kemakmuran di daerah-daerah secara otomatis kemakmuran bangsa Indonesia akan terlihat secara jelas dan nyata dab tidak hanya sekedar dalam angka-angja
atau jargon-jargon politik. Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal ini nyata, karena ukurannya dari daerah akan
menggambarkan kondisi bangsa dalam skala nasional. Tidak seperti sebelumnya, ukuran kondisi nasional diterapkan pada kondisi daerah, sehingga tidak mampu
mencerminkan keadaan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya. Kini saatnya kemakmuran bangsa ditentukan oleh kemakmuran daerah dan masyarakat
daerahlah yang berperan secara aktif melakukan kegiatan pembangunan didaerahnya.
Membangun masyarakat yang adil dan makmur dalam nuansa demokrasi berarti memberdayakan masyarakt daerah, khususnya dalam mengelola potensi
daerahnya. Mengelola sumberdaya dan sumberdaya manusia tentu memerlukan landasan pijak yang jelas, yaitu pembangunan yang peduli pada masyarakat
banyak terutama masyarakat daerah yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat di daerah sebagai prioritas utama tidaklah mudah mengingat kualitas
dan kuantitas sumberdaya manusia yang berbeda-beda. Tugas yang paling berat dalam melakukan pembangunan adalah menciptakan manusia yang berkualitas,
sehingga dapat di andalkan dalam mengelola potensi daerahnya demi kemakmuran bersama.
2.5. Kebijakan Pembangunan Indonesia
Strategi peningkatan pertumbuhan ekonomi terjadi sejak tahun pertama Repelita I, namun strategi pertumbuhan yang antara lain ditempuh melalui
pemberian konsensi kepada modal asing, selain itu pemerintah membuat
Universitas Sumatera Utara
kebijakan yang sedikit populis lewat pembiayaan usaha kecil seperti Kredit Investasi Kecil KIK dan Kredit Modal Kerja Permanen KMKP, dan untuk
selanjutnya pemerintah meluncurkan pula kebijakan delapan jalur pemerataan meliputi :
a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan,
sandang, dan perumahan. b.
Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. c.
Pemerataan pembagian pendapatan. d.
Pemerataan kesempatan kerja. e.
Pemerataan kesempatan berusahan. f.
Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita.
g. Pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh tanah air.
h. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Dengan perubahan prioritas dalam trilogi pembangunan, terjadi pergeseran strategi pembangunan yang menekankan pertumbuhan kea rah strategi yang lebih
berorientasi pemerataan. Namun secara substansial telah terjadi perubahan strategi pembangunan dari pertumbuhan ke pemerataan. Sasaran pembangunan yang
dicanangkan melalui APBN menunjukkan pemerintah tetap meletakkan pertumbuhan ekonomi di puncak prioritas. Pemerintah tidak meletakkan variabel-
variabel yang berbicara tentang pemerataan dan pengurangan kesenjangan ekonomi, serti penurunan angka kemiskinan absolute, sebagai tolak ukur kinerja
pembangunan ekonominya melainkan target pertumbuhan, inflasi dan sasaran makro lainnya Revsisond Baswir, 2003:3.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan
Upaya mengatasi kemiskinan dan kesenjangan distribusi pendapatan , sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Negara-negara berkembang yang
memperoleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sejak tahun 1960- an, ternyata belum memberikan pengaruh yang berarti bagi kesejahteraan
masyarakat, bahkan terjadi penurunan riil. Tingkat pengangguran dan pengangguran semu meningkat di daerah pedesaan dan perkotaan, ketimpangan
distribusi pendapatan antara kaum kaya dan kelompok miskin, dan ketimpangan regional.
Distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapatan antara individu yang paling kaya dengan pendapatan individu miskin. Semakin besar
jurang pendapatan semakin besar pula variasi dalam distribusi pendapatan Yustika, 2005:24. Jika ketimpangan terus dibiarkan terjadi antara kelompok
kaya dan miskin, maka perekonomian tersebut benar-benar menggambarkan perekonomian yang tidak merata, yangn disebut dengan kesenjangan distribusi
pendapatan.
2.7. Upaya Penanggulangan Kemiskinan