total pendapatan nasional menunjukkan pembangunan telah terjadi tidak mengubah struktural ekonomi.
Perubahan struktural kesempatan kerja akibat penurunan peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja pada umumnya berlangsung lebih
lambat disbanding penurunan peran produk pertanian terhadap GDP. Bisa dikatakan terjadi perubahan struktural yang cukup berarti dalam ekonomi
Indonesia namun demikian transformasi struktural semacam ini tidak diikut i mobilitas penduduk antar sektor secara signifikan.
Perubahan struktural yang telah terjadi ditandai dengan ketidakmampuan sector industry yang tumbuh pesat dengan menyediakan tenaga kerja sehingga
sektor pertanian yang tumbuh lambat dengan harus menampung sebagian besar tenaga kerja. Akibatnya, kesejahteraan tenaga kerja di sektor pertanian lebih
rendah dibandingkan sektor industri.
2.8. Strategi Pengembangan Sektor-Sektor Produksi
Setiap kegiatan produksi akan membutuhkan input berupa lahan, tenaga kerja, modal, dan teknologi. Sebagai imbalannya akan tercipta nilai tambah yang
dapat dinikmati oleh factor-faktor produksi yang terlibat atau terkait dengan kegiatan tersebut. Setiap kegiatan produksi umumnya memiliki backward
lingkage daya tarik dan forward linkage daya mendorong. Misalnya pengembangan sebuah perkebunan kelapa sawit seluas 1000 ha, akan memiliki
banyak dampak terhadap perekonomian kehidupan masyarakat disekitarnya. Pada masa pembersihan lahan penanaman, dibutuhkan banyak tenaga
kerja lepas, bibit, pupuk, penyewaan alat, dan sebagainya. Hal tersebut akan mendorong tumbuhnya kegiatan transportasi untuk mengangkut orang, bahan, dan
Universitas Sumatera Utara
alat yang akan meningkatkan volume perdagangan termasuk pedagang makanan kebutuhan sehari-hari yang berlokasi disekitar proyek. Hal ini juga akan terjadi
pada masa pemeliharaan, walaupun intensitasnya lebih rendah dibanding dengan pada waktu pembersihan lahan penanaman, setelah kebun kelapa sawit itu
berproduksi maka intensitras kegiatan kembali meningkat, misalnya diperlukan tambahan tenaga kerja untuk untuk memetik buah dan tambahan transportasi
untuk mengangkut buah, intensitas pemupukan juga meningkat hal mana berarti kebutuhan pupuk juga meningkat. Hal ini jelas meningkatkan kegiatan di sektor
pengangkutan dan perdagangan bahkan kemungkinan tumbuhnya kegiatan jasa seperti tukang pangkas, tukang jahit pakaian, perbengkelan dan lain-lain.
Dampak berantai ini disebut multiplier effect. Pada sisi lain buah sawit yang dihasilkan akan mendorong tumbuhnya industri pengolahan buah sawit atau
paling tidak industri yang sudah ada kegiatannya akan meningkat. Peningkatan kegiatan pabrik pengolahan buah sawit ini kembali mendorong tumbuhnya
berbagai kegiatan pendukung lainnya. Kalau hasil olahan industry pengolah sawit berupa CPO langsung diekspor, akan meningkatkan kegiatan ekspor yang juga
memiliki dampak pengganda. Kalau CPO itu diolah lagi pada pabrik pembuatan minyak goring, kegiatan pada pabrik yang disebut terakhir juga memiliki dampak
pengganda.74.
2.9. Konsep dan Definisi Konsumsi