanya itu hanya mungkin jika mendapat Universitas Sumatera Utara dukungan teknologi yang tepat guna dan tepat sasaran seerta mempunyai nilai tambah tinggi. Indonesia sebagai Negara berkembang tentu menyadari pentingnya penguasaan ilmu dan teknologi iptek. Kondisi ini telah member kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengembangkan teknologi tepat guna agar membangun masa depan bangsa yang lebih mandiri, demikian juga jika kita melihat sejarah perkembangan ekonomi dinegara-negara maju. Telah terbukti bahwa dalam semua tahapan pembangunan sangat memerlukan dukungan kualitas sumber daya manusia yang menguasai iptek baik kuantitas maupun kualitas. Tingginya penguasaan iptek telah mengantarkan negara-negara seperti Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura sebagai Negara industry baru. Mereka memiliki nilai tambah sangat tinggi dibandingkan Negara lain yang mengandalkan keunggulan komparatif dengan sumber daya alam yang melimpah seperti Indonesia.

2.7.5. Transformasi Struktural Ekonomi

Kesejahteraan suatu perekonomian pada dasarnya mengarah kepada dua hal pokok: peningkatan pendapatan per kapita dan terjadinya perubahan struktur ekonomi. Perubahan struktural bisa dilihat dari sudut penerimaan, pengeluaran dan produksi. Dari tiga indikator tersebut yang paling mudah dimengerti adalah perubahan kontribusi dari tiap-tiap sector terhadap variabel agregat seperti GDP dan GNP. Peningkatan persentase sumbangan dari suatu sektor terhadap GDP dan GNP menunjukkan bahwa sektor tersebut semakin berperan dalam medorong perekonomian. Tidak adanya perubahan peran dari masing-masing sektor terhadap Universitas Sumatera Utara total pendapatan nasional menunjukkan pembangunan telah terjadi tidak mengubah struktural ekonomi. Perubahan struktural kesempatan kerja akibat penurunan peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja pada umumnya berlangsung lebih lambat disbanding penurunan peran produk pertanian terhadap GDP. Bisa dikatakan terjadi perubahan struktural yang cukup berarti dalam ekonomi Indonesia namun demikian transformasi struktural semacam ini tidak diikut i mobilitas penduduk antar sektor secara signifikan. Perubahan struktural yang telah terjadi ditandai dengan ketidakmampuan sector industry yang tumbuh pesat dengan menyediakan tenaga kerja sehingga sektor pertanian yang tumbuh lambat dengan harus menampung sebagian besar tenaga kerja. Akibatnya, kesejahteraan tenaga kerja di sektor pertanian lebih rendah dibandingkan sektor industri.

2.8. Strategi Pengembangan Sektor-Sektor Produksi