produktif mereka.Pada saat yang sama sewa untuk kualitas yang pertama akan naik.
Sementara itu Schumacher 1973 mengemukakan bahwa tanah merupakan faktor produksi penting namun merupakan faktor kedua, faedah
utility dan kemanfaatan tanah yang merupakan sumber daya yang perlu dijaga ekologis, tanah adalah tujuan, tanah merupakan meta-ekonomis, keramat dalam
pengertian bahwa tanah tidak bisa dibuat oleh manusia, maka perlu dijaga kelestariannya, Schumacher juga menawarkan gagasan bahwa dalam pengelolaan
tanah perlu memenuhi tiga tugas utama yakni : 1 Memelihara hubungan manusia dengan alam kehidupan, dimana manusia merupakan bagian yang rapuh sekali,
2 untuk memberikan sifat yang lebih manusiawi dan lebih mulia pada pemukiman manusia yang lebih luas 3 menghasilkan pangan dan bahan-bahan
lain yang diperlukan untuk hidup yang layak.
2.2. Faktor-Faktor yang bisa membuat suatu wilayah memilki keunggulan komperatif
Faktor yang bisa membuat suatu daerah memilki keunggulan komperatif dapat berupa kondisi alam, yaitu suatu wilayah memilki keunggulan komperatif
karena salah satu faktor atau gabungan dari beberapa factor yang akan diuraikan dala beberapa kelompok :
− Pemberian alam, yaitu karena kondisi alam akhirnya wilayah itu memiliki
keunggulan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. −
Masyarakatnya menguasai teknologi mutahir untuk produk jenis tertentu. −
Masyarakatnya menguasai keterampilan tertentu. −
Wilayah tersebut dekat dengan pasar.
Universitas Sumatera Utara
− Wilayah dengan aksesibilitas tinggi.
− Daerah konsentrasi sentra dari suatu kegiatan sejenis.
− Daerah agglomerasi dari berbagai kegiatan, yaitu memanfaatkan
keuntungan agglomerasi, yaitu efisiensi dalam biaya produksi dan kemudahan dalam pemasaran.
− Upah buruh yang rendah dan tersedia dalam jumlah yang cukup serta
didukung oleh keterampilan yang memadai dan mentalitas yang mendukung.
− Mentalitas masyarakat yang sesuai untuk pembangunan, jujur, terbuka,
mau bekerja keras, dan disiplin sehingga lingkungan kehidupan aman, tertib dan teratur. Kondisi masyarakat ini menjamin kelangsungan
investasi, biaya investasi dan biaya operasi yang lebih rendah dan efisien. −
Kebijakan pemerintah, antara lain dengan menciptakan salah satu beberapa factor yang menciptakan keunggulan seperti disebutkan diatas.
Ada juga cara yang bisa dilakuakan pemerintah yaitu dengan memberikan subsidi untuk mendorong sektor tertentu. Akan tetapi, hal ini haruslah
bersifat sementara sehingga akhirnya bisa bersaing tanpa subsidi. Selama pemerintah masih memberikan subsidi, keungulan tersebut adalah
keunggulan semu.95
2.3. Teori Tenaga Kerja 1. Adam Smith 1729 – 1790
Dalam teorinya, Smith menganggap bahwa manusia merupakan faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran suatu bangsa. Alasannya adalah
bahwa alam tanah tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia
Universitas Sumatera Utara
SDM yang mengelolanya, jadi alam yang tersedia tersebut akan lebih bermanfaat bagi kehidupan apabila sudah dikelola.
Smith juga melihat bahwa alokasi SDM yang efektif adalah awal pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal baru mulai
dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tetap tumbuh. Dengan kata lain, alokasi SDM yang efektif merupakan syarat perlu necessary conditional bagi
pertumbuhan ekonomi.
2. Lewis 1959
Lewis menyebutkan bahwa kelebihan pekerja bukan merupakan suatu masalah melainkan merupakan suatu kesempatan. Kelebihan pekerja pada suatu
sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan produksi dan penyediaan kerja disektor lain. Ada dua sektor di dalam perekonomian, yaitu subsektor
terbelakang dan kapasitas modern. Pada sektor subsektor terbelakang, tidak hanya terdiri dari sektor pertanian tetapi juga terdiri dari sektor informal seperti
pedagang kaki lima dan pengecer Koran. Pekerja di sektor subsektor terbelakang mayoritas berada di wilayah pedesaan. Sektor subsisten terbelakang memiliki
kelebihan penawaran kerja dan tingkat upah yang relatif lebih rendah daripada sektor kapitalis modern. Lebih rendahnya tingkat upah pekerja di pedesaan akan
mendorong pengusaha di wilayah perkotaan untuk merekrut pekerja dari pedesaan dalam pengembangan industri modern perkotaan. Selama berlangsungnya proses
industrialisasi, kelebihan penawaran pekerja disektor subsisten terbelakang akan diserap.
Bersamaan dengan diserapnya kelebihan pekerja disektor industri modern, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat. Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
peningkatan upah ini akan mengurangi ketimpangan tingkat pendapatan antara perkotaan dan pedesaan.
Dengan demikian menurut Lewis, adanya kelebihan penawaran pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi. Sebaliknya, kelebihan pekerja
justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan adanya asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsisten terbelakang kesektor
kapitalis modern berjalan lancar dan perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi terlalu banyak.
3. Fei- Ranis 1996
Teori Fer- Ranis berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri- ciri kelebihan buruh, sumber daya alamnya dapat diolah, sebagian besar
penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, tingkat pertumbuhan penduduk tinggi.
Menurut Fei- Ranis, ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh yakni:
1. Para pengangguran semu yang tidak menambah produk pertanian
dialihkan ke sektor industrialisasi dengan upah institusional yang sama. 2.
Tahap dimana pekerja pertanian menambah produksi, tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke
sektor industri. 3.
Tahap ketiga ditandai dengan adanya awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan produksi lebih besar daripada
perolehan upah institusional. Dan dalam hal ini, kelebihan pekerja terserap
Universitas Sumatera Utara
ke sektor jasa dan industri yang terus menerus sejalan dengan pertambahan produksi dan perluasan usahanya.
2.4. Mewujudkan Keadilan dan Kemakmuran Bangsa Melalui Masyarakat
Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat kaya, terutama karena dimilikinya berbagai macam sumber daya alam. Potensi sumber daya alam baik
dilihat dari kesuburan tanah, kekayaan biota laut, maupun berbagai bahan tambang yang masih belum dimanfaatkan secara optimal bagi kemakmuran
masyarakatnya. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan tidak tersebar secara merata merupakan salah satu kendala dalam pengolahan sumber daya alam,
terutama di daerah-daerah. Selain itu potensi daerah khususnya sumberdaya alam yang seharusnya mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat ternyata tidak
banyak mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat daerah, karena hasilnya diambil untuk kepentingan kelompok tertentu melalui pemerintah pusat.
Kesalahan kebijakan pembangunan pemerintah pusat sentralistik, selama ini ternyata berakibat jauh dengan hilangnya hak-hak masyarakat atas potensi
daerah yang dimilikinya. Kemiskinan masyarakat di daerah terjadi bukan karena kemalasan ataupun kebodohan mereka, melainkan akibat kebijakan pembangunan
pemerintah pusat saat itu yang tidak berpihak pada masyarakat di daerah.G.M.Tampubolan: 2000,12.
2.4.1. Masyarakat Sebagai Penggerak Proses Pembangunan Bangsa
Perubahan berpolitik Indonesia sekarang ini menuntut bahwa masyarakatlah yang harus berhak mengatur dirinya sendiri. Mengatur dalam artian
merencanakan, melaksanakan, dan menikmati hasil – hasil pembangunan
Universitas Sumatera Utara
daerahnya melalui pengelolaan potensi sumber daya alam uang dimilikinya. Masyarakat semakin harapan dan keyakinan bahwa merekalah sebenarnya yang
paling berhak untuk mengelola dan potensi daerahnya, terutama pemanfaatan kekayaan sumber daya alamnya. Kebijakan pembangunan yang bersifat
sentralisasi harus diubah secara radikal dengan mengedepankan masyarakat daerah sebagai cerminan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
dalam mengelola potensi daerahnya. Masyarakat daerahlah yang seharusnya menentukan apa yang terbaik harus dilakukan, sehingga pengelolaan potensi
daerahnya dapat meningkatkan kemakmuran mereka. Dengan terjadinya perubahan iklim potilik di Indonesia maka diharapkan
oleh masyarakat melalui perbaikan kehidupan ekonomi, bahwa sumber daya alam melalui perkebunan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang ada
disekitarnya, pemerintah perlu memperhatikan hal tersebut karena perkebunan memiliki sungbangsi bagi perekonomian masyarakat. Dengan penyerapan tenaga
kerja yang besar maka diharapkan memberi kesejahteraan hidup bagi para pekerja di perkebunan itu.
Hidup keseharian yang selama ini terabaikan kondisi ekonominya diharapkan mulai bangkit kembali dengan harapan baru akan masa depan yang
lebih baik. Khususnya, dengan kemampuan mengelolah potensi sumberdaya alam secara optimal, sehingga mampu mendorong roda perekonomian masyarakat,
terutama sektor pertanian, perkebunan, perikanan, perdagangan, dsb. Bangkitnya perekonomian masyarakat daerah, secara langsung akan juga mendorong
pertumbuhan perekonomian secara nasional. Dalam konteks ini, dialektika pembangunan yang kemudian terjadi adalah bahwa semakin meningkatnya
Universitas Sumatera Utara
kemakmuran di daerah-daerah secara otomatis kemakmuran bangsa Indonesia akan terlihat secara jelas dan nyata dab tidak hanya sekedar dalam angka-angja
atau jargon-jargon politik. Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal ini nyata, karena ukurannya dari daerah akan
menggambarkan kondisi bangsa dalam skala nasional. Tidak seperti sebelumnya, ukuran kondisi nasional diterapkan pada kondisi daerah, sehingga tidak mampu
mencerminkan keadaan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya. Kini saatnya kemakmuran bangsa ditentukan oleh kemakmuran daerah dan masyarakat
daerahlah yang berperan secara aktif melakukan kegiatan pembangunan didaerahnya.
Membangun masyarakat yang adil dan makmur dalam nuansa demokrasi berarti memberdayakan masyarakt daerah, khususnya dalam mengelola potensi
daerahnya. Mengelola sumberdaya dan sumberdaya manusia tentu memerlukan landasan pijak yang jelas, yaitu pembangunan yang peduli pada masyarakat
banyak terutama masyarakat daerah yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat di daerah sebagai prioritas utama tidaklah mudah mengingat kualitas
dan kuantitas sumberdaya manusia yang berbeda-beda. Tugas yang paling berat dalam melakukan pembangunan adalah menciptakan manusia yang berkualitas,
sehingga dapat di andalkan dalam mengelola potensi daerahnya demi kemakmuran bersama.
2.5. Kebijakan Pembangunan Indonesia